cover
Contact Name
Lewi Nataniel Bora
Contact Email
lewibora52@gmail.com
Phone
+6282188404070
Journal Mail Official
jurnalphronesis@sttsetia.ac.id
Editorial Address
Grha Yesyurun, Jl. Daan Mogot KM 18, Kebon Besar, Batuceper, Tangerang, Banten
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
ISSN : 26212684     EISSN : 27236617     DOI : https://doi.org/10.47457/phr.v3i1
Jurnal ini berisi tentang Teologi dan Misi dalam pelayanan dan pengajaran Dosen SETIA Jakarta. Penerbitan jurnal ini diharapkan dapat mengakomodir Penelitian,pengabdian dan pelayanan Masyarakat bagi dosen Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar Jakarta. Dengan demikian tuntutan Tridarma Perguruan Tinggi dapat terlaksana.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi" : 8 Documents clear
KAJIAN BIBLIKA PRINSIP HIDUP BERPADANAN DENGAN INJIL KRISTUS BERDASARKAN FILIPI 1: 27-30 Waharman Waharman; Made Nopen Supriadi; Yesri Talan
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2661.104 KB) | DOI: 10.47457/phr.v4i1.120

Abstract

Prinsip kehidupan orang percaya adalah berpusat kepada Kristus, namun dalam realita kehidupan masih banyak ditemukan kegagalan manusia untuk hidup berpusat kepada Yesus Kristus. Problematika tersebut terjadi karena banyaknya perselisihan dalam konteks kehidupan orang percaya yang menyebabkan permasalahan dalam menjaga kesatuan, adanya tekanan dan intimisasi terhadap orang percaya sehingga memberikan dampak untuk hidup berpusat kepada Yesus Kristus. Melalui metode analisis deskriptif terhadap Surat Paulus kepada jemaat Filipi, penulis melakukan kajian eksegesis terhadap teks Filipi 1:27-30 yang menekankan prinsip hidup berpadanan dengan Injil Kristus, yang memberikan aplikasi agar orang percaya hidup dalam kesatuan, tidak gentar oleh lawan dan siap menderita untuk Kristus. Dengan demikian melalui penelitian ini memberikan solusi kepada orang percaya agar tetap mengupayakan kesatuan dan tetap kuat dalam penderitaan.
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DAN RUTINITAS KEGIATAN IBADAH DI SEKOLAH TERHADAP PEMBENTUKAN MORAL SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 PANCUR BATU Pitri Sartika Sihotang; Hermanto Sihotang; Risa Ariska Tarigan
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5002.169 KB) | DOI: 10.47457/phr.v4i1.125

Abstract

Penelitian ini mencari pengaruh dari pendidikan agama Kristen di Keluarga dan kegiatan ibadah di sekolah terhadap pembentukan moral bagi siswa. Peneliti memperhatikan bahwa kegiatan pengajaran PAK di Keluarga satu harta tersendiri dalam bidang PAK. Kegiatan yang memiliki dampak luar biasa bagi generasi masa depan. Di samping itu kegiatan ibadah rutin di sekolah juga perlu mendapat perhatian dari semua pihak, yakni orang tua, guru dan masyarakat. Tentu tidak lupa bagi siswa itu sendiri. Sedangkan moral yang sering dipersamakan dengan pembentukan kognisi, afeksi dan perilaku etis seseorang tidak dapat diperoleh begitu saja. Hal ini harus dibentuk dalam lintasan waktu yang membutuhkan energy, waktu, pikiran, tenaga, uang dan konsentrasi demi meraih bentuk moral yang ideal khususnya dalam persfektif Kristen. Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan post ex facto. Dari data yang masuk diperoleh kecenderungan variable yang tinggi yakni PAK Keluarga (X1) sebesar 91%, rutinitas ibadah siswa (X1) sebesar 94% dan 97% untuk pembentukan moralitas siswa (Y). Dengan demikian hipotesa yang diajukan telah terjawab melalui penelitian. Karena itu kegiatan pendidikan agama di keluarga dan ibadah di sekolah perlu dilakukan secara rutin untuk memperoleh moralitas yang baik bagi siswa. Semua pihak hendaknya memperhatikan upaya ini dengan lebih sungguh-sungguh dari persfektif pembentukan moral kristiani.
IMPLEMENTASI POLA PELAYANAN YESUS SEBAGAI PELAYAN MENURUT INJIL MATIUS 4:23 Marthen Luther Mau
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3487.182 KB) | DOI: 10.47457/phr.v4i1.127

Abstract

In this article, the writer narrates the story of Jesus implementing a mission in Galilee, namely teaching true teaching, preaching the Good News of God's Kingdom, healing the sick, and serving people with physical weaknesses. The mission of Jesus in all regions located in Galilee aims so that long lost mankind can hear the true teachings being taught and the Good News being proclaimed, so that those who believe in and accept Jesus can be healed of every disease and physical weakness they have suffered for a long time. To find out the mission of Jesus according to the text of Matthew 4:23, the method used in this study is a qualitative research method, with an exegetical study approach. The analysis process carried out by the author is exegesis of the biblical text and analyzing reliable secondary sources to produce accountable studies. The results of this study found that the servants of Jesus Christ must teach the correct teaching, preach the Good News of the Kingdom of God / Heaven, heal the sick, and serve people who suffer from physical weaknesses in His will. So through exegetical studies to get the author's intent from the original language text, so that the text can be understood by today's readers so that it can be implemented by the servants of Jesus Christ continuously at all places of service, whether in church, school, or in the community.
KAJIAN BIBLIKA 2 KORINTUS 6:4-10: MAKNA PENDERITAAN BAGI HAMBA TUHAN DALAM PELAYANAN Benget parningotan siregar
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3458.732 KB) | DOI: 10.47457/phr.v4i1.131

Abstract

Seorang pelayan Tuhan yang ideal harus siap memikul salib dan menyangkal segala sesuatu, sama seperti Paulus yang begitu banyak menanggung banyak penderitaan dalam pelayanannya. Namun Saat ini banyak para pelayan takut mengalami penderitaan yang menjadi masalahnya adalah tidak mau menderita, takut, khawatir, itulah yang menyebabkan pelayan Kristus atau hamba Tuhan tidak melakukan pemberitaan injil. Maka dengan itu, penulis termotivasi meneliti 2 Korintus 6:4-10, yang menguraikan penderitaan Paulus untuk menjawab persoalan pelayan Tuhan yang sedang terjadi di lapangan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode deskriptif-Bibliologis. Untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masalah hamba Tuhan yang takut mengalami penderitaan dalam pelayanannya. Penulis juga menggunakan studi pustaka untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai pekabaran Injil yang dilakukan oleh rasul Paulus, namun peneliti terlebih dahulu mengkaji 2 Korintus 6:4-10. Hasil tafsir 2 Korintus 6:4-10 adalah: seorang pelayan yang mampu menunjukkan dirinya sebagai pelayan yang siap menderita, sebagai pelayan yang baik harus memiliki ketekunan dalam menghadapi penderitaan, sebagai pelayan yang mampu bertahan dan tetap melayani di tengah penderitaan yang terjadi dalam hidupnya.
PENDERITAAN DALAM KONTEKS PENGINJILAN Tri Prapto Suwito; Yanto Paulus Hermanto; Yulia Jayanti Tanama
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2917.94 KB) | DOI: 10.47457/phr.v4i1.139

Abstract

Penginjilan dan penderitaan merupakan dua hal yang sering kali dipertanyakan. Apa kaitan penginjilan dan penderitaa? Mengapa kedua hal tersebut seakan selalu berjalan beriringan? Masalah ini sering menjadi perdebatan. Penulis melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif, dan diharapkan dari berbagai sumber sejarah, buku dan jurnal yang terkait dengan masalah tersebut diperoleh hasil penelitian yang bisa menjawab permasalahan ini dan menjadi dasar bagi orang-orang Kristen untuk merespon dengan benar sesuai kebenaran Firman Tuhan. Penginjilan merupakan keharusan bagi orang percaya, namun disisi lain penderitaan sepertinya diijinkan Tuhan bagi para penginjil untuk dialami. Kedua hal ini harus disikapi dengan benar oleh semua orang percaya, sehingga hidup orang percaya tetap mentaati perintah-Nya namun dalam penyertaan-Nya yang terus menguatkan dan membahagiakan.
PENTINGNYA KONTEKSTUALISASI PADA PENDIDIKAN KRISTEN Donna Mutiara Nainggolan; Nehemia Nome; Ridolf S.Th. Manggoa
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3220.386 KB) | DOI: 10.47457/phr.v4i1.140

Abstract

Penelitian ini meneliti tentang pendidikan Kristen. Secara khusus mencoba meneliti pentingnya pendidikan kristen didesain secara kontekstual. Supaya lebih efektif bagi tercapainya tujuan pendidikan Kristen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan spesifik kepada kajian pustaka. Melalui pendekatan tersebut, peneliti memperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, pendidikan kristen harus didesain secara kontekstual guna memudahkan peserta didik memahami dan mengerti setiap konten yang diajarkan di dalamnya. Kedua, Yesus adalah sang guru yang Agung yang juga mengajar secara kontekstual. Ketiga, pendidikan kristen yang kontekstual dipahami dalam beberapa prinsip penting, yakni: (1) pendidikan Kristen harus diterapkan sesuai dengan gaya dan strategi mengajar mengajar Yesus, (2) pendidikan Kristen harus disesuaikan dengan situasi era industri 4.0, (3) pendidikan Kristen harus dapat diterima oleh setiap lapisan usia, (4) pendidikan Kristen tidak boleh kaku namun harus dinamis, implementatif, dan aplikatif, dan (5) pendidikan Kristen harus memberikan transformasi atau perubahan yang radikal.
MEMBACA KONSEP KASIH DALAM INJIL YOHANES MENGGUNAKAN LENSA HERMENEUTIK MISIONAL Matheus Mangentang; Tony Salurante
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3363.124 KB) | DOI: 10.47457/phr.v4i1.142

Abstract

This research attempt to show values from the concept of love in John's theology, especially in the Gospel, using a missional approach as a hermeneutic. This approach shows that the source of love is in the middle of the world because of God's mission to save humanity. Love is essential that unites the relationship between man and God. In addition, God can be known in the world because demonstrated by Christ in the cross. The church as a community of believers become a source of love because Her lives in the true love and fruitful. Love as one of the main teaching in the Gospel of John becomes a special theme in understanding God's mission from beginning to the end. Mainly in the modern context of religiousity and commitment in relationships between people around the church.
RESISTENSI TERHADAP NASIONALISME JEPANG:: TANGGAPAN KRISTEN TERHADAP GERAKAN AMANDEMEN DI JEPANG Surya Harefa
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi Vol. 4 No. 1 (2021): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4045.776 KB) | DOI: 10.47457/phr.v4i1.146

Abstract

This article explores several responses of Japanese Evangelical Christians to Japanese nationalism, which tends to be fascist as appeared in the issue of constitutional revision. While commending their fights with this complicated issue, by using the critical contextualization approach from the discipline of intercultural theology, this article also shows their limitations in producing solutions to the deadlock between the camp fighting for the constitutional revision and those who resist the proposed amendments. The evangelical figure who uses Kuyperian principles such as the Christian worldview, common grace, and sphere sovereignty yields a response that is arguably more comprehensive and has prospects to be accepted by non-Christians, including the revisionist camp. To Japanese evangelicals who tend to withdraw from socio-political engagements, I argue for utilizing the ecclesiological suggestions of Abraham Kuyper. Particularly, his assertion to keep the church free from the state and Kuyper's distinction of the church's aspects between organism and institution, are beneficial to continue and develop participation in responding to the amendments and other inter-connected nationalism issues.

Page 1 of 1 | Total Record : 8