cover
Contact Name
Joni Setiawan
Contact Email
setiawanjoni@yahoo.com
Phone
+628151657716
Journal Mail Official
redaksi.dkb@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No 7 Yogyakarta
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Dinamika Kerajinan dan Batik : MAJALAH ILMIAH
ISSN : 20874294     EISSN : 25286196     DOI : http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v37i1
Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) adalah jurnal ilmiah untuk mempublikasikan hasil riset dan inovasi di bidang kerajinan dan batik. Ruang lingkup DKB adalah meliputi aspek bahan baku perekayasaan teknologi, proses produksi, penanganan limbah dan desain kerajinan dan batik. Jurnal ini diperuntukkan bagi para peneliti, akademisi, dan praktisi industri kerajinan dan batik. Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) is a scientific journal publishing research and innovation in field of handicrafts and batik. The scope of DKB is include raw materials, production processes, waste treatment and designs in handicrafts and batik sector. The journal is intended for researchers, scholars and practitioners from handicraft and batik.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik" : 8 Documents clear
Penerapan Ragam Hias Kalimantan Tengah Untuk Motif Batik Riyanto Riyanto; Amin Ja'far
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1053

Abstract

Kalimantan Tengah dengan kekayaan ragam hiasnya sejak tahun 1990 dapat mengembangkan industri batik yang bercorak khas. Dari lima perusahaan batik yang ada telah diproduksi 47 variasi motif batik, dan 15 motif di antaranya telah diproduksi berupa batik tulis dan cap. Dari 15 motif ini dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana ragam hias Kalimantan Tengah berperan dalam menciptakan motif batik sehingga dapat diciptakan batik Kalimantan Tengah yang cukup indah.Ragam hias Kalimantan Tengah yang mempunyai elemen-elemen garis, titik, bidang, dan warna dapat disusun secara bebas, baik vertikal, horisontal, diagonal maupun radial, dapat menghasilkan pola yang indah, untuk mengetahui bahwa ragam hias ini dapat dikembangkan pada motif batik, dilakukan pengamatan terhadap 15 produk tersebut mengenai susunan, pewarnaan dan tata warnanya.Dari hasil evaluasi ternyata batik yang menggunakan ragam hias Kalimantan Tengah ini cukup indah, sehingga dapat memperkaya khasanah batik Indonesia, di samping yang telah berkembang di pulau Jawa dan beberapa daerah lainnya.Kalimantan Tengah dengan kekayaan ragam hiasnya sejak tahun 1990 dapat mengembangkan industri batik yang bercorak khas. Dari lima perusahaan batik yang ada telah diproduksi 47 variasi motif batik, dan 15 motif di antaranya telah diproduksi berupa batik tulis dan cap. Dari 15 motif ini dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana ragam hias Kalimantan Tengah berperan dalam menciptakan motif batik sehingga dapat diciptakan batik Kalimantan Tengah yang cukup indah.Ragam hias Kalimantan Tengah yang mempunyai elemen-elemen garis, titik, bidang, dan warna dapat disusun secara bebas, baik vertikal, horisontal, diagonal maupun radial, dapat menghasilkan pola yang indah, untuk mengetahui bahwa ragam hias ini dapat dikembangkan pada motif batik, dilakukan pengamatan terhadap 15 produk tersebut mengenai susunan, pewarnaan dan tata warnanya.Dari hasil evaluasi ternyata batik yang menggunakan ragam hias Kalimantan Tengah ini cukup indah, sehingga dapat memperkaya khasanah batik Indonesia, di samping yang telah berkembang di pulau Jawa dan beberapa daerah lainnya.
Rekayasa Alat Tumbling Untuk Industri Kerajinan Djumala Machmud; Supardi Supardi; Tukidjan Tukidjan
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1049

Abstract

Industri kerajinan aksesori yang terus berkembang perlu ditunjang dengan peralatan agar produktivitasnya meningkat sehingga lebih mampu bersaing di pasaran. Salah satu peralatan yang perlu diciptakan untuk penyempurnaan produk tersebut adalah alat penyempurnaan dengan sistem tumbling.Teknik tumbling, momen gaya, gaya pada putaran vertikal, elemen alat dan bahan alat dipakai sebagai dasar dalam perencanaan rekayasa peralatan tumbling.Pembuatan tabung tumbling dengan bentuk segi enam beraturan dan peralatan pengatuh kecepatan putaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan peralatan sesuai prosedur pengerjaan yang berlaku, hasil uji coba peralatan dibandingkan dengan bajan kerja sebelum proses dipakai untuk mengetahui tingkat unjuk kerja peralatan.Peralatan dapat berfungsi sebagaimana diharapkan, dengan hasil penampakan permukaan benda kerja yang berbeda dengan kenampakan permukaan benda kerja sebelum proses.Industri kerajinan aksesori yang terus berkembang perlu ditunjang dengan peralatan agar produktivitasnya meningkat sehingga lebih mampu bersaing di pasaran. Salah satu peralatan yang perlu diciptakan untuk penyempurnaan produk tersebut adalah alat penyempurnaan dengan sistem tumbling.Teknik tumbling, momen gaya, gaya pada putaran vertikal, elemen alat dan bahan alat dipakai sebagai dasar dalam perencanaan rekayasa peralatan tumbling.Pembuatan tabung tumbling dengan bentuk segi enam beraturan dan peralatan pengatuh kecepatan putaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan peralatan sesuai prosedur pengerjaan yang berlaku, hasil uji coba peralatan dibandingkan dengan bajan kerja sebelum proses dipakai untuk mengetahui tingkat unjuk kerja peralatan.Peralatan dapat berfungsi sebagaimana diharapkan, dengan hasil penampakan permukaan benda kerja yang berbeda dengan kenampakan permukaan benda kerja sebelum proses.
Pengolahan Limbah Cair Batik Proses Pencelupan Naphtol Untuk Memperkecil Kadar Pencemar Sulaeman Sulaeman; Kun Lestari; Sutadi Sutadi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1054

Abstract

Telah dilakukan cara pengolahan limbah cair batik hasil proses pencelupan dengan zat warna Naphtol secara laboratoris. Limbah cair diidentifikasi dan kemudian diolah dengan cara koagulasi, pengendapan, penyaringan dan absorpsi.Lima contoh-uji masing-masing 500 ml limbah cair dikoagulasikan dengan menggunakan: larutan tawas 10% 35,0 ml, larutan tawas 10% 40,0 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis masing-masing 20,0 ml dan 1,5 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis 20,0 ml dan 2,0 ml serta campuran larutan tawas 10% dan kaporit 5% 25,0 ml dan 12,5 ml. Kelima contoh-uji kemudian diaduk, diendapkan, disaring dan diabsorpsi dengan karbon aktif.Dari hasil penelitian, penggunaan larutan tawas 10% sebanyak 40,0 ml pada 500 ml limbah cair atau penggunaan tawas padt sebanyak 8 g/1 limbah cair dengan waktu pengendapan selama 24 jam dan waktu kontak dengan karbon aktif selama 5 menit merupakan kondisi terbaik yang dapat menurunkan nilai parameter pencemar atau efisiensi pengolahan sebesar 95 – 98%.Telah dilakukan cara pengolahan limbah cair batik hasil proses pencelupan dengan zat warna Naphtol secara laboratoris. Limbah cair diidentifikasi dan kemudian diolah dengan cara koagulasi, pengendapan, penyaringan dan absorpsi.Lima contoh-uji masing-masing 500 ml limbah cair dikoagulasikan dengan menggunakan: larutan tawas 10% 35,0 ml, larutan tawas 10% 40,0 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis masing-masing 20,0 ml dan 1,5 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis 20,0 ml dan 2,0 ml serta campuran larutan tawas 10% dan kaporit 5% 25,0 ml dan 12,5 ml. Kelima contoh-uji kemudian diaduk, diendapkan, disaring dan diabsorpsi dengan karbon aktif.Dari hasil penelitian, penggunaan larutan tawas 10% sebanyak 40,0 ml pada 500 ml limbah cair atau penggunaan tawas padt sebanyak 8 g/1 limbah cair dengan waktu pengendapan selama 24 jam dan waktu kontak dengan karbon aktif selama 5 menit merupakan kondisi terbaik yang dapat menurunkan nilai parameter pencemar atau efisiensi pengolahan sebesar 95 – 98%.
Penelitian Pengaruh Sudut Cetakan Bentuk Kerucut (Cropong) Terhadap Mutu Bingkai (Plepet) Kulit Kerang Simping Maryono Maryono; Bambang Moyoretno
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1050

Abstract

Dalam industri kerajinan kulit kerang simping, sistem rangkai (pateri) diperlukan sebagai bingkai (plepet) dari plat kuningan dengan ketebalan 0,1 – 0,2 mm. Bingkai tersebut dibuat perajin dengan menggunakan alat cetakan yang berbentuk kerucut yang disebut cropong. Ujung potongan-potongan plat kuningan dengan ukuran tertentu dimasukkan ke dalam cropong kemudian ditarik sehingga menjadi bingkai yang bentuknya seperti pipa yang mempunyai alir memanjang. Pada umumnya bingkai yang dihasilkan mempunyai kelengkungan yang cukup besar sehingga mutu barang jadi yang dihasilkan kurang memuaskan (kurang rapi).Dalam percobaan ini dilakukan proses pembuatan bingkai dengan bahan potongan plat kuningan ukuran tebal 0,2 mm. Lebat 4 mm dan panjang 20 cm. Alat cetakan yang dipergunakan terdiri dari 3 macam sudut, masing-masing 30o, 45o dan 60o. Diameter ujung ketiga cetakan sama yaitu 2 mm dengan proses penarikan konstan dan horisontal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan bingkai dengan menggunakan cetakan berbentuk kerucut dengan sudut cetakan yang semakin kecil (sampai sudut 30o) dapat menghasilkan bingkai yang semakin baik mutu dan penggunaannya.Dalam industri kerajinan kulit kerang simping, sistem rangkai (pateri) diperlukan sebagai bingkai (plepet) dari plat kuningan dengan ketebalan 0,1 – 0,2 mm. Bingkai tersebut dibuat perajin dengan menggunakan alat cetakan yang berbentuk kerucut yang disebut cropong. Ujung potongan-potongan plat kuningan dengan ukuran tertentu dimasukkan ke dalam cropong kemudian ditarik sehingga menjadi bingkai yang bentuknya seperti pipa yang mempunyai alir memanjang. Pada umumnya bingkai yang dihasilkan mempunyai kelengkungan yang cukup besar sehingga mutu barang jadi yang dihasilkan kurang memuaskan (kurang rapi).Dalam percobaan ini dilakukan proses pembuatan bingkai dengan bahan potongan plat kuningan ukuran tebal 0,2 mm. Lebat 4 mm dan panjang 20 cm. Alat cetakan yang dipergunakan terdiri dari 3 macam sudut, masing-masing 30o, 45o dan 60o. Diameter ujung ketiga cetakan sama yaitu 2 mm dengan proses penarikan konstan dan horisontal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan bingkai dengan menggunakan cetakan berbentuk kerucut dengan sudut cetakan yang semakin kecil (sampai sudut 30o) dapat menghasilkan bingkai yang semakin baik mutu dan penggunaannya.
Sifat Fisik Dan Mekanik Laminasi Iratan Bambu Sebagai Komponen Mebel Handoyo Handoyo; Sumarsono Sumarsono; Sutarwadi Sutarwadi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1046

Abstract

Hingga kini pembuatan produk mebel bambu pada umumnya masih menggunakan bahan baku glondongan/batangan sebagai komponen utamanya, sehingga produk mebel yang dihasilkan terbatas, yakni bentuk-bentuk kaku atau patah-patah sesuai dengan bentuk fisik bambu,Untuk lebih menganekaragamkan produk mebel bambu telah dikembangkan teknologi pembuatan komponen mebel dengan bahan baku iratan, dan bahan pembantu yang digunakan adalah perekat jenis PVac. Peralatan utama yang dipergunakan teknologi ini adalah cetakan dan alat pres. Caranya adalah dengan mengepres susunan iratan bambu yang salah satu penampangnya sudah ditaburi perekat pada alur cetakan. Ketebalannya sesuai dengan tebal komponen yang diinginkan, sedang waktu yang dibutuhkan untuk pengepresan 24 jam. Dari hasil uji coba bentuk dan pengujian sifat fisik dan mekaniknya relah dihasilkan bentuk produk komponen yang sesuai dengan yang diharapkan dan kekuatannya memenuhi syarat untuk dijadikan bahan baku mebel.Hingga kini pembuatan produk mebel bambu pada umumnya masih menggunakan bahan baku glondongan/batangan sebagai komponen utamanya, sehingga produk mebel yang dihasilkan terbatas, yakni bentuk-bentuk kaku atau patah-patah sesuai dengan bentuk fisik bambu,Untuk lebih menganekaragamkan produk mebel bambu telah dikembangkan teknologi pembuatan komponen mebel dengan bahan baku iratan, dan bahan pembantu yang digunakan adalah perekat jenis PVac. Peralatan utama yang dipergunakan teknologi ini adalah cetakan dan alat pres. Caranya adalah dengan mengepres susunan iratan bambu yang salah satu penampangnya sudah ditaburi perekat pada alur cetakan. Ketebalannya sesuai dengan tebal komponen yang diinginkan, sedang waktu yang dibutuhkan untuk pengepresan 24 jam. Dari hasil uji coba bentuk dan pengujian sifat fisik dan mekaniknya relah dihasilkan bentuk produk komponen yang sesuai dengan yang diharapkan dan kekuatannya memenuhi syarat untuk dijadikan bahan baku mebel.
Rekayasa Alat-Lilit Pada Industri Kerajinan Kain Jumputan Djumala Machmud; Muhammad Hasanudin; Muhadi Muhadi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1051

Abstract

Kain jumputan merupakan salah satu hasil kerajinan dari kain yang dibuat dengan ketrampilan manusia, yang perlu ditunjang dengan suatu peralatan agar diperoleh keseragaman kualitas hasilnya.Teknologi penggulungan, elemen mesin, bahan mesin dan teknik penyambungan benang dipakai dasar untuk merencanakan rekayasa peralatan lilit-ikat.Pembuatan unit penggulung, sumber gerakan dan kerangka peralatan merupakan kergiatan yang dilakukan da;lam pembuatan peralatan sesuai prosedur pengerjaan yang berlaku. Hasil uji penggunaan peralatan dibandingkan dengan hasil secara tradisional dipakai untuk mengetahui tingkat kegunaan unjuk kerja peralatan.Peralatan yang dibuat dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan dengan hasil lilitan motif yang sama dengan hasil proses secara tradisional, dengan waktu relatif lebih cepat.Kain jumputan merupakan salah satu hasil kerajinan dari kain yang dibuat dengan ketrampilan manusia, yang perlu ditunjang dengan suatu peralatan agar diperoleh keseragaman kualitas hasilnya.Teknologi penggulungan, elemen mesin, bahan mesin dan teknik penyambungan benang dipakai dasar untuk merencanakan rekayasa peralatan lilit-ikat.Pembuatan unit penggulung, sumber gerakan dan kerangka peralatan merupakan kergiatan yang dilakukan da;lam pembuatan peralatan sesuai prosedur pengerjaan yang berlaku. Hasil uji penggunaan peralatan dibandingkan dengan hasil secara tradisional dipakai untuk mengetahui tingkat kegunaan unjuk kerja peralatan.Peralatan yang dibuat dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan dengan hasil lilitan motif yang sama dengan hasil proses secara tradisional, dengan waktu relatif lebih cepat.
Penelitian Proses Finishing Dengan Natrium Thiosulfat Pada Produk Kerajinan Kuningan Dwi Suheryanto; Sarno Sarno; Tri Haryanto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1047

Abstract

Proses penghitaman (pewarnaan) produk kerajinan kuningan adalah merupakan hasil dari persenyawaan antara logam kuningan dengan senyawa kimia yang digunakan pada proses penghitaman tersebut.Senyawa kimia yang digunakan pada proses penghitaman adalah merupakan suatu formula yang mengandung unsur sulfid yaitu natrium thiosulfat (NA2S2O3, 5H1O). Pada pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa variasi konsentrasi natrium thiosulfat yaitu 3 g/1,4 g/1 dan 5 g/1, pada temperatur 60oC dengan variasi waktu 10, 15 dan 20 menit.Hasil pengujian ketahanan warna dan ketuaan warna menunjukkan bahwa penghitaman pada konsentrasi 5 g/1 natrium thiosilfat dengan waktu 10 menit akan memberikan hasil yang relatif baik.Proses penghitaman (pewarnaan) produk kerajinan kuningan adalah merupakan hasil dari persenyawaan antara logam kuningan dengan senyawa kimia yang digunakan pada proses penghitaman tersebut.Senyawa kimia yang digunakan pada proses penghitaman adalah merupakan suatu formula yang mengandung unsur sulfid yaitu natrium thiosulfat (NA2S2O3, 5H1O). Pada pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa variasi konsentrasi natrium thiosulfat yaitu 3 g/1,4 g/1 dan 5 g/1, pada temperatur 60oC dengan variasi waktu 10, 15 dan 20 menit.Hasil pengujian ketahanan warna dan ketuaan warna menunjukkan bahwa penghitaman pada konsentrasi 5 g/1 natrium thiosilfat dengan waktu 10 menit akan memberikan hasil yang relatif baik.
Penelitian Pasta Prada Bentuk Emulsi Untuk Produk Batik Kun Lestari; Tien Suhartini; Sutadi Sutadi; Retno Haryanti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1052

Abstract

Zat warna prada baik yang berujud bubuk maupun pasta dilekatkan pada kain dengan bantuan binder metalik dan air pada kekentalan tertentu. Dari hasil penelitian yang terdahulu (Sulaeman dkk., DKB., Nomer X, 1992), ternyata pada saat pasta prada dilekatkan masih terdapat indikasi ketidaklancaran aliran melalui lubang canting. Hambatan tersebut akan diatasi dengan merubah campuran pasta prada menjadi sistem emulsi.Dalam percobaan ini sebagai pembentuk fasa kontinyu dipilih zat-zat berikut: minyak ikan, vernis dan terpentin yang digunakan baik secara tunggal atau campurannya, sedang komposisi dan waktu pembentukan emulsi dibuat variatif. Untuk membentuk sistem emulsi, dicoba 2 (dua) jenis emulsifier yaitu glycerin dan emulcifier TS.Hasil percobaan menunjukkan bahwa pasta prada dalam bentuk emulsi (W/O) dengan fase kontinyu campuran minyak ikan, vernis dan terpentin (0,25 : 1 :1 ), emulsifier TS dan waktu pembentukan emulsi 5 menit, meningkatkan kelancaran aliran secara total dengan laju kering 5 – 10 menit baik pada katun maupun pada sutera, di samping keunggulan yang lain seperti kilau dan ketahanan luntur terhadap pencucian dan gosokan.Zat warna prada baik yang berujud bubuk maupun pasta dilekatkan pada kain dengan bantuan binder metalik dan air pada kekentalan tertentu. Dari hasil penelitian yang terdahulu (Sulaeman dkk., DKB., Nomer X, 1992), ternyata pada saat pasta prada dilekatkan masih terdapat indikasi ketidaklancaran aliran melalui lubang canting. Hambatan tersebut akan diatasi dengan merubah campuran pasta prada menjadi sistem emulsi.Dalam percobaan ini sebagai pembentuk fasa kontinyu dipilih zat-zat berikut: minyak ikan, vernis dan terpentin yang digunakan baik secara tunggal atau campurannya, sedang komposisi dan waktu pembentukan emulsi dibuat variatif. Untuk membentuk sistem emulsi, dicoba 2 (dua) jenis emulsifier yaitu glycerin dan emulcifier TS.Hasil percobaan menunjukkan bahwa pasta prada dalam bentuk emulsi (W/O) dengan fase kontinyu campuran minyak ikan, vernis dan terpentin (0,25 : 1 :1 ), emulsifier TS dan waktu pembentukan emulsi 5 menit, meningkatkan kelancaran aliran secara total dengan laju kering 5 – 10 menit baik pada katun maupun pada sutera, di samping keunggulan yang lain seperti kilau dan ketahanan luntur terhadap pencucian dan gosokan.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

1996 1996


Filter By Issues
All Issue Vol 40, No 1 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 2 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 1 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 2 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 1 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 1 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 1 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28, No 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 27, No 1 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 26 (2009): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik No 10 (1992): Dinamika Kerajinan dan Batik No 9 (1991): Dinamika Kerajinan dan Batik No 8 (1988): Dinamika Kerajinan dan Batik No 7 (1987): Dinamika Kerajinan dan Batik More Issue