cover
Contact Name
Joni Setiawan
Contact Email
setiawanjoni@yahoo.com
Phone
+628151657716
Journal Mail Official
redaksi.dkb@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No 7 Yogyakarta
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Dinamika Kerajinan dan Batik : MAJALAH ILMIAH
ISSN : 20874294     EISSN : 25286196     DOI : http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v37i1
Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) adalah jurnal ilmiah untuk mempublikasikan hasil riset dan inovasi di bidang kerajinan dan batik. Ruang lingkup DKB adalah meliputi aspek bahan baku perekayasaan teknologi, proses produksi, penanganan limbah dan desain kerajinan dan batik. Jurnal ini diperuntukkan bagi para peneliti, akademisi, dan praktisi industri kerajinan dan batik. Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) is a scientific journal publishing research and innovation in field of handicrafts and batik. The scope of DKB is include raw materials, production processes, waste treatment and designs in handicrafts and batik sector. The journal is intended for researchers, scholars and practitioners from handicraft and batik.
Articles 275 Documents
BENTONIT SEBAGAI ZAT MORDAN DALAM PEWARNAAN ALAMI PADA BATIK MENGGUNAKAN KAYU SECANG (Caesalpinia Sappan Linn.) Dwi Wiji Lestari; Isnaini Isnaini; Irfaina Rohana Salma; Yudi Satria
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v35i2.4176

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kemungkinan penggunaan bentonit sebagai mordan potensial dalam pewarnaan alam pada kain batik katun dengan kayu secang (Caesalpinia Sappan Linn.). Karakterisasi bentonit dilakukan dengan menggunakan Spektrometer Infra Merah dan analisis banyaknya Al yang terkadung dalam bentonit alam dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). Proses mordan kain katun dilakukan dengan perbandingan berat kain:air 1:50. Variasi banyaknya bentonit yang digunakan yaitu 3%, 6%, dan 9% dari berat kain. Proses mordan dilakukan pada suhu 90 °C selama 45 menit dan dibiarkan selama 12 jam pada suhu kamar. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan ekstrak ZWA Kayu Secang hasil dari proses ekstraksi zat warna alam pada suhu 100 °C selama 60 menit. Hasil spektra IR memberikan informasi tentang keberadaan unit pembangun tetrahedral dalam kerangka bentonite serta interaksi ikatannya. Pita serapan khas untuk struktur bentonit diperoleh pada bilangan gelombang 794 cm¬-1, 470 cm¬-1 dan 1056 cm¬-1. Jumlah kandungan Al dalam sampel bentonit alam adalah 6,81%. Hasil pewarnaan sampel menggunakan ekstrak zat warna alam secang dengan mordan akhir bentonite memiliki arah warna merah kecoklatan dengan nilai ketuaan warna -36,38 pada sampel batik dengan mordan bentonit 3% adalah dan 36,76 pada sampel batik dengan mordan bentonit 9%. Keduanya memiliki nilai ketuaan warna yang hampir sama dengan sampel pewarnaan batik menggunakan mordan tawas yaitu sebesar -37,48. Hasil uji ketahanan luntur warna kain terhadap pencucian sampel pewarnaan menggunakan mordan bentonit memiliki nilai 4 (baik) untuk maksimum penggunaan 6% dan 3-4 (cukup baik) untuk sampel pewarnaan menggunakan mordan bentonite 9%. Berdasarkan hasil uji dan analisa yang dilakuklan, bentonit berpotensi untuk digunakan sebagai mordan dalam pewarnaan alam pada kain batik katun dengan kayu secang (Caesalpinia Sappan Linn.). Kata Kunci: batik, batik warna alam, secang, bentonit, mordan alam
Krisis Bahan Baku Seni Kerajinan Kayu di Jepara dan solusi Pemecahannya Edi Eskak
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v30i2.1112

Abstract

ABSTRAKKrisis bahan baku kayu jati yang sedang terjadi telah menurunkan produktivitas perajin dan perusahaan kerajinan kayu di Jepara. Banyak IKM yang menutup usahanya karena tidak mampu membeli bahan baku yang harganya semakin mahal karena ketersediaannya terbatas. Tulisan ini bertujuan menganalisis dan mencari pemecahan keterbatasan kayu jati sebagai bahan baku kerajinan kayu dengan berbagai pemikiran, agar IKM tetap mampu bertahan melanjutkan usaha. Metode pendekatan yang dipakai yaitu studi kepustakaan yang dipadukan dengan pengalaman bekerja di industri kerajinan kayu Jepara, serta observasi lapangan untuk mengetahui kondisi terkini. Hasil pembahasannya berupa beberapa alternatif solusi untuk memecahkan permasalahan krisis bahan baku pada industri kerajinan kayu Jepara, yaitu: 1) penggunaan jati kampung, 2) eksplorasi kayu jati ke berbagai daerah, 3) substitusi bahan baku non jati, 4) efisiensi penggunaan bahan baku kayu, 5) pengembangan desain hemat kayu berciri khas Jepara, 6) aplikasi dengan bahan lain, 7) pemanfaatan kembali limbah kayu, 8) recycle kayu bekas, 9) kayu jati sebagai bahan baku karya fine art dan high end product, 10) pemanfaatan bahan alternatif: bambu sebagai subtitusi kayu, 11) reboisasi hutan dan lahan kosong, 12) tata kelola hutan lestari. Kata Kunci: krisis, kayu jati, kerajinan kayu, JeparaABSTRACTTeak wood raw material crisis that is happening has reduced the productivity of craftsmen and wood crafts companies in Jepara. Many SMEs are shut down due to not be able to buy the more expensive price of raw materials because of their limited availability. This paper aims to analyze and find solutions to teak wood raw material shortages for wood craft with a variety of thought, so that SMEs still be able to survive to continue their businesses. Approximation method used is literature study combined with the experience of working in Jepara wood craft industry, as well as field observations to determine the current condition. The results of the discussion is in the form of several alternative solutions to solve the problems of raw material crisis in Jepara wood craft industry , namely : 1) the use of local teak wood, 2) teak wood exploration to various regions , 3) the substitution of non teak wood raw materials, 4) efficient use of raw materials , 5) the development of a efficient wood design in Jepara distinctively , 6) application with other materials, 7) wood waste recovery, 8) scrap wood recycle, 9) teak wood as raw material for works of fine art and high end product, 10) use of alternative materials : bamboo as a substitute for wood, 11 ) and the reforestation of vacant land, 12 ) sustainable forest governance.Keywords: crisis , teak , wood crafts , Jepara
Penelitian Pengaruh Beberapa Pelarut Organik Dalam Pembuatan Lilin Batik Cair Terhadap Proses Pembatikan Sulaeman Sulaeman; Tien Suhartini
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 8 (1988): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i8.973

Abstract

       Pembuatan lilin batik pasta merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan lilin batik cair pada suhu kamar yang siap pakai sehingga dapat dipergunakan seperti lilin batik tradisional.       Dalam menelitian ini lilin batik pasta diencerkan dengan berbagai variasi komposisi di dalam beberapa pelarut organik seperti: Aceton, Toluen, n-Hexana, Terpentin, sehingga diperoleh lilin batik cair. Selanjutnya lilin batik cair tersebut dicoba dibatik tuliskan, dan hasilnya dievaluasi.       Pada percobaan ini campuran 25,0 gram Toluen dan 15,5 gram Aceton yang dipergunakan untuk mengencerkan 100,0 gram lilin batik cair, lilin batik cair yang dihasilkan: lancar pada pembatikanya, tapak cantingnya tajam, tembus dan tak patah-patah, cukup tahan terhadap alkali yang dipergunakan pada proses pencelupan batik, mudah dilorod (dilepas kembali dari kain) tanpa meninggalkan noda, serta waktu pengeringannya 22,5 jam. 
PEMANFAATAN DAUN HARENDONG (Melastoma malabathricum) SEBAGAI PEWARNA ALAMI UNTUK KAIN KATUN Enur Azizah; Alex Hartana
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v35i1.3490

Abstract

Meningkatnya kesadaran di kalangan masyarakat tentang efek bahaya dari penggunaan zat pewarna sintetis membuat eksplorasi zat pewarna alami terus dilakukan. Banyak pewarna yang dihasilkan dari tumbuhan dan digunakan untuk pewarnaan tekstil. Penelitian dilakukan untuk mencari potensi dari daun harendong (Melastoma malabathricum) dalam menghasilkan pewarna alami untuk kain katun. Optimalisasi pewarnaan kain dilakukan dengan penambahan mordan berupa tawas [KAl(SO4)2.I2H2O], kapur sirih (Ca(OH)2), dan tunjung (FeSO4) saat proses fiksasi pada kain katun. Kain katun yang telah diwarnai diidentifikasi warnanya menggunakan RGB (Red Green Blue) Color Chart Reader. Kain katun yang diwarnai dengan ekstrak daun harendong menghasilkan warna Banana (#E3CF57). Pemberian mordan saat fiksasi berpengaruh terhadap warna kain. Kain yang difiksasi menggunakan tawas berwarna Khaki 1 (#FFF68F), sedangkan yang difiksasi menggunakan kapur sirih berwarna Lightgoldenrod 1 (#FFEC8B) dan kain yang difiksasi menggunakan tunjung berwarna Sgi Gray 36 (#5B5B5B). Penambahan mordan juga memberikan pengaruh baik terhadap ketahanan luntur warna pada kain katun akibat pengaruh pencucian dan paparan sinar matahari. Daun harendong berpotensi baik dalam mewarnai kain katun.
Pengaruh Anyaman Kain Bahan Polis Terhadap Efektivitas Proses Pengkilapan Perak Djumala Machmud
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i19.1095

Abstract

Proses pengkilapan perak banyak menggunakan cakram/polis dari kain blacu dan kain jeans/denim sehingga diperlukan pengkajian efektifitasnya.Kain blacu dan kain jeans/denim mempunyai anyaman berbeda sehingga karakter kedua kain tersebut tidak sama, kain blacu lebih kaku dari pada kain jeans. Perbedaan kedua sifat kain dalam perlakuan proes pengkilapan yang sama akan diperoleh tingkat kilau perak yang berbeda. Cakram/polis dibuat dari kain blacu dan kain jeans dengan ukuran ∅ 20 cm dan tebal 2,5 cm. Masing-masing mempunyai 2 buah jahitan melingkar dengan jarak jahitan (stitch) 0,5 cm. Kedua bahan polis dipakai untuk mengkilapkan perak berbentuk plat yang kemudian diuji kilaunyaKilau perak yang terjadi oleh polis dari kain blacu menghasilkan kilau pada skala 17.65 dan polis dari kain jeans menghasilkan kilau pada skala 19,35.Proses pengkilapan perak banyak menggunakan cakram/polis dari kain blacu dan kain jeans/denim sehingga diperlukan pengkajian efektifitasnya.Kain blacu dan kain jeans/denim mempunyai anyaman berbeda sehingga karakter kedua kain tersebut tidak sama, kain blacu lebih kaku dari pada kain jeans. Perbedaan kedua sifat kain dalam perlakuan proes pengkilapan yang sama akan diperoleh tingkat kilau perak yang berbeda. Cakram/polis dibuat dari kain blacu dan kain jeans dengan ukuran ∅ 20 cm dan tebal 2,5 cm. Masing-masing mempunyai 2 buah jahitan melingkar dengan jarak jahitan (stitch) 0,5 cm. Kedua bahan polis dipakai untuk mengkilapkan perak berbentuk plat yang kemudian diuji kilaunyaKilau perak yang terjadi oleh polis dari kain blacu menghasilkan kilau pada skala 17.65 dan polis dari kain jeans menghasilkan kilau pada skala 19,35.
Penerapan Produksi Bersih pada Proses Elektroplating Perak Kusreni Hastuti; Lies Susilaning Sri Hastuti; Surti Indriastuti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v25i1.1025

Abstract

Proses ektroplating perak adalah proses memberikan lapisan tipis perak pada permukaan suatu benda logam dengan bantuan arus listrik, dengan media pelapisan larutan elektrolit perak KAgCN. Benda yang dilapis berupa bros dari logam tembaga tembaga. Tahapan proses pelapisan meliputi: pengerjaan awal yang terdiri dart proses: polis, cuci lemak dan karat, proses pelapisan, pencucian, dan pengeringan. Hampir setiap tahapan proses elektroplating menggunakan bahan kimia yang akan terbuang menjadi limbah berbahaya, yaitu melalui pencucian dan pembilasan, tumpahan atau percikan dari bak elektrolit, sisa larutan elektrolit yang akan. Pada kegiatan ini diamati pengerjaan elektroplating perak sebanyak 240 buah bros, setiap kali proses sebanyak 24 bros dalam 3 liter elektrolit. Kegiatan penerapan produksi bersih pada proses ini adalah, mengganti bahan masukan pada saat pencucian air alam diganti dengan aquades, HCI atau H2S04 sebagai bahan pencuci diganti dengan asam jawa atau lerak, menggunakan elektrolit dengan konsentrasi minimum, memperkecil drag out, dan pengaturan layout proses. Hasil pengamatan menunjukan bahwa penerapan produksi bersih pada proses elektroplating perak menunjukkan bahwa pH limbah pencucian dan pembilasan dari 4~5 menjadi 6-7, penghematan bahan pelapis 5 %, meningkatkan efisiensi larutan elektrolit 5 % dan menurunkan produk rejek 5 %. Kata kunci : elektroplating perak, elektrolit, produksi bersih
PENGARUH BENTUK RUNNER CETAKAN RTV SILICONE RUBBER TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN KUALITAS PRODUKSI KERAJINAN PEWTER Zainul Arifin; Risdiyono Risdiyono; Istihanah Nurul Eskani; Joni Setiawan
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v36i2.5426

Abstract

Dalam proses produksi pewter menggunakan metode spin casting, memanfaatkan gaya sentrifugal mengalirkan logam cair untuk mengisi rongga cetakan oleh. Gaya sentrifugal yang diterjadi berasal dari cetakan yang diputar pada porosnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan metode spin casting adalah suhu pengecoran, tekanan cetakan, waktu pengecoran, dan kecepatan putaran. Selain itu desain cetakan terutama pada runner mempengaruhi efisiensi proses pengecoran. Dalam produksi kerajinan pewter dengan metode spin casting memiliki tingkat kegagalan yang tinggi dan produk yang dihasilkan tidak sempurna yang disebabkan proses pembuatan cetakan yang selama ini dilakukan mengabaikan bentuk runner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk runner dan posisi relief terhadap tingkat keberhasilan produksi serta membandingkan dan merumuskan cetakan yang paling optimal. Proses penelitian diawali dengan membuat master cetakan, membuat cetakan dengan RTV Silicone Rubber, melakukan pengecoran dan mengevaluasi hasil pengecoran. Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan perbandingan hasil pengecoran masing-masing cetakan. Cetakan yang paling optimal adalah cetakan yang memiliki bentuk runner lurus dengan model cetakan persegi.
Pemetaan Limbah Kerajinan dan Industri Kecil Menengah Berbasis Eco-Industrial Park Menuju Kawasan Zero Waste di Kabupaten Sukoharjo Fery Wisnu Saputro; Arif Kusumawanto; Anna Maria Sri Asih
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i2.1364

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini mengenai pengelolaan limbah industri kecil menengah di Kabupaten Sukoharjo yang mengintegrasikan antar IKM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi limbah IKM di Kabupaten Sukoharjo agar dapat meningkatkan kesejahteraan IKM secara ekonomi dan lingkungan dan untuk mengetahui apakah konsep eco-industrial park (EIP) bisa diterapkan pada IKM di Kabupaten Sukoharjo. Hasil dari penelitian ini adalah dengan merancang konsep zero waste dari limbah masing-masing IKM dengan cara mendaur ulang dan/atau menggunakan kembali limbah yang dihasilkan, kemudian memetakan pengelolaan limbah IKM dalam sistem EIP realistis dan EIP menuju ideal sehingga menjadi kawasan industri yang  zero waste. Pemanfaatan limbah IKM dengan konsep sistem EIP realistis mampu memperoleh penghematan sebesar  Rp172.176.360,- per bulan dan peningkatan keuntungan sebesar Rp79.705.000,- per bulan dengan BCR sebesar 2,15. Sedangkan pemanfaatan potensi limbah IKM dengan konsep sistem EIP menuju ideal mampu memperoleh penghematan sebesar  Rp166.447.860,- per bulan dan peningkatan keuntungan sebesar Rp 66.409.100,- per bulan dengan peningkatan investasi sebesar Rp2.289.182.500,- dengan nilai BCR sebesar 1,89. Hasil analisis dampak lingkungan dari sistem EIP realistis dan sistem EIP menuju ideal adalah memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Hasil analisis gap menunjukkan bahwa konsep (EIP) bisa diterapkan pada IKM di Kabupaten Sukoharjo.                       Kata kunci: IKM, limbah, EIP, zero waste ABSTRACTThis research is about Small Medium Industry (SMI) waste management which integrate SMIs in Sukoharjo. The aim of this study is to determine the potential of the SMI waste in order to improve the welfare of SMIs in Sukoharjo economically and environmentally, and to determine whether the concept of eco-industrial park (EIP) can be applied to SMIs in Sukoharjo. Results from this research is that with design the concept of zero waste from each IKM waste by recycling and / or reuse of waste produced, then mapping the SMI waste management to realistic EIP system and EIP towards the ideal system thus becoming a zero waste industrial region.  SMIs waste utilization with realistic EIP system capable of obtaining savings of Rp172.176.360, - per month and an increase in profit of Rp79.705.000, - per month with BCR of 2.15. While the concept of EIP towards the ideal system capable of obtaining savings of Rp166.447.860, - per month and an increase in profit of Rp 66.409.100, - per month with an increase in investment of Rp2,289,182,500,- with BCR of 1.89. Results of analysis of the environmental impact of EIP realistic system and EIP towards the ideal system is to have a positive impact to the environment. Results of the analysis gap shows that concept of EIP can be applied to SMIs in Sukoharjo. Keywords: SMI, waste, EIP, zero waste
Pengolahan Limbah Cair Batik Proses Pencelupan Naphtol Untuk Memperkecil Kadar Pencemar Sulaeman Sulaeman; Kun Lestari; Sutadi Sutadi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1054

Abstract

Telah dilakukan cara pengolahan limbah cair batik hasil proses pencelupan dengan zat warna Naphtol secara laboratoris. Limbah cair diidentifikasi dan kemudian diolah dengan cara koagulasi, pengendapan, penyaringan dan absorpsi.Lima contoh-uji masing-masing 500 ml limbah cair dikoagulasikan dengan menggunakan: larutan tawas 10% 35,0 ml, larutan tawas 10% 40,0 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis masing-masing 20,0 ml dan 1,5 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis 20,0 ml dan 2,0 ml serta campuran larutan tawas 10% dan kaporit 5% 25,0 ml dan 12,5 ml. Kelima contoh-uji kemudian diaduk, diendapkan, disaring dan diabsorpsi dengan karbon aktif.Dari hasil penelitian, penggunaan larutan tawas 10% sebanyak 40,0 ml pada 500 ml limbah cair atau penggunaan tawas padt sebanyak 8 g/1 limbah cair dengan waktu pengendapan selama 24 jam dan waktu kontak dengan karbon aktif selama 5 menit merupakan kondisi terbaik yang dapat menurunkan nilai parameter pencemar atau efisiensi pengolahan sebesar 95 – 98%.Telah dilakukan cara pengolahan limbah cair batik hasil proses pencelupan dengan zat warna Naphtol secara laboratoris. Limbah cair diidentifikasi dan kemudian diolah dengan cara koagulasi, pengendapan, penyaringan dan absorpsi.Lima contoh-uji masing-masing 500 ml limbah cair dikoagulasikan dengan menggunakan: larutan tawas 10% 35,0 ml, larutan tawas 10% 40,0 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis masing-masing 20,0 ml dan 1,5 ml, campuran larutan tawas 10% dan H2SO4 teknis 20,0 ml dan 2,0 ml serta campuran larutan tawas 10% dan kaporit 5% 25,0 ml dan 12,5 ml. Kelima contoh-uji kemudian diaduk, diendapkan, disaring dan diabsorpsi dengan karbon aktif.Dari hasil penelitian, penggunaan larutan tawas 10% sebanyak 40,0 ml pada 500 ml limbah cair atau penggunaan tawas padt sebanyak 8 g/1 limbah cair dengan waktu pengendapan selama 24 jam dan waktu kontak dengan karbon aktif selama 5 menit merupakan kondisi terbaik yang dapat menurunkan nilai parameter pencemar atau efisiensi pengolahan sebesar 95 – 98%.
Halaman Belakang Vol 37 No 2 Tahun 2020 Redaksi DKB
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v37i2.6742

Abstract

Abstrak

Page 5 of 28 | Total Record : 275


Filter by Year

1987 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 40, No 1 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 2 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 1 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 2 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 1 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 1 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 1 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28, No 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 27, No 1 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 26 (2009): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik No 10 (1992): Dinamika Kerajinan dan Batik No 9 (1991): Dinamika Kerajinan dan Batik No 8 (1988): Dinamika Kerajinan dan Batik No 7 (1987): Dinamika Kerajinan dan Batik More Issue