cover
Contact Name
Agni Susanti
Contact Email
agniesusanti2204@gmail.com
Phone
+6287722631615
Journal Mail Official
obstetrianestesi@gmail.com
Editorial Address
Department of Anesthesiology and Intensive Care Dr. Sardjito General Hospital Yogyakarta Jl.Jl. Kesehatan No.1, Senolowo, Sinduadi, Yogyakarta
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia
ISSN : -     EISSN : 2615370X     DOI : https://doi.org/10.47507/obstetri.v3i2
Core Subject : Health, Science,
We accept manuscripts in the form of Original Articles, Case Reports, Literature Reviews, both from clinical or biomolecular fields, as well as letters to editors in regards to Obstetric Anesthesia and Critical Care. Manuscripts that are considered for publication are complete manuscripts that have not been published in other national journals. Manuscripts that have been published in the proceedings of the scientific meeting can still be accepted provided they have written permission from the organizing committee. This journal is published every 6 months with 8-10 articles (March, September) by Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC).
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 5 No 2 (2022): Juli" : 8 Documents clear
Trombositopenia pada Pasien dengan Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria dan Gagal Jantung Akut yang Menjalani Seksio Sesarea Renaldy Sobarna; Indria Sari; Dewi Yulianti Bisri
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 2 (2022): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i2.89

Abstract

Trombositopenia merupakan manifestasi yang jarang dari Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH). PNH merupakan penyakit kronik sangat jarang yang disebabkan oleh mutasi somatik yang secara klasik ditandai dengan urin kehitaman di pagi hari dan disertai dengan gejala anemia hemolitik, splenomegali, kekuningan dan hemoglobinuria. Laporan kasus ini mengenai wanita 30 tahun yang telah didiagnosa PNH dan menjalani Seksio Sesarea emergensi. Pasien didiagnosa PNH dan mendapat pengobatan namun berhenti mengkonsumsi obat PNH dan pada saat pemeriksaan preoperatif terdapat trombositopenia, transfusi trombosit telah dilakukan beberapa kali namun jumlah hitung trombosit tetap rendah. Kondisi pasien diperberat dengan gagal jantung akut karena preeklampsia, kondisi ini mengakibatkan pasien tidak dapat mentoleransi keadaan kelebihan cairan maupun obat anestesi berlebihan yang dapat menekan hemodinamik. Tes fungsi trombosit dilakukan dengan pemeriksaan waktu perdarahan, meskipun hasilnya mungkin tidak akurat. Pasien ini memerlukan persiapan darah yang lengkap karena kemungkinan perdarahan intraoperatif dan keadaan trombositopenia. Transfusi trombosit dilakukan selama prosedur, agar trombosit dapat berfungsi dibandingkan disekuesterasi atau dihancurkan pada lien. Selama operasi pasien ini memerlukan pemantauan ketat dengan persiapan pengukuran tekanan darah secara invasif. Penggunaan obat opioid yang sering digunakan pada operasi pasien dengan kelainan jantung perlu diperhitungkan dengan seksama karena dapat mempengaruhi neonatus yang akan dilahirkan. Manajemen pasca anestesi pada pasien ini memerlukan analgetik yang adekuat dan observasi ketat hemodinamik. Manajemen anestesi pada pasien ini sulit karena jarangnya penyakit ini dan terdapat komplikasi sebelum prosedur.
Manajemen Anestesi pada Gravida dengan Plasenta Previa Totalis Suspek Plasenta Akreta yang Dilakukan Seksio Sesarea dengan Teknik Anestesi Spinal di Era Pandemi Syaiful Yudhi Nurachman; Ruddi Hartono; Isngadi Isngadi
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 2 (2022): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i2.92

Abstract

Plasenta previa dan riwayat seksio sesarea merupakan faktor penting ter-jadinya plasenta akreta, plasenta akreta kasusnya meningkat seiring peningkatan jumlah per-salinan dengan seksio sesarea. Pada kasus ini, wanita berusia 37 tahun, G4P3Ab0 usia kehamilan 37–38 minggu dipersiapkan seksio sesarea elektif dan histerektomi akibat plasenta previa totalis suspek plasenta akreta berdasarkan hasil ultrasonografi dengan skor indeks plasenta akreta 6,5 (probabilitas 83%). Untuk mengurangi timbulnya aerosol dalam pencegahan penyebaran COVID-19, pasien dilakukan tindakan anestesi spinal dengan regimen levobupivacaine dengan adjuvant morfin 0,2 mg, fentanyl 25 mcg, clonidin 30 mcg dengan lama operasi 5 jam 30 menit dan dilakukan intervensi hemodilusi hipervolemik untuk mengurangi transfusi darah. Perdarahan intraoperatif 4900 cc dan diberikan transfusi 2 unit PRC dan 2 unit WB. Pasca operasi dirawat di ICU dan tidak ada komplikasi. Hari pertama pasca operasi pasien pindah ke ruang intensif. Teknik spinal pada seksio sesarea dengan plasenta akreta dapat menjadi alternatif manajemen anestesi di era pandemi karena mencegah timbulnya aerosol, dan regimen levobupivacaine dapat memperpanjang durasi anestesi serta hemodilusi hipervolemik dapat mengurangi kebutuhan transfusi darah.
Nilai Indeks Perfusi Preoperatif sebagai Prediktor Hipotensi Pasca Anestesi Spinal dengan Lidokain Hiperbarik pada Seksio Sesarea Rudi Hartono Sinaga; Eddy Rahardjo; Mariza Fitriati; Prihatma Kriswidyatomo
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 2 (2022): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i2.94

Abstract

Latar Belakang: Hipotensi yang sering terjadi setelah anestesi spinal pada seksio sesarea membawa efek negatif yang kuat bagi ibu dan janin.Tujuan: Menganalisis hubungan nilai Indeks Perfusi (PI) preoperatif dengan hipotensi setelah anestesi spinal menggunakan lidokain hiperbarik pada seksio sesarea.Subjek dan Metode: Empatpuluh ibu bersalin yang memenuhi kriteria inklusi terlibat dalam penelitian observational prospektif ini. Terbagi menjadi kelompok pertama dengan PI≤3,5 dan kelompok kedua dengan PI>3,5. Efek hipotensi setelah dilakukan anestesi spinal dengan lidokain hiperbarik yang disuntikkan pada sela L3-L4 dievaluasi. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Uji Pasti Fisher untuk menganalisis hubungan antara nilai PI dengan hipotensi. Plot kurva receiver operator characteristic (ROC) digunakan untuk menentukan nilai cut-off PI sebagai prediktor untuk hipotensi.Hasil: Angka kejadian hipotensi pada kelompok pertama adalah 16,7%, dan kelompok kedua adalah 89,3%. Rata-rata nilai cut-off PI awal menurut plot kurva ROC dalam penelitian ini adalah 4,1 (p=0,002) dengan sensitivitas 78,6% dan spesifisitas 80,8%. Hasil menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara nilai PI awal (cut-off 4,1) dengan hipotensi dalam 30 menit setelah anestesi spinal (p=0,001; odds ratio 10,5).Simpulan: Indeks perfusi (PI) preoperatif dengan nilai cut-off 4,1 valid sebagai prediktor hipotensi setelah anestesi spinal pada seksio sesarea.
Manajemen Anestesi pada Pasien Preeklampsia Berat disertai Impending Thyroid Storm yang Dilakukan Seksio Sesarea Rory Denny Saputra; Iwan Nuryawan; Rapto Hardian; Nurhayani Nurhayani; Kenanga Marwan Sikumbang
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 2 (2022): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i2.95

Abstract

Hipertiroid yang tidak terkontrol selama kehamilan dapat menyebabkan preeklamsia. Preeklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan kematian maternal. Wanita hamil yang mengalami preeklamsia dan hipertiroid tidak terkontrol memerlukan pemantuaan ketat dan terminasi kehamilan. Manajemen perioperatif dan anestesi yang tepat diperlukan pada kasus ini untuk mencegah terjadinya badai tiroid dan perburukan pasien akibat preeklamsia. Wanita 26 tahun dengan preeklampsia berat dan hipertiroid. Pada pemeriksaan fisik terdapat pembesaran kelenjar tiroid, eksoftalmus, tremor dan telapak tangan teraba lembab. Tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 145 kali permenit, temperatur 36,7°C, SpO2 99% dengan O2 simple mask 5 lpm. pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin 12,7 gr/dL, FT4 33,08 ug/dl TSH 0,002 uU/ml, dan protein urin positif. Skor indeks Wayne 24 dan skala Burch Wartofsky’s 35. Sebelum operasi, pasien mendapatkan MgSO4 40% intravena, thyrozol, propanolol dan lugol. Pasien menjalani seksio sesarea dengan anestesi spinal menggunakan bupivakain hiperbarik 0,5% 12,5 mg dan ajuvan fentanil 25 mcg. Pasien menjalani perawatan selama empat hari dengan hemodinamik stabil dan dipulangkan tanpa komplikasi. Manajemen perioperatif dan anestesi yang tepat pada wanita hamil yang disertai preeklamsia berat dan hipertiroid tidak terkontrol dapat mencegah terjadinya perburukan kondisi pasien. Pemilihan anestesi spinal memiliki keuntungan dan aman dilakukan pada kasus ini.
Perbandingan antara Pregabalin 50 mg dengan 75 mg terhadap Derajat Nyeri dan Rescue Analgesia Pascabedah Seksio Sesarea Muh. Wirawan Harahap; Syafruddin Gaus; Muh. Ramli Ahmad; Alamsyah Husein; Nur Surya Wirawan
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 2 (2022): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i2.96

Abstract

Latar Belakang: Nyeri pascabedah yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan konsekuensi fisiologis dan psikologis pada wanita yang menjalani seksio sesarea (SC). Pregabalin menjadi pilihan preventif analgesia untuk mengurangi nyeri neuropatik, inflamasi, iritasi jaringan, dan nyeri pascabedah SC.Tujuan: membandingkan efek pemberian pregabalin 50 mg dengan 75 mg kombinasi parasetamol 1 g terhadap skor numerical rating scale (NRS) dan rescue analgesia SC. Subjek dan Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan uji klinis acak tersamar ganda. Sampel terdiri atas 2 kelompok yakni P1 (kelompok yang mendapatkan pregabalin 50 mg/oral dan parasetamol 1 g intravena 1 jam prabedah) dan P2 (kelompok yang mendapatkan pregabalin 75 mg/oral dan parasetamol 1 g intravena 1 jam prabedah) dengan jumlah sampel masing-masing 15 orang. Data dianalisis menggunakan uji statistik Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Hasil: NRS diam dan gerak pada jam ke 2, 4, 6 dan 12 pascabedah SC pada kelompok P2 lebih rendah dibandingkan kelompok P1 dengan nilai p<0,05. Kelompok P1 lebih banyak mendapatkan rescue analgesia dibandingkan kelompok P2 dengan nilai p<0,05.Simpulan: Skor NRS diam, gerak, dan rescue analgesia pada kelompok pregabalin 75 mg kombinasi parasetamol 1 g lebih rendah dibandingkan kelompok pregabalin 50 mg kombinasi parasetamol 1 g pascabedah SC.
Emboli Udara Vena saat Seksio Sesarea Dewi Yulianti Bisri; Tatang Bisri
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 2 (2022): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i2.97

Abstract

Seksio sesarea telah dikaitkan dengan emboli udara vena (venous air embolism/VAE). Sinus uterus rentan sebagai pintu masuk udara, terutama dengan adanya plasenta previa. Insiden VAE selama seksio sesarea telah dilaporkan antara 9,5% dan 65%, dan ini dapat terjadi selama anestesi epidural, anestesi spinal, dan anestesi umum. Emboli udara dalam sirkulasi paru dapat menyebabkan ketidakcocokan ventilasi/perfusi dan dapat menurunkan saturasi oksigen. Nyeri dada dan dyspnea dapat dikaitkan dengan VAE, dan juga telah diamati adanya perubahan ECG. Sebagian besar perubahan terjadi pada sayatan uterus dan persalinan serta pada saat eksteriorisasi uterus. Oleh karena itu, saturasi oksigen, tekanan darah, dan denyut nadi harus dipantau secara ketat selama persalinan dan segera pascapersalinan
Terapi Penggantian Ginjal Berkelanjutan pada Pasien Eklampsia dengan Komplikasi Sepsis dan Distres Pernapasan Akut Steven Martin Fuliman; Ruddi Hartono; Isngadi isngadi
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 2 (2022): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i2.98

Abstract

Eklampsia telah didokumentasikan selama lebih dari 2400 tahun dengan gambaran awal sindrom prodromal yaitu pre-eklampsia (sebelumnya disebut sebagai toksemia dalam kehamilan). Pasien dengan eklampsia tidak jarang dibarengi dengan berbagai macam komplikasi sehingga memperburuk keluaran dari pasien, dan memerlukan perawatan intensif dan tatalaksana lebih lanjut. Ibu hamil usia 36 tahun dengan usia kehamilan 36–37 minggu dirujuk ke Rumah sakit dengan diagnosis eklampsia dengan distres pernafasan akut akibat edema paru. Pasien dilakukan intubasi saat di ruang gawat darurat dan seksio sesarea cito. Pasca operasi pasien di rawat di intensive care unit untuk tatalaksana lebih lanjut. Terapi penggantian ginjal berkelanjutan atau Continuous Renal Replacement Therapy (CRRT) digunakan untuk memberikan dukungan ginjal pada pasien sakit kritis dengan gagal ginjal akut, terutama pasien dengan hemodinamik tidak stabil. Pada Ibu hamil dengan eklampsia tidak jarang dapat berkembang ke komplikasi seperti distres pernafasan akut akibat edema pulmonum, pneumonia hingga sepsis yang dapat membuat gagal ginjal akut pada pasien. Modalitas pada terapi penggantian ginjal salah satunya dapat memodulasi cytokine sebagai terapi tambahan pada sepsis selain memperbaiki fungsi ginjal, yang diharapkan bisa memperbaiki keluaran pada pasien. Terapi penggantian ginjal berkelanjutan pada pasien saat hari ke tiga perawatan di ICU dengan hasil keluaran yang baik, pasien dilakukan ekstubasi pada hari ke enam perawatan di ICU. Pasien diperbolehkan keluar dari rumah sakit saat perawatan hari kesepuluh dan tidak memerlukan dialisis lebih lanjut.
Manajemen Hipertiroid pada Kehamilan Reni Anggraeni; Tjahya Aryasa EM
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 2 (2022): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i2.102

Abstract

Hipertiroid pada kehamilan didefinisikan sebagai peningkatan kadar free T4. Hipertiroid terjadi pada 2/1000 kehamilan dimana 85% disebabkan oleh penyakit Graves. Hipertiroid yang tidak terkontrol selama kehamilan meningkatkan resiko preeklampsia berat pada ibu, berat badan lahir rendah pada kehamilan dan badai tiroid intraoperatif. Masalah perioperatif yang perlu diperhatikan pada ibu hamil dengan hipertiroid adalah sirkulasi hiperdinamik yang mengarah kepada gagal jantung, disritmia jantung, kesulitan pengelolaan jalan nafas, serta badai tiroid. Resiko badai tiroid dapat diminimalkan dengan persiapan preoperatif yang baik dari pasien hipertiroid, salah satunya dengan cara menghambat sintesa dan sekresi hormon tiroid sebelum operasi. Terapi utama hipertiroid pada kehamilan adalah propilthiourasil (PTU) dan methimazole dimana keduanya sama efektif dalam mengontrol tirotoksikosis dalam kehamilan. Akan tetapi, PTU lebih direkomendasikan sebagai terapi lini pertama pengobatan hipertiroid pada kehamilan terutama di trimester pertama karena tidak mengganggu organogenesis. Manajemen anestesi operasi elektif termasuk optimalisasi kondisi pasien hingga eutiroid, dimana pengobatan diberikan selama 2–3 minggu, sebelum direncanakan operasi. Sedangkan pada kasus gawat darurat, pasien diberikan terapi seperti pada pasien dengan badai tiroid yaitu PTU, glukokortikoid intravena, natrium iodida, dan propranolol. Pasien hamil dengan hipertiroid tidak terkontrol yang akan dilakukan operasi darurat, diperlakukan seperti badai tiroid dan diberikan terapi sesuai. Tidak ada perbedaan signifikan antara anestesi umum dengan anestesi regional pada pasien hamil dengan hipertiroid, namun anestesi regional lebih dipilih karena resiko yang lebih kecil, dan dipersiapkan obat-obat untuk antisipasi terjadinya badai tiroid perioperatif

Page 1 of 1 | Total Record : 8