cover
Contact Name
Yohanes Hasiholan Tampubolon
Contact Email
jotampubolon@ymail.com
Phone
+62263-2323854
Journal Mail Official
tedeum@sttsappi.ac.id
Editorial Address
Kp. Palalangon RT 02 RW 09, Desa Kertajaya, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Kotak Pos 10 Ciranjang 43282 Cianjur, Jawa Barat
Location
Kab. cianjur,
Jawa barat
INDONESIA
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan)
ISSN : 22523871     EISSN : 27467619     DOI : http://doi.org/10.51828/td
Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk memublikasikan hasil kajian ilmiah dan penelitian dalam lingkup kajian: 1. Penelitian teologi dan tinjauan Alkitabiah (Theological and Biblical research) 2. Pembangunan pedesaan (rural development) 3. Pendidikan kristen (Christian education) 4. Misi holistik (holistic mission) 5. Etika Kristen (Christian ethics).
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 12 No 2 (2023): Januari-Juni 2023" : 8 Documents clear
Memahami manusia sebagai makhluk paradoksal dalam praktik Pendidikan Agama Kristen Noh Ibrahim Boiliu; Bernadetha Nadeak
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 12 No 2 (2023): Januari-Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v12i2.209

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan sifat paradoks manusia dalam praktik pendidikan. Manusia sebagai makhluk paradoksal adalah makhluk yang bebas namun bertanggung jawab, yang berarti bahwa manusia tidak hanya bergantung dan ada untuk dirinya sendiri, tetapi juga ada secara independen sambil terhubung atau bergantung pada orang lain. Hal ini menegaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial paradoks mempengaruhi pandangan mereka tentang hubungan antara manusia. Metode deskriptif analitis digunakan dalam menganalisis artikel untuk mensintesis dan menarik kesimpulan. Dalam kegiatan ini, baik guru dan murid memberi diri mereka untuk terlibat dan belajar bersama. Guru memberikan waktu, energi, dan kompetensinya, sementara murid memberikan diri mereka untuk diajarkan dan bersedia mengikuti petunjuk dan arahan guru. Kesadaran atas tanggung jawab peran dan tugas masing-masing membawa kehangatan ke dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini hanya dapat terjadi jika kedua belah pihak saling bergantung dan menyadarinya.
Kota-kota perlindungan dalam kitab Yosua 20:1-9 dan Bilangan 35:9-34 Aeron Frior Sihombing; Barnabas Ludji; Pelita Surbakti
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 12 No 2 (2023): Januari-Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v12i2.222

Abstract

Masalah dalam penelitian ini adalah mengenai kota-kota perlindungan dalam Yosua 20:1-9 dan Bilangan 35:9-34. Topik yang sama mengenai kota perlindungan, namun memiliki perbedaan yang signifikan. Penelitian ini akan membandingkan persamaan dan perbedaan antara kota-kota perlindungan menurut Yosua 20:1-9 dan Bilangan 35:9-34 dan memaparkan relevansinya dengan orang percaya di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis kritis, melalui kritik redaksi, kritik sumber dan kritik bentuk. Kota-kota perlindungan dalam Yosua 20:1-9 dan Bilangan 35:9-35, baik dari sisi redaktur, sumber maupun sitz im leben berbeda, sehingga tujuan teologinya pun berbeda. Namun, kesamaannya ada di paradigma kota perlindungan dari kedua teks ini, yaitu untuk kemanusiaan dan kultus. Refleksi bagi penegakan hukum di Indonesia adalah penegakan hukum haruslah adil tanpa memandang status sosial dan sama rata terhadap seluruh penduduk Indonesia.
Kisah Para Rasul 4:32-37 sebagai model diakonia integratif partisipatoris Stefanus Rachmat Budiman; Gery Altobely Seroh
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 12 No 2 (2023): Januari-Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v12i2.225

Abstract

Pandemi Covid-19 mendisrupsi seluruh tatanan hidup manusia termasuk gereja. Gereja ‘dipaksa’ menerapkan pola berbeda pada konteks new normal. Tulisan bertujuan meneliti aspek pelayanan diakonia gereja untuk mengaktualkan model baru sebagai solusi, khususnya menyangkut kebutuhan umat. Dalam perubahan eksesif, tidak cukup memberi solusi dengan model diakonia yang hanya dibebankan pada satu departemen di gereja. Butuh model pelayanan yang terintegrasi, tidak tertuju hanya pada pemenuhan materi juga pada perhatian psikis dan spiritual yang terdampak. Urgensinya model pelayanan diakonia yang konstruktif yang tidak hanya menyinergikan seluruh komponen, juga menyentuh kebutuhan batin. Tanpa bermaksud menafikan praktik diakonia gereja, tulisan berupaya menawarkan model diakonia yang bersifat terintegratif dan partisipatoris. Penelitian terfokus pada praksis diakonia pada Kisah Para Rasul 4:32-37. Metodologi penelitian dilakukan melalui kajian hermeneutika, dengan fokus penekanan pada aspek historis dan sosial. Hasil eksegesis akan dirangkum menjadi model diakonia partisipatoris yang bersifat konstruktif dan terintegratif.
Kontekstualisasi menurut Kisah Para Rasul 17:16-34 Iwan Setiawan; Reagen Petrus Banea
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 12 No 2 (2023): Januari-Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v12i2.227

Abstract

Pelaksanaan kontekstualisasi tidak semudah yang dibayangkan, karena manusia adalah makhluk sosial yang terdiri dari adat istiadat dan kebudayaan yang berbeda-beda, maka sangatlah penting untuk mengerti dan memahami perlunya kontekstual dalam melakukan pemberitaan injil. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana kontekstualisasi dapat menolong orang percaya dalam melakukan penginjilan di tengah-tengah keberagaman budaya dan adat istiadat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kontekstualisasi adalah suatu tindakan sebagai refleksi dari setiap orang percaya kepada Tuhan, berupaya untuk menjelaskan iman kristen dalam konteks ruang dan waktu tertentu. Menurut Kisah Para Rasul 17:16-34 menjelaskan beberapa hal mengenai kontekstualisasi yang Paulus lakukan, yaitu kontekstualisasi lahir dari hati yang terbeban. Kontekstualisasi dilakukan dengan cara bertukar pikiran, memuji budaya orang Atena dan memberitakan tentang Injil Yesus Kristus. Dan dampak dari kontekstualisasi yaitu: dampak positifnya adalah orang menjadi percaya dan dampak negatifnya adalah pemberita injil dapat mengalami penolakan.
Pengaruh Alkitab dalam pergerakan nasionalisme Roynaldy Simaremare
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 12 No 2 (2023): Januari-Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v12i2.228

Abstract

Artikel ini melihat pengaruh Alkitab dalam pergerakan nasionalisme Amir Syarifuddin sekaligus sumbangsih kekristenan di Indonesia. Amir Syarifuddin merupakan pejuang Kristen yang memiliki pengaruh besar dalam membangun pondasi dan melahirkan pikiran besar tentang pergerakan nasionalisme Indonesia. Keterlibatan Amir Syarifuddin terhadap pergerakan nasionalisme merupakan salah satu tokoh penting agar terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Namun, perjuangannya dalam kemerdekaan Indonesia masih belum mendapat tempat dalam historiografi pergerakan nasionalisme di Indonesia. Kontribusinya dalam melawan penjajah dan emansipasi nasional begitu besar hingga pasca-kemerdekaan. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif yang mengacu pada peran sentral Alkitab terhadap nilai-nilai dasar pergerakan nasionalisme Amir Syarifuddin. Alkitab menjadi basis perjuangan melawan penjajah, penanaman nilai-nilai nasionalisme dan proses pembentukan identitas.
Dari politik ke politiknya Allah Salomo Sihombing
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 12 No 2 (2023): Januari-Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v12i2.236

Abstract

Tulisan ini berfokus pada konteks perpolitikan di Indonesia, khususnya Pemilihan Presiden (Pilpres) yang akan terselenggara pada tahun 2024. Sisi yang coba dideskripsikan dan dianalisis adalah terkait memaknai politik (Pilpres 2024) tersebut dari perspektif 1 Samuel 8:4-9; 16:7, 11-13. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Prosesnya diawali dengan memberikan data sejarah ringkas yang berhubungan dengan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sejak berlangsungnya pemilihan secara langsung oleh rakyat (2004) sampai saat ini. Lanjut kepada pemaparan peta perpolitikan di Indonesia sekarang, narasi-narasi politis yang dimunculkan baik oleh sisi kekuasaan dan juga sisi oposisi untuk melihat sumbangsihnya bagi kemajuan bangsa. Melalui proses itu terlihat jelas bahwa perpolitikan menuju Pilpres 2024 bertumpu pada politik manusia (politics). Sementara, melalui proses hermeneutika 1 Samuel 8:4-9; 16:7, 11-13 ditunjukkan bahwa suksesi kepemimpinan yang terjadi ada dalam tindakan politis-Nya Allah (Theopolitics). Dengan demikian, terjadi pergeseran makna dari “Politics” ke “Theopolitics.”
Anteseden dan kualifikasi kepemimpinan gereja masa kini berdasarkan Titus 1:5-16 Dreitsohn Franklyn Purba; Sunarto Sunarto; Kendy Wahyudi
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 12 No 2 (2023): Januari-Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v12i2.259

Abstract

Kepemimpinan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pencapaian tujuan suatu organisasi, termasuk gereja. Perubahan global yang begitu deras pada era pasca industri saat ini telah menghadirkan paradigma, penekanan, dan nilai-nilai baru. Perubahan yang terjadi bisa berdampak positif dan negatif. Para pemimpin pada satu sisi dituntut untuk tetap memiliki nilai-nilai kebenaran yang tidak berubah, dan pada saat yang sama juga dituntut untuk beradaptasi. Berbagai peristiwa yang menunjukkan para pemimpin gereja, telah melenceng dari nilai-nilai kebenaran, seperti perbuatan amoral, korupsi, perselingkuhan, perceraian, dan perilaku negatif lainnya telah mencoreng wajah gereja. Oleh karena itu, tujuan dari artikel ini adalah memaparkan kualifikasi kepemimpinan gereja masa kini atau yang menjadi faktor anteseden kepemimpinan gereja berdasakan Titus 1:5-16. Melalui metode biblika-eksegesis dan literature review, penulis menemukan bahwa kualifikasi kepemimpinan dengan nilai-nilai dasar kekristenan dalam konteks kepemimpinan gereja menjadi mutlak untuk ditekankan kepada para pemimpin gereja agar dapat berdampak secara efektif kepada warga gereja yang dipimpinnya.
Meneropong "Christ-centeredness" dalam Katekismus Heidelberg dari sudut pandang kerangka struktur Janice Christie
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 12 No 2 (2023): Januari-Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v12i2.270

Abstract

Katekismus Heidelberg menyajikan pengajaran penting yang kaya serta berlimpah tentang Allah Anak, Yesus Kristus. Secara eksplisit, pengajaran tentang Kristus memang hanya terdapat pada pertanyaan-jawaban 29-52 (24 pertanyaan-jawaban). Meskipun demikian, hal ini sama sekali tidak berarti bahwa pengajaran tentang Kristus hanya terdapat pada bagian ini saja. Artikel ini mencoba menganalisa kekayaan pengajaran yang terdapat dalam Katekismus Heidelberg dari sudut pandang struktural secara keseluruhan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Hasil dari penelitian ini adalah pengajaran tentang Kristus mendasari keseluruhan Katekismus Heidelberg. Seluruh rangkaian struktural katekismus yang tersusun dalam tiga topik besar yang terbagi menjadi 129 pertanyaan dan jawaban adalah berpusatkan kepada Kristus bahkan menjadi inti teologi Katekismus Heidelberg. Dengan demikian, gereja-gereja Reformed masa kini dapat terus mengajarkan dan membina jemaatnya dengan kurikulum pembinaan berbasis Katekismus Heidelberg ini guna membangun fondasi iman yang sehat dan bersumber pada Alkitab sebagai Firman Tuhan.

Page 1 of 1 | Total Record : 8