cover
Contact Name
Charlie D. Heatubun
Contact Email
charlie_deheatboen@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
ishjurnal@gmail.com
Editorial Address
Jl. Brigjen Mariner(Purn)Abraham O. Atururi, Kompl. Perkantoran Arfai, Manokwari 98311
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan
ISSN : 27160491     EISSN : 2722516X     DOI : https://doi.org/10.47039/ish
Core Subject : Agriculture, Social,
Igya ser hanjop adalah jurnal yang menyediakan sumber informasi ilmiah yang ditujukan untuk peneliti, lembaga penelitian, instansi pemerintah, dan pemangku kepentingan. Jurnal ini menerbitkan manuskrip penelitian asli yang berfokus pada hasil penelitian tentang semua aspek pembangunan berkelanjutan.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 3 No 2 (2021)" : 7 Documents clear
Pengaruh Sasi pada Keragaman Jenis, Komposisi dan Kelimpahan Megabentos di Perairan Kabupaten Teluk Wondama Adrian Jentewo; Muhammad Lazuardi
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 3 No 2 (2021)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.3.2021.139-148

Abstract

Sasi merupakan salah satu bentuk pengelolaan dan perlindungan sumber daya alam yang dipraktekkan berbagai masyarakat pesisir di Papua dan Maluku. Banyak pelaksana konservasi menyimpulkan sasi merupakan salah pendekatan pengelolan dan konservasi sumber daya pesisir yang efektif. Walaupun sudah banyak dipraktekkan masyarakat dan banyak membahas tingkat keefektivan penerapan sasi, namun masih terbatas penelitian mengenai dampak sasi pada sumber daya itu sendiri. Penelitian ini bertujuan melihat dampak pelaksanaan sasi keragaman spesies, komposisi spesies dan kelimpahan individu pada lokasi-lokasi yang diberlakukan sasi dan daerah yang tidak memberlakukan sasi di Kabupaten Teluk Wondama. Penelitian menggunakan purposive sampling, dimana megabentos disurvei pada jalur 100 m x 5 m oleh 3 peneliti dengan cara berenang. Hasil penelitian ini mencatat lebih banyak spesies dan jumlah individu megabentos pada lokasi sasi dibandingkan lokasi non sasi. Hasil perhitungan Shannon-Weiner Index Diversity bahwa keanekaragaman megabentos lebih tinggi pada lokasi sasi dari pada lokasi non sasi, namun hasil perhitungan Sronsen Koefisien Similarty menunjukkan tingkat kesamaan spesies (komposisi) yang tinggi antara dua lokasi.
Kemajuan Kegiatan Penelitian Herpetofauna di Papua dan Papua Barat Berdasarkan Rekomendasi Conservation Priority-Setting Workshop (CPSW) 1997 Deby Aprilia Kareth
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 3 No 2 (2021)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.3.2021.149-157

Abstract

Ancaman terhadap biodiversitas dan kebutuhan untuk pembangunan ekonomi pada tahun 1980an mendorong munculnya beberapa strategi konservasi dan pembangunan berkelanjutan. Pada tingkat regional, Conservation International (CI) menerapkan pendekatan Biodiversity Conservation Priority Setting Workhop. Pendekatan ini difokuskan pada perlunya konservasi dan penelitian pada daerah-daerah yang kaya biodiversitas dan memiliki tingkat endemik yang tinggi, dan terancam oleh aktivitas pembangunan. Pada tahun 1991, CI dan mitra kerja melaksanakan “The Irian Jaya Biodiversity Conservation Priority Setting Workshop” (CPSW 1991), di Biak. Beberapa rekomendasi yang dikeluarkan berasal dari kelompok herpetofauna yang merekomendasi 18 daerah prioritas untuk penelitian dan konservasi herpetofauna. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau kemajuan kegiatan penelitian dan konservasi herpetofuna di Tanah Papua sejak CPSW 1997 dengan me-review sekitar 247 artikel ilmiah tentang kegiatan penelitian herpetofauna pada periode 1997-2020 dan 65 data set dari peneliti herpetofauna di Papua. Tercatat sekitar 568 kegiatan penelitian herpetofauna telah dilaksanakan sejak 1997, dimana 260 kegiatan penelitian herpet dilaksanakan di Provinsi Papua Barat dan 326 kegiatan penelitian dilaksanakan di Provinsi Papua. Sekitar 60 persen kegiatan penelitian dilaksanakan pada daerah yang telah direkomendasikan dalam CPSW 1997. Dari 568 spesies herpetofuna terdapat 55 spesies baru yang dilaporkan.
Herpetofauna dari Hutan Desa Ubadari, Fakfak: Keanekaragaman, Kepadatan, dan Upaya Konservasi Keliopas Krey; Petrus Tawurutubun
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 3 No 2 (2021)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.3.2021.159-176

Abstract

Obadari forest is one of the important herpetofauna habitat. The forest lies on diverse geomorphology and topography including creeks, vertical caves with small springs. These formations have influenced the diversity of herpetofauna in the forest. This study was designed to document herpetofauna species in Obadari Forest, Obadari, Fakfak. We used VAES at a 2000-meter transect randomly located within the forest. Patch survey was also used to sample habitats that not within the transect. Reptiles and amphibians were observed during days and nights. Direct interview with member of Obadari community to gather information on what are the common herpetofauna species and how would they react in such encounter. About 45 species herpetofauna were recorded during this study between 2-15 February 2021, of which 15 species frogs from Hylidae, Microhylidae and Ranidae: and 30 species of reptiles from Scincidae, Geckonidae, Varanidae, Colubridae, Pythonidae and Elapidae. Although these data relative sufficient to represent all herpetofauna in this forest, we believe more may yield more species. This result also indicate that Obadari forest is an important habitat for Papuan herpetofauna species
Potensi dan Pengembangan Hutan Desa Ubadari Berbasis Ekowisata Keanekaragaman Jenis Burung di Kabupaten Fakfak Agustinus Kilmaskossu; Hendrik Burwos
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 3 No 2 (2021)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.3.2021.97-112

Abstract

Survei burung dilakukan di Kampung Ubadari, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat bertujuan untuk (1) mengetahui keanekaragaman burung, distribusi dan potensinya pada berbagai tipe habitat di hutan desa Ubadari; (2) menentukan tingkat pemanfaatan dan pengetahuan masyarakat setempat tentang burung; (3) mengevaluasi potensi burung yang dapat dijadikan objek wisata dan memberikan rekomendasi untuk pengembangan ekowisata burung; dan (4) menyediakan rekomendasi sebagai arahan untuk persiapan Rencana Pengelolaan Hutan Desa (RPHD). Metode pengamatan menggunakan unit contoh kombinasi transek garis sepanjang 2 km dengan 11 Variable Circular Plot (VCP), selain itu metode titik (Point Count) digunakan di luar jalur transek. Hasil penelitian menemukan sebanyak 134 spesies burung pada Hutan Sekunder Tua (HST), 141 spesies burung pada Hutan Primer (HP), dan 141 spesies burung pada Hutan Campuran (HC). Indeks keanekaragaman (H’) spesies burung pada (HST = 2,037), (HP = 2,053), dan (HC = 2,057) menunjukkan keanekaragaman spesies burung yang sedang. Indeks Kemerataan (E) pada ketiga lokasi adalah (HST = 0,65), (HP= 0,63) dan (HC = 0,68) menunjukkan kemerataan spesies yang sedang. Indeks kekayaan spesies (R) pada ketiga lokasi adalah (HST = 43,1), (HP = 43,2), dan (HC = 46,1) menunjukkan kualitas ekologi yang sedang pada HST dan HP tetapi meningkat pada HC. Sedangkan Nilai Kesamaan Spesies (IS) antara masing-masing lokasi: HST versus HP sebesar 97,84%, HST versus HC sebesar 97,84%, dan HP versus HC sebesar 100% menunjukkan terdapat kesamaan spesies burung pada ketiga lokasi. Dengan melihat potensi keanekaragaman hayati terutama burung yang terdapat di hutan Ubadari maka disarankan pengembangan konsep ekowisata burung dan hutan pendidikan biologi dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan desa di Ubadari.
Pendekatan Baru dalam Penilaian Status Konservasi dan Penerapannya pada Ikan Pelangi Endemik Papua Henderite L. Ohee; Jatna Supriatna; Yance de Fretes
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 3 No 2 (2021)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.3.2021.113-126

Abstract

Secara berkala, IUCN mengeluarkan daftar spesies terancam dan status konservasinya melalui Red List. Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 menetapkan kriteria penentuan spesies lindung dan status perlindungannya. Kedua ketentuan ini dibuat berdasarkan penilaian ukuran populasi dan ancaman terhadap habitat, serta tekanan pemanfaatan sebagai faktor utama penentuan kriteria keterancaman dan status konservasi spesies. Namun, dalam pelaksanannya kriteria ini sulit dilaksanakan karena keterbatasan data dan informasi sementara tingkat ancaman, terutama perubahan dan kehilangan habitat terus meningkat sejalan dengan peningkatan pembangunan. Penelitian ini mengusulkan suatu pendekatan baru dalam menilai status keterancaman species, terutama menggunakan kriteria yang digunakan IUCN yaitu penilaian atas keadaan habitat (kehilangan dan kerusakan). Pendekatan baru ini diterapkan dalam penilaian ikan pelangi endemik Papua. Penilaian dilaksanakan dengan melalukan tupang susun daerah penyebaran ikan endemik dengan berbagai kegiatan pembangunan, baik yang sedang berjalan maupun dalam tahapan perencanaan dengan Arcgis. Daerah penyebaran yang ditumpang susun dengan berbagai kegiatan pembangunan berskala besar kemudian dihitung luas daerah penyembaran ikan yang terancam. Sebuah matrik dibuat untuk menghitung berbagai ancaman atas habitat atau daerah penyebaran tiap spesies yang dianalisa untuk menentukan tingkat keterancaman spesies dan status konservasinya. Pendekatan analisa ini menyimpulkan ada empat spesies kritis, 11 spesies terancam dan 15 spesies rawan. Pendekatan ini memungkin penilain status dapat dilaksanakan beberarapa spesies bersamaan dibandingkan dengan penilaian yang menggunakan penilain populasi sebagaimana dianjurkan IUCN. Namun pendekatan lebih tepat bagi spesies dengan habitat penyebaran tertentuatau daerah penyebaran telah diketahui, seperti spesies yang terdapat pada danau, pulau atau puncak gunung dan spesies yang daerah penyebarannya telah terpetakan dengan jelas.
Pengaruh Kegiatan Masyarakat Terhadap Keanekaragaman Herpetofauna Di Taman Wisata Alam Gunung Meja Kabupaten Manokwari Zinnia Leoni Dimomonmau
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 3 No 2 (2021)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.3.2021.79-96

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak berbagai kegiatan masyarakat terhadap keanekaragaman herpetofauna di Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWAGM). Lokasi penelitian berada di Kampung Ayambori (kegiatan perkebunan), Kampung Idimek (kegiatan penebangan pohon) dan hutan dalam TWAGM (baseline). Pengambilan contoh dilakukan secara stratified random sampling, pada batas kegiatan masyarakat dan TWAGM pada jarak 0 m, 300 m dan 600 m tegak lurus ke dalam TWAGM. Shannon-Weiner Diversity Index (H’) digunakan untuk menghitung keragaman spesies dan t-test untuk melihat perbedaan keragaman spesies antar lokasi sampling. Tercatat 18 spesies herpetofauna dari 8 famili, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh kegiatan masyarakat terhadap keragaman herpetofauna. Spesies-spesies herpetofauna yang ditemukan pada daerah yang ada aktivitas masyarakat (Kampung Ayambori dan Kampung Idimek) berbeda dengan spesies yang ditemukan di hutan TWAGM yang sangat minim aktivitas masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan masyarakat di sekitar TWAGM berdampak pada keanekaragaman jenis dan komposisi jenis pada lokasi tersebut.
Keragaman Jenis Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidae di Hutan Desa Kampung Ubadari, Fakfak dan Sekitarnya Evie Lilly Warikar
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 3 No 2 (2021)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.3.2021.127-137

Abstract

Tanah Papua is known to harbor high number of species richness and endemism, both in terrestrial and marine ecosystems. It stretches from snow-capped mountains to most-pristine coral reefs. However, with the improvement of social-economic and accessibility, infrastructure development has been accelerated in last decades. On one hand infrastructure development and improving social-economic are welcome, but without proper planning these progress can spoil the development and certainly ecosystems itself. It is known that many development that require conservation of natural ecosystems or forests are done with very limited data. Even for planning at the smallest management units, such as hutan desa, often have been done without sound data. This survey was designed to document Papilionidaer richness and potential in forests in Kampung Ubadari and its surrounding, Fakfak. Butterfly was observed randomly in the forests and openings in and around Kampung Ubadari, for 9 days from 08:00-16:00. About 103 species from 5 families were recorded during this observation. Nymphalidae with 45 species is the highest. Two endemic species Mycalesis pernotata andHarsiesis yolanthe are endemic New Guinea , which rare elsewhere, but recorded abundantly these forests and one protected species Ornithopther priamus.

Page 1 of 1 | Total Record : 7