cover
Contact Name
Charlie D. Heatubun
Contact Email
charlie_deheatboen@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
ishjurnal@gmail.com
Editorial Address
Jl. Brigjen Mariner(Purn)Abraham O. Atururi, Kompl. Perkantoran Arfai, Manokwari 98311
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan
ISSN : 27160491     EISSN : 2722516X     DOI : https://doi.org/10.47039/ish
Core Subject : Agriculture, Social,
Igya ser hanjop adalah jurnal yang menyediakan sumber informasi ilmiah yang ditujukan untuk peneliti, lembaga penelitian, instansi pemerintah, dan pemangku kepentingan. Jurnal ini menerbitkan manuskrip penelitian asli yang berfokus pada hasil penelitian tentang semua aspek pembangunan berkelanjutan.
Articles 49 Documents
Konstruksi Etnoteknokonservasi Burung Pintar (Amblyornis Inornata) di Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak Antoni Ungirwalu; Agustina Arobaya; M. Tokede; Mariana Peday; Dina Padang; Susanti Tasik; Zulfikar Mardiyadi; B. Sadsoetoeboen; O. Matani
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 1 No 1 (2019)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.1.2019.1-9

Abstract

Etnoteknokonservasi secara ideal terjadi ketika manusia secara berulang harus menyesuaikan diri dengan sistem alam dan harus mengizinkan lingkungan hutan hadir dalam pikiran masyarakat itu sendiri. Kajian ini bertujuan untuk mengkonstruksikan kearifan lokal suku Arfak dalam pemanfaatan dan pelestarian burung pintar (Bowerbird) di kawasan Cagar Alam (CA) Pegunungan Arfak. Dari 9 (sembilan) persarangan burung pintar yang ditemukan tersebar di gunung Kongoi Mokwam, ditemukan simbol etika budaya lokal suku Arfak dari proses adaptasi dan interaksi dengan alam lingkungannya. Hasil kajian menemukan bahwa kearifan lokal dalam pemanfaatan dan pelestarian burung pintar merupakan proses kreasi sosial. Adaptasi kreasi sosial masyarakat suku Arfak terhadap lingkungan akan menghasilkan bentuk-bentuk interaksi yang pada awalnya berfokus pada pemanfaatan bagi pemenuhan subsisten, kemudian beralih menjadi konsep pelestarian lokal dalam wujud simbol larangan berupa bagian tubuh hewan dan tumbuhan yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan alam dan kehadiran pihak luar dalam menentukan perubahan terhadap pelestarian burung pintar. Simbolisasi tanda larangan merupakan wujud etnoteknokonservasi suku Arfak dalam mendukung konsep “Igya ser Hanjob” yaitu menjaga batas keberadaan burung pintar di kawasan CA Pegunungan Arfak sebagai identitas dan entitasnya yang masih dipertahankan hingga sekarang.
Penurunan Stok Tegakan Alami Masohi [Cryptocarya Massoy (Oken) Kosterm] di Kabupaten Nabire Julius Nugroho; Jimmy Wanma; Cicilia Susanti; Susilo Husodo; Nouke Mawikere
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 1 No 1 (2019)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.1.2019.11-18

Abstract

Masohi [Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm.] tergolong dalam famili Lauraceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman ini menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi untuk dijadikan antikanker, antimikroba dan peningkat rasa. Eksploitasi tegakan alam Masohi untuk diambil kulitnya telah lama dilakukan karena harga yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi stok tegakan alamiMasohi di Nabire melalui identifikasi kulit kayu yang dikumpulkan oleh pedagang pengumpul ke luar Nabire pada periode 2012-2015 dan menelusuri keberadaan tegakan alami Masohi di habitatnya. Interview terhadap informan kunci yang bersangkutpaut dengan aktivitas pengambilan kulit kayu Masohi dan survey lapangan dilakukan untuk tujuan tersebut. Data yang diperoleh mengungkapkan bahwa produksi kulit kayu kayu Masohi turun secara dramatis yaitu hingga 68% dalam periode 2012 -2015. Produksi kulit kayu sebagian besar terlacak berasal dari pohon muda (56%) berdiameter <18 cm. Hal ini mengindikasikan telah terjadi penurunan stok tegakan Masohi alam di Nabire. Oleh karena itu pengembangan penanaman Masohi dalam skala besar sangat dibutuhkan.
Membangkitkan Tradisi yang Telah Mati George Mentansan; Phil Ardhana; I Suarka; I Dhana
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 1 No 1 (2019)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.1.2019.19-24

Abstract

Masyarakat Adat Raja Ampat merupakan masyarakat nelayan yang mempraktekkan salah satu tradisinya yaitu Sasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Raja Ampat menjadi kawasan konservasi perairan terluas di Indonesia dengan sistem zonasi namun tidak menyelesaikan persoalan kerusakan ekosistem perairan karena masih terjadi aktivitas penangkapan yang merusak terumbu karang. Dalih ekonomi, dan sistem zonasi yang diterapkan oleh pemerintah dan LSM konservasi di perairan merupakan produk luar/modern menjadi salah satu alasan masyarakat untuk tidak taat dan sering melakukan pelanggaran-pelanggaran pada zonasi tersebut. Maka, kegiatan Sasi dibangkitkan kembali dan digunakan untuk mendukung upaya konservasi zonasi perairan yang berbasis kepada masyarakat adat dengan peran tokoh adat dan agama dalam ritual sehingga pelanggaran dan kerusakan terumbu karang tidak terjadi.
Keanekaragaman Katak dan Reptil dari Areal Koperasi Masyarakat Adat Papua Kami-Nassey, Teluk Wondama, Papua Barat Keliopas Krey; Hendrik Burwos
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 1 No 1 (2019)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.1.2019.25-36

Abstract

Pengumpulan data Herpetofauna (Amfibi dan Reptil) pada arealKoperasi Masyarakat Adat Papua Kami- Nassey di Kabupaten Teluk Wondama telah dilaksanakan selama tujuh hari (1 -7 Agustus 2019) sebagai bagian dari identifikasi kawasan-kawasan bernilai konservasi tinggi.Penelitian berlokasi di habitat hutan primer dataran rendah hingga perbukitan, habitat hutan sekunder dan hutan sekunder di sekitar persemaiankopermas. Penelitian ini menggunakan metode VAES (Visual Audio Encounter Survey) dan Patch sampling. Spesies-spesies reptil dan amfibi dikoleksi langsung menggunakan tangan pada siang dan malam hari. Wawancara langsung dengan beberapa anggota masyarakat setempat untuk mengetahui spesies reptil dan amfibi yang sering dijumpai bahkan mungkin dibunuh secara sengaja maupun tidak sengaja. Sebanyak 36 spesies herpetofauna telah terdata selama penelitian ini, yaitu terdiri dari16 spesies katak dan 20spesies reptil. Dari total spesies yang dijumpai terdapat sebanyak 3 spesies endemik daratan utama Pulau Papua, 23 spesies rendemik daratan utamatermasuk pulau satelit, sedangkan 9 spesies distribusi cukup luas. Selain itu, 11 sepsies terdaftar dalam CITES, dan 5 spesies reptil lindungan berdasarkan Permen KLHK Republik Indonesia. Walaupun observasi telah dilakukan secara intensif, namun terdapat beberapa spesies yang diduga ada dan belum tercatat dalam survey ini. Kondisi iklim mikro (seperti hari hujan, suhu dan kelembaban udara) dan kebiasaan hidup setiap jenis sangat mempengaruhi hasil temuan fauna katak dan reptil dalam penelitian ini.
Pendekatan Keadilan dan Keamanan dalam Pembagian Manfaat Hutan Produksi Berbasis Masyarakat Hukum Adat di Papua Barat Jonni Marwa; Mustofa Sardjono; Afif Ruchaemi; G. Devung
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 1 No 1 (2019)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.1.2019.37-48

Abstract

Pembagian manfaat dari sumberdaya hutan merupakan pendekatan dalam penyelesaian konflik pengelolaan sumberdaya hutan yang dapat dibangun dari berbagai pendekatan dengan berbagai kriteria. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mengembangkan pendekatan keadilan dan keamanan dalam pembagian manfaat sumberdaya hutan produksi berbasis masyarakat hukum adat. Suku Mairasi sebagai salah satu pemilik hak petuanan yang berdiam di wilayah Kabupaten Kaimana Papua Barat merupakan obyek dalam penelitian ini. Terdapat dua distrik, 3 kampung yakni Kampung Kensi, Maskur dan Urisa yang dipilih secara purposive sebagai lokasi penelitian. Bentuk pembagian manfaat yang dipraktekan dalam pengelolaan hutan produksi di wilayah Suku Mairasi adalah pengakuan hak petuanan, berbasis dana, berbasis pasar, berbasis barang, berbasis infrastruktur, berbasis kelola sosial dan berbasis transfer IPTEK. Pengembangan kriteria dari perspektif emik masyarakat adat menghasilkan 7 kritieria keadilan dan 6 kriteria keamanan yang kemudian digunakan untuk mengevaluasi kinerja bentu-bentuk pembagian manfaat tersebut. Penilaian dan pengujian kriteria tersebut terhadap berbagai bentuk pembagian manfaat baik pendekatan keadilan maupun keamanan berada dalam kategori cukup.
Manajemen Pengetahuan Kebencanaan yang Lebih Baik dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan Dedi Inan
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 1 No 1 (2019)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.1.2019.49-60

Abstract

Bencana tidak dapat dicegah. Karena itu hal yang dapat dilakukandalam merespon keadaanitu adalah menanganinya dengan seoptimal mungkin. Tujuannya adalah mengurangi dampak yang terjadi, yaitu dampak kerusakan dan kematian. Disisi lain, konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas penanggulangan bencana. Hal ini tidak mengherankan karena keseluruhan tujuan inisiatif Susitainable Development Goals (SDGs) 2030 merupakan bagian inti dari berbagai target - target pengurangan resiko bencana Sendai Framework Disater Risk Reduction 2015-2030. Dalam usaha – usaha mewujudkannya, salah satu hal saat ini dianggap paling efisien dan bisa sangat efektif adalah belajar dari pengalaman best practiceaktivitas Pengananan Bencana (PB) sebelumnya. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi, melalui sebuah sistem informasi, knowledge-based information system of disaster management, menjadi hal yang perlu diupayakan. Hal ini mengingat berbagai keuntungan yang ditawarkan untuk mempercepatdan mewujudkan hal – hal tersebut, terutama keuntungan yang disebabkan karena tantangan geografis dan jarak. Tulisan ini membahas tentang telaah terkini (cutting the edge) hal – hal yang dijelaskan ini. Telaah dilakukan melalui analisis isi (content analysis) dari berbagai literatur yang menjadi target penelitian. Pada akhirnya, saran dan arah penelitian kedepan akan disampaikan pada bagian akhir tulisan ini.
Deforestasi di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat Saremay Sawaki; Hendri; Soetjipto Moeljono
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 2 No 1 (2020)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.2.2020.1-10

Abstract

Deforestasi merupakan hilangnya tutupan hutan atau perubahan hutan yang dikonversi dari hutan menjadi bukan hutan. Deforestasi terencana merupakan deforestasi di areal izin konsesi dan izin konversi lahan pada kawasan hutan, sedangkan deforestasi tidak terencana merupakan deforestasi yang terjadi di luar areal izin konsesi dan izin konversi lahan pada kawasan hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Luas deforestasi selama 27 tahun sesuai time series atau periode data tutupan lahan tahun 1990 sampai 2017; 2) menghitung jumlah emisi karbon dioksida (CO2) yang diakibatkan adanya deforestasi; 3) menghitung potensi kerugian ekonomi atau kerugian finansial sebagai dampak deforestasi selama 27 tahun. Penelitian ini menggunakan metode analisis data kuantitatif dari data peta tutupan lahan kementerian lingkungan hidup dan kehutanan tahun 1990 sampai tahun 2017 dan hasil penelitian menunjukkan luas hutan yang mengalami deforestasi selama periode 27 tahun adalah sebesar 22.767 hektar. Deforestasi yang terjadi 76,7% adalah sebagai dampak dari deforestasi terencana selama 27 tahun ini, diperkirakan jumlah emisi karbon dioksida yang dihasilkan adalah sebesar 7.686.155 ton CO2/ha atau setara dengan potensi kerugian ekonomi sebesar Rp381.499.992.777,-. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni untuk mengambil kebijakan dalam pengembangan dan pembangunan berkelanjutan.
Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Kabupaten Pegunungan Arfak Antonius Palintin; Erik Patandianan; Elias Bawan
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 2 No 1 (2020)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.2.2020.11-24

Abstract

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan pembangkit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Penelitian ini mengkaji tentang potensi PLTMH dengan menentukan debit andalan dan beda tinggi dari beberapa sungai di tiga distrik: Minyambouw, Hingk dan Sururey, Kabupaten Pegunungan Arfak. Hasilnya adalah, potensi daya terbesar di sungai Inggemou Distrik Minyambouw sebesar 32,1 kW dengan net head 57,64 meter dan debit andalan 83 liter/detik. Potensi selanjutnya disusul pada sungai Indabri sebesar 26,4 dengan net head 52,52 meter dan debit andalan 75 liter/detik, Demaisi sebesar 22,1 kW dengan net head 99,93 meter dan debit andalan 33 liter/detik, Hingk sebesar 12,7 kW dengan net head 9,44 meter dan debit andalan 200 liter/detik, Sururey sebesar 9,7 kW dengan net head 14,64 meter dan debit andalan 99 liter/detik dan terakhir Sungai Kopo sebesar 5,9 kW dengan net head 34,94 meter dan debit andalan 25 liter/detik.
Pemanfaatan Sarang Semut (Myrmecodia sp.) Asal Sasnek – Wendi Kabupaten Sorong Selatan sebagai Teh Sarang Semut Reynold Kesaulija; Yohanis Harsono; Salomi Rijoly
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 2 No 1 (2020)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.2.2020.25-33

Abstract

Potensi KPHP Sorong Selatan Unit V baik berupa hasil kayu, non kayu dan jasa cukup melimpah. Salah satu potensi adalah komoditi sarang semut yang perlu dikelola secara berkelanjutan agar memberikan manfaat bagi masyarakat dan pembangunan daerah. KPHP melibatkan masyarakat untuk meningkatkan nilai tambah sarang semut melalui inovasi pengelolaan menghasilkan produk teh sarang semut. Berdasarkan hasil kajian menemukan bahwa proses pembuatan teh sarang semut terbagi dalam 3 tahapan yaitu penyiapan sarang semut, pengeringan sarang semut, pembuatan serbuk menjadi produk teh kemasan. Introduksi teknologi tepat guna dalam pemanfaatan tumbuhan sarang semut menjadi produk teh celup sarang semut dengan nama produk Sarmut SW.

Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial oleh Perusahaan BUMN, Swasta, dan Pertambangan di Papua Barat Ludia Wambrauw; Roni Bawole; Maria Arim; Elisa Lesnusa; Siti Helmi
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 2 No 1 (2020)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.2.2020.35-46

Abstract

Penelitian dengan judul Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TSP) oleh perusahaan BUMN, Swasta dan Pertambangan di Provinsi Papua Barat bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan TSP oleh Perusahaan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Metode penelitian adalah survei deskriptif eksplanatori. Tujuan dan sasaran TSP difokuskan pada bidang sosial, ekonomi dan lingkungan dan dievaluasi dengan menggunakan ISO 26000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden perusahaan (80,77 persen) melaksanakan program TSP, sedangkan seperlima perusahaan (19,23 persen) tidak melaksanakan. Program TSP pada umumnya difokuskan pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan lingkungan. Beberapa Perusahaan sudah memiliki prosedur untuk program TSP, akan tetapi sebagian besar perusahaan melaksanakan TSP sebagai bantuan sukarela dan pada umumnya masih dalam bentuk program bantuan langsung pada masyarakat atau charity. Pelaksanaan TSP oleh perusahaan berdasarkan ISO 26000, menunjukkan bahwa untuk organisasi pemerintah skor pelaksanaan TSP perusahaan adalah 32,47; Hak asasi manusia 22,43; ketenagakerjaan 33,25; pengembangan masyarakat 40,93 dari skor maksimum 50, selanjutnya lingkungan dengan skor 16,65 dan konsumen 15,89 dari skor maksimum 20 dan akhirnya praktik kegiatan institusi sehat dengan skor 12,41 dari skor maksimum 15. Hasil evaluasi dengan menggunakan indikator ISO 26000 menunjukkan bahwa pengembangan masyarakat mendekati titik acuan (skor maksimum), tetapi pelaksanaan TSP terhadap pengembangan lingkungan dan sasaran kegiatan konsumen masih rendah.