cover
Contact Name
Nazarwin Saputra
Contact Email
nazarwin.saputra@umj.ac.id
Phone
+6287865877618
Journal Mail Official
jurnal.annur@umj.ac.id
Editorial Address
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. KH. Ahmad Dahlan, Cireundeu, Ciputat Tangerang Selatan, 15419, Email: jurnal.as-syifa@umj.ac.id
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
AN-Nur: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
ISSN : -     EISSN : 27460096     DOI : https://doi.org/10.24853/an-nur
Core Subject : Health, Education,
AN-NUR :Jurnal kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat merupakan jurnal penelitian dalam rumpun ilmu kesehatan masyarakat yang berisikan hasil gagasan pemikirian ilmiah serta hasil penelitian kesehatan. Artikel yang diterbitkan di Jurnal ini juga merupakan hasil penelitian yang pernah dipersentasikan di forum ilmiah. E-ISSN : 746-0096 Jurnal ini terbit 2 kali dalam setahun yaitu di bulan Agustus dan Januari. Jurnal ini juga menerima hasil penelitian dalam berbagai bidang diantaranya epidemiologi, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, entomologi, kesehatan reproduksi, gizi masyarakat serta rumpun ilmu kesehatan lainnya yang relevan. Semua artikel yang masuk akan di review oleh peer review secara professional.
Articles 20 Documents
LITERATURE REVIEW: PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP SINDROM METABOLIK Nurzakiah Nurzakiah
AN-NUR: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 2 (2021): Annur:Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nur, 1, 2, 215 - 224

Abstract

Sindrom metabolik (SM) adalah gangguan metabolik yang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit tidak menular, diantaranya penyakit jantung dan diabetes tipe 2.  SM ditandai dengan 5 parameter, diantaranya kadar gula darah, obesitas sentral, kadar trigliserida, kadar High Density Lipoprotein (HDL), dan tekanan darah. Saat ini pola makan menjadi salah satu determinan yang menjadi variabel penting melihat risiko terhadap berbagai penyakit tidak menular, termasuk juga SM. Kajian pustaka ini bertujuan mengkaji lebih dalam beberapa pola makan di dunia yang berhubungan dengan SM. Kajian dilakukan dengan mengumpulkan artikel yang terkait pada beberapa pengindeks jurnal yang menyediakan akses artikel gratis. Hasil kajian menunjukkan pola makan barat  ditandai dengan konsumsi daging merah dan produknya menunjukkan risiko SM yang tinggi. Pola makan Mediterranean, ditandai dengan konsumsi minyak zaitun menunjukkan risiko SM rendah. Pola makan tradisional korea, ditandai dengan konsumsi sayur-sayuran meskipun tidak menunjukkan penurunan risiko sindrom metabo tetapi, pola makan ini dapat menurunkan kadar HDL, salah satu parameter dari SM. Pola makan prudent diet ditandai dengan tingginya konsumsi ikan dan kacang-kacangan yang menunjukkan peningkatan kadar HDL. Pola makan vegetarian ditandai dengan tingginya konsumsi nasi dan kentang yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah. Beberapa pola makan menunjukkan peningkatan SM, namun ada pula yang menunjukkan penurunan risiko SM. Diperlukan penelitian yang menunjukkan pengaruh pola makan  terhadap SM di beberapa wilayah Indonesia, mengingat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa. Hal ini dapat menjadi kunci untuk upaya pencegahan SM di Indonesia.
MUTU TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS: ANALISIS DATA RISNAKES 2017 Iin Nurlinawati; Rosita Rosita; Mimi Sumiarsih
AN-NUR: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 1 (2020): Annur:Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nur, 1, 1, 109-117

Abstract

Guna menjamin mutu tenaga kesehatan di Indonesia pemerintah membuat suatu sistem berupa penerbitan STR (Surat Tanda Registrasi) dan SIP (Surat Ijin Praktek). STR dapat diterbitkan setelah tenaga kesehatan tersebut mengikuti dan dinyatakan lulus dalam uji kompetensi dan berdasarkan STR tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota menerbitkan SIP. STR dan SIP merupakan kewajiban bagi tenaga kesehatan yang menjalankan praktek. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis mutu tenaga kesehatan di puskesmas berdasarkan kepemilikan STR dan SIP serta pengawasannya di puskesmas. Penelitian ini merupakan analisis data Riset Ketenagaan Kesehatan tahun 2017. Analisis dilakukan terhadap tenaga kesehatan yang menjalankan praktek yakni dokter, dokter gigi, bidan, perawat dan farmasi yang bekerja di puskesmas sebanyak 195.168 responden. Hasil utama menunjukkan bahwa sebanyak 78,8% nakes memiliki STR yang masih berlaku sementara 12,5% STR sudah tidak berlaku. Dokter (95,6%) dan dokter gigi (96,6%) merupakan profesi terbanyak yang memiliki STR yang masih berlaku. Hal yang sama terjadi pada kepemilikan SIP. Dokter (93,0%) dan dokter gigi (92,4%) merupakan profesi terbanyak memiliki SIP. Sebanyak 63,9% nakes tidak memiliki SIP. Pengawasan mutu nakes dilakukan oleh puskesmas tempat nakes bekerja. Pengawasan mutu nakes meliputi inspeksi berkala kepemilikan STR/SIP, peringatan dan tindak lanjut bagi nakes tanpa STR/SIP, serta pemberian sanksi rekomendasi pencabutan SIP bagi yang terbukti melakukan pelanggaran disiplin. Simpulan utamapenelitian ini ditemukan pengawasan mutu nakes merupakan hal yang penting bagi nakes dalam upaya bersaing di era pasar bebas. Namun belum semua tenaga kesehatan yang menjalankan praktek, memiliki STR dan SIP. Perlu dilakukan sosialisasi dan penerapan peraturan perundang-undangan di bidang pengembangan nakes agar mutu nakes Indonesia lebih baik lagi.Kata kunci: STR, SIP, mutu, tenaga kesehatan, puskesmas---In order to guarantee the quality of health workers in Indonesia the government established a system in the form of issuance of STR (Registration Certificate) and SIP (Practice License). Research objectives, analysis of the quality of health workers in puskesmas based on STR and SIP ownership and supervision in puskesmas. Method of this research  is an analysis of Health-Workers-Research data in 2017. The analysis was conducted on health workers who carry out the practice of doctors, dentists, midwives, nurses and pharmacy who worked at primary health care as many as 195,168 respondents. Main results shows that 78.8% of health workers have a valid STR while 12.5% STR is no longer valid. Doctors (95.6%) and dentists (96.6%) are the most professions that have a valid STR. The same thing happened to SIP ownership. Doctors (93.0%) and dentists (92.4%) were the most professions having SIP and 63.9% of health workers do not have SIP. Quality control of health workers is carried out by the health center where health workers work. Quality control of health workers includes periodic inspection of ownership of STR / SIP, warnings and follow-up for health workers without STR / SIP, as well as sanctioning the recommendation for revocation of SIP for those proven to have committed disciplinary violations Main conclusion, monitoring the quality of health workers is important thing to compete in the free market era. But not all health workers who practice, have STR and SIP. Socialization and application of laws and regulations in the field of health worker development need to be carried out for better quality.Keywords: STR, SIP, quality, health workers, primary health care
MODEL INTERVENSI PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MATA PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI ARCAMANIK BANDUNG Tuti Surtimanah; Irfan Nafis Sjamsuddin; Marya Hana; Gina Mardiatul
AN-NUR: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 1 (2020): Annur:Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nur, 1, 1, 1-14

Abstract

Tahun 2018 di Indonesia 54% anak 5-9 tahun dan 41,4% anak 10-14 tahun menderita gigi rusak, berlubang atau sakit. Prevalensi miopia anak Asia 29%, kelainan refraksi 43% menyebabkan kebutaan apabila tidak terkoreksi. Tahun 2020 anak 6-14 tahun di Dusun I Desa Mekarmanik, 38,1% berisiko kelainan gigi mulut dan 18,7% berisiko kelainan mata. Salah satu penyebab kelainan pengetahuan rendah dan belum berperilaku pencegahan tepat. Tujuan penelitian mengetahui model intervensi penyuluhan kesehatan gigi dan mata yang efektif meningkatkan pengetahuan anak SD. Metode penelitian, disain kuasi eksperimental pre-pos tes dua kelompok intervensi. Penyuluhan kesehatan gigi pada 166 anak kelas 1,2,3 (media video dan lembar balik), penyuluhan kesehatan mata pada 141 anak kelas 4,5,6 (media video dan puzzle) di SDN 01 dan 03 Arcamanik. Dilakukan ujibeda pre-pos tes pengetahuan setiap kelompok intervensi serta ujibeda perubahan pengetahuan antar kelompok intervensi. Terdapat perbedaan signifikan (p 0,000) pengetahuan kesehatan gigi sebelum dan sesudah intervensi pada anak yang mendapat penyuluhan media video maupun lembar balik. Rata-rata perubahan pengetahuan kesehatan gigi lebih tinggi pada anak yang mendapat penyuluhan media video dibandingkan lembar balik (p 0,000). Terdapat perbedaan signifikan (p 0,000) perubahan pengetahuan kesehatan mata sebelum dan sesudah intervensi pada anak yang mendapat penyuluhan media video maupun puzzle. Tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) rata-rata perubahan pengetahuan kesehatan mata pada anak yang mendapat penyuluhan media video dan puzzle. Penyuluhan kesehatan gigi pada anak SD lebih efektif menggunakan media video dibanding lembar balik. Penyuluhan kesehatan mata bisa menggunakan media video maupun puzzle.---In Indonesia at 2018, 54% of 5-9 years old and 41.4% of 10-14 year old suffered tooth decay, cavities or illness. The myopia prevalence in Asian children is 29%, refractive error 43% causes blindness if uncorrected. In 2020, 6-14 years old in Dusun I Mekarmanik Village, 38.1% were at risk of oral defects and 18.7% were at risk of eye disorders. One of the factors causing this disorder is low knowledge and not yet behave prevention behaviour. The study purpose was to find out which dental and eye health education intervention model was effective in increasing the knowledge children. Research methodology, quasi-experimental design pre-post test of two intervention groups. Dental health education to 166 children of 1,2,3 grade (video and flipchart media), eye health education to 141 children of 4,5,6 grade (video and puzzle media) in SDN 01 and 03 Arcamanik. Different pre-post tests of knowledge for each intervention group and different tests of knowledge change between intervention groups were conducted. The results showed a significant difference (p 0,000) of dental health knowledge before and after intervention in children who received video media and flipchart. The average change in dental health knowledge was higher in children who received video media than the flipchart (p. 0,000). There’s a significant difference (p 0,000) in changes in eye health knowledge before and after intervention in children who received education with video and puzzle media. There’s no significant difference (p> 0.05) on average changes in eye health knowledge in children who received education with video and puzzle media. It was concluded that dental health education in elementary school children was more effective using video media than flipchart. Eye health education can use video or puzzle media.
Determinan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Wanita Usia Subur di Provinsi Jawa Tengah: Analisis Data Susenas 2018 Fadllil Kaafi; Atik Nurwahyuni
AN-NUR: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 2 (2021): Annur:Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nur, 1, 2, 161-172

Abstract

Meningkatkan kepesertaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang merupakan salah satu target pemerintah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN). Di Indonesia, kontrasepsi menggunakan suntik atau Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) merupakan metode yang paling umum digunakan. Di Jawa Tengah menunjukkan bahwa pengguna kontrasepsi jangka Panjang hanya mengalami kenaikan 0,37% dari 23,02% di tahun 2015 menjadi 23,39% di tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang mempengaruhi wanita usia subur dalam memilih metode kontrasepsi jangka Panjang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, metode survey analitik dengan waktu pengambilan data secara cross sectional.  Jenis data yang digunakan adalah data sekunder Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2018 dengan populasi adalah wanita usia subur. Sampel penelitian ini adalah wanita usia subur (WUS) berusia 15-49 tahun dan sudah menikah sebanyak 19.086 dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat dengan model analisis regresi logit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berumur lebih tua, responden yang bekerja, memiliki jaminan kesehatan, jumlah anak lebih banyak, pendidikan kepala keluarga, pekerjaan kepala keluarga dan responden yang bertempat tinggal di perdesaan memiliki peluang lebih tinggi dalam penggunaan MKJP. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu wanita dengan jumlah anak lebih banyak menjadi faktor determinan dalam pemilihan MKJP.---Increasing membership in the Long-Term Contraception Method is one of the targets of the government Population and Family Planning Agency (BKKBN). In Indonesia, contraception using injection or Non Long Term Methodes of Family Planning (Non LTFP) is the most commonly used method. In Central Java, it was shown that long-term contraceptive users only increased 0.37% from 23.02% in 2015 to 23.39% in 2016. This study aims to determine the determinant faktors that influence women of childbearing age in choosing term contraception methods Long. This research is a quantitative, analytical survey method with cross sectional data collection time. The type of data used is secondary data from the 2018 National Economic Survey (Susenas) with a population of women of childbearing age. The sample of this research was women of childbearing age (WUS) aged 15-49 years old and married as many as 19,086 analyzed univariate, bivariate and multivariate with a logit regression analysis model. The results showed that older respondents, respondents who worked, had health insurance, more children, education of family heads, occupation of family heads and respondents who lived in rural areas had a higher chance of using the LTFP. The conclusion in this study is that women with more children are a determining factor in the selection of the LTFP.
MENINGKATKAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI NEGARA BERPENDAPATAN MENENGAH KE BAWAH: Systematic Review Ade Tzarina Prisella Purnamasari; Wahyu Sulistiadi
AN-NUR: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 1 (2020): Annur:Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nur, 1, 1, 54-63

Abstract

Kanker payudara masih menjadi beban yang besar bagi negara berpendapatan menengah ke bawah dengan kasus baru dan tingkat kematian yang meningkat setiap tahun. Salah satu yang menjadi faktor penyebab adalah diagnosis kanker pada stadium lanjut. Hal ini diketahui dapat dikurangi dengan deteksi dini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat metode-metode yang digunakan oleh beberapa negara berpendapatan menengah ke bawah yang memiliki dampak positif terhadap peningkatan deteksi dini kanker payudara dengan systematic review. Systematic review dilakukan dengan mengidentifikasi artikel dari beberapa database yaitu ScienceDirect, ProQuest, PubMed, dan Scopus. Kata kunci yang digunakan dalam proses pencarian merupakan kombinasi dari improve, early detection, early diagnosis, screening, breast cancer, dan low middle-income country. Kriteria inklusi adalah artikel full text berbahasa Inggris yang dipublikasi pada Januari 2015 hingga Januari 2020 dengan latar penelitian negara berpendapatan menengah ke bawah. Lima artikel didapatkan dari proses seleksi menggunakan diagram alir PRISMA. Metode intervensi yang digunakan dalam artikel yang didapatkan dalam upaya meningkatkan deteksi dini kanker payudara adalah meningkatkan kesadaran dengan mengirimkan brosur mengenai kesadaran tentang kanker payudara setiap tahun, melatih masyarakat awam dan sukarelawan untuk melakukan skrining, melatih tenaga profesional dan melakukan program quality assurance, serta menggunakan model deteksi dini yang diimplementasi di program kontrol kanker nasional. Metode-metode ini diketahui berhasil meningkatkan deteksi dini kanker payudara di negara berpendapatan menengah ke bawah. Oleh karena itu, negara berpendapatan menengah ke bawah perlu memprioritaskan deteksi dini agar dapat mengatasi beban akibat kanker payudara dan mulai untuk Menyusun strategi yang jelas agar program atau metode yang dijalankan dapat terjamin pembentukan dan keberlanjutannya.Kata Kunci: kanker payudara, deteksi dini, negara berpendapatan menengah ke bawa---Cancer, especially breast cancer, is still becoming an unsolved problem in LMICs. Breast cancer incidence and mortality keep increasing by year, mainly caused by late-stage diagnosis of the breast cancer that still presented mostly in LMICs. One of the already known way to decrease it is by doing early detection. This study systematically reviewed the early detection programs or methods in LMICs that had positive result in improving breast cancer’s early detection. The systematic review was carried out by identifying literatures on some online databases, such as ScienceDirect, ProQuest, PubMed, dan Scopus. The literatures were searched using keywords that were combination of improve, early detection, early diagnosis, screening, breast cancer, dan low middle-income country. Criteria of inclusion for this systematic review were English literatures, full text, published in January 2015 – January 2020, and the researches were conducted in LMICs. Five literatures were obtained using PRISMA flow diagram. Intervention programs or methods that mentioned in the literatures were annually sending breast cancer awareness brochures by mail, task shifting to trained laywomen and volunteers for screening, training programs for health professionals and doing quality assurance periodically, and implementing national program for cancer control along with the early detection model. These programs and methods were proofed to have positive impact in improving early detection for breast cancer in LMICs. Prioritizing early detection programs need to be done in LMICs to resolve breast cancer burden. Solid strategies should be established to make sure the implementation and sustainability of the programs.Keywords: early detection, screening, breast cancer, low middle-income country 
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS TERPENCIL DAN SANGAT TERPENCIL DI MASA PANDEMI COVID-19 Rosita Rosita; Tinexcelly M. Simamora
AN-NUR: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 2 (2021): Annur:Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nur, 1, 2, 225 - 238

Abstract

Pada masa pandemi COVID-19, puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan tetap memberikan pelayanan kesehatan, diantaranya pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Puskesmas terpencil dan sangat terpencil merupakan wilayah secara geografis sulit dengan fasilitas terbatas. Studi dilakukan untuk mendapatkan gambaran penyelenggaraan pelayanan KIA di puskesmas terpencil dan sangat terpencil pada masa pandemi COVID-19. Metode penelitian kuantitatif menggunakan kuesioner elektronik. Responden adalah Nusantara Sehat Tim (NST) yang bertugas di puskesmas. Kuesioner dianalisis sebanyak 326. Analisa data menggunakan uji t dan anova. Hasil penelitian menunjukkan 22,1%  merupakan puskesmas terpencil dan 77,9% puskesmas sangat terpencil. Hanya 25,5% puskesmas yang menyatakan bahwa masyarakat di wilayah kerjanya mentaati anjuran pemerintah untuk tinggal di rumah saja karena sudah ada kasus Covid-19. Dana untuk pelayanan KIA tidak tersedia di 12,6% puskesmas. Bidan masih kurang di 17,2% puskesmas. Pedoman KIA di masa pandemi COVID-19 tidak tersedia di 39,6% puskesmas, APD pelayanan KIA tidak lengkap di 64,1% puskesmas, media KIE tidak ada di 11,7% puskesmas. Di beberapa puskesmas terdapat pelayanan yang wajib dilaksanakan tetapi tidak dapat dilaksanakan atau ditunda. Rata-rata nilai pelayanan KIA di puskesmas 65,2. Terdapat perbedaan pelaksanaan pelayanan KIA di puskesmas terpencil dan sangat terpencil (p<0,005). Perlu upaya pembinaan baik oleh dinas kesehatan kabupaten dan provinsi maupun kementerian kesehatan melalui pembina wilayahnya sehingga pelayanan KIA tetap dilaksanakan sesuai dengan standar.
ANALISIS KEPATUHAN KONTROL BEROBAT PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN PADA PENGUNJUNG PUSKESMAS PISANGAN TAHUN 2019 Niti Emiliana; Munaya Fauziah; Irna Hasanah; Dina Rahma Fadlilah
AN-NUR: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 2 (2021): Annur:Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nur, 1, 2, 119-132

Abstract

Latar Belakang: Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg secara menetap. Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia tahun 2018 terdapat 34,1% (Riskesdas, 2018). Penderita hipertensi di Provinsi Banten tahun 2019 terdapat sebanyak 19,2%. Penderita hipertensi di Kota Tangerang Selatan tahun 2019 terdapat sebanyak 22,2% (Dinkes Provinsi Banten, 2019). Penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pisangan sebanyak 661 orang pada tahun 2019 dan hanya sebesar 56,8% pasien yang memeriksakan tekanan darahnya di Puskesmas Pisangan. Tujuan: Tujuannya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan kontrol berobat pasien hipertensi rawat jalan pada pengunjung Puskesmas Pisangan tahun 2019.            Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan Cross-sectional menggunakan data sekunder rekam medis pasien Puskesmas Pisangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan Total Sampling dengan analisis univariat dan bivariat dengan sampel 264 responden.  Hasil: Hasil dari penelitian yang telah dilakukan yaitu jenis kelamin (p value:0,971, OR:1,042), usia (p value:0,186, OR:1,645), status pekerjaan (p value:0,900, OR:1,065), status tekanan darah (p value:0,000), keterjangkauan akses ke pelayanan kesehatan (p value:1,000, OR:1,099), kepesertaan asuransi kesehatan (p value:0,004, OR:2,217), dan komorbiditas (p value:0,000, OR:5,019).                        Kesimpulan: Faktor yang memiliki hubungan pada penelitian ini untuk kepatuhan berobat hipertensi adalah status tekanan darah, kepesertaan asuransi kesehatan dan komorbiditas.            Saran: Perlu dilakukan pemantauan oleh petugas kesehaantan dan keluarga penderita kepada para penderita hipertensi agar lebih mematuhi segala aturan mengenai terapi hipertensi.
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP ODHA DI YAYASAN PELITA ILMU TAHUN 2020 Khairunniza Khairunniza; Nazarwin Saputra
AN-NUR: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 1 (2020): Annur:Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nur, 1, 1, 15-18

Abstract

Masalah yang hadir karena kasus HIV/AIDS cukup kompleks, seperti pada fisik, psikososial, sosial, juga spritual. Masalah ini dapat mempengaruhi kualitas hidup ODHA sehingga ODHA membutuhkan dukungan peran dari keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup ODHA di Yayasan Pelita Ilmu tahun 2020. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional study. Penelitian dilakukan di Yayasan Pelita Ilmu pada maret – juni 2020. Besar sampel 70 ODHA yang diambil dengan cara total sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup ODHA di Yayasan Pelita Ilmu tahun 2020 dengan nilai p value  0,009 dan prevalensi rasio 4,26 (95% CI : 1,537-11,476). Kesimpulan, dukungan keluarga yang postif kepada ODHA membantu ODHA untuk menghadapi masalah kesehatan dan psikologi yang dimiliki. Oleh sebab itu, keluarga memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas hidup ODHA.---The problem that arises because the case of HIV / AIDS is quite complex, such as the physical, psychosocial, social, and spiritual. This problem can affect the quality of life of PLWHA so PLHIV need support from the family. This study aims to determine the relationship of family support to the quality of life of PLHIV in Pelita Ilmu Foundation in 2020. This research is a descriptive analytic study with a cross-sectional study approach. The study was conducted at the Pelita Ilmu Foundation in March - June 2020. A large sample of 70 PLHIV were taken by total sampling. The analysis used in the study is bivariate analysis. The results showed that there was a relationship between family support and the quality of life of PLHIV in Pelita Ilmu Foundation in 2020 with a p value of 0.009 and a prevalence ratio of 4.26 (95% CI : 1,537-11,476). In conclusion, positive family support for PLHIV helps PLHIV to deal with their psychological and health problems. Therefore, the family has an important role in improving the quality of life of PLWHA.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan COVID-19 Mahasiswa FKM UMJ pada Pandemi COVID-19 Tahun 2020 Maylina Prastyawati; Munaya Fauziah; Ernyasih Ernyasih; Nur Romdhona; Dadang Herdiansyah
AN-NUR: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 2 (2021): Annur:Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nur, 1, 2, 173 - 184

Abstract

COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Pada akhir tahun 2019, berdasarkan data epidemiologi 66% kasus yang terinfeksi berkaitan dengan satu pasar seafood yang berada di kota Wuhan, Cina yang kemudian menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus yang semakin bertambah tiap harinya, sehingga pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan kasus COVID-19. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan (persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, persepsi isyarat untuk bertindak dan persepsi keyakinan diri) dengan perilaku pencegahan COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 234 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling dan analisis statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil dalam penelitian ini yaitu variabel persepsi manfaat yang dirasakan memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku pencegahan COVID-19 dengan p value 0,035 ( OR= 2,57, 95% CI= 1,13-5,85) dan tidak ada hubungan yang bermakna dengan variabel yang lain. Kesimpulam dalam penjelasan tersebut bahwa penggunaan masker, cuci tangan pakai sabun, handsanitizer, penerapkan etika batuk/bersin dan physical distancing menimbulkan persepsi manfaat yang berhubungan dengan perilaku pencegahan COVID-19 dengan OR= 2,57. Saran untuk pihak terkait sebaiknya lebih meningkatkan pengetahuan mengenai COVID-19 sehingga dapat meningkatkan kepeduliannya terhadap perilaku pencegahan COVID-19.---COVID-19 is a disease caused by the SARS-CoV-2 virus. At the end of 2019, based on epidemiological data 66% of cases related to a seafood market in the city of Wuhan, China which then spread to various countries including Indonesia. Indonesia has become one of the countries with a growing number of cases each time, as has the government made various efforts to reduce COVID-19 cases. The purpose of this research is to find out the related factors (perceived severity, perceived susceptibility, perceived benefit, perceived barriers, cues to action and self efficacy) with COVID-19 preventive behavior. This study uses a Cross Sectional study design with a total sample of 234 respondents. The sampling technique is total sampling and statistical analysis of Chi Square with a significance level of 0.05. The results of Perceived benefit variable has a significant relationship with COVID-19 prevention behavior with p value 0.035 (OR = 2.57, 95% CI = 1.13-5.85) and there is no significant relationship with other variables. The conclusion in the explanation is using a mask, washing hands with soap, handsanitizer, applying cough / sneezing ethics and physical distancing give rise to a perceived benefit associated with COVID-19 preventive behavior with OR = 2.57. Suggestions for related parties should increase their knowledge about COVID-19 so that they can increase their awareness of COVID-19 prevention behavior.
Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Operator Pengelasan (Welding) Bagian Manufakturing di PT X Tahun 2019 Aditya Jaka Laksana; Triana Srisantyorini
AN-NUR: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 1 (2020): Annur:Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nur, 1, 1, 64-73

Abstract

MSDs merupakan kontribusi disabilitas terbesar kedua di dunia sebagai penyebab utama yang membatasi mobilitas dan ketangkasan pekerja. Data diperoleh dari ILO menunjukkan bahwa faktor risiko MSDs di tempat kerja yang mempengaruhi postur pekerja dapat menyebabkan penyakit serius (ILO, 2019). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis risiko musculoskeletal disorders (MSDs) pada operator pengelasan (welding) bagian manufakturing di PT X pada tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain studi cross sectional. Pengambilan data sampel dengan teknik simple random sampling, dengan kuesioner, lembar kerja REBA dan Nordic Body Map sebagai alat ukur dengan jumlah responden sebanyak 55 pekerja pengelasan. Analisis uji statistik dengan uji Chi-Square (CI= 95% dan a = 5%).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara IMT (p=0,023), masa kerja (p=0,013), kebiasaan olahraga (p=0,000), durasi kerja (p=0,005), postur tubuh (p=0,013) dan repetisi (p=007) terhadap keluhan MSDs dengan  p value <0,05. Operator pengelasan memiliki risiko MSDs dengan tingkat sedang bahkan tinggi berdasarkan sikap dari setiap individu operator dengan postur bekerja yang tidak ergonomis. Hendaknya diadakan pelatihan berkala untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan pekerja guna evaluasi potensi MSDs di tempat kerja.Kata Kunci : Ergonomi, MSDs, Operator Pengelasan---MSDs risk level is the second highest disability contribution in the world as the main cause which restricts employee mobility and agility. The obtained-data from ILO showed that the MSDs risk factors in the workplace which affected to the employee posture can cause serious disease (ILO, 2019. The purpose of this study is to analyze musculoskeletal disorders (MSDs) risk on The Welder of Manufacturing in PT X 2019. This study is descriptive analytic by using cross sectional study design. The sampling technique used simple random; with questionaires, the REBA worksheet and the Nordic Body Map as a measurement tool with 55 welding operator. Analysis with Chi-Square a=0,05. The results of this research showed that there’re relationship between BMI (p=0,023), years of service (p=0,013), sports habits (p=0,000), work duration(p=0,005), body posture (p=0,013), and repetition (p=0,007) to the Musculoskeletal Disorders (MSDs) with p value <0,05. The welder has medium and high MSDs risk based on the individual attitude of job posture that’s not ergonomic. For employee of welder are expected to take a nap when the body is going to get fatique on the leisure.Keywords : Ergonomic, MSDs, Welder

Page 2 of 2 | Total Record : 20