cover
Contact Name
Alfons Renaldo Tampenawas
Contact Email
alfonsreenz@gmail.com
Phone
+6281331834627
Journal Mail Official
journal@sttybmanado.ac.id
Editorial Address
Jln. Cendana, Kel. Sumompo, Lingk 1, Kec. Tuminting, Manado, Sulawesi Utara
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
ISSN : 27744477     EISSN : 27469026     DOI : 10.51615
SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, merupakan wadah publikasi ilmiah dari hasil penelitian Teologi dan Pendidikan Kristiani, serta diperuntukkan bagi semua dosen maupun peneliti, baik di lingkungan Sekolah Tinggi Teologi Yerusalem Baru maupun institusi lain yang memiliki bidang kajian yang sama. Jurnal Shamayim menggunakan sistem double-blind review. Adapun yang menjadi Fokus dan Ruang Lingkup dalam Jurnal SHAMAYIM adalah: Teologi Biblika (Perjanjian Lama & Perjanjian Baru) Teologi Historika Teologi Sistematika Misiologi Biblikal & Praktikal Etika Kristen Pendidikan Kristiani dalam Gereja, Keluarga & Sekolah
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 1 (2020): Teologi dan Pendidikan Kristiani" : 7 Documents clear
Tinjauan Etis Kristen Terhadap Seksualitas Di Kalangan Pemuda-Pemudi Gereja Alfons Renaldo Tampenawas; Veydy Yanto Mangantibe
SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2020): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Yerusalem Baru, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.848 KB) | DOI: 10.51615/sha.v1i1.1

Abstract

AbstractThis article discusses the Christian Ethics review of sexuality activities among Christian youth. This article uses a qualitative approach with descriptive methods. The young people are people who are considered as the nation’s next generation as well as the church’s next generation. However, in the time, these future generations are trapped in a life of promiscuity or fall in free sex (premarital sex). Sexuality is actually a part of creation that wa given by God for humans to develop or continue their offspring, but young people misinterpret sexuality, so they think that sexuality is part of their relationship and can be done even though they are not married.Key words: Christian Ethics, Young, Sexuality AbstrakArtikel ini membahas tentang tinjauan Etika Kristen terhadap aktivitas Seksualitas di kalangan pemuda-pemudi Kristen. Artikel ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan metode deskriptif. Pemuda-pemudi adalah orang-orang yang dianggap sebagai generasi penerus bangsa juga sebagai generasi penerus gereja. Akan tetapi dalam perkembangan zaman, para generasi penerus ini terjebak dalam kehidupan pergaulan bebas atau jatuh dalam hubungan seks bebas (seks pranikah). Seksualitas sebenarnya merupakan bagian dari ciptaan yang diberikan Allah bagi manusia untuk berkembang atau meneruskan keturunan, namun seksualitas disalah artikan oleh para kaum muda, sehingga mereka meanggap bahwa seksualitas itu adalah bagian dari pergaulan dan bisa untuk dilakukan walaupun belum menikah.Kata kunci: Etika Kristen, Pemuda-pemudi, Seksualitas. 
Menerapkan Matius 5:13 Tentang Garam Dunia di Tengah Era Disrupsi Yonatan Alex Arifianto; Reni Triposa; Daniel Supriyadi
SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2020): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Yerusalem Baru, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.094 KB) | DOI: 10.51615/sha.v1i1.7

Abstract

AbstractSpiritual growth to be a blessing and influence and impact on others cannot be separated from the challenges of life. And it is part of the believer's role to be able to color and make himself a useful person. Yet the church and the believers experienced divisions that created conflict and contention so that the church could not speak or give anything to a divided, corrupted world. With the background of the problem, the author uses a library research method with a descriptive quantitative approach. So the author concludes that the role of believers as the salt of the world in Matthew 5:13, in the midst of an era of disruption, is the first Christianity that does not become tasteless. Second, Christianity must function like salt and third, Christianity must glorify God in its life. By applying to all believers, the role of Christians as the salt of the earth has an impact.Key words: Salt Of The World, Believers, The Role Of Christianity AbstrakPertumbuhan rohani untuk menjadi berkat dan pengaruh serta berdampak bagi sesama tidak lepas dari tantangan kehidupan. Dan hal itu sebagai bagian peran orang percaya untuk dapat mewarnai dan menjadikan dirinya sebagai orang yang berguna. Namun gereja dan orang percaya mengalami perpecahan yang menimbulkan konflik dan pertengkaran sehingga gereja tidak bisa berbicara atau memberikan apa-apa kepada dunia yang terpecah, rusak. Dengan latar belakang permasalahan, penulis menggunakan metode penelitian pustaka dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Maka penulis dengan mendapatkan kesimpulan bahwa   peran orang percaya sebagai garam dunia dalam Matius 5: 13, ditengah era disrupsi adalah pertama kekristenan yang tidak menjadi tawar. Kedua Kekristenan harus berfungsi seperti garam dan yang ketiga, Kekristenan harus memuliakan Tuhan dalam hidupnya. Dengan mengaplikasikan bagi semua orang percaya peran orang kristen sebagai garam dunia yang berdampak.Kata kunci: Garam Dunia, Orang Percaya, Peran Kekristenan 
Peran Guru Dalam Menerapkan Pendidikan Agama Kristen Untuk Menumbuhkan Iman Kristen Anak Sejak Dini Sriyati Sriyati; Esen Hon Nakamnanu
SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2020): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Yerusalem Baru, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.678 KB) | DOI: 10.51615/sha.v1i1.2

Abstract

AbstractThe application of Christian faith is not only knowledge to add insight into Christianity, but the application of education is a way to be able to cultivate Christian faith in every child. The application of Christian education is not limited to being applied from primary school to university but is applied to start from early childhood education (PAUD). In the application of Christian education, teachers have an important role in faith growth because Christian education implemented in Sion Tridamarsari Kindergarten aims to foster faith in every child through Christian education. Before applying the Christian education, teachers need to realize that being a PAUD teacher is not just a job or a profession but is a calling from God so that teachers will be able to understand that the growth of Children’s Christian faith must be implemented from an early age. The type of research in this article is qualitative research. Where every informant is interviewed and observed. Based on the result that has been done, the role of the teachers in implementing Christian education for children is teachers can put themselves as friends, pastors, evangelists, facilitators, mentors, motivators, and role models. With these roles, can help and assist each child in the growth of faith that is achieved, namely believing that Jesus Christ is Lord and Savior, dare to pray for himself and others, distinguishing right and wrong actions and helping others. This achievement requires a continuous process and is carried out for a long time. By implementing Christian education it has an impact on the growth of Christian faith from an early age.Key words: Teacher, Rolling and Faith AbstrakPenerapan pendidikan iman Kristen pada intinya bukan sebagai pengetahuan untuk menambah wawasan mengenai agama Kristen, akan tetapi penerapan pendidikan merupakan suatu cara untuk dapat menumbuhkan iman Kristen dalam pribadi anak. Penerapan pendidikan Agama Kristen tidak sebatas diterapkan dari pendidikan dasar sampai pada perguruan tinggi, tetapi diterapkan mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD). Dalam penerapan pendidikan agama Kristen, guru mempunyai peran penting terhadap pertumbuhan iman karena pendidikan agama Kristen yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak Sion Tridamarsari bertujuan untuk menumbuhkan iman Kristen anak sejak dini yaitu pada usia empat sampai enam tahun. Sebelum menerapkan pendidikan agama Kristen, guru Taman Kanak-Kanak Sion Tridamarsari perlu menyadari bahwa menjadi guru PAUD bukanlah merupakan suatu pekerjaan atau profesi saja tetapi sebuah panggilan dari Tuhan, sehingga guru akan dapat mengerti bahwa pertumbuhan iman Kristen anak haruslah diterapkan sejak usia dini. Jenis penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif. Di mana setiap informan diwawancarai dan diobservasi. Berdasarkan hasil yang telah dilakukan, peran guru dalam menerapkan pendidikan agama Kristen pada anak harusnya guru mampu memposisikan diri  sebagai sahabat, gembala, penginjil, fasilitator, pembimbing, motivator, dan teladan, dengan peran tersebut dapat membantu dan menolong setiap anak dalam pertumbuhan iman yang dicapai yaitu percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat, berani berdoa untuk dirinya dan orang lain, membedakan perbuatan yang benar dan yang salah dan menolong sesama atau orang lain. Pencapaian tersebut membutuhkan proses secara terus menerus dan dilakukan dalamwaktu yang lama. Dengan menerapan pendidikan agama Kristen berdampak terhadap pertumbuhan iman Kristen sejak dini.Kata kunci: Guru, Peranan dan Iman 
Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Agama Kristen Terhadap Pertumbuhan Rohani Anak Semuel Ruddy Angkouw; Simon Simon
SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2020): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Yerusalem Baru, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.953 KB) | DOI: 10.51615/sha.v1i1.3

Abstract

AbstractParents who are given a mandate by God to be the main spiritual educators for their children. The purpose of God is to encourage parents as the main spiritual educators for their children, so that their children will experience spiritual growth in their faith in Him. This paper discusses the role of parents in Christian religious education on children's spiritual growth. The method used in this writing is a quantitative method with a questionnaire approach accompanied by descriptions of the answers of the respondents to the questionnaires that were distributed. The findings of this study are the respondents, in this case the church Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Glenmore Kabupaten Banyuwangi, carry out its role as a parent in cultivating Christian values for the spiritual growth of children although not significantly overall.Key words: Spiritual Growth, Congregation, Christian Education. AbstrakOrang tua diberikan mandat oleh Allah untuk menjadi tenaga pendidik kerohanian yang utama bagi anak-anaknya. Tujuan Allah menghimbau orang tua sebagai pendidik kerohanian utama bagi anak, agar kerohanian anak mengalami pertumbuhan secara iman kepada-Nya. Tulisan ini membahas tentang peran orang tua dalam pendidikan agama Kristen terhadap pertumbuhan kerohanian anak. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan angket disertai pendeskrifsian jawaban para responden atas angket yang dibagikan. Temuan dari penelitian ini adalah para respoden dalam hal ini jemaat Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Glenmore Kabupaten Banyuwangi, melaksanakan perannya sebagai orang tua dalam penanaman nilai-nilai kekristenan untuk pertumbuhan kerohanian anak walau tidak secara signifikan secara keseluruhan.Kata kunci: Pertumbuhan Rohani, Jemaat, Pendidikan Agama Kristen
Tinjauan Teologis Tentang Gereja Sejati dan Aplikasinya Bagi Pelayanan Gereja Kontemporer Paulus Purwoto
SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2020): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Yerusalem Baru, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.347 KB) | DOI: 10.51615/sha.v1i1.4

Abstract

AbstractThe church is a chosen group or congregation, namely those who are called by God to come out of the world, go away from sin and enter into the realm of grace. The church has a relationship with God's people in the Old Testament, where in the Old Testament God chose Abraham as the embryo of the birth of the nation of Israel, which was God's chosen nation. Theologically, the idea of God's people being called out clearly existed in Old Testament times, as well as in New Testament times. Linguistically the Greek word ekklesia appears repeatedly in connection with Israel in the Septuagint translation. The elements in the Old Testament exist in the New Testament church, however, they cannot be correctly equated between the Old Testament congregation and the church, because the church is a new product, founded on the Lord Jesus, made by the Holy Spirit and contains people from all the races of all nations become one new people of God. The true church has the signs as described in the Word of God. The purpose of this research is to conduct a theological review of the true church and its application to the contemporary church. The method used in this research is literature study method. The true church has signs, joy, holiness, truth, mission, unity, love, proclaims the Word of God properly, uses the sacraments properly, and exercises church discipline. The conclusion of this study is that the true church has signs that can be applied in contemporary church ministry.Key words: Chruch, Contemporer, True, Ministry AbstrakGereja adalah kumpulan atau jemaat pilihan, yaitu mereka yang dipanggil Allah keluar dari dunia, pergi dari dosa dan masuk ke dalam wilayah anugerah. Gereja memiliki relasi dengan umat Allah dalam Perjanjian Lama, dimana dalam Perjanjian Lama Tuhan memilih Abraham sebagai embrio lahirnya Bangsa Israel yang merupakan bangsa pilihan Allah. Secara teologis gagasan tentang umat Allah yang dipanggil keluar jelas telah eksis pada masa Perjanjian Lama, sebagaimana pada masa Perjanjian Baru.  Secara linguistik kata Yunani ekklesia muncul berulang kali dalam kaitannya dengan Israel dalam terjemahan Septuaginta. Unsur-unsur dalam Perjanjian Lama tersebut ada dalam gereja Perjanjian Baru, namun demikian tidak dapat disamakan dengan tepat antara Jemaah Perjanjian Lama dengan gereja, oleh karena gereja adalah sesuatu produk baru, didirikan diatas Tuhan Yesus, dijadikan oleh Roh Kudus dan berisi orang-orang dari segala ras dari seluruh bangsa menjadi satu umat Allah yang baru. Gereja sejati memiliki tanda-tanda sebagaimana dijelaskan dalam Firman Tuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan tinjauan teologis tentang gereja sejati dan aplikasinya bagi gereja kontemporer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi literatur. Gereja sejati memiliki tanda-tanda, sukacita, kekudusan, kebenaran, misi, kesatuan, kasih, memberitakan Firman Tuhan dengan benar, menggunakan sakramen dengan benar, dan menjalankan disiplin gereja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa gereja sejati memiliki tanda-tanda yang dapat diaplikasikan dalam pelayanan gereja kontemporer.Kata kunci: Gereja, Kontemporer, Sejati, Pelayanan. 
Implementasi Kepemimpinan Yesus Kristus Menurut Yohanes 13:1-20 Hotman Parulian Simanjuntak
SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2020): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Yerusalem Baru, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.424 KB) | DOI: 10.51615/sha.v1i1.5

Abstract

AbstractLeadership is an integral part of all human civilization because everyone needs a leader. Leader and leadership cannot be separated from one another. Where the purpose of choosing a leader is to influence, admonish, direct the people they lead to the goals they want to achieve. Thus, leadership is more likely to function and not position. The world offers and shapes leaders who are more focused on position and authority. This clearly contradicts the leadership of Jesus Christ in John 13: 1-20. It happens in Christian leadership today. Some of the Christian leaders have not been able to be examples of holiness in life, where they are not willing and able to leave old habits. Sometimes some of the Christian leaders live in enmity, either with the congregation, council or with fellow Christian leaders. Based on the above problems, the author will examine more deeply referring to the title: "Implementation of the Leadership of Jesus Christ According to John 13: 1-20, with the aim and purpose of knowing the relevance of the leadership model of Jesus Christ According to John 13: 1-20 for Christian leadership in the future. now, in order to become a guide in Christian leadership today.Key words: Implementation, Leadership, Jesus Christ, John 13:1-20 Abstrak         Kepemimpinan adalah bagian yang integral dalam sepanjang peradaban manusia karena semua orang membutuhkan pemimpin. Pemimpin dan kepemimpinan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dimana tujuan dipilihnya seorang pemimpin adalah untuk mempengaruhi, menegur, mengarahkan supaya orang-orang yang dipimpinnya sampai kepada tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian kepemimpinan lebih cenderung kepada fungsi dan bukan posisi. Dunia menawarkan dan membentuk para pemimpin yang lebih berfokus kepada posisi dan otoritas. Hal ini jelas bertentangan dengan kepemimpinan Yesus Kristus dalam Yohanes 13:1-20. Hal itu terjadi dalam kepemimpinan Kristen pada masa kini. Sebagian dari pemimpin Kristen belum mampu untuk menjadi teladan dalam kekudusan hidup, dimana mereka belum mau dan mampu untuk meninggalkan kebiasaan lama. Terkadang sebagian dari pemimpin Kristen hidup dalam perseteruan, baik dengan jemaat, majelis maupun dengan sesama pemimpin Kristen. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis akan meneliti lebih dalam merujuk pada judul: “Implementasi Kepemimpinan Yesus Kristus Menurut Yohanes 13:1-20, dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui relevansi model kepemimpinan Yesus Kristus Menurut Yohanes 13:1-20 bagi kepemimpinan Kristen masa kini, supaya dapat menjadi pedoman dalam kepemimpinan Kristen masa kini.Kata kunci: Implementasi, Kepemimpinan, Yesus Kristus, Yohanes 13:1-20. 
Studi Kecerdasan Visual-Spasial Pada Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Sentra Balok Sartika Pa’indu; Rida Sinaga; Frets Keriapy
SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2020): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Yerusalem Baru, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.462 KB) | DOI: 10.51615/sha.v1i1.6

Abstract

AbstractEarly Childhood Education (PAUD), can be used to explore children's intelligence. One of them is visual-spatial intelligence. Visual-spatial intelligence is important for children because visual-spatial intelligence enables children to learn visually and generate ideas. Children can think in concept (holistically) to understand something. To develop visual-spatial intelligence in children, the center block is one of the tools that can be used to develop it. Through the block center children can be taught to recognize the shape, color and size of the blocks. Block center was chosen because children love building designing games. Through designing and constructing a building such as a house, palace and other forms, it is hoped that the visual-spatial intelligence of children can develop. The method used in this research is the library research method, namely the form of research carried out through research report books, journals and other documents. In the beam center there are various geometric shapes in various sizes, some are colored and some are plain. In playing blocks, there are eleven stages, from simple to complex building. To be able to make children creative, teachers need to provide adequate support, opportunities, times, and facilities. The results of research on block center can be said to improve visual-spatial intelligence. Because the block center contributes to the improvement of visual-spatial intelligence. It can be seen from the conclusions of the research results that when children play in a block center with adequate support, opportunity, time, and facilities provided by the teacher to children, it can improve children's visual-spatial intelligence with the characteristics of a visually-spatial intelligent child having advantages. such as: children quickly understand the explanation from the teacher related to the building to be made, children can do more than the teacher's orders, children can mix colors well, children build beautifully, neatly and vary and children enjoy doing and enjoying playing blocks.Key words: Visual-Spatial Intelligence, Block Center, Teacher AbstrakPendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dapat digunakan untuk menggali kecerdasan yang dimiliki anak. Salah satunya adalah kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan visual-spasial penting dimiliki anak karena kecerdasan visual- spasial membuat anak dapat belajar secara visual dan memunculkan ide-ide. Anak dapat berfikir secara konsep (holistik) untuk memahami sesuatu. Untuk mengembangkan kecerdasan visual-spasial pada anak, sentra balok merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkannya. Melalui sentra balok anak dapat diajarkan mengenal bentuk, warna serta ukuran dari balok tersebut. Sentra balok dipilih karena anak-anak menyukai permainan merancang bangunan. Melalui merancang dan membangun sebuah bangunan seperti rumah, istana dan bentuk lainnya diharapkan dapat mengembangkan kecerdasan visual-spasial pada anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan yaitu bentuk penelitian yang dilakukan melalui buku laporan penelitian, jurnal Di sentra balok terdapat berbagai bentuk geometri dalam berbagai ukuran ada yang berwarna dan ada yang polos. Dalam bermain balok ada sebelas tahapan, mulai dari sederhana sampai membangun secara komplek. Untuk dapat membuat anak menjadi kreatif maka guru perlu memberikan dukungan, kesempatan, waktu, serta sarana yang memadai. Hasil penelitian mengenai sentra balok dapat dikatakan meningkatkan kecerdasan visual-spasial. Karena sentra balok memberikan kontribusi terhadap peningkatan kecerdasan visual-spasial. Dapat dilihat dari kesimpulan hasil penelitian bahwa pada saat anak bermain di sentra balok dengan dukungan, kesempatan, waktu, serta sarana yang memadai yang diberikan guru kepada anak dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak dengan ciri-ciri anak yang cerdas secara visual-spasial  memiliki kelebihan seperti : anak cepat memahami penjelasan dari guru yang berhubungan dengan bangunan yang akan dibuat, anak dapat melakukan lebih dari perintah guru, anak dapat memadukan warna dengan baik, anak membangun dengan indah, rapi dan bervariasi dan anak senang melakukan serta menikmati bermain balok.Kata kunci: Kecerdasan Visual-Spasial, Sentra Balok, Guru 

Page 1 of 1 | Total Record : 7