cover
Contact Name
Indra Setia Bakti
Contact Email
indrasetiabakti@unimal.ac.id
Phone
+6285261340228
Journal Mail Official
jspm@unimal.ac.id
Editorial Address
Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh. Kampus Bukit Indah Jln. Sumatera No.8, Kec. Muara Satu Kota Lhokseumawe, Prov. Aceh, Indonesia
Location
Kota lhokseumawe,
Aceh
INDONESIA
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM)
ISSN : -     EISSN : 27471292     DOI : 10.29103/jspm
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) is an open access, and peer-reviewed journal. Our main goal is to disseminate current and original articles from researchers and practitioners on various contemporary social and political issues: 1) inclusive education, 2) sustainable development, 3) conflict and peace building, 4) elite and social movement, 5) gender politics and identity, 6) digital society and disruption, 7) civil society, 8) e-commerce and new market, 9) community development, 10) politics, government, and public policy, 11) media and social transformation, 12) democracy, globalization, radicalism, and terrorism, 13) local culture, 14) lifestyle and consumerism, 15) revolution of industry 4.0
Articles 18 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat" : 18 Documents clear
PENGARUH PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SEKEPULAUAN NIAS Muhammad Ardy Rafian; Sri Endang Putri Zagoto; Muhammad Ardy Rafian Nasution; Irsad Irsad; Cut Rizka Al Usrah; Khairul Akbar
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.9689

Abstract

This study uses secondary data using panel data analysis tools, which consist of time series data for the 2015-2021 period and cross-sectional data for 5 regencies/cities on the Nias Islands. The analytical model used in this study to estimate the panel data regression model is the fixed effect model. the results in a study with a significance level of 5% show that (1) the unemployment variable has a significant effect on the poverty rate; (2) the population growth variable has a significant effect on the poverty rate.Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan alat analisis data panel, yang terdiri dari data deret waktu selama periodel 2015-2021 dan data cross section 5 kabupaten/kota di kepulauan Nias. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengestimasi model regresi data panel adalah dengan menggunakan Fixed Effect Model. Hasil dalam penelitian dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan bahwa (1) variabel pengangguran berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan; (2) variabel pertumbuhan penduduk berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
RETHINKING OF LOCAL ELECTION IN THE UNITARY STATE: A STUDY OF INDONESIA’S POLITICS Siti Mutiah Setiawati
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.9886

Abstract

The election is very much associated with democracy. As Indonesia is constitutionally democratic the country is also committed to holding the election regularly. However, as Indonesia is a unitary state, identifying local elections with dmocratization might be questionable. This study was a research-based articl on Indonesia’s politics today. A thorough observation of the local election showed that from the perspectiv of economics, the local election was identical to wasting finansial and time energy. In the long run, it may put the country at risk of disintegration from the standpoint of politics. Due to the weaknesses of a local election, the main question is why the Government institutionalizd local polls. Thus, the result revealed that the local election as a means of recruiting local government leaders was worth dismantling and recommended to be replaced by a tight selection of administrative requirements.Pemilu sangat erat kaitannya dengan demokrasi. Karena Indonesia secara konstitusional demokratis, negara ini juga berkomitmen untuk menyelenggarakan pemilu secara teratur. Namun, karena Indonesia adalah negara kesatuan, mengidentifikasi pemilihan kepala daerah dengan demokratisasi mungkin patut dipertanyakan. Artikel ini merupakan artikel berbasis riset tentang politik Indonesia saat ini. Pengamatan menyeluruh terhadap pilkada menunjukkan bahwa dari segi ekonomi, pilkada identik dengan pemborosan dana dan tenaga waktu. Dalam jangka panjang, hal itu dapat menempatkan negara pada risiko disintegrasi dari sudut pandang politik. Karena kelemahan pilkada, pertanyaan utamanya adalah mengapa Pemerintah melembagakan pilkada. Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa pilkada sebagai sarana rekruitmen pimpinan pemerintah daerah layak dibongkar dan direkomendasikan untuk diganti dengan seleksi persyaratan administrasi yang ketat.
TAHFIDZ AL QURAN CLASS: RELIGION COMMODIFICATION AND POPULAR CULTURE IN MUSLIM MIDDLE CLASS Rholand Muary; Puteri Atikah
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10097

Abstract

The purpose of this study was to learn about the practice of religion commodification in the Al-Quran tahfidz program, as well as the strategies used to capture the middle-class Islamic market. The study was carried out in North Sumatra Province, specifically in Medan and the Deli Serdang. This study conducted in three schools are the Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyah (YPSA), Rumah Tahfidz al Irsyad, and the Markaz Tahfiz Ali Syamsi. The research method used is a qualitative research method, which researchers believe is capable of exploring and describing data about the practice of religion commodification and marketing strategies in the Al-Quran tahfidz program. According to this study, a new Islamic middle class group emerged in post-New Order Indonesia. The emergence of a new Muslim middle class has resulted in a consumption pattern that differs from that of previous generations. They want to enjoy modernity while maintaining their Muslim piety. Capitalism responds well to this circumstance, resulting in the commodification of religion. Finally, the Islamic middle class's consumption pattern is currently a culture of including children in the Al-Quran tahfidz program. This culture paved the way for the establishment of Al-Quran tahfidz educational institutions. This consumption pattern is inextricably linked to the role of popular culture in the mass media in the creation of Islamic popular culture.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui praktek komodofikasi agama pada program tahfidz Al Quran dan strategi yang digunakan untuk merebut pasar kelompok Islam menengah. Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Adapun tiga fokus lokasi penelitian ini antara lain Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyah (YPSA), Rumah Tahfidz al Irsyad, serta Markaz Tahfiz Ali Syamsi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif yang dianggap peneliti bisa menggali dan mendeskripsikan data tentang praktek komodifikasi agama dan strategi pemasaran  dalam program tahfidz Al Quran. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa muncul kelompok kelas menengah Islam baru di Indonesia pasca Orde Baru. Kemunculan kelas menengah Muslim baru ini memiliki pola konsumsi yang relative berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka ingin menikmati moderenitas, tapi tanpa meninggalkan kesalehannya sebagai seorang Muslim. Kondisi inilah yang direspon dengan baik oleh kapitalisme sehingga melahirkan komodifikasi agama. Kesimpulannya pola konsumsi kelas menengah Islam ini saat ini budaya mengikutsertakan anak dalam program tahfidz Al Quran. Budaya ini kemudian membuka peluang akan munculnya lembaga pendidikan tahfidz Al Quran. Pola konsumsi ini tidak lepas dari peran budaya popular di media massa yang menciptakan budaya popular Islam.
Fenomena Childfree Dalam Perspektif Masyarakat Batak Sembiring Amelia Feriel; Rholand Muary
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.9904

Abstract

The emergence of the child-free phenomenon in Indonesia where the community is still guided by existing cultural values, does not adhere to child-freedom in forming a family. People believe that the purpose of marriage is to give birth to the next generation of families, even the term "many children is a lot of fortune" until now has been used as jargon for Indonesian people. One of them is in the Batak community who still adhere to the  value principles of hagabeon, hasangapon, hamoraon. Hagabeon are descendants in Batak society are children born with the aim of continuing the family clan. The importance of descent in Batak society is inseparable from the philosophy of anakkonhi do hamoraon. This study aims to explain the importance of descent for the Batak community and the views of the Batak community in Tarutung City towards the childfree phenomenon. This research is descriptive qualitative using ethnographic and sociological approaches. Sources of data in this study are the results of interviews with several key informants and literature studies that support this research. The results of the study found that in the culture of the Batak people, descent is an important thing in a family. Children are the absolute successors of descendants, especially for boys who have a role to carry on the family clan so that it does not become extinct and is not excluded from the previous family kinship. Apart from being the successor of the family, children will also find their role in every family event. This is what causes the Batak family community to not want child-freeism in their family. Childfree will indirectly eliminate the function and role of the family where so far the family in a sociological view has father, mother and children.Munculnya fenomena childfree di Indonesia di mana masyarakatnya masih berpedoman pada nilai-nilai kebudayaan yang ada, tidak menganut childfree dalam membentuk keluarga. Masyarakat percaya bahwa tujuan dari pernikahan adalah melahirkan generasi penerus keluarga, bahkan istilah banyak anak banyak rejeki hingga sampai saat ini dijadikan jargon bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya dalam masyarakat Batak yang masih memegang nilai pandangan hidup yakni hagabeon, hasangapon, hamoraon. Hagabeon merupakan keturunan dalam masyarakat Batak adalah anak-anak yang lahir dengan tujuan meneruskan marga keluarga. Pentingnya  keturunan dalam masyarakat Batak tak terlepas dari filosofi “anakkonhi do hamoraon di au”. Kajian ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya keturunan bagi masyarakat Batak dan pandangan masyarakat Batak di Tarutung Kota terhadap fenomena childfree. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan etnografi dan sosiologis. Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan beberapa informan kunci dan studi kepustakaan yang mendukung penelitian ini. Hasil penelitian didapati bahwa dalam budaya masyarakat Batak, keturunan adalah hal penting dalam berkeluarga. Anak adalah penerus keturunan yang sifatnya mutlak terlebih bagi anak laki-laki yang punya peran untuk meneruskan marga (clan) keluarga agar tidak punah dan tidak tersinggirkan dari kekerabatan keluarga yang ada sebelumnya. Selain sebagai penerus keluarga, anak juga akan mendapati perannya dalam setiap acara keluarga. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat keluarga Batak tidak menginginkan paham childfree dalam keluarga mereka. Childfree secara tidak langsung akan menghilangkan fungsi dan peran dari keluarga di mana selama ini keluarga dalam pandangan sosiologis yakni ada ayah, ibu dan anak.
GENDER AND THE USE OF LOCAL LANGUAGE IN URBAN COMMUNITY Dini Rizki; Kurniawati Kurniawati; Hanif Hanif; M. Zawil Kiram
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10130

Abstract

In communicating, the use of local languages tends to be influenced by the gender of the speakers. This includes politeness, vocabulary selection, grammar, and context. The urban community is most potentially affected by modernization which also influences the use of local languages. This study looks at the differences in the use of local languages and the causes of these differences based on the gender of the speakers. This study used a qualitative descriptive method using data collection techniques consisting of observation, in-depth interviews, and Focus Group Discussion (FGD). This research was conducted with the subject of urban communities living in the city of Takengon. The results of this study show that urban women and men use local language differently, especially in terms of their preference in using local language. Urban women tend to be affected by the feeling of wanting to be associated with being modern, while urban men are more affected by the context in which they interact. These results are hoped to add to the literature on the use of local languages that can contribute to language maintenance efforts.Dalam berkomunikasi, penggunaan bahasa daerah cenderung dipengaruhi oleh gender dari penuturnya. Perbedaan penggunaan bahasa pada gender yang berbeda ini  termasuk perbedaan dalam aspek kesopanan, pemilihan kosa kata, tata bahasa, dan konteks. Masyarakat perkotaan paling berpotensi terkena dampak modernisasi yang juga mempengaruhi penggunaan bahasa daerah. Kajian ini melihat perbedaan penggunaan bahasa daerah dan penyebab perbedaan tersebut berdasarkan jenis kelamin penuturnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang terdiri dari observasi, wawancara mendalam, dan Focus Group Discussion (FGD). Penelitian ini dilakukan dengan subjek masyarakat perkotaan yang tinggal di kota Takengon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki perkotaan menggunakan bahasa daerah secara berbeda, terutama dalam hal preferensi mereka dalam menggunakan bahasa daerah. Perempuan urban cenderung dipengaruhi oleh perasaan ingin diasosiasikan dengan modern, sedangkan laki-laki urban lebih dipengaruhi oleh konteks di mana mereka berinteraksi. Hasil ini diharapkan dapat menambah literatur penggunaan bahasa daerah yang dapat berkontribusi dalam upaya pemertahanan bahasa.
THE URGENCY OF AMENDING THE LAW ON GOVERNING ACEH (LoGA) FROM THE ASYMMETRIC DECENTRALIZATION PERSPECTIVE Mukhlis Mukhlis; M Nazaruddin
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10697

Abstract

The issue of amending Law Number 11 of 2006 concerning Aceh Government is closely related to adjustments to changes in other laws and regulations that have an impact on the implementation of the LoGA. Therefore, efforts to amend the Law On Governing Aceh (LoGA) have become a necessity and problematic. In addition, it is also related to the need to strengthen the regulation on the sustainability of special autonomy funds for Aceh proposed at 2.5% of the National General Allocation Fund to continue development and improve the welfare of the people of Aceh for an indefinite period of time. On the other hand, a more detailed regulation is also needed within the proposed changes to the UUPA to facilitate its implementation in the field so that the authority of the Aceh government in implementing its special and privileged rights in the context of asymmetric decentralization can be better implemented.Isu perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh erat terkait dengan penyesuaian terhadap perubahan peraturan perundang undangan lainnya yang berdampak terhadap implementasi UUPA tersebut karena itu upaya perubahan terhadap UUPA menjadi suatu keniscayaan dan problematis, di samping terutama hal itu juga terkait dengan diperlukannya memperkuat keberadaan pengaturan tentang keberlanjutan dana otonomi khusus Aceh yang diusulkan sebesar 2,5 % dari flafon Dana Alokasi Umum Nasional untuk melanjutan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh untuk waktu yang tidak terbatas. Di sisi lain juga diperlukan pengaturan yang lebih rinci di dalam UUPA usulan perubahan ini untuk lebih mudah dalam pelaksanaannya di lapangan sehingga kewenangan Pemerintah Aceh dalam melaksanakan hak kekhususan dan istimewaannya dalam rangka desentralisasi asimetris lebih dapat diimplementasikan.
Service Innovation Accelerates the Issuance of Population Documents for Displaced Persons in Pekanbaru City Fitri Diana; Adianto Adianto
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.9785

Abstract

Service innovation provided by the Regional Government through the Population and Civil Registration Service are breakthroughts in public services which are creative idea and modification that are able to provide benefits to the community. Through Disdukcapil, the government provides population administration services in recording e-KTP to the public. One of the Disdukcapil that provides population administration services is Pekanbaru City Disdukcapil through the Sipintar Innovation (Service System to Complete the Identity of Displaced Persons). The purpose of this study was to determine the implementation of Sipintar innovation in Pekanbaru City Disdukcapil and identify factors that hinder the implementation of Sipintar innovation. This research uses bugge's theory of innovation success attributes in Winda (2021), where there are six indicators, namely: Governance and Innovation, Sources of the Ideas for Innovation, Innovation Culture, Capabilities and Tools, Objectives, Outcomes, Expense and Obstacles, Collecting Innovation Data for Single Innovation. This type of research is qualitative research with a phenomenological approach. The collection of necessary data, both primary and secondary data, is collected through interviews, observations, documentation, then analyzed so that conclusions can be drawn from existing research problems.  The result of this study is that the existing innovations have not been optimally implemented because there are still inhibiting factors in its implementation, namely the low socialization of face-to-face / direct innovations, the limitations of e-KTP recording devices, and also network disruptions when recording e-KTP.Inovasi pelayanan yang diberikan Pemerintah Daerah melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan terobosan dalam pelayanan publik yang merupakan ide kreatif maupun modifikasi yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat. Melalui Disdukcapil pemerintah memberikan layanan administrasi kependudukan dalam perekaman e-KTP kepada masyarakat. Salah satu Disdukcapil yang memberikan pelayanan administrasi kependudukan adalah Disdukcapil Kota Pekanbaru melalui Inovasi Sipintar (Sistem Pelayanan Untuk Melengkapi Identitas Orang Terlantar). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan inovasi Sipintar di Disdukcapil Kota Pekanbaru dan mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan inovasi Sipintar. Penelitian ini menggunakan teori atribut keberhasilan inovasi oleh Bugge dalam Winda (2021), yang mana terdapat enam indikator, yaitu: Governance and Innovation, Sources of the Ideas for Innovation, Innovation Culture, Capabilities and Tools, Objectives, Outcomes, Expense and Obstacles, Collecting Innovation Data For Single Innovation. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data-data yang diperlukan baik data primer maupun sekunder dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumentasi, kemudian dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan dari masalah penelitian yang ada.  Hasil penelitian ini adalah inovasi yang ada belum optimal dilaksanakan karena masih terdapat faktor penghambat dalam pelaksanaannya yaitu rendahnya sosialisasi inovasi secara tatap muka/langsung, keterbatasan alat perekam e-KTP, dan juga adanya gangguan jaringan saat melakukan perekaman e-KTP.
EKSPLORASI EKOWISATA DANAU AIR HITAM BINAWIDYA KOTA PEKANBARU Aguswan Aguswan; Widia Astuti; Trio Saputra
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.9287

Abstract

Black water lake is a former sand mining excavation which is located on the black water road, Binawidya village, Binawidya district, Pekanbaru city. The former sand mining excavation which has changed its shape into a lake has become a public concern to be used as a tourist area. This research is aimed at exploring natural resources (lakes) and surrounding plants to be developed into ecotourism areas that can provide value for the benefits of environmentally friendly tourism activities by prioritizing aspects of nature conservation, socio-cultural and community economics.Based on the information and information obtained from the people around the Binawdiya Black Water Lake, that the former sand dugout has formed a lake approximately 20 years ago. And at this time the existence of the black water lake has not been utilized and developed by the government and local communities in the area.By conducting ecotourism exploration of the Black Water Lake, in-depth information can be obtained to reveal new ecotourism areas and further exploitation needs to be carried out by seeking benefits for the potential of the area or ecotourism developed after exploration.Danau air hitam merupakan bekas galian tambang pasir yang terletak dijalan air hitam kelurahan Binawidya kecamatan Binawidya Kota Pekanbaru. Bekas galian tambang pasir yang telah berubah bentukya menjadi  sebuah danau menjadi perhatian masyarakat untuk dijadikan sebagai kawasan wisata. Penelitian ini ditujukan untuk mengeksplorasi langsung sumber daya alam (danau ) dan tumbuhan disekelilingnya untuk  dikembangkan menjadi kawasan ekowisata yang dapat memberikan nilai mamfaat kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, sosial budaya dan ekonomi masyarakat.Berdasaarkan informasi dan keterangan yang diperoleh dari masyarakat disekeliling Danau air hitam binawdiya, bahwa bekas galian pasir yang telah membentuk sebuah danau kurang lebih sejak 20 tahun yang lalu. Dan pada saat ini keberadaan danau air hitam belum dimamfaatkan dan dikembangkan oleh pemerintah maupun masyarakat lokal pada kawasan tersebut. Dengan dilakukannya eksplorasi ekowisata danau air hitam dapat diperoleh informasi secara mendalam untuk mengungkap kawasan baru ekowisata dan selanjutnya perlu dilakukan eksploitasi dengan mencari mamfaat atas potensi wilayah atau ekowisata yang dikembangkan setelah melakukan eksplorasi.
PERANAN LEMBAGA ADAT ACEH DALAM PENANGANAN KDRT DI KOTA LHOKSEUMAWE Hidayat Hidayat; Budi Bahreisy; Muh. fahrudin Alawi
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10293

Abstract

Law of the Republic of Indonesia Number 23 of 2004 concerning the Elimination of Domestic Violence Article 1 defines domestic violence (KDRT) as: "Any action directed at women who in this case are victims, which will have an impact on misery or suffering physically. physical, sexual or psychological. In Aceh Qanun Number 10 of 2008 concerning Traditional Institutions, one of the functions of which is to solve social problems, including domestic violence. Customs are part of social institutions that function as institutions that are able to solve various problems that arise in society. The formulation that can be determined based on the background above is what are the factors that cause domestic violence and what is the role of Acehnese traditional institutions in resolving domestic violence in Lhokseumawe City. The purpose of this study was to analyze and provide knowledge about the role of traditional institutions in resolving domestic violence in Lhokseumawe City and to find out the procedures for implementation by Acehnese traditional institutions in resolving domestic violence in Lhokseumawe City. This type of research is empirical research with a qualitative approach, namely by conducting interviews or field studies to traditional institutions in the city of Lhokseumawe and literature studies.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pasal 1 mendefinisikan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagai: “Setiap perbuatan yang ditujukan kepada perempuan yang dalam hal ini menjadi korban, yang akan berdampak pada kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis Dalam Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2008 tentang Lembaga Adat, salah satu peranannya adalah untuk menyelesaikan masalah sosial, termasuk kekerasan dalam rumah tangga.Adat adalah bagian dari lembaga sosial yang berfungsi sebagai lembaga yang mampu menyelesaikan berbagai masalah Rumusan yang dapat ditentukan berdasarkan latar belakang di atas adalah apa faktor penyebab KDRT dan bagaimana peran lembaga adat Aceh dalam penyelesaian KDRT di Kota Lhokseumawe. dan memberikan pengetahuan tentang peranan lembaga adat dalam penyelesaian KDRT di Kota Lhokseumawe serta untuk mengetahui tata cara pelaksanaan lembaga adat Aceh dalam penyelesaian KDRT di Kota Lhokseumawe. Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan wawancara atau studi lapangan kepada lembaga adat di kota Lhokseumawe dan studi literatur.
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT KRAMAT TUNGGAK PASCA BERDIRINYA MASJID JAKARTA ISLAMIC CENTRE Maila D.H. Rahiem; Cut Dhien Nourwahida
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10378

Abstract

Kramat Tunggak, which operated from 1970 to 1999, was Southeast Asia's largest prostitute district. Following the demise of the localization, an Jakarta Islamic Centre (JIC) mosque was built. Changes in the function of the area have an impact on the quality of life in the neighborhood. The research examined the social changes that have happened among the residents of Kramat. This study employed a descriptive qualitative methodology. The data was acquired through observation, in-depth interviews, and a review of relevant documents. Eight Kramat Tunggak  locals, one Jakarta Islamic Centre Mosque manager, and one RT chair participated in this study. The study discovered that several social changes occurred in Kramat Tunggak following the establishment of the Islamic Centre Mosque. Kramat Tunggak's people have undergone social transformations: 1) increased comfort and security of the residential area, as well as the tranquility of the community in carrying out life activities; 2) creating new jobs for the community, particularly as traders; 3) increased community participation in religious activities; 4) the community is liberated to engage in activities and interact in the Kramat Tunggak neighborhood. Encouraged by these advances, the residents of Kramat Tunggak should continue to make excellent use of the Jakarta Islamic Centre Mosque and the resources it provides to improve their social, cultural, religious, and economic life.Kramat Tunggak, yang beroperasi dari tahun 1970 hingga 1999, merupakan lokalisasi pelacuran terbesar di Asia Tenggara. Menyusul ditutupnya lokalisasi, masjid Jakarta Islamic Centre dibangun. Perubahan fungsi kawasan berdampak pada kualitas kehidupan di lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Kramat Tunggak pasca berdirinya Masjid Jakarta Islamic Centre. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Peneliti mewawancarai 8 orang masyarakat Kramat Tunggak, 1 orang pengurus Masjid Jakarta Islamic Centre dan 1 orang ketua RT. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Kramat Tunggak Pasca Berdirinya Masjid Jakarta Islamic Centre antara lain: 1) meningkatnya kenyamanan dan keamanan daerah tempat tinggal, serta ketenangan masyarakat dalam menjalankan aktivitas kehidupan; 2) memberikan wadah lapangan pekerjaan bagi masyarakat terutama sebagai pedagang dengan adanya masjid Islamic Centre; 3) meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan keagamaan; dan 4) masyarakat menjadi lebih leluasa berkegiatan dan berinteraksi di sekitar wilayah Kramat Tunggak. Didorong oleh kemajuan ini, warga Kramat Tunggak harus terus memanfaatkan Masjid Islamic Centre dengan baik dan sumber daya yang disediakannya untuk meningkatkan kehidupan sosial, budaya, agama, dan ekonomi mereka.

Page 1 of 2 | Total Record : 18