cover
Contact Name
Khairil Fazal
Contact Email
khairil.fazal@ar-raniry.ac.id
Phone
+6285373325237
Journal Mail Official
jurnal.abrahamic@ar-raniry.ac.id
Editorial Address
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Ar-raniry, Banda Aceh Indonesia Jalan Abdur Rauf Kopelma Darussalam, Gedung Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Lt. I, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Provinsi Aceh 23111, Indonesia
Location
Kota banda aceh,
Aceh
INDONESIA
Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN : 27977722     EISSN : 27976440     DOI : 10.22373/arj
Abrahamic Religions: Journal of Religious Studies is open access and peer review research journal published by the Study Program of Religions, UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Abrahamic Religions is a Journal of the Study Program of Religions and Religions as a forum for researchers, academics, professionals, practitioners, and students worldwide to share knowledge in the form of empirical and theoretical research studies, case studies, and literature reviews. Scope: Religion and Culture Conflict Resolution Religious Moderation Theology Religion and Science Philosophy of Religion Psychology of Religion History of Religions Sociology of Religion Religion and Ethics Religion and Literature Religion and Art Religion and Media Religion and Linguistics Religion and Health Religion and Globalization
Articles 54 Documents
Mitologi dan Agama dalam Masyarakat Modern Ismir Lina
Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Studi Agama-Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/arj.v3i2.20179

Abstract

The elimination of myths and religion in modern society has resulted in the despiritualization of religion and the demoralization of spirituality. The predominantly materialistic and positivistic approach of science has created a spiritual and humanitarian crisis, perceiving nature as a lifeless mechanical entity. This perspective contradicts the beliefs of our ancestors who revered nature as a living entity akin to humans. This study elucidates the relationship between myths, religion, and science through the perspectives of Karen Armstrong and Jalaluddin Rumi. Armstrong asserts that myths and religious laws are not true due to their alignment with metaphysical, scientific, or historical realities, but because of their life-affirming nature. Rumi, in his view, illustrates that knowledge that penetrates the soul requires spirit and emanates from the sublime realm beyond reason and words. This perspective amalgamates myths, religion, and science into a unity that respects spiritual existence and regards nature as something far beyond the comprehension of ordinary human beings.AbstrakPenyingkiran mitos dan agama dalam masyarakat modern telah menyebabkan dispiritualisasi agama dan demoralisasi spiritual. Ilmu pengetahuan yang cenderung materialistik dan positivistik telah menciptakan krisis spiritual dan kemanusian, menganggap alam sebagai mesin mekanis tanpa kehidupan. Pandangan ini bertentangan dengan kepercayaan leluhur kita yang menghormati alam sebagai entitas bernyawa, seperti manusia. Kajian ini mendeskripsikan hubungan antara mitos, agama, dan ilmu pengetahuan melalui perspektif Karen Armstrong dan Jalaluddin Rumi. Armstrong menyatakan bahwa mitos dan hukum agama bukanlah benar karena kesesuaiannya dengan realitas metafisik, ilmiah, atau historis, tetapi karena sifatnya yang menghidupkan. Rumi, dalam pandangannya, menggambarkan bahwa pengetahuan yang mencapai jiwa memerlukan ruh dan berasal dari alam yang agung di luar nalar dan kata-kata. Pandangan ini menggabungkan mitos, agama, dan ilmu pengetahuan sebagai satu kesatuan yang menghormati keberadaan spiritual dan memandang alam sebagai sesuatu yang jauh melampaui pemahaman manusia biasa.    
Dinamika Kemiskinan pada Masyarakat Melayu di Pulau Karas: Sebuah Analisis dari Presfektif Teologi Islam Ning Ratna Sinta Dewi
Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Studi Agama-Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/arj.v3i2.19447

Abstract

Karas Island is one of the islands in the Riau Archipelago, which is inhabited by the Malay tribe with the livelihood of almost all family heads working as fishermen. The Malay tribe as it is known is the largest tribe in Indonesia. History records that almost all corners of Indonesia are inhabited by ethnic Malays. The special features of the Malay tribe are mainly their customs which are characterized by the Islamic religion, as well as the use of Malay Arabic script/language which is applied in schools and to this day there are still several schools that teach Malay Arabic lessons, especially in the Riau and Riau islands. The existence of Malay traditional clothing which is mandatory at school and also in government agencies is still maintained today. Although the Malays have their privileges, at this time the Malays are not as grand as they used to be. Many Malay people currently live in poverty and most live on the sea coast and rely on the sea as a source of life. This can be seen in the development of the Malay ethnic group in the Riau Archipelago, to be precise on Karas Island, which is the object of this research study. This research method is field research (field research) using a qualitative approach with the stages of observation, documentation and interviews. The aim of this research is to find out the pattern of life of the people on Karas Island from a theological perspective and what will be connected to the poverty that exists in that place using qualitative research methods which will later get accurate results directly from the Malay community on Karas Island.AbstrakPulau Karas merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kepulauan Riau, yang dihuni oleh suku Melayu dengan mata pencaharian hampir semua kepala keluarga berprofesi sebagai nelayan. Suku Melayu sebagaimana yang dikenal merupakan suku terbesar yang ada di Indonesia. Sejarah mencatat bahwa hampir seluruh penjuru Indonesia di diami oleh suku Melayu. Keistimewaan dari suku Melayu terutama pada adat istiadatnya yang bercirikan agama Islam, serta penggunaan aksara/bahasa Arab Melayu yang diterapkan di sekolah-sekolah dan hingga saat ini masih ada beberapa sekolah yang mengajarkan pelajaran Arab Melayu terutama di kepulauan Riau dan Riau. Eksistensi pakaian adat Melayu yang menjadi pakaian wajib di sekolah dan juga instansi pemerintahan masih dipertahankan hingga saat ini. Meskipun suku Melayu memiliki keistimewaan, namun pada saat ini suku Melayu lah yang tidak semegah dahulu. Masyarakat Melayu saat ini banyak yang hidup dalam kemiskinan dan sebagian besar bertempat tinggal di pesisir laut dengan mengandalkan laut sebagai sumber kehidupan. Hal ini nampak pada perkembangan suku Melayu yang ada di Kepulauan Riau, tepatnya di Pulau Karas yang menjadi objek dari kajian penelitian ini. Metode penelitian ini penelitian lapangan (field research) menggunakan pendekaan kualitatif dengan  tahap observasi, dokumentasi dan wawancara. Tujuan Peneltian ini untuk mengetahui pola kehidupan masyarakat di Pulau Karas dalam kacamata teologi dan yang akan dihubungkan dengan kemiskinan yang ada di tempat tersebut dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang nantinya akan mendapatkan hasil yang akurat langsung dari masyarakat Melayu yang ada di Pulau Karas.
Rumah Moderasi Beragama di PTKIN: Potret Kebijakan dan Strategi Mewujudkan Beragama Moderat di Perguruan Tinggi Toguan Rambe; Mawardi Mawardi; Seva Mayasari
Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Studi Agama-Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/arj.v3i2.19826

Abstract

This article is the result of research on the existence of religious moderation houses (RMB) at PTKIN. Based on the circular from the Ministry that the existence of a religious moderation house has an important role in providing education and strengthening the understanding of religious moderation for State Islamic Religious Colleges (PTKIN). In its position, each PTKIN provides a wide space for religious moderation houses to play an active role and contribute to academic and non-academic activities. Data collection in this study was carried out by direct interviews and focus group discussions with the chairman and administrators of the house of religious moderation (RMB) at UIN North Sumatra Medan and UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan. The results of this study include the formation of the management of the house of moderation in religion which has been carried out based on the Chancellor's decree at each tertiary institution. The activities carried out are related to socializing the urgency of religious moderation in the tertiary environment, including organizing seminars and workshops that are held entitled religious moderation. Providing ToT (Training of Trainer) training for lecturers and students so that they become agents of religious moderation, collaborating with FKUB as a religious institution that already exists and forming religious moderation villages as fostered villages as a way to spread religious moderation to the community.AbstrakArtikel ini merupakan hasil penelitian terhadap eksistensi rumah moderasi beragama (RMB) di PTKIN. Berdasarkan ederan dari Kementerian bahwa keberadaan rumah moderasi beragama memiliki peranan penting dalam memberikan edukasi dan penguatan pemahaman moderasi beragama bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Dalam kedudukannya setiap PTKIN memberikan ruang yang begitu luas terhadap rumah moderasi beragama berperan aktif dan memberikan kontribusinya terhadap kegiatan akademik maupun non akademik. pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan wawancara langsung dan focus group discussion dengan ketua dan pengurus rumah moderasi beragama (RMB) di UIN Sumatera Utara Medan dan UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan. Hasil dari penelitian ini antara lain pembentukan kepengurusan rumah moderasi beragama telah dilaksanakan berdasarkan surat keputusan Rektor pada masing-masing perguruan tinggi. Adapun kegiatan yang dilakukan terkait mensosialisasikan urgensi moderasi beragama dilingkungan perguruan tinggi antara menata kegiatan seminar maupun workshop yang dilaksanakan bertajuk moderasi beragama. Memberikan pelatihan ToT (Training of Trainer) bagi dosen dan mahasiwa sehingga menjadi agen moderasi beragama, melaksanakan kerjama dengan FKUB sebagai institusi keagamaan yang sudah eksis serta membentuk kampung moderasi beragama sebagai desa binaan sebagai jalan menyebarkan moderasi beragama bagi masyarakat.
Theological Pluralism: Exploring Religious Expressions within The Baha'i Community in Kubu Raya Samsul Hidayat; Sulaiman Sulaiman
Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Studi Agama-Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/arj.v3i2.20248

Abstract

This research illustrates the vulnerability experienced by contemporary society in practicing religious beliefs, necessitating the emergence of Theological Pluralism as a new innovation to provide space for minority communities such as the Baha'i to express their religious beliefs. The objective of this study is to elucidate the expressions and responses of the community towards the Baha'i community in Kubu Raya, viewed through the lens of Theological Pluralism. The research employs a qualitative approach rooted in sociology, incorporating literature review and field research. Data collection methods include observation, previous research, and relevant data pertaining to this study. This study indicate that the Baha'i community expresses its beliefs through social interactions viewed from the perspective of Theological Pluralism, ultimately fostering attitudes of tolerance, inclusivity, and appreciation for diversity within pluralistic societies. The community's response to the Baha'i varies, with some exhibiting positive acceptance and others displaying negative rejection. Factors influencing these responses involve limitations in religious knowledge and the socio-political dynamics impacting religious domains.
Potret Toleransi Muslim dan Kristen HKBP (Studi Masyarakat Muslim dan Kristen di Jorong Sentosa Nagari Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat) Nurma Sari Sihombing; Sefriyono Sefriyono; Dwi Wahyuni
Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Studi Agama-Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/arj.v3i2.19628

Abstract

This article discusses Muslim and Christian tolerance in Jorong Sentosa Nagari Panti. Even though the people at the Panti are diverse both in terms of religion and culture, the people can live in harmony. This study intends to answer the question; first, why are Muslims and Christians in Panti tolerant?; second, what are the forms of tolerance in the Panti? This research uses a qualitative method with a case study approach. This research was conducted in Jorong Sentosa Nagari Panti, Pasaman, West Sumatra. Data was collected using interview techniques with community leaders, religious leaders and the Panti community. The interview data was then analyzed using the Miles and Huberman approach. The study results show that; First, the people of Jorong Sentosa Nagari Panti live in harmony driven by several factors, namely: self-awareness; human attitude; ethnic equality; institutionalization of tolerance values in the form of lectures and sermons by religious figures and interactions in educational institutions. Second, forms of tolerance occur in religious and social aspects. The religious aspect can be seen from appreciating and not interfering with the worship performed by each religion and participating in and supporting the celebrations carried out by each religion. The social aspect can be seen from the form of cooperation in government activities; participate in religious celebrations; inviting and helping at weddings and even condolences.AbstrakArtikel ini membahas toleransi Muslim dan Kristen di Jorong Sentosa Nagari Panti. Meskipun masyarakat di Panti beragam baik dari segi agama maupun segi kultur, tetapi masyarakatnya dapat hidup harmonis. Studi ini bermaksud untuk menjawab pertanyaan; pertama, mengapa Muslim dan Kristen di Panti bertoleransi?; kedua, apa-apa bentuk toleransi di Panti?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case studies). Penelitian ini dilaksanakan di Jorong Sentosa Nagari Panti, Pasaman, Sumatera Barat. Data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara kepada tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat Panti. Data wawancara kemudian dianalisis menggunakan pendekatan Miles dan Huberman. Hasil studi menunjukkan bahwa; Pertama, masyarakat Jorong Sentosa Nagari Panti hidup harmoni didorong dengan beberapa faktor yaitu:  kesadaran diri sendiri; sikap kemanusiaan; persamaan etnis; pelembagaan nilai-nilai toleransi dalam bentuk ceramah maupun khutbah oleh tokoh agama dan interaksi di Lembaga pendidikan. Kedua, bentuk toleransi terjadi dalam aspek keagamaan dan sosial. Aspek keagamaan dapat dilihat dari menghargai dan tidak mengganggu ibadah yang dilakukan oleh masing-masing agama serta turut dan mendukung perayaan-perayaan yang dilakukan oleh masing-masing agama. Aspek sosial dapat dilihat dari bentuk kerja sama dalam kegiatan pemerintahan; turut hadir dalam perayaan keagamaan; mengundang dan membantu dalam acara pernikahan bahkan belasungkawa. 
Analisis Prasangka dan Diskriminasi pada Etnis Tionghoa di Indonesia Muslim Hidayat; Megantara Putra; Muhammad Rizki Saputro; Rahmawati Nuril Husna
Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Studi Agama-Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/arj.v3i2.19550

Abstract

Ethnic diversity becomes an advantage for Indonesia, both from the island, race, ethnicity, language, and so on. This diversity can be a selling point in its own international arena. But on the other hand, it also has a negative side. One of the downsides is that it tends to be easy to arise prejudice and discrimination. Prejudice and discrimination itself occur in several groups, one of which is ethnic Chinese. Whereas Indonesia has the motto "Bhineka Tunggal Ika" which means although different but still in one unit. But in reality in a different society, where there are still things that are contrary to the motto. Based on this, the author conducted this study. Therefore, this study aims to find out the source of prejudice, aspects of prejudice, ethnic Chinese discrimination, and how to deal with the problem of prejudice and discrimination in ethnic Chinese in Indonesia. The methods used in this research are literature studies with library research, as well as sources used in the form of journals and documents relevant to the study in this study. From the sources obtained, analysis related to the purpose of the research is carried out. The results of this study are known to have several sources that cause prejudice in ethnic Chinese, aspects of prejudice, forms of discrimination that occur in ethnic Chinese, so that a way to overcome this can be proposed.AbstrakKeberagaman etnis menjadi suatu keuntungan bagi Indonesia, baik dari pulau, ras, etnis, bahasa, dan lain sebagainya. Keberagaman tersebut mampu menjadi suatu nilai jual tersendiri di kancah internasional. Namun di sisi lain hal tersebut juga memiliki sisi negatif. Salah satu sisi negatifnya adalah cenderung mudah timbul prasangka dan diskriminasi. Prasangka dan diskriminasi ini sendiri terjadi pada beberepa kelompok salah satunya pada etnis Tionghoa. Padahal Indonesia memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi tetap dalam satu kesatuan. Namun pada kenyataannya di masyarakat berbeda, di mana masih terdapat hal-hal yang bertolak belakang dengan semboyan tersebut. Berlandaskan pada hal tersebutlah penulis melakukan penelitian ini. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber prasangka, aspek-aspek prasangka, diskriminasi etnis Tionghoa, dan cara menangani permasalahan prasangka dan diskriminasi pada etnis Tionghoa di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dengan kajian kepustakaan (library research), serta sumber yang digunakan berupa jurnal dan dokumen-dokumen yang yang relevan dengan kajian dalam penelitian ini. Dari sumber yang didapat maka dilakukan analisis yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah diketahui terdapat beberapa sumber yang menyebabkan terjadinya prasangka pada etnis Tionghoa, aspek-aspek dalam prasangka, bentuk diskriminasi yang terjadi pada etnis Tionghoa, sehingga dapat diajukan suatu cara mengatasi hal teresebut.
Interaksi Sosial Antaretnik Mandailing-Jawa di Desa Pasar Singkuang II, Mandailing Natal, Sumatera Utara Siti Muliani; Suheri Harahap; Aulia Kamal
Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Studi Agama-Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/arj.v3i2.19650

Abstract

This article describes a case of social interaction between ethnic Mandailing and Javanese in Pasar Singkuang II Village, Muara Batang Gadis District, Mandailing Natal District, North Sumatra. This study focuses on forms of inter-ethnic interaction, the problems they experience, and efforts to overcome them. This is a qualitative-descriptive study where data is collected through observation, in-depth interviews, and documentation. The data is processed using descriptive analysis procedures from Miles-Huberman, borrowing social interaction theory as an analytical framework. This study found that in the case of the Mandailing-Javanese ethnic group, inter-ethnic social interactions were associative through social cooperation and acculturation. On the other hand, their interaction is also dissociative because there are inhibiting factors such as communication problems and differences in the ethical values and norms of each ethnic group. These obstacles are overcome by being open to others, adapting, and avoiding negative prejudice. In addition, this study found that in inter-ethnic interactions, religion exerts a strong influence both as a communal identity and through social-religious activities, so that their differences can be merged and strengthen social integration.AbstrakArtikel ini menjelaskan kasus interaksi sosial antaretnik Mandailing dan Jawa di Desa Pasar Singkuang II Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Studi ini fokus pada bentuk interaksi antaretnik, problem yang mereka alami dan usaha mengatasinya. Ini merupakan kajian kualitatif-deksriptif di mana data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi, data diolah menggunakan prosedur analisis deskriptif dari Miles-Huberman dengan meminjam teori interaksi sosial sebagai kerangka analisis. Studi ini menemukan bahwa dalam kasus etnik Mandailing-Jawa di Pasar Singkuang II, interaksi sosial antaretnik terjalin secara asosiatif, melalui kerja sama sosial dan akulturasi. Di sisi lain, interaksi mereka juga bersifat disosiatif karena ada faktor penghambat seperti problem komunikasi dan perbedaan nilai etika dan norma masing-masing etnik. Hambatan tersebut diatasi dengan cara bersikap terbuka terhadap sesama, beradaptasi, menghindari prasangka negatif. Selain itu, kajian ini menemukan bahwa dalam interaksi antaretnik, agama memberi pengaruh kuat baik sebagai identitas komunal maupun lewat aktivitas sosial keagamaan, sehingga perbedaan mereka dapat dileburkan dan memperkuat integrasi sosial.
Membongkar Makna Keagamaan dalam Estetika Dekorasi: Gereja Katedral Santo Petrus di Bandung M. Adib Fuadi Nuriz; Abdullah Muslich Rizal Maulana; Silmi Rahma Pertiwi; Anis Kamila Zulfa; Naeli Nafis Syahda Tarmidzi; Dianah Nabilah
Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Studi Agama-Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/arj.v3i2.16736

Abstract

This article aims to explore the symbolism contained in St Peter's Cathedral, a historic church in the city of Bandung. Designed by architect Ir. C. P. Wolf Schoemakre and blessed by Mgr Luypen, the construction of St Peter's Cathedral shows a variation of the generally gothic European architectural style, while still incorporating symbolic elements of the Catholic religion in its architectural structure. These symbols not only have a decorative function, but also contain religious values that show the spiritual majesty reflected in the architectural form of St Peter's Cathedral. To uncover the religious meanings contained, the researcher used field observation methods and rigorous interviews. This research concludes that every religious symbol in St Peter's Cathedral has a religious dimension that calls for sacred respect by its adherents. In this ever-evolving era, deep meaning is often lost in the attention to mere appearance, resulting in insensitivity to the values embedded in symbols. Hence, an in-depth examination of the richness of meaning in these symbols becomes indispensable. As such, this article offers a fundamental and in-depth analysis of the symbolism of St Peter's Cathedral, exploring the depth of spiritual meaning embedded in each of its architectural details.AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mendalami simbolisme yang terkandung dalam Gereja Katedral Santo Petrus, sebuah gereja bersejarah di kota Bandung. Dirancang oleh arsitek Ir. C. P. Wolf Schoemakre dan diberkati oleh Mgr. Luypen, konstruksi Gereja Katedral St. Peter memperlihatkan variasi dari gaya arsitektur Eropa yang umumnya gotik, sementara tetap memadukan elemen-elemen simbolis agama Katolik dalam struktur arsitekturnya. Simbol-simbol ini tidak hanya memiliki fungsi dekoratif, tetapi juga mengandung muatan nilai religius yang menunjukkan keagungan spiritual yang tercermin dalam rupa arsitektur Gereja Katedral Santo Petrus. Untuk membuka makna religius yang terkandung, peneliti menggunakan metode observasi lapangan dan wawancara yang teliti. Penelitian ini berkesimpulan bahwa setiap lambang keagamaan di Katedral St. Peter memiliki dimensi religius yang memanggil untuk dihormati secara sakral oleh para penganutnya. Dalam era yang terus berkembang ini, makna mendalam seringkali terhempas oleh perhatian pada penampilan belaka, mengakibatkan ketidakpekaan akan nilai-nilai yang tertanam dalam simbol-simbol. Oleh karena itu, sebuah telaah mendalam mengenai kekayaan makna dalam simbol-simbol tersebut menjadi sangat diperlukan. Dengan demikian, artikel ini menawarkan analisis yang mendasar serta mendalam terhadap simbolisme Gereja Katedral Santo Petrus, menggali kedalaman makna spiritual yang tersemat dalam setiap detil arsitekturnya.
Komodifikasi Agama: Praktik Bisnis Lokal di Kawasan Keramat Tuan Guru Babussalam, Sumatera Utara Nurul Husna
Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Studi Agama-Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/arj.v3i2.17562

Abstract

Religion is often believed to be a source of values that can inspire the reality of human life. However, in another view, religion is also in line with the changes that have resulted in the degradation of the role of religion in the public sphere. Privatization of religion comes through various modes including commodification of religion. In a sociological context, religion is not merely an ideological doctrine but appears in the form of a collection of material. The research in this article is the type of research used is field research with an anthropological approach. This study uses a thick description approach. The results of the study show that commodification in the area has two positive and negative impacts. The impact of this area has become a marketing strategy for local business actors in particular and the outside community, introducing Sufism scholars who have brought the Naqsbandi Order to Langkat, as souvenirs for visitors, and helping the less fortunate, while the negative impact is that it seems to defame a sacred place.AbstrakAgama seringkali diyakini sebagai sumber nilai yang dapat menginspirasi dalam realitas kehidupan manusia. Namun, dalam pandangan lain, agama juga sejalan dengan perubahan yang telah mengakibatkan degradasi peran agama dalam ruang publik. Privatisasi agama hadr melalui berbagai modus diantaranya Komodifikasi agama. Dalam konteks sosiologi, agama bukan hanya sekadar sebagai suatu doktrin Ideologis namun muncul dalam bentuk seperangkat material. Penelitian dalam artikel ini ialah Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan pendekatan antropologi. Penelitian ini menggunakan pendekatan thick description. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komodifikasi dalam daerah tersebut ada dua yaitu dampak positif dan negatif. Dampak daerah ini menjadi strategi pemasaran bagi pelaku usaha lokal khususnya maupun masyarakat luar, mengenalkan tokoh ulama tasawuf yang telah membawa tarikat Naqsabandi ke Langkat, sebagai cendramata bagi pengunjung, dan membantu masyarakat yang kurang mampu, sedangkan dampak negatifnya yaitu terkesan mencemarkan nama baik tempat keramat. 
Perspektif Agama Hindu Mengenai Kehidupan Beragama yang Moderat (Kajian Hermeneutika Filosofis Pustaka Suci Upaniṣad) Ida Bagus Putu Adnyana; I Ketut Gunarta
Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Studi Agama-Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/arj.v3i2.18416

Abstract

Religion is something that is attached to human life and is a primary human need for a sense of peace through a spiritual path. However, in the process, things often happen that are outside of the dignity of religion, which should give a sense of peace, but instead create a sense of fear and disharmony. This is inseparable from the behavior of religious followers who often act outside the orders of their respective religions even though it has been clearly stated in their holy books. Hinduism seeks to provide a real picture of taking preventive action against things like this by instilling the values of religious moderation. So the purpose of this study is to provide a perspective on how Hindus view moderate religious life. The writing of this research uses a qualitative approach that is oriented towards the method of philosophical hermeneutics in supporting all the information in this research. This is reflected in the holy Upaniṣad texts that a tolerant and moderate life is by holding positive-sum games and eliminating zero-sum games. This effort is based on the mahāvākya in Hinduism, namely Tat Tvam Asi and Vasudhaiva Kutumbakam. Hinduism initiated the concept of Tat Twam Asi as an understanding that religious life must be based on a sense of belonging to one another. This feeling is fostered through determination, attitude, behavior and actions which assume that all beings are an inseparable unit. Apart from the Tat Twam Asi concept, the Vasudhaiva Kutumbakam concept is also important to implement. This gives understanding to all individuals to understand that all beings are family. So like family and relatives must respect and respect each other. These two concepts form the basis of moderate religious life from the perspective of Hinduism through the arguments in the sacred Upaniṣad literature.AbstrakAgama adalah hal yang lekat dengan kehidupan manusia dan menjadi kebutuhan primer manusia akan rasa damai melalui jalan spiritual. Namun dalam prosesnya kerap terjadi hal-hal diluar marwah dari agama yang seharusnya memberi rasa damai justru sebaliknya memberi rasa takut dan disharmonis. Hal ini tidak lepas dari perilaku pemeluk agama yang kerap bertindak diluar perintah dari agamanya masing-masing padahal telah tersurat dengan jelas dalam kitab sucinnya. Hindu berupaya memberikan gambaran nyata untuk bertindak preventif terhadap hal-hal semacam ini dengan menanamkan nilai-nilai moderasi beragama. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan perspektif bagaimana Hindu memandang kehidupan beragama yang moderat. Penulisan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berorientasi pada metode hermeneutika filosifis dalam mendukung seluruh informasi penelitian ini. Hal ini tercermin dari pustaka suci Upaniṣad bahwa kehidupan yang toleran dan moderat adalah dengan mengadakan positive-sum game dan meniadakan zero-sum game. Upaya ini dilandasi oleh mahāvākya dalam Hindu yakni Tat Tvam Asi dan Vasudhaiva Kutumbakam. Agama Hindu menggagas mengenai konsep Tat Twam Asi sebagai sebuah pemahaman bahwa kehidupan beragama harus dilandasi oleh rasa saling memiliki satu sama lain. Perasaan ini dipupuk melalui tekad, sikap, perilaku, dan tindakan yang menganggap bahwa seluruh makhuk adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Selain konsep Tat Twam Asi, konsepVasudhaiva Kutumbakam juga penting untuk diimplementasikan. Hal ini memberikan pemahaman kepada seluruh individu untuk memahami bahwa seuruh makhluk adalah keluarga. Maka layaknya keluarga maupun saudara harus saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Kedua konsep ini menjadi landasan kehidupan beragama yang moderat perspektif agama Hindu melalui dalil-dalil dalam pustaka suci Upaniṣad.