cover
Contact Name
Victor Christianto
Contact Email
victorchristianto@gmail.com
Phone
+6287859937095
Journal Mail Official
jurnal@sttsati.org
Editorial Address
Jl. Raya Karanglo no. 94-103 Malang Indonesia Telp. 0341 – 492 463
Location
Kab. malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Teologi Amreta
ISSN : -     EISSN : 25993100     DOI : https://doi.org/10.54345
Jurnal Teologi Amreta adalah berkala semi-ilmiah bilingual (dalam bahasa Indonesia dan English) yang ditujukan untuk turut mengembangkan dan memajukan karya tulis di bidang biblika, teologi, misiologi, pelayanan, filsafat, psikologi, kepemimpinan, dan bidang terkait lainnya. Meskipun visi dan misi institusional bercorak Pentakosta-Kharismatik, jurnal ini tetap membuka diri terhadap karya tulis bermutu yang bernuansa lintas denominasi. Jurnal ini bersifat diamond open access (tidak memberlakukan biaya berlangganan baik kepada penulis maupun pembaca). Jurnal ini direncanakan terbit dua kali setahun (semi-annually) dalam versi daring (online). Selain itu, kami terpanggil untuk ikut berkontribusi dan memberi warna pada pada pembinaan warga jemaat dan orang Kristen pada umumnya melalui pemikiran dan pelayanan para hamba Tuhan agar gereja di Indonesia khususnya dapat bertumbuh dan berkembang secara sehat dan benar. Karya tulis yang tercakup di dalamnya meliputi tulisan hasil penelitian, pemikiran interaksi dengan topik kekinian, bahan eksegese/eksposisi, materi pengamatan, studi kasus, ringkasan khotbah, ulasan musik/film atau buku rohani, dan bentuk ekspresi pikiran lainnya dalam lingkup luas penelitian teologi yang terdokumentasi dengan referensi yang memadai.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 75 Documents
Roh di Endor Pemanggilan Roh dalam 1 Samuel 28:1-25 dan Ajaran Aliran Pangestu alentinus Yonathan
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 4 No. 1 (2020): Jurnal Amreta Vol. 4 No. 1 (2020). Theme: Mission in the Spirit
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v4i1.46

Abstract

AbstrakPenelitian ini menelusuri ajaran dalam 1 Sam. 28 yang terkait dengan pemanggilan rohorang mati dan membandingkan dengan ajaran Aliran Pangestu mengenai hal itu. Hasilpenelitian pada konteks kitab Samuel menunjukkan bahwa roh yang muncul di Endoradalah bukan roh Samuel, sedangkan dalam ajaran Pengestu mengenai kematian jugadapat disimpulkan bahwa, roh di Endor juga bukanlah roh Samuel karena roh Samuelsudah menyatu atau lebur dengan Allah. Hasilnya dapat dipergunakan dalam proseskontekstualisasi bagi orang-orang Pangestu yang telah menjadi warga Gereja Kristennamun masih diwarnai pandangan lama mereka.   AbstractThis article explores the teaching in 1 Samuel 28 about the summoning of the spirit in comparison with the teaching of Pangestu Beliefs concerning the issue. Based on analysis of the historical context of the Book of Samuel, the result shows that the spirit in Endor is not that of Samuel while based on the teaching of Pangestu about death, the spirit in Endor is not the spirit of Samuel either because his spirit has merged in Divine Union. The result of this study can be used in the contextualization process for the Pangestu adherents who have joined the Christian church but still cling to their old-world view.
PERIPATEO DAN STOIKHEO : PENGERTIAN TEKS “BERJALAN DALAM ROH” Isak Suria
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 4 No. 1 (2020): Jurnal Amreta Vol. 4 No. 1 (2020). Theme: Mission in the Spirit
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v4i1.48

Abstract

“Berjalan dalam Roh” adalah ungkapan yang sering kita dengar di kalangan Kristen terutama di kalangan Pentakosta. Tetapi berjalan dalam Roh bukan sekedar ungkapan, ini adalah cara hidup seorang Kristen. Dalam Surat Galatia perkataaan “berjalan” ditulis “peripateo” (Gal 5:16) dan “stoikheo” (Gal 5:25). Peripateo artinya berjalan secara fisik atau melangkah dan secara figuratif sering diterjemahkan sebagai hidup atau cara hidup. Sehingga berjalan dalam Roh adalah cara hidup orang Kristen atau langkah orang Kristen untuk berjalan bersama Tuhan. Sedangkan "stoikheo" artinya berjalan dengan tujuan yang jelas dalam satu garis lurus, sehingga orang yang berjalan tinggal mengikuti orang yang ada di depannya. Kedua kata ini mengajarkan bahwa kita harus aktif bertindak untuk melangkah sambil mengikuti yang ada di depannya. Orang yang berada di depan kita adalah Yesus Kristus, dan setiap orang percaya harus mengikut jejak-Nya. Karena Yesus berkata, “Marilah ikut Aku”. Perkataan Yesus ini menggambarkan seseorang yang berjalan mengikuti Yesus dalam satugaris lurus. Paulus mengatakan bahwa dirinya adalah peniru Tuhan (1Kor 11:1) dan ia menganjurkan kepada orang Kristen agar mengikuti apa yang ia telah lakukan, yaitu menjadi seorang peniru Tuhan.Jemaat di Tesalonika menuruti nasihatnya dan menjadi peniru Tuhan dan peniru Paulus (1Tes. 1:6), sedangkan jemaat di Efesus peniru Allah (Ef. 5:1). Jadi berjalan dalam Roh artinya meniru apa yang Tuhan kerjakan atau bekerja bersama-sama dengan Tuhan. Supaya mudah meniru, maka kita memerlukan contoh-contoh dari kehidupan orang-orang kudus yang ada dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Jika kita berjalan dalam Roh Kudus, maka kita mendapat manfaat besar dalam pertumbuhan iman, sehingga pertumbuhan rohaninya sangat baik, bahkan lama kelamaan bisa menjadi sempurna seperti Kristus. Kita perlu berjalan dalam Roh, sebab kita memiliki banyak musuh antara lain Iblis, dunia dan kedagingan. Ketiga musuh ini bisa dikalahkan kalau kita terus menerus mau dipimpin Roh Kudus.   AbstractMost Christians are familiar with the term "walking in the Spirit", yet the term does notexist in the Indonesian Bible, even though the English Bible has it. How can we explain thephenomenon and the origin of the term? According to the Epistle of Galatians 5:16 and5:25 which are the main subjects of this article, there are two words related to that term:peripateo and stoikheo. The article is an exploration to their meaning. The methodologyused in this journal is biblical text interpretation followed with further exploration on theharmony of this teaching of Galatian 5 with the content of other texts in the Bible. Fromthis research, it was found that the terms "peripateo" (Gal 5:16) and "stoikheo" (Gal 5:25)indicate a lifestyle and consistency to follow a straight line or line of people who havefollowed Christ earlier. It is also closely related to what Jesus said that everyone whofollows Him must deny themselves and take up the cross. The study clarifies the meaningof walking in the Spirit: it means that whoever follows Jesus should carry the cross anddeny himself while walking together in the line of people before him.
Catatan Awal tentang Logika Sentensial dan implikasinya dalam diskusi Manunggaling Kawula Gusti dan Trinitas Victor Christianto
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 4 No. 1 (2020): Jurnal Amreta Vol. 4 No. 1 (2020). Theme: Mission in the Spirit
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v4i1.49

Abstract

AbstrakDalam catatan awal ini kami mengajukan argumen bahwa konsep logikasentensial memuat kemungkinan betweenness/neitherness/ bothness yang tidakdikenal dalam logika biner Aristotelian. Kami mengusulkan bahwa konsep logikasentensial akan berguna untuk menjembatani dialog antara pendukung nondualisme seperti mistisisme kaum sufi dan para pendukung mazhab dualisme.Dalam konteks ini, kekristenan menawarkan kerangka berpikir bahwa hanyaYesuslah satu-satunya Sang Manunggaling Kawula Gusti yang sejati, sementarakita sebagai manusia dapat berperan sekaligus sebagai makhluk yang berbedadengan Sang Gusti, namun pada saat yang sama, umat percaya menyatu denganTuhan, meski bukan dengan konsep manunggalnya para sufi. Artinya, logikasentensial/ proposisional memungkinkan kita memahami bahwa manusiaserempak disatukan dengan Sang Khalik, namun pada saat yang sama tetapberbeda dengan Sang Khalik. Artinya non-dualisme dan dualisme pada saat yangsama. Tentunya diperlukan kajian yang lebih mendalam mengenai topik ini, yangakan kami tuliskan dalam artikel lain kemudian. AbstractIn this introductory exploration, we argue that the concept of sentential logiccontains a possibility of betweenness / neitherness / bothness unknown toAristotelian binary logic. We propose that the concept of sentential logic will beuseful for bridging the dialogue between supporters of non-dualism such as themysticism of the Sufis and the supporters of the dualism schools. In this context,Christianity offers a framework of thinking that only Jesus is the trueManunggaling Kawula Gusti, while we humans can simultaneously act ascreatures that are different from the Gusti (God), but at the same time, believersare one with God, although not the same with the concept of divine unity of theSufis. That is, sentential / propositional logic makes it possible that humans aresimultaneously united with the Creator, but at the same time remain differentfrom the Creator. It means non-dualism and dualism at the same time. For sure, amore in-depth exploration is required, and we plan to present it in another article.
DOKTRIN KESEMBUHAN DALAM PELAYANAN KARISMATIK DI ERA PANDEMI COVID 19 Michelle Fortunella Sugianto
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 4 No. 1 (2020): Jurnal Amreta Vol. 4 No. 1 (2020). Theme: Mission in the Spirit
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v4i1.50

Abstract

Abstrak Pada akhir tahun 2019, seluruh dunia mulai digemparkan oleh sebuah virusberbahaya yaitu virus Covid-19. Begitu banyak orang yang terjangkit virus yangsangat mudah menular ini, sehingga harus diisolasi, dirawat di rumah sakit,hingga penyakit ini merenggut jutaan nyawa. Orang-orang Karismatik, termasukpara pendeta sangat mengharapkan mukjizat Tuhan dinyatakan pada masa Covid19 seperti ini, sangat mengimani virus ini dapat segera lenyap dan orang percayasegera disembuhkan dengan kuasa nama Yesus. Pada faktanya, segala sesuatuyang terjadi dalam setiap kehidupan umat-Nya tidak pernah terlepas darikedaulatan dan rencana Allah. Makalah ini memaparkan pandangan Karismatikmengenai doktrin kesembuhan dan aplikasinya pada era pandemi Covid 19.Makalah ini bermaksud menunjukkan bahwa mukjizat kesembuhan yangdipercayai oleh kaum Karismatik masih berlaku di masa Pandemi ini, namun tidakdapat dijadikan sebagai pola yang pasti dialami semua orang yang terjangkit virusini, karena mukjizat kesembuhan tetap berada di dalam kedaulatan dan rencanaAllah dalam kehidupan setiap umat-Nya.   Abstract At the end of 2019, the whole world began to be hit by a dangerous virus calledCovid-19 virus. So many people infected by this highly contagious virus, that theyhave to be isolated, hospitalized, and this virus have taken millions of people’s lives.Charismatic people, including the pastors are hoping that God's miracles will berevealed during covid-19, so that the virus can disappear immediately and believerssoon will be healed by the power of Jesus' name. The fact is everything thathappens in every people’s life is never separated from God's sovereignty and plan.This paper presents charismatic views on the doctrine of healing and its applicationin the era of the Covid 19 pandemic. This paper aims to show that the miracle ofhealing that believed by the Charismatic is still valid in this pandemic, but cannot beused as a pattern that is certainly experienced for all who infected by this virus,because miracles of healing keep based on God's sovereignty and plan in the lives ofeveryone of His people.    
Azurdia III, Asturo G. Spirit Empowered Preaching: Menyampaikan Khotbah dengan Ilham Roh dan Kuasa Ilahi. Jefri Hinna
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 4 No. 1 (2020): Jurnal Amreta Vol. 4 No. 1 (2020). Theme: Mission in the Spirit
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v4i1.51

Abstract

Berkhotbah merupakan tugas yang mulia bagi seorang pendeta. Panggilan untukberkhotbah menjadi tanggung jawab yang harus dilakukan karena tugas tersebutmenjadi peran yang sentral dalam gereja Protestan pada umumnya. Khotbah menjadisentral dalam liturgi gereja Protestan. Karena itu, khotbah harus dipersiapkan denganbaik melalui persiapan eksternal maupun persiapan internal pengkhotbah itu sendiri.
Peter J. Williams, Can We Trust the Gospels? stefanus kristianto
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 4 No. 1 (2020): Jurnal Amreta Vol. 4 No. 1 (2020). Theme: Mission in the Spirit
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v4i1.52

Abstract

Rasanya tidak ada yang akan sangsi bila dikatakan bahwa Peter Williams adalahsalah satu kritikus teks terbaik hari ini. Sewaktu saya merampungkan penulisan tesisuntuk STT Aletheia, salah satu artikel yang paling mengesankan yang saya baca ialahesai tulisan Principal dari Tyndale House ini.
Contextualization: A Theology of Gospel and Culture, karya: Nicholls, Bruce J. Martin Susanto
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 4 No. 2 (2021): Pentecostalism, Worship & Ecclesiology
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v4i2.53

Abstract

Contextualization: A Theology of Gospel and Culture, karya: Nicholls, Bruce J.
Kritik terhadap Metode Tafsir Hermeneutik Pembebasan terhadap Peristiwa Keluaran Sebagai Suatu Bentuk Pembebasan Jhon Leonardo Presley Purba; Robinson Rimun
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 4 No. 2 (2021): Pentecostalism, Worship & Ecclesiology
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v4i2.54

Abstract

Abstract: Hermeneutics is the exegetical method used by theologians to interpret the Bible according to its views and purposes. This research is a qualitative descriptive study to study the hermeneutic interpretation method of the Output event as a form of change. The Exodus events are important in the Bible, especially the Old Testament because God freed His people from the exploitation and oppression of the Egyptians. Theologians use the Israelite exodus from Egypt as the main hermeneutic or interpretive reference for the purpose of claiming and claiming that the exodus event is the basis for contemporary freedom from slavery, oppression or poverty. Through the spirit of exodus events and events, theologians develop hermeneutic methods to interpret output events according to their views and goals. Hermeneutic interpretation method uses an approach; postmodern, reader-centered method, text-centered method, ideological criticism approach, and critical criticism. Abstrak: Hermeneutika pembebasan adalah metode penafsiran yang digunakan oleh para teolog pembebasan untuk menafsirkan Alkitab menurut pandangan dan tujuan pembebasan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk melakukan kajian metode tafsir hermeneutik pembebasan terhadap peristiwa Keluaran sebagai suatu bentuk pembebasan. Peristiwa Exodus adalah peristiwa penting dalam Alkitab, terutama Perjanjian Lama karena Tuhan membebaskan umat-Nya dari eksploitasi dan penindasan orang Mesir. Para teolog pembebasan menggunakan eksodus bangsa Israel dari Mesir sebagai rujukan utama penafsiran atau hermeneutik untuk tujuan semangat pembebasan dan mengklaim bahwa peristiwa eksodus adalah dasar untuk kebebasan dari perbudakan, penindasan atau kemiskinan di masa kini. Melalui semangat pembebasan dan peristiwa eksodus, para teolog pembebasan mengembangkan metode hermeneutik untuk menafsirkan peristiwa keluaran sesuai dengan pandangan dan tujuan pembebasan. Metode tafsir hermeneutik pembebasan menggunakan pendekatan; postmodern, metode berpusat pada pembaca, metode berpusat pada teks, pendekatan kritik ideologis, dan pendekatan kritik pembebasan.
Pendidikan Keluarga Kristen: Regenerasi Pemimpin melalui Pemuridan dan Implikasinya Yakub Hendrawan Perangin Angin; Tri Astuti Yeniretnowati
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 4 No. 2 (2021): Pentecostalism, Worship & Ecclesiology
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v4i2.55

Abstract

Gagasan mengenai pemuridan pribadi secara perlahan mengalami kemunduran. Para pemimpin gereja mulai memposisikan para pendeta sebagai satu-satunya orang yang memiliki hak prerogatif untuk memimpin gereja. Perbedaan hak antara pendeta dan jemaat awam inilah yang menyebabkan pemuridan pribadi itu dirampas dari tangan orang-orang keluarga Kristen. Sejak orang-orang Kristen awam disingkarkan dari pelayanan-pelayanan penting di gereja, pemuridan pribadi menjadi tidak bermakna dan benar-benar dilupakan oleh sebagian besar orang Kristen. Padahal sejak awal mula, Allah telah merancang dan mendesain, bahwa melalui keluarga pesan-Nya harus disampaikan kepada generasi-generasi selanjutnya. Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metode kepustakaan. Adapun hasil dari penulisan ini adalah: Pemuridan yang dilakukan dalam keluarga Kristen sangatlah strategis dalam menghasilkan regenerasi pemimpin masa depan yang mewarisi iman Kristen melalui keteladanan hidup dan hubungan relasi yang sangat erat. Pola pemuridan seperti ini sungguhlah efektif karena berbasiskan prinsip-prinsip pendidikan dan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Alkitab. The idea of ​​personal discipleship is slowly degenerating. Church leaders began to position pastors as the only people who had the prerogative to lead the church. It is this difference in rights between the pastor and the lay congregation that causes personal discipleship to be deprived of the hands of Christian families. Since lay Christians were excluded from important ministries of the church, personal discipleship has become meaningless and has been completely forgotten by most Christians. Whereas from the very beginning, Allah has designed and designed, that through the family His message must be conveyed to future generations. This writing is done using the literature method. The results of this writing are: Discipleship that is carried out in Christian families is very strategic in producing the regeneration of future leaders who inherit the Christian faith through exemplary life and very close relationships. This pattern of discipleship is really effective because it is based on educational principles and the principles taught by the Bible.
Memahami Efesus 5:1-21 dalam Upaya Hidup Berpadanan dengan Panggilan Orang Percaya di tengah "Serigala" Kristien Oktavia; Yonatan Alex Arifianto
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 4 No. 2 (2021): Pentecostalism, Worship & Ecclesiology
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v4i2.56

Abstract

Kesadaran akan identitas sebagai orang Kristen harus dipertahankan sebab setiap orang percaya mendapat tantangan untuk mengabdi dan hidup dalam ketaatan kepada Allah. Pola hidup orang percaya juga berkaitan dengan posisi. Sebagaimana banyak orang percaya lupa akan identitas dirinya sebagai pembawa terang dan anak-anak Allah. Melalui kualitatif deskriptif dapat menemukan kajian biblikal tentang pola hidup yang berpadan dengan posisi orang percaya sebagai tujuan dari penulisan ini yang mana dapat disimpulkan sebagai berikut: Posisi sebagai anak kekasih yang diaplikasikan berjalan dalam kecintaan kepada ilahi atau berjalan dalam pengabdian kepada Allah secara terus-menerus. Kedua posisi sebagai orang kudus berarti tidak bisa disesatkan karena tidak bergaul atau berkawan untuk mengabdosi pangajaran sesat. Selanjutnya posisi sebagai anak terang dimana orang percaya berjalan dalam kehendak Tuhan sehinga orang percaya semakin mencintai Tuhan dan berdampak bagi sesama. Lalu posisi sebagai orang arif memiliki makna harus memperhatikan karakter hidup yang berjalan dengan kebenaran Tuhan. Posisi tersebut harusnya melekat kepada Orang percaya sebagai pertanggungjawaban hidup yang berpadan dengan posisi. Abstract: The awareness of identity as a Christian must be maintained because every believer is challenged to serve and live in obedience to God. The lifestyle of the believer also has to do with position. As many believers forget their identity as a light bearer and children of God. Through descriptive qualitative one can find a biblical study of life patterns that are compatible with the position of believers as the purpose of this writing which can be concluded as follows: The position as a lover's child that is applied runs in love to the divine or walks in continuous devotion to Allah. The second position as a saint means that he cannot be misled by not associating or making friends to abstain from heretical teachings. Furthermore, the position of being a child of light is where believers walk in God's will so that believers love God more and have an impact on others. Then the position as a wise person has the meaning of having to pay attention to the character of life that runs with God's truth. This position should be attached to the Believer as a life accountability that matches the position