cover
Contact Name
Muhammad Azhar
Contact Email
m.azhar030390@gmail.com
Phone
+6281342482951
Journal Mail Official
jurnalagrisistem@gmail.com
Editorial Address
Jl. Malino Km. 7 Romanglompoa Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa , Sulawesi Selatan (92171)
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Agrisistem
ISSN : 18584330     EISSN : 27764362     DOI : https://doi.org/10.52625/j-agr
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Agrisistem merupakan jurnal yang memuat publikasi hasil-hasil penelitian di bidang pertanian secara makro dan peternakan secara mikro. Bidang pertanian meliputi Agronomi, Agroteknologi, Ilmu Tanah, Hortikultura, Hama dan Penyakit, Perkebunan, dan Teknologi Hasil Pertanian. Bidang Peternakan meliputi Budidaya Ternak, Nutrisi Ternak, Bioteknologi Peternakan dan Teknologi Hasil Peternakan. Jurnal ini diterbitkan dua kali dalam setahun (Juni dan Desember) oleh Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa.
Articles 155 Documents
PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN SAGU DI LAPANGAN BERDASARKAN BERAT BIBIT A. A. Nurnawati
Jurnal Agrisistem Vol 14 No 1 (2018): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman sagu selama ini masih merupakan tanaman yang belum dibudidayakan di Sulawesi. Memperoleh bibit yang baik dalam budidaya sagu adalah aspek penting untuk menjamin pertumbuhan awal yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat bibit terhadap pertumbuhan awal tanaman sagu. Penelitian dilakukan di Lokasi Penanaman Sagu di Desa Pembuniang, Kecamatan Malangke Barat, Kabupaten Luwu Utara pada Bulan Januari sampai dengan Mei 2017. Tanaman sagu diamati setiap interval empat bulan. Pengamatan pertama dilakukan pada saat bibit/sucker berumur 8 bulan setelah tanam (Januari 2017), selanjutnya pada Mei 2017. Untuk membandingkan rata-rata nilai dua variabel antara berat bibit 1-3 kg dengan 3-6 kg digunakan Uji-T (Independent Sample T-Test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit 3-6 kg lebih baik dibandingkan dengan bibit 1-3 kg pada variabel pengamatan jumlah pelepah.
DAYADUKUNG SISTEM PERTANIAN HEDGEROW TERHADAP PRODUKTIVITAS LAHAN KERING Rachmat Rachmat
Jurnal Agrisistem Vol 12 No 1 (2016): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan sistem pertanian lahan kering diarahkan pada peningkatan kualitas dan produktivitas lahan. Penelitian ini bertujuan mengetahui produksi tanaman jagung dan peranan rumput pakan dalam peningkatan produksi jagung pada sistem pertanian hedgerow, mengkaji interaksi kombinasi manggis, gamal dan rumput pakan dalam peningkatan produksi jagung, serta tingkat kelayakan usahatani sistem budidaya hedgerow. Metode yang digunakan, yaitu metode rancangan acak kelompok dengan empat perlakuan dan dua ulangan. Komponen setiap perlakuan, yaitu : sistem pertanian hedgerow (manggis, gamal, jagung); (manggis, gamal, jagung rumput mischantus); (manggis, gamal, jagung, rumput setaria); dan (manggis, gamal, jagung dan rumput gajah). Parameter pengamatan meliputi komponen pertumbuhan dan produksi jagung. Penelitian dilaksanakan dilahan kering dengan kemiringan 30% di Desa Tanah Karaeng Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa selama Januari-Juni 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem pertanian hedgerow manggis, gamal, jagung, rumput gajah memberikan pengaruh interaksi terbaik dengan pertumbuhan dan produksi terbaik pada jagung panen muda tongkol tanpa klobot 5,33 tonha-1 dan panentu pipilan kering 5,17 tonha-1.
PREVALENSI FASCIOLIASIS PADA TERNAK SAPI BALI DI DESA NIRANNUANG KECAMATAN BONTOMARANNU KABUPATEN GOWA Muhammad Yaris
Jurnal Agrisistem Vol 13 No 2 (2017): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi Fascioliasis pada ternak sapi Bali. Tempat pelaksanaan pengujian di Laboratorium kesehatan hewan dan IB STPP Gowa dan Lokasi pengambilan sampel dan penyuluhan di Desa Nirannuang Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa yang berlangsung dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2017. Metode pengujian sampel feses sapi Bali adalah dengan uji apung dan sedimentasi. Hasil pemeriksaaan Laboratorium dari jumlah sampel sebanyak 40 ekor sapi Bali milik peternak yang ada di Desa Nirannuang, yang dideteksi, sebanyak 3 ekor menunjukan positif Fasiola sp dan 37 ekor menunjukan negatif Fasiola sp. Berdasarkan hasil tersebut, prevalensi penyakit Fasiola sp adalah 7,5%. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit cacing Fascioliasis adalah umur, sistem pemeliharaan, dan musim.
POTENSI PESTISIDA NABATI DAN POLA TANAM TUMPANGSARI DALAM MENGURANGI SERANGAN HAMA PADA TANAMAN CABAI Rudi Hartono
Jurnal Agrisistem Vol 11 No 2 (2015): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan pestisida dalam budidaya tanaman cabai sangat tinggi, sementara itu tuntutan kualitas produk yang sehat semakin tinggi juga. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi pestisida nabati dan pola tanam tumpangsari dalam mengurangi serangan hama tanaman cabai. Penelitian dilaksanakan pada bulan agustus s.d Desember 2014 di lahan praktek STPP Bogor. Percobaan dirancang secara faktorial dengan mengkombinasikan faktor pola tanam dan penggunaan pestisida dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pestisida kipait menghasilkan jumlah tanaman yang terserang hama kutu daun lebih sedikit dan perlakuan pestisida mengkudu menghasilkan buah yang terserang oleh lalat buah lebih sedikit. Kombinasi antara bawang daun dan cabai, serta caisim dan cabai tidak menyebabkan penekanan populasi hama kutu daun. Pola tumpangsari ini mengurangi produktivitas cabai.
SUPLEMENTASI WAFER PAKAN KOMPLIT UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN PEDET SAPI BALI A. Nurhayu; Andi Ella; Muh. Taufik
Jurnal Agrisistem Vol 11 No 2 (2015): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengkajian dilaksanakan di KP Gowa dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian wafer ransum komplit untuk peningkatan produktivitas sapi muda di propinsi Sulawesi Selatan dalam rangka mendukung program Swasembada Daging. Ternak sapi diberikan pakan wafer ransum komplit sebanyak 20 ekor masing-masing perlakuan 5 ekor, diberikan perlakuan sebagai berikut : (T1) Kontrol/pakan cara petani, (T2) wafer ransum komplit dengan komposisi rumput lapang 30% + Jerami Padi 0% + 70% pakan konsentrat, (T3) wafer ransum komplit dengan komposisi rumput lapang 20% + Jerami Padi 10% + 70% pakan konsentrat, (T4) wafer ransum komplit dengan komposisi rumput lapang 10% + Jerami Padi 20% + 70% pakan konsentrat dan (T5) wafer ransum komplit dengan komposisi rumput lapang 0% + Jerami Padi 30% + 70% pakan konsentrat, Hasil pengkajian menunjukkan perlakuan A memberikan PBBH sebesar 0,27 kg/ekor/hari, tidak berbeda nyata dengan T5 sebesar 0,26 kg/ekor/hari. Selanjutnya berturut-turut T3 sebesar 0,16 kg/ekor/hari, T2 sebesar 0,13 kg/ekor/hari, dan yang terendah adalah T1 sebesar 0,105 kg/ekor/hari. Hasil konversi pakan menunjukkan T5 dan T4 lebih efisien dalam penggunaan pakan dibandingkan pada perlakuan T2, T3 dan T1 dengan nilai konversi pakan masing-masing perlakuan 7,92, (T4) sebesar 8,07, (T3) sebesar 14,3, (T2) sebesar 16,3 dan (T1) sebesar 22,47. Hasil analisa usahatani pada perlakuan T4 memberikan keuntungan yang paling lebih tinggi yaitu Rp.873.250,-, kemudian berturut-turut T5 sebesar Rp. 847.250,-, T3 sebesar Rp. 499.170,-, T2 sebesar Rp. 439.15000,-, dan terendah adalah T1 sebesar Rp. 256.500,-. B/C ratio menunjukkan semua perlakuan dengan nilai diatas 1 sehingga pembesaran sapi muda dengan menggunakan wafer komplit layak untuk dikembangkan.
KUALITAS KIMIA NUGGET AYAM DENGAN PENAMBAHAN DAGING PUYUH Irma Suryani B.; Muhammad Taufik; Arie f Sirajuddin
Jurnal Agrisistem Vol 15 No 2 (2019): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kimia nugget ayam dengan penambahan daging puyuh. Penelian ini dilaksanakan pada laboratorium pengolahan hasil politeknik pembangunana pertanian gowa dari April-Mei 2019. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 4 perlakuan dan masing-masing 3 ulangan, P0=0% daging puyuh (control), P1 (25% daging puyuh, P2 (35% daging puyuh, P3 (45% daging puyuh). Parameter yang diukur adalah kadar protein dan kadar lemak. Data dianalisis statistic menggunakan analisis varian dengan level signifikasi 5%. Apabila hasil menunjukka pengaruh yang nyata pada nilai protein dan lemak, maka dilanjukan dengan uji BNT (beda nyata terkecil). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nugget ayam dengan penambahan daging puyuh memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap kadar protein tapi tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap kadar lemak. Berdasarkan data pada setiap parameter dengan variasi perlakuan, dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik adalah P0.
EFEKTIVITAS PUPUK MAJEMUK SRF NPK 20-6-10 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG Idaryani Idaryani; Abd. Wahid
Jurnal Agrisistem Vol 15 No 2 (2019): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jagung merupakan komoditas pangan yang termasuk populer di Indonesia. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas jagung dibutuhkan tingkat kesuburan tanah yang baik, salah satunya adalah ketersediaan hara di dalam tanah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk majemuk SRF NPK 26-6-10 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Penelitian dilakukan di Desa Lentu, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jenepoto, dan dilakukan pada bulan Agustus-Nopember 2017. Percobaan lapang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK=Randomize Complete Block Design) dengan 10 jenis perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan yang dicoba adalah kombinasi antara beberapa taraf pupuk majemuk SRF NPK 20-6-10 dengan pupuk tunggal Urea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk SRF NPK 300 kg ha-1 + 100 kg ha-1 pupuk Urea memberikan hasil tertinggi pada tanaman jagung yaitu 9,38 ton ha-1 dan hasil terendah diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk SRF NPK 20-6-10 200 kg ha-1 yaitu 6,33 ton ha-1. Hasil analisa usahatani menunjukkan bahwa pada perlakuan pemberian pupuk SRF NPK 300 kg ha-1 + 100 kg ha-1 pupuk Urea memberikan keuntungan yang paling tinggi dibanding perlakuan lainnya, yaitu Rp. 24.531.500 dengan R/C ratio 2,94
PEMETAAN DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MELALUI TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI SUB-DAS BUNGIN PROVINSI SULAWESI SELATAN Reza Asra; Andi Ayu Nurnawati; Muh. Irwan
Jurnal Agrisistem Vol 15 No 2 (2019): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sub-DAS Bungin merupakan bagian hulu dari DAS Bila yang aliran sungainya bermuara di danau Tempe. Tingkat kerusakan DAS yang terdapat di ekosistem danau Tempe sangat parah dan memprihatinkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran tiap parameter lahan kritis di Sub-DAS Bungin, mengetahui sebaran lahan kritis di Sub-DAS Bungin dan mengetahui sebaran lahan kritis pada berbagai kawasan di Sub-DAS Bungin. Analisis spasial sebaran lahan kritis dilakukan dengan metode tumpangsusun (overlay) data spasial tiap parameter penentu lahan kritis. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, Secara keseluruhan klasifikasi kelas kritis Sub-DAS Bungin berturut-turut meliputi tidak kritis seluas 2.937,53 ha; potensial kritis seluas 24.882,29 ha; agak kritis seluas 19.011,06 ha; kritis seluas 4.966,18 ha; dan sangat kritis 2.372,6 ha dengan total keseluruhan luas lahan sebesar 54.169,65 ha. Pada kawasan hutan lindung, lahan dengan kelas potensial kritis adalah kelas yang mendominasi sebagian besar wilayah di Sub-DAS Bungin yaitu seluas 21.878,83 ha atau sebesar 57,31 % dari luas hutan lindung. Sedangkan lahan dengan kelas sangat kritis merupakan kelas yang paling sedikit dengan luas 2,73 ha atau 0,01% dari luas kawasan hutan lindung. Pada kawasan budidaya pertanian, tidak terdapat lahan dengan kelas tidak kritis dan lahan dengan kelas agak kritis mempunyai luasan yang mendominasi sebesar 6.677,44 ha atau 41,74% dari luas kawasan budidaya pertanian.
UJI KADAR ALKOHOL PADA TAPAI KETAN PUTIH (Oryza sativa L. var glutinosa DAN SINGKONG (Manihot sp.) MELALUI FERMENTASI DENGAN DOSIS RAGI YANG BERBEDA Fathnur Fathnur
Jurnal Agrisistem Vol 15 No 2 (2019): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alkohol (C2H5OH) adalah cairan transparan, tidak berwarna, cairan yang mudah bergerak, mudah menguap, dapat bercampur dengan air, eter dan kloroform, diperoleh melalui fermentasi karbohidrat dari ragi. Beras ketan putih (Oryza sativa L. var glutinosa) merupakan bahan yang mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 79,40 gram dalam 100 gram bahan. Dari komposisi kimiawinya diketahui bahwa karbohidrat penyusun utama beras ketan adalah pati. Singkong (Manihot sp.) merupakan tanaman yang kandungan karbohidrat serta energi cukup tinggi, bahan baku yang sangat baik untuk produk fermentasi, karena kadar pati yang tinggi. Tapai ketan putih dan singkong setelah dilakukan fermentasi dengan menggunakan ragi bisa menghasilkan alkohol. Alkohol tersebut dapat dihasilkan karena bahan yang dicampur dengan ragi yang di dalamnya terdapat khamir yaitu saccharomyces cerevisiae yang berfungsi merombak pati yang terkandung dalam tapai menjadi alkohol. Pada proses fermentasi tapai tersebut, pemberian dosis ragi yang berbeda menghasilkan kadar alkohol yang berbeda pula. Dari hasil penelitian yang menggunakan 3 dosis ragi yang berbeda, bahwa semakin tinggi dosis ragi yang diberikan maka semakin tinggi kadar alkohol yang dihasilkan, karena pemberian dosis ragi yang semakin banyak berarti memiliki khamir yang banyak pula. Penelitian uji kadar alkohol pada tapai ketan putih dan singkong ini dilakukan dengan meggunakan dosis ragi yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dosis ragi (0,25 %, 0,5 %, dan 1%) yang diberikan pada fermentasi tapai ketan putih dan singkong menghasilkan kadar alkohol yang berbeda. Kadar alkohol yang dihasilkan dari fermentasi tapai ketan putih yang paling tinggi yaitu pada pemberian dosis ragi 1 %, kemudian diikuti dosis ragi 0,5 % dan yang paling rendah adalah pada pemberian dosis ragi 0,25 %. Hal yang sama juga terdapat pada tapai singkong.
APLIKASI DAN ANALISIS USAHATANI PUPUK NPK PELANGI 15-15-15 PADA BAWANG MERAH DI SULAWESI SELATAN Andi Faisal Suddin; Muhammad Amin; Apresus Sinaga
Jurnal Agrisistem Vol 15 No 2 (2019): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pupuk NPK Pelangi 15-15-15 terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Kegiatan dilaksanakan di Desa Telle, Kecamatan Ajangale, Kabupaten Bone mulai bulan Mei-Juli 2018. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial, dimana jumlah perlakuan sebanyak 8 dan diulang 3 kali, sehingga total plot yang digunakan sebanyak 24 plot. Data hasil pengamatan setiap parameter dianalisis berdasarkan sidik ragam dan Uji Duncan dengan metode analisis program SAS. Data yang dikumpulkan berdasarkan dengan hasil pengukuran serta pengamatan secara langsung di lapangan meliputi data pertumbuhan dan produksi bawang merah. Perlakuan P4, P5 dan P6 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan yang menberikan nilai tertinggi pada tinggi tanaman yaitu berturt-turut P4, P5 dan P6. Namun ketiga perlakuan ini tidak berbeda nyata sehingga sekalipun P5 memberikan nilai tertinggi pada umur tanaman 15, 30 hst dan perlakuan P4 pada umur tanaman 45 hst, tetapi yang direkomendasikan adalah perlakuan P6 yakni perlakuan dengan dosis terendah (700 kg Ha-1) karena pertimbangan efisiensi. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan bawang merah tidak ada yang bebeda nyata pada umur 15 hst. Sedangkan perlakuan P1. P2, P3, P4, P5 dan P6 pada umur 30 dan 45 hst berbeda nyata dengan perlakuan P7 dan P8. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah umbi, berat segar dan berat kering bawang merah tidak berbeda nyata untuk semua parameter kecuali pada perlakuan P7 khususnya pada berat kering bawang merah.

Page 4 of 16 | Total Record : 155