cover
Contact Name
Tantri Puspita Yazid
Contact Email
tantri.yazid@lecturer.unri.ac.id
Phone
+6281363205292
Journal Mail Official
jkms@ejournal.unri.ac.id
Editorial Address
Kampus Bina Widya, Jl. H.R. Subrantas KM. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru-Riau
Location
Kota pekanbaru,
Riau
INDONESIA
JKMS : Jurnal Ilmu Komunikasi
Published by Universitas Riau
ISSN : 2252665x     EISSN : 27161889     DOI : https://dx.doi.org/10.35967/jkms
Core Subject : Education, Social,
Jurnal Ilmu Komunikasi (JKMS) accepts all research and scientific papers from researcher, academics, practitioners who work in the field of media and communication applied studies which may include to these fields: Journalism Public relations Phenomenology Studies Marketing Communication Communication Strategy in Libraries Educational Communication Communication development Health Communication Environmental Communication Media Law Media and Cultural Studies Media and Community Networks Media Technology Media Influence Visual Communication Media Literacy Communications and Policy Other applied Media and Communication fields
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2018)" : 8 Documents clear
PERANG BINTANG SETELAH “4 NOVEMBER” (ANALISIS DESKRIPTIF EFEKTIVITAS PESAN ANTARA KAPOLRI DAN PANGLIMA TNI DALAM PROGRAM INDONESIA LAWYERS CLUB EDISI “SETELAH 411” PADA 8 NOVEMBER 2016) Liza Diniarizky Putri
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jkms.v7i1.5668

Abstract

Kasus dugaan penistaan agama yang menyeret Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah mengukir sejarah baru. Begitu dahsyatnya kasus itu sehingga memicu kemarahan umat muslim sehingga berujung pada aksi demo 4 November 2016 secara besar-besaran. ILC dikenal sebagai program talk show yang selalu mengangkat topik perbincangan yang sedang hangat dibicarakan publik. Pada hari selasa tanggal 8 November 2016, ILC menyuguhkan sebuah perbincangan hangat yang diberi judul “Setelah 411, dengan menyertakan narasumber yang kompeten terkait aksi 4 November tersebut antara lain Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian dan Panglima TNI Letnan Jendral Gatot Nurmantyo. Tak disangka, perbincangan selama 120 menit tersebut menjadi sangat viral.Kesuksesan program ILC edisi “Setelah 411” dipandang sebagai kesuksesan komunikasi interpersonal dua Panglima besar yang menjadi narasumber dalam mengkomunikasikan pesan secara efektif.Tujuan penelitian ini adalah guna melihat efektivitas pesan komunikasi interpersonal antara Kapolri dan Panglima TNI, kemudian mengkritisi dominasi komunikasi didalam pesan keduanya pada program Indonesia Lawyers Club.Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan data sekunder berupa rekaman tayangan ILC, jurnal, buku, literatur internet, dan artikel.Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, Melalui jenis data kualitatif dan tujuan umum penelitian ini yang sifatnya eksplanatoris, maka teknik analisis data yang digunakan adalah memberikan pemaparan dan penjelasan secara mendalam terhadap hal yang diteliti.Hasil analisis dan elaborasi menunjukkan, bahwa dua narasumber secara umum menggunakan empat kategori umum komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu openess (keterbukaan), empathy (empati), supportiveness (dukungan), positiveness (rasa positif), dan equality (kesetaraan). Namun Kapolri dari keseluruhan proses komunikasi tiba-tiba menunjukkan inequality (ketidaksetaraan).Dalam hal pertarungan pesan dan komunikasi, Kapolri terlihat lebih mendominasi.Kapolri berkomunikasi secara divergensi, sedangkan Panglima TNI secara konvergensi.
PENGELOLAAN KESAN PENGEMIS CACAT FISIK DI KOTA PEKANBARU Tri Melisa Selviani; Genny Gustina Sari
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jkms.v7i1.5673

Abstract

Berdasarkan Dinas Sosial Kota Pekanbaru, jumlah pengemis di Pekanbaru telah meningkat dari 15 orang pada tahun 2015 menjadi 80 pada tahun 2016. Bahwa, ada aturan larangan pengemis yang tercantum dalam Peraturan Daerah Pekanbaru tentang tatanan sosial dalam Bab 3 bagian 3 mengenai larangan untuk pengemis dan tunawisma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tahap depan dan tahap belakang pengemis yang cacat.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subyek penelitian terdiri dari 4 pengemis cacat, 3 pria dan seorang wanita, yang diperoleh dengan menggunakan teknik bola salju. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Untuk mencapai validitas, penulis menggunakan ekstensi partisipasi dan triangulasi.Hasilnya menemukan bahwa pada tahap depan, pengemis cacat dikelola kesan verbal dan nonverbal. Dalam kesan verbal, pengemis dapat menyapa "Assalamualaikum" untuk target mereka menggunakan intonasi rendah dan lemah. Sementara dalam kesan nonverbal, pengemis menggunakan nada suara yang panjang dan lemah, menggunakan mangkuk dan tangan sebagai tanda bahwa mereka memohon uang, dan bahasa tubuh yang lamban. Munculnya para pengemis di panggung depan mengenakan pakaian lusuh dan membawa tas atau saku untuk menghemat uang dari mengemis. Ekspresi wajah yang mereka tunjukkan menyedihkan, sedih, dan datar. Berbeda dari panggung depan, di tahap belakang, komunikasi verbal menggunakan bahasa daerah dengan intonasi yang jelas dan tinggi, tidak kaku, tegas, dan kasar. Sementara di tahap belakang, mereka menggunakan sikap nonverbal dengan berkomunikasi dengan suara nada tinggi, tertawa lepas, bahasa tubuh gesit, berpakaian bersih, dan ekspresi wajah ceria.
INTERAKSI SIMBOLIK DALAM PROSES KOMUNIKASI JUAL BELI TERNAK “MAROSOK” DI PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT Ade Rikka Umassari
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jkms.v7i1.5664

Abstract

Penelitian bertujuan melihat proses interaksi simbolik dalam komunikasi jual beli ternak marosok serta konstruksi makna yang terkandung dalam interaksi simbolik pada proses jual beli ternak marosok di Payakumbuh Sumatera Barat. Metode menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Informan berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari 2 (dua) orang penjual hewan ternak, 2 (dua) orang pembeli dan 1 (satu) orang tokoh masyarakat. Hasil wawancara dan observasi didapatkan bahwa proses tradisi marosok ini dilakukan oleh pedagang ternak, pembeli/toke serta calo/perantara dengan menggunakan simbol-simbol jari-jemari yang ditutupi kain sarung, topi dan sarung tangan serta isyarat tertentu lainnya dimana komunikasi non verbal terjadi ketika mereka melakukan tawar menawar harga hewan ternak, untuk hal lainnya mereka bisa berkomunikasi secara verbal. Makna dari tradisi marosok ini adalah (1) mempertahankan tradisi itu sendiri, (2) menghargai sesama pedagang, (3) daya tarik pariwisata sebagai kearifan lokal yang harus dipertahankan dan dilestarikan masyarakat Minangkabau. Simbol-simbol jari dalam tawar menawar, tiap tiap jari melambangkan nominal harga, misalnya jari telunjuk melambangkan Rp. 100.000 - Rp 10.000.000.
KEKERASAN SIMBOLIK TERHADAP WARTAWAN MEDIA LOKAL DI KOTA KENDARI Megawati Asrul Tawulo; Sarpin Sarpin; Harnina Ridwan
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jkms.v7i1.5669

Abstract

Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah mengenai kekerasan simbolik terhadap wartawan media lokal di Kota Kendari. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk kekerasan simbolik, apa saja faktor pemicu kekerasan simbolik serta dampak kekerasan simbolik bagi wartawan. Kekerasan simbolik merupakan kekerasan yang berlangsung melalui berbagai sarana media yang dipakai orang untuk berinteraksi dengan orang lain beragam. Sarana itu bersifat non linguistic, seperti gerak isyarat, kontak badan, ekspresi wajah, sikap tubuh, jarak anatara badan, benda sebagai alat peraga, atau sarana linguistic yang berupa bahasa verbal atau kata-kata. Oleh sebab itu, meskipun bahasa tidak bisa digunakan untuk menyakiti tubuh orang lain secara fisik media ini sangat efektif untuk melampiaskan kekerasan simbolik, simbol-simbol linguistik yang berupa kata-kata, diperkuat lagi dengan adanya bunyi supra-segmental yang berupa tekanan, jeda, intonasi, aksen, dan bisa dimanfaatkan untuk memperkuat kekerasan simbolik “agar menyakiti hati dan merugikan kepentingan orang lain.Teknik analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah secara deskriptif kualitatif dan menggunakan teknik purposive sampling serta metode pengumpulan data yang digunakan didalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksi simbolik milik George Harbert Mead (Ardianto 2007:40) yang memiliki tiga asumsi dasar bahwa manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka pentingnya konsep mengenai diri, dan makna dimodifikasi melalui interpretasi Kekerasan simbolik ini berlangsung terhadap wartawan media lokal di kota Kendari dimana terdapat berbagai faktor pemicu kekerasan simbolik, bentuk-bentuk kekerasan simbolik, dan dampak kekerasan simbolik yang dialami para wartawan media dilapangan.
PERAN ORGANISASI DALAM MENGEMBANGKAN KOMPETENSI HARD SKILL DAN SOFT SKILL ANGGOTAPERHUMAS MUDA YOGYAKARTA Anastasia Marza; Ayu Wulandari; Dhita Widya Putri
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jkms.v7i1.5665

Abstract

Dalam persiapan meningkatkan kompetensi dunia kerja, pengembangan kompetensi hard skill dan soft skill perlu dilakukan, misalnyamelalui suatu organisasi atau komunitas. Peran organisasi digunakan sebagai ajang pelatihan, seperti pengembangan kompetensi hard skill dan soft skill pada anggota PERHUMAS Muda Yogyakarta, yaitu organisasi generasi muda yang memiliki ketertarikan dalam ilmu-ilmu public relations dan sudah berdiri selama 6 tahun. PMY menjadi wadah persiapan generasi muda yang dipicu kemampuan hard skills dan soft skills setiap anggota. Dalam penelitian ini, hambatan peran anggota dalam mengembangkan kemampuan hard skills dan soft skills juga menjadi topik pembahasan utama. Menggunakan metode deskriptif kualitatif, peneliti melakukan indepth interview dan menggabungkan dengan buku-buku yang relevan dengan topik ini. Dalam penelitian in, peneliti menemukan bahwa kompetensi soft skills PMY lebih signifikan dibandingkan dengan hard skills. Peneliti simpulkan bahwa peran anggota PMY siap untuk berkompetensi di dunia kerja nanti. Hambatan serta solusi dalam PMY dapat diselesaikan lebih terarah,
POLA KOMUNIKASI AKTIVIS HIZBUT TAHRIR DALAM MENGEMBANGKAN DAKWAH ISLAM Muhammad Firdaus
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jkms.v7i1.5670

Abstract

Hizbut Tahrir sebagai kelompok gerakan perubahan memiliki agenda yang senantiasa diperjuangkan dalam kehidupan masyarakat. Agenda perjuangan aktivis Hizbut Tahrir adalah pengembangan dakwah Islam. Hizbut Tahrir berpandangan bahwa dakwah Islam tidak hanya menyajikan nilai-nilai moral dan agama yang akan membimbing manusia dalam urusan ukhrawi, tetapi juga menyajikan tentang aturan-aturan keduniaan yang berkaitan dengan aspek kehidupan manusia. Setiap umat Islam khususnya aktivis Hizbut Tahrir mempunyai peran dan kewajiban untuk berdakwah yaitu meyampaikan pesan-pesan ajaran Islam kepada umat manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pola komunikasi aktivis Hizbut Tahrir dalam mengembangkan dakwah Islam di lingkungan keluarga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan berperan serta dan data penunjang penelitian diperoleh melalui studi literatur.Hasil penelitian menunjukkan Komunikasi yang digunakan aktivis Hizbut Tahrir dalam mengembangkan dakwah Islam kepada keluarganya, bisa ditinjau dari dua pola komunikasi. Pertama, komunikasi aktivis dengan keluarga inti. Kedua, komunikasi aktivis dengan keluarga besar.
DUNIA SIMBOLIK PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KOTA KENDARI Bakri Yusuf
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jkms.v7i1.5666

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk simbol dalam pengungkapan diri pada pekerja sektor informal di Kecamatan Kendari Kota Kendari Sulawesi Tenggara dan bagaimana konteks pengungkapan diri yang digunakan pekerja sektor informal di Kecamatan Kendari Kota Kendari Sulawesi Tenggara.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk simbol dalam pengungkapan diri pada pekerja sektor informal dan dapat memahami konteks pengungkapan diri yang digunakan pekerja sektor informal. Manfaat penelitian ini adalah ini diharapkan dapat memperkaya khasanah tentang penggunaan bentuk simbol dan konteks dalam pengungkapan diri yang terdapat pada pekerja sektor informal dibidang ilmu komunikasi, dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Objek penelitian ini adalah masyarakat pekerja sektor informal yang ada dikecamatan Kendari, Kota Kendari Sulawesi Tenggara dengan mengamati bentuk simbol dan konteks pengungkapan diri dengan menggunakan teori Self Disclour oleh Johari Window (Sumber: jurnal Annisa Rahmadhanigrum.Jogjakarta.2013,), penelitian ini menggunakan metode kualitatif.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk simbol dalam komunikasi pekerja sektor informal dikecamatan Kendari Kota Kendari Sulawesi Tenggara bahwa penggunaan simbol verbal yang sering digunakan yaitu bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi seseorang untuk berinteraksi dalam segala aktivitas kehidupan dan tak lepas dari kebudayaan masing-masing orang. Sedangkan penggunaan simbol nonverbal yang digunakan adalah gerakan tubuh dan isyarat. Dengan adanya gerakan tubuh atau isyarat akan mengirim sebuah pesan lebih kuat dari yang kita sadari kepada orang yang diajak berbicara. Rumusan masalah kedua yaitu konteks pengungkapan diri yang digunakan pekerja sektor informal dikecamatan Kendari Kota Kendari Sulawesi Tenggara bahwa saat berkomunikasi dengan sesama pekerja, keluarga maupun publik perlu adanya pengungkapan diri terhadap orang lain baik mengenai persoalan pekerjaan, pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, dan cita-cita agar dapat memunculkan suatu hubungan yang bermakna, yaitu suatu hubungan jujur dan terbuka.
DRAMATURGI DALAM MEDIA SOSIAL: SECOND ACCOUNT DI INSTAGRAM SEBAGAI ALTER EGO Retasari Dewi; Preciosa Alnashava Janitra
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jkms.v7i1.5671

Abstract

Media social dewasa ini telah menjadi representasi diri dan bentuk eksistensi dari pelajar khususnya mahasiswa. Salah satunya platform yang digandrungi saat ini adalah aplikasi Instagram, hampir semua mahasiswa memiliki akun Instagram. Salah satu fitur Instagram terbaru adalah multiple account, yang memungkinkan penggunanya menggunakan dua akun atau lebih sekaligus pada satu aplikasi Instagram, sehingga memungkinkan untuk menggunakan beberapa akun Instagram secara bersamaan. Hal ini dimanfaatkan beberapa mahasiswa pengguna Instagram untuk memiliki lebih dari satu akun. Jika akun pertama akuntabilitasnya jelas atau menggunakan nama akun yang dipilih adalah nama panggilan yang merepresentasikan dirinya saat online dan offline, maka akun kedua dan ketiga sengaja dibuat dengan tidak merepresentasikan identitas aslinya.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan Cyber Etnhography dan Teori Dramaturgi. Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Padjadjaran fakultas Ilmu Komunikasi dengan karakteristik yang telah ditentukan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa para informan membuat akun alter dengan tujuan sebagai buku harian pribadi, sebagai sarana untuk mengomentari negative beberapa selebritis, untuk merepresentasikan dirinya yang lain, dan untuk kepentingan bisnis. Latarbelakang mereka memiliki akun kedua adalah sebagai panggung belakang atau panggung mereka yang lain, karena akun pertama biasanya menggunakan nama asli dan berisi foto-foto dan caption yg tujuannya untuk pencitraan.

Page 1 of 1 | Total Record : 8