cover
Contact Name
Azharsyah Ibrahim
Contact Email
jurnal.share@ar-raniry.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.share@ar-raniry.ac.id
Editorial Address
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2nd Floor Jln. Syech Abdur Rauf Banda Aceh 23111, Aceh, Indonesia Email: jurnal.share@ar-raniry.ac.id
Location
Kota banda aceh,
Aceh
INDONESIA
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam
ISSN : 20896239     EISSN : 25490648     DOI : https://doi.org/10.22373/share
Core Subject : Religion, Economy,
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam [SHARE] is a double-blind peer-reviewed journal published by the Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia. SHARE publishes research and concept papers pertaining to the field of Islamic economics and finance in open access format, which enables readers to freely access and download the articles under the CC BY SA license. Since 2017, SHARE has become a CrossRef Member, meaning that each article published by the journal will have a unique DOI number. SHARE has been indexed in many trusted indexing sites, such as DOAJ, Index Copernicus, Scilit, WorldCat, Google Scholar, Dimensions, EBSCO, and many others. In Indonesia, SHARE is listed among the top-notch journals by the Indonesian journal accreditation body officialized with the Decree of Director General of Research Strengthening and Advancement, Ministry of Research, Technology, and Higher Education, No. 21/E/KPT/2018, starting from 9 July 2018 until 9 July 2023. Currently, SHARE is under consideration for inclusion in SCOPUS.
Articles 170 Documents
The Impact of Financing Risk on Islamic Banking Performance in Indonesia Iwan Setiawan
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.05 KB) | DOI: 10.22373/share.v10i2.9400

Abstract

The financing risk is a significant issue in the Islamic banking industry that affects its performance. This research aims to examine the factors that influence financing risk on the financial performance of Islamic banking in Indonesia. This study utilized time-series data quarterly from 2009-2020 collected from three types of Islamic banking in Indonesia: Islamic Commercial Bank (ICB), Islamic Business Unit (IBU), and Islamic Rural Bank (IRB). It was analyzed using multiple regression estimation techniques with the Ordinary Least Square (OLS) method. This study revealed that the Islamic banks’ financing risk is significantly influenced by bank capital, financing, economic growth, inflation, and central bank’ rate (BI rates), both negatively and positively. In detail, the increase of bank capital, financing, and economic growth will reduce the financing risks, whilst inflation and BI rate increase the financing risks. The findings also disclosed that Islamic banks' financial performance is influenced by bank capital, operating costs, financing risks, inflation, and BI rates. Thus, the decrease in bank capital, operational costs, and financing risks will subsequently decrease the financial performance, while the increase of inflation and BI rates will increase the financial performance of Islamic banks. Economic growth is the most influential factor in reducing financing risk, while financing risk is the most significant factor in improving banks’ financial performance. The government's efforts to boost economic growth are crucial to reducing financing risks and improving the financial performance of Islamic banks.==========================================================================================================ABSTRAK – Dampak Risiko Pembiayaan terhadap Kinerja Bank Syariah di Indonesia. Risiko pembiayaan merupakan persoalan utama bagi industri perbankan termasuk perbankan syariah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia. Objek penelitian meliputi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat syariah. Model analisis menggunakan teknik estimasi regresi berganda dengan menggunakan metode  Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini menggunakan data time-series periode kuartalan dari 2009-2020. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko pembiayaan bank syariah dipengaruhi oleh modal bank, pembiayaan, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan BI Rate. Hasil ini mengindikasikan bahwa peningkatan modal bank, pembiayaan, dan pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan penurunan risiko pembiayaan, sementara peningkatan inflasi dan BI Rate akan meningkatkan risiko pembiayaan. Selain itu, hasil kajian juga mendapati bahwa kinerja keuangan bank syariah dipengaruhi oleh modal bank, biaya operasional bank, risiko pembiayaan, inflasi dan BI Rate. Secara detil, penurunan modal bank, biaya operasional dan risiko pembiayaan akan meningkatkan kinerja keuangan bank syariah, sementara peningkatan inflasi dan BI Rate akan meningkatkan kinerja keuangan. Faktor yang berpengaruh paling terhadap penurunan risiko pembiayaan adalah pertumbuhan ekonomi. Penurunan risiko pembiayaan merupakan faktor yang berpengaruh paling besar terhadap peningkatan kinerja keuangan perbankan syariah. Upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi merupakan langkah yang sangat strategis mengurangi risiko pembiayaan dan meningkatkan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia. 
THE DETERMINANT OF CREDIT RISK IN INDONESIAN ISLAMIC COMMERCIAL BANKS Yaser Taufik Syamlan; Wardatul Jannah
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1227.409 KB) | DOI: 10.22373/share.v8i2.5051

Abstract

The credit risk in Islamic Banking rises significantly due to the escalation of non-performing financing. On the other hand, the asset growth of Islamic banks also not as explosive as happened in the year 2010 – 2014. This study aims to analyze the influence of bank size, leverage, bank ages, other competitor banks, Capital Adequacy Ratio (CAR) and Non-Performing Financing (NPF) on the level of risk-taking of Islamic banks in Indonesia. Risk-taking is peroxided by Financing Asset Ratio (FAR) which hasn’t been researched deeply by other researchers, especially in the Islamic banking industry. To measure the risk-taking, this research took cross-section data of Islamic banks in Indonesia from 2010 to 2017 which obtained from the financial reports of 5 full-fledged Islamic banks namely Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Central Asia Syariah, and Bank Negara Indonesia Syariah. This study uses a panel data regression method. The result shows that bank size and bank age have a significant positive effect on risk-taking. Leverage and other competitor banks have a significant negative effect on risk-taking, and CAR and NPF have a negative but insignificant effect. This study recommends that Islamic banks should try to diversify the risk by introducing the new product that is based on the Mudharabah Muqayyadah.==================================================================================================Determinan Risiko Kredit pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Risiko kredit dalam Perbankan Syariah meningkat secara signifikan seiring dengan meningkatnya pembiayaan bermasalah. Di sisi lain, pertumbuhan aset bank syariah juga tidak semasif yang terjadi antara tahun 2010 - 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran bank, leverage, umur bank, bank pesaing lainnya, Capital Adequacy Ratio (CAR)  dan Non Performing Financing (NPF) terhadap tingkat pengambilan risiko bank syariah di Indonesia. Pengambilan risiko dipengaruhi oleh Financing Asset Ratio (FAR) yang belum diteliti secara mendalam oleh peneliti lain terutama di industri perbankan syariah. Untuk mengukur pengambilan risiko, penelitian ini mengambil data cross-section bank syariah di Indonesia dari 2010 hingga 2017 yang diperoleh dari laporan keuangan lima Bank Umum Syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Central Asia Syariah, dan Bank Negara Indonesia Syariah. Data untuk penelitian ini dianalisis dengan metode regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran bank dan usia bank memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pengambilan risiko, sementara leverage dan bank pesaing lainnya memiliki efek negatif yang signifikan terhadap pengambilan risiko. Dua variabel lain, yaitu CAR dan NPF memiliki pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap pengambilan risiko. Penelitian ini merekomendasikan agar bank syariah mencoba untuk mendiversifikasi risiko dengan memperkenalkan produk baru yang didasarkan pada Mudharabah Muqayyadah.
ISLAMISASI ILMU EKONOMI: ANALISA KOMPARATIF KURIKULUM JURUSAN SMI IAIN AR-RANIRY DAN JURUSAN EKONOMI IIUM Hafas Furqani
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (692.287 KB) | DOI: 10.22373/share.v1i2.719

Abstract

There is a growing trend in the Muslim world to restructure modern knowledge and discipline in line with Islamic epistemological principles. Islamic economics, in particular, receives wide attention among scholars. Islamic economics is currently moving from a mere discourse on economics in Islamic perspective towards becoming a distinct discipline marked by a complete body of knowledge, clear subject matter, methodology/methodologies to appraise theories and continuous growing of knowledge. At the practical level, the universities all around the world are offering various subjects on Islamic economics and finance. There are significant attempts have been made to structure new framework of economics curriculum by incorporating various discipline of Islamic economics. The paper attempts to observe and survey the Islamization of knowledge program at the International Islamic University Malaysia and IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Indonesia. A comparative analysis of the teachings and syllabus of Islamic economics, banking, and finance in both universities will be made. Some recommendations on the structure and program of Islamic economics at IAIN Ar-Raniry which is going to be officiated as Islamic University will also be outlined. =========================================== Saat ini sedang berkembang tren di dunia muslim untuk merestrukturisasi pengetahuan modern dan disiplin sesuai dengan prinsip epistemologis Islam. Ekonomi Islam, khususnya, mendapatkan perhatian luas di kalangan ilmuwan. Ekonomi Islam saat ini bergerak dari sekadar wacana tentang ekonomi dalam perspektif Islam menjadi disiplin yang berbeda ditandai dengan tubuh pengetahuan yang lengkap, materi pelajaran yang jelas, metodologi untuk menilai teori dan pengetahuan yang tumbuh secara terus-menerus. Pada tingkat praktis, saat ini universitas di seluruh dunia saat ini menawarkan berbagai mata pelajaran ekonomi dan keuangan Islam. Ada upaya-upaya signifikan yang telah dilakukan untuk membangun kerangka kerja baru kurikulum ekonomi dengan memasukkan berbagai disiplin ilmu ekonomi Islam. Makalah ini mencoba untuk mengamati dan menyurvei Islamisasi program pengetahuan pada International Islamic University Malaysia dan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Indonesia. Sebuah analisis komparatif pada ajaran-ajaran dan silabus ekonomi Islam, perbankan dan keuangan di kedua universitas akan dibuat. Beberapa rekomendasi tentang struktur dan program ekonomi Islam di IAIN Ar-Raniry yang akan diresmikan sebagai Universitas Islam juga akan diuraikan.
THE ALIGNMENT AND MISALIGNMENT OF THE ISLAMIC ECONOMICS CURRICULUM WITH THE INDONESIAN GOVERNMENT POLICY Sutan Emir Hidayat; Sudarmawan Samidi; Atiqoh Nasution
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.38 KB) | DOI: 10.22373/share.v10i1.9394

Abstract

The purpose of this paper is to explore the equivalency of curriculum content of universities. It examines how this equivalency can benefit the universities that offer Islamic economics programs in implementing the new policy of the Indonesian Education and Culture Minister, especially for point No. 4, known as "Merdeka Belajar: Kampus Merdeka" (Independent learning policy or Liberating policy). This study also evaluates whether or not the guidelines on implementing Islamic economic community involvement projects developed by the National Committee for Islamic Economy and Finance (Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah - KNEKS) and other stakeholders can support the new policy, especially for point No. 4. This study uses content analysis from the curriculum of the ten selected universities in Indonesia that participated in developing the framework on minimum standardization across Islamic economics undergraduate programs led by KNEKS. The results of the study reveal that the ten universities are ready to implement the new policy of the Indonesian Education and Culture Minister, especially for point No. 4 known as "Merdeka Belajar: Kampus Merdeka" (Independent learning policy or Liberating policy) since a significant number of course equivalents were found across the ten universities. In addition, the guidelines on the implementation of Islamic economic community involvement projects developed by KNEKS are aligned with the new policy's guidelines on community involvement projects. The paper is expected to benefit several stakeholders, such as universities that offer Islamic economics programs, by providing them with guidelines on implementing the new policy. The student can use this study as a reference for them in conducting community involvement projects, internships, and student exchange programs.  ========================================================================================================ABSTRAK – Keselarasan dan Ketidakselarasan Kurikulum Ekonomi Islam dengan Kebijakan Pemerintah di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi ekuivalensi dari isi kurikulum universitas dan melihat bagaimana ekuivalensi ini dapat memberikan bermanfaat bagi universitas yang menawarkan program ekonomi Islam dalam menerapkan kebijakan baru Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia khususnya untuk poin No. 4 yang dikenal sebagai "Merdeka" Belajar: Kampus Merdeka” (Kebijakan belajar mandiri atau Kebijakan Pembebasan). Studi ini juga mengevaluasi apakah Panduan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Ekonomi Syariah yang dikembangkan oleh Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dan pemangku kepentingan lainnya dapat mendukung kebijakan baru terutama untuk poin No. 4 atau tidak. Penelitian ini menggunakan analisis isi dari kurikulum sepuluh universitas terpilih di Indonesia yang ikut berpartisipasi dalam mengembangkan Kerangka Acuan Akademik Program Studi S1 Ekonomi Syariah yang dipimpin oleh KNEKS. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 10 universitas siap untuk menerapkan kebijakan baru Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia khususnya untuk poin No. 4 yang dikenal sebagai "Merdeka Belajar: Kampus Merdeka" (kebijakan belajar mandiri atau kebijakan Pembebasan) karena ditemukan banyak mata kuliah yang memiliki ekuivalensi diantara 10 universitas. Selain itu, Panduan Pelaksanaan KKN Tematik Ekonomi Syariah yang dikembangkan oleh KNEKS ditemukan selaras dengan panduan kebijakan baru terkait program membangun desa/Kuliah Kerja Nyata Tematik. Artikel ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pemangku kepentingan seperti universitas yang menawarkan program ekonomi syariah dengan memberi mereka pedoman tentang bagaimana menerapkan kebijakan baru. Mahasiswa dapat menggunakan studi ini sebagai referensi bagi mereka dalam melakukan proyek pembangunan desa, magang, dan program pertukaran pelajar.
PANCA JIWA AS SOCIAL CAPITAL APPROACH: AN ALTERNATIVE STARTEGY FOR ISLAMIC ECONOMIC DEVELOPMENT Syamsuri Syamsuri; Yuwan Ebit Saputro
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (831.427 KB) | DOI: 10.22373/share.v7i2.2668

Abstract

The economic issue is considered as a universal issue; one of the major problems in economy is the backwardness of economic development in rural areas. This study aims at seeking solutions using panca jiwa concepts of Pondok Gontor (sincerity, simplicity, self-sufficiency, Islamic brotherhood and freedom) as a social capital of the economic development in underdeveloped areas. This research employed a qualitative method as it is relevant in revealing details on the phenomenon. Data was gathered through interview, observation, and documentation. The collected data was then analyzed inductively and presented descriptively. The finding shows that the study area has a potent of panca jiwa, a potential to become an economic development strategy in solving poverty and underdevelopment which remained unsolved for decades.============================================================================================Pendekatan Panca Jiwa sebagai Modal Sosial: Suatu Strategi Alternatif dalam Pembangunan Ekonomi Islam. Masalah ekonomi dianggap sebagai masalah universal; salah satunya adalah keterbelakangan pembangunan ekonomi di daerah pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi terhadap permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan panca jiwa dari Pondok Modern Gontor (keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah Islamiyyah dan jiwa bebas) sebagai modal sosial dalam pembangunan ekonomi di daerah tertinggal. Metode kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena relevansinya dalam mengungkapkan rincian tentang fenomena di lapangan. Data-data penelitian dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data tersebut kemudian dianalisis secara induktif, dan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah studi memiliki potensi panca jiwa yang sangat kuat untuk menjadi strategi dalam pembangunan ekonomi untuk memecahkan kemiskinan dan keterbelakangan yang selama ini menjadi masalah yang belum terselesaikan.
البنية المعرفية لأخلاقيات المالية الإسلامية Khalid Muhammad Miftah
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (904.64 KB) | DOI: 10.22373/share.v5i2.1332

Abstract

ملخص - من أغراض هذه الدراسة هي البحث عن البنية المعرفية لأخلاقيات المالية الإسلامية.  حيث أن اقتحام الورقة مجال تفكيك البناء المعرفي لمنظومة الأخلاق في مجال المالية الإسلامية؛ ومحاولة إعادة التركيب المعرفي للمنظومة الإخلاقية؛ وذلك من خلال العقلية الإسلامية المتمثلة في توظيف علم أصول الفقه؛ و ضمن إطار منهجي باستخدام أدوات التفعيل الإجرائي للمقاصد الشرعية؛  وما ذاك إلا من أجل تفعيل المنظومة في سياقها المالي ذو الأبعاد المتعددة التي تبدأ من المعاملة إلى الشخصية الاعتبارية؛ ومن ثم العميل. وبذلك تنجلي صورة أثر الفعل الأخلاقي في المالية الإسلامية. واستخدم الباحث منهج الالتفات  لاستعراض اهمية خلفيات الموضوع وابعاده البنية المعرفة لاخلاقيات المالية الاسلامية. واستخلص الباحث الدراسة إلى النقاط التالية: (1) الخلق لا يكون على سهو وغفلة؛ ولا يكون لباعث شخصي لأن الهدف منه هو الآخر لا الآن؛ (2) البنية المعرفية لأخلاقيات المالية الإسلامية هي التأسيس للهيئة الاعتبارية الراسخة التي تراعي الأصلح للآخر فيما يتعلق بمقصدحفظ المال؛ (3) مصادر الأخلاق هي الفطرة، والعقل، والإباحة، والأدلة الشرعية، و العرف، والقرائن، والتجارب؛ (4) المقاصد الشرعية هي المعاني التي روعيت في الأحكام لأجل مصلحة المكلفين؛ (5) البنية التركيبية للأخلاق الإسلامية هي العدل ومستثنياتها،  التعليل المصلحي، الأولويات وموازناتها .الكلمة المفتاحية : البنية المعرفية  , العرف، التعليل المصلحي========================================================================================================Kajian ini bertujuan untuk meneliti tentang struktur epistimologi etika keuangan Islam. Dimana penetrasi securitas di bursa efek menghendaki adanya perubahan mindset akan nilai etika dalam bisnis keuangan Islam, yaitu dengan merevitalisasi peranan ilmu usul fiqh serta merumuskan konsep baru bisnis yang ditunjang oleh penggunaan instrumen-instrumen dalam bingkai maqasid syariyah. Hal tersebut dilakukan untuk menciptakan sebuah kerangka bisnis multi dimensi sarat nilai-nilai moral yang nantinya dapat diimplimentasikan oleh pebisnis dan para pegawai dalam setiap aktivitas bisnis. Peneliti menggunakan metode pengalihan dalam memaparkan keutamaan latar belakang dan dimensi struktur epistimologi etika Islam. Peneliti menyimpulkan kajian ini kepada beberapa poin berikut; (1) etika tidak akan terjadi pada kondisi lupa dan lalai, adanya faktor pribadi karena tujuan dari etika adalah diakhir dan bukan sekarang; (2) struktur epistimologi etika keuangan Islam adalah pembangunan bagi pengurus organisasi yang menjada kemashlahatan bagi yang lain berkaitan dengan tujuan menjaga harta; (3) sumber moral adalah insting, logika, kebolehan, dalil syar’i, adat, bukti, dan pengalaman; (4) maqasid syari’ah adalah makna yang dijaga demi kemashlahatan para mukallaf;. (5) susunan etika Islam adalah keadilan, pengecualian, penalaran Istislahi, prioritas, dan equilibrium. Kata Kunci : Struktur epistimologi, adat, Istislah
TOWARDS A PRISTINE ISLAMIC FINANCE: PRECONDITION Oluwaseun Sulaiman Saidu
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.758 KB) | DOI: 10.22373/share.v9i2.3690

Abstract

The need for an alternative to the current mainstream financial architecture is not in doubt. As exigent as this call might be through the Islamic finance conduit, it has to be done properly. This is particularly important if we must avoid associated shari’ah risks, avoid rubbing the face of the religion, Islam in the mud, and of course, if we must reap the benefits that accrue from following Allah’s dictates in all our affairs including “econo-financial” matters. This study aims at marshaling a path towards scripting a pristine and practicable Islamic finance by identifying two salient preconditions for it. It utilizes a diachronic approach whilst resorting to scriptural reasoning, historical evidence and were analyzed using inductive rationale. The study finds some unique issues cum scenarios that cannot be shoved or brushed aside as far as Islamic financing is concerned. viz; Scenario one: The impracticability of Islamic financing without an enabling Islamic Law; Scenario two: The non-implementability of Islamic financing without the Islamic man; Scenario three: Islamic finance orchestrated without an Islamic law but with an Islamic man; Scenario four: A “globalized” Islamic finance that can at best fit into a practicable legal micro-framework in today’s world; and Scenario five: A non-global Islamic finance within a practicable legal micro-framework.========================================================================================================Prasyarat Menuju Praktik Keuangan Islam Sejati. Kebutuhan akan sebuah arsitektur keuangan alternatif dari yang ada sekarang merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi. Walaupun seruan ini mungkin mendesak melalui saluran keuangan Islam, itu harus dilakukan dengan benar. Hal ini sangat penting untuk menghindari risiko yang terkait kesyariahan sistem keuangan dalam Islam, ibaratnya ini merupakan upaya untuk menghindari menggosok wajah agama Islam dengan lumpur. Jika kita harus menuai manfaat dari melaksanakan perintah Allah, maka itu ada dalam semua urusan termasuk masalah "Econo-financial". Kajian ini bertujuan menyusun jalan menuju skrip keuangan Islam yang murni dan praktis dengan mengidentifikasi dua prasyarat penting untuk itu. Studi ini menggunakan pendekatan diakronis dengan melakukan penalaran terhadap teks-teks keagamaan, bukti sejarah, dan dianalisis dengan rasionalisasi induktif. Penelitian ini menemukan beberapa masalah unik sekaligus skenario yang tidak dapat disingkirkan atau disingkirkan sejauh menyangkut keuangan Islam. yaitu; Skenario satu: Ketidakpraktisan pembiayaan keuangan syariah tanpa adanya hukum Islam yang memungkinkan; Skenario dua: Ketidakimplementasian pembiayaan keuangan Islam tanpa Islamic man; Skenario tiga: Keuangan Islam diatur tanpa hukum Islam tetapi dengan Islam man; Skenario empat: Keuangan Islam yang "diglobalisasi" yang paling sesuai dengan kerangka mikro hukum yang dapat diterapkan di dunia saat ini; dan Skenario lima: Keuangan Islam non-global dalam kerangka mikro hukum yang praktis.
PARADIGMA HOLISTIK EKONOMI DALAM ISLAM: STUDI PERBANDINGAN DENGAN KAPITALISME DAN SOSIALISME Abu Khaer
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.735 KB) | DOI: 10.22373/share.v6i2.1524

Abstract

Tulisan ini akan membuktikan bahwa mainstream sistem ekonomi yang berkembang, yaitu kapitalisme dan sosialisme merupakan bagian dari sistem yang Islami. Sistem ekonomi kapitalis yang sesuai dengan semangat ekonomi Islam, meminjam contoh salah satu rukun Islam berupa haji, meniscayakan umat Muslim memiliki semangat kapitalis. Untuk menunaikan ibadah haji dipersyaratkan dengan memiliki kecukupan modal (kapital). Kapitalisme yang merupakan anak kandung dari individualisme dikecam oleh Islam selama tidak memiliki kepedulian sosial terhadap sesama sebagaimana yang diusung oleh sistem ekonomi sosialis, semisal tidak ber-zakat. Sisi sistem ekonomi sosialisme berupa pemerataan kepemilikan kapital juga bernilai Islami. Namun demikian, kebersamaan dalam perekonomian sistem Islam, tidak berarti mengabaikan terhadap kuasa kepemilikan individu. Dengan demikian, kapitalisme dan sosialisme juga merupakan prinsip-prinsip universalisme Islam yang tak mungkin diingkari eksistensinya. Sistem ekonomi Islam berada di atas sistem kapitalis dan sosialis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan menggunakan sumber-sumber yang otoritatif dari paradigma sistem ekonomi kapitalis, sosialis, maupun Islam. Sebagai ‘pisau analisa’ penulis menggunakan pendekatan hermeneutis untuk menarik ‘benang-merah’ kepemahaman terhadap teks yang dikaji yang dalam hal ini difokuskan pada kajian mazhab ekonomi dunia. =========================================== The Paradigm of Holistic Economy in Islam: A Comparative Study with Capitalism and Socialism.___________________________ This paper will prove that the mainstream of the developing economic system, namely capitalism and socialism is part of the Islamic system. The capitalist economic system in accordance with the spirit of Islamic economics, borrowing the example of one of the pillars of Islam in the form of Hajj, necessitates Muslims to have the spirit of the capitalist. To perform the pilgrimage is required by having capital adequacy (capital). Capitalism which is the child of individualism is condemned by Islam as long as it does not have social awareness towards others as promoted by the socialist economic system, such as zakat. The economic system of socialism in the form of equal distribution of capital ownership is also Islamic. However, togetherness in the Islamic system economy does not mean neglect of the power of individual ownership. Thus, capitalism and socialism are also the principles of Islamic universalism that cannot be denied existence. The Islamic economic system is above the capitalist and socialist system. The method used in this research is literature study by using authoritative sources from the paradigm of capitalist, socialist, and Islamic economic system. As a 'knife of analysis,' the author uses a hermeneutical approach to draw the 'red thread' of understanding on the texts studied which in this case focus on studying the world's economic school.
EFFECTIVE CRISIS MANAGEMENT FOR ISLAMIC FINANCIAL INDUSTRY AND THE INSTITUTION OF HISBAH: LESSONS FROM GLOBAL FINANCIAL CRISIS Najeeb Zada; Ahcene Lahsasna; Muhammad Yusuf Saleem
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.01 KB) | DOI: 10.22373/share.v5i1.907

Abstract

The recent financial crisis resulted destructive effects on finance industry. Islamic financial industry (IFI) is still naïve and largely untested in the face of a major financial turmoil. Major issues and uncertainties of the insolvency of IFI include the issue of moral hazard, government bailouts, excessive risk taking and deposit insurance. This paper addresses the issue of crisis management in IFI from the perspective of al-Siyasah al-Shar’iyyah and attempts to derive public policy guidelines that are useful in developing a timely and efficient crises management framework for Islamic finance industry. By using qualitative methods, the study found that the global financial crisis resulted in great destruction of financial institution. Although Islamic finance was quite immune to the global crisis as compared to its conventional peer, concerns still exist. It is time that Islamic finance industry learns from the financial woes of the rest of the world. =========================================== Krisis keuangan baru-baru ini mengakibatkan efek destruktif pada industri keuangan. Industri keuangan Islam (IKI) masih naif dan sebagian besar belum teruji dalam menghadapi gejolak keuangan besar. Isu utama dan ketidakpastian dari kebangkrutan IKI meliputi moral hazard, dana talangan pemerintah, pengambilan risiko yang berlebihan dan asuransi deposito. Makalah ini membahas isu manajemen krisis dalam IKI dari perspektif al-Siyasah al-Shar'iyyah dan berusaha mendapatkan pedoman kebijakan publik yang bermanfaat dalam mengembangkan kerangka kerja manajemen krisis yang tepat waktu dan efisien bagi IKI. Dengan menggunakan metode kualitatif, studi ini menemukan bahwa krisis keuangan global mengakibatkan kehancuran besar bagi industri keuangan. Meskipun keuangan Islam cukup kebal terhadap krisis global dibandingkan dengan keuangan konvensional, kekhawatiran masih ada. Sudah saatnya industri keuangan Islam belajar dari krisis keuangan dari seluruh dunia.
CONVERTING CONVENTIONAL BANKS TO SHARIA BANKS IN ACEH: AN EFFORT TO MAINTAIN A STABLE ECONOMY IN THE COVID-19 OUTBREAK Iskandar Budiman
Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.03 KB) | DOI: 10.22373/share.v10i1.8337

Abstract

Based on Aceh Qanun (sharia law) No.11 of 2018 concerning Islamic Financial Institutions, it is required to carry out financial activities based on sharia principles. The decline of the global economy during the Covid-19 outbreak did not dampen the Aceh Government, which declared itself a special province practicing sharia values. Apart from aiming to make a purely Sharia-based region, the conversion of conventional banks to sharia banks is also to stabilize the economy. This study aims to analyze (1) the growth conditions of Islamic banking in Indonesia, (2) the legalization of the Aceh Government Qanun in determining financial institutions operating in Aceh, and (3) the resilience of Islamic banking in facing the global economic downturn during the Covid-19 pandemic. The analysis method used is literature and regulation review. The conclusion that the decentralization system implemented by the Indonesian Government in Islamic banking has not been able to maximize the growth of Islamic banking in Indonesia. Aceh Province, the only province in Indonesia that implements Sharia Law through special autonomy, has its own economic system. The Aceh government issued a Qanun, which obliged economic activities based on sharia principles. Based on Qanun No. 11 of 2018, the operation of Banks in Aceh must be in accord with Sharia. Therefore, entering 2020, the Islamic economy has been running almost perfectly in Aceh by changing conventional banking operations into Islamic banking. Furthermore, Islamic banking in Indonesia can still maintain stable growth when the Indonesian economy slides sharply in the second quarter of 2020 to minus 5.32 percent. This fact proves that increasing the growth of Islamic banking is an important thing to do. The Government should be serious and more consistent in maintaining economic stability and achieving the purposes (maqashid) of Sharia in human life.========================================================================================================ABSTRAK – Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah di Aceh: Upaya Menjaga Stabilitas Perekonomian dalam Wabah Covid-19. Qanun (undang-undang syariat (Islam)) Aceh No 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah, secara tegas telah mewajibkan lembaga keuangan yang beroperasi di Aceh untuk melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Penurunan ekonomi global di masa pandemi covid-19 tidak menyurutkan langkah Pemerintah Aceh dalam mengimplementasikan kebijakan mensyariahkan seluruh lembaga dan institusi yang berada di Aceh. Walaupun berada di dalam sebuah negara yang tidak menganut paham syariah, Provinsi Aceh telah menyatakan dirinya sebagai sebuah wilayah berkedaulatan syariah Islam. Selain bertujuan untuk menjadikan wilayah yang murni berbasis syariah Islam, konversi bank konvesional menjadi syariah juga bertujuan untuk menstabilkan perekonomian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) kondisi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia, (2) legalisasi Qanun Pemerintah Aceh dalam menentukan lembaga keuangan yang beroperasi di Aceh, dan (3) ketahanan  perbankan syariah dalam menghadapi penurunan perekonomian global di masa pandemi Covid-19. Studi ini menggunakan metode kajian literatur dan analisis regulasi yang menghasilkan kesimpulan yaitu sistem desentralisasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia pada perbankan syariah belum dapat memaksimalkan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia. Provinsi Aceh sebagai satu-satunya provinsi di Indonesia yang menjalankan Syariat Islam melalui otonomi khusus mempunyai sistem perekonomian tersendiri. Pemerintah Aceh mengeluarkan qanun yang mewajibkan seluruh kegiatan perekonomian harus berlandaskan prinsip syariah. Berdasarkan Qanun No. 11 Tahun 2018, setiap perbankan yang beroperasi di Aceh haruslah berbentuk syariah. Oleh sebab itu memasuki tahun 2020, perekonomian Islam hampir sempurna telah berjalan di Aceh salah satunya dengan berubahnya operasional perbankan konvensional menjadi perbankan syariah di Provinsi Aceh. Selanjutnya, Perbankan syariah di Indonesia masih mampu menjaga kestabilan pertumbuhannya di saat perekonomian Indonesia meluncur tajam di kuartal II 2020 hingga minus 5,32 persen. Hal ini membuktikan bahwa meningkatkan pertumbuhan perbankan syariah merupakan hal yang penting dilaksanakan, memerlukan keseriusan dan konsistensi terus menerus dari pemerintah demi menjaga kestabilan ekonomi makro dan akan tercapai maqashid syariah pada semua lini kehidupan.

Page 3 of 17 | Total Record : 170