cover
Contact Name
Yudi Hendrilia
Contact Email
yudihendrilia@gmail.com
Phone
+628112900177
Journal Mail Official
yudihendrilia@gmail.com
Editorial Address
Ungaran, Semarang - Jawa Tengah
Location
Kab. semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen)
ISSN : 26859718     EISSN : 26859726     DOI : -
Core Subject : Education,
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) diterbitkan dua kali dalam 1 tahun (Februari dan Agustus) oleh Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara. Veritas Lux Mea menerima artikel ilmiah dari dosen, mahasiswa, praktisi teologi maupun pendidikan Kristen. Jurnal ini pun telah memiliki ISSN baik online (2685-9718) maupun cetak (2685-9718). Jurnal ini mempublikasikan artikel hasil penelitian dalam bidang: 1. Teologi Praktika 2. Teologi Biblika 3. Teologi Sistematika 4. Sejarah Teologi dan Gereja 5. Pendidikan Kristen (Gereja dan Sekolah)
Articles 94 Documents
Fungsi Agama Bagi Komunitas Pendidik Non Pendidikan Agama Kristiantoro, Sony
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.462 KB)

Abstract

It is possible not to read too much about the function of religion, including for clergy and educators. This paper elaborates the function of religion based on John Saliba's book. Saliba classifies religious functions into five classifications: Explanation, Emotional, Social, Validation, and Adaptive. Research on educators (teachers and lecturers) who are not teaching in the field of Religious Education, seeks to photograph and map the extent to which they experience religion, especially Christianity, in their lives as individuals and as members of the community. Finally, through the interview data processing it was found that religion for them (the educators) turned out to be the most dominant Validation function, although other functions also appeared. Surprisingly, adaptive functions do not appear in their answers. Does that mean the adaptive function is not important? Furthermore, how does the church respond to these diverse religious functions? These questions will be answered in this paper. Ada kemungkinan tidak terlalu banyak membaca tentang fungsi agama, termasuk bagi kaum rohaniwan maupun pendidik. Tulisan ini mengelaborasi fungsi agama berdasarkan buku John Saliba. Saliba membuat pengklasifikasian fungsi agama menjadi lima klasifikasi: Eksplanasi, Emosional, Sosial, Validasi, dan Adaptif. Penelitian terhadap para pendidik (guru dan dosen) yang bukan mengajar bidang Pendidikan Agama, berusaha untuk memotret dan memetakan sejauh mana mereka menghayati agama, khususnya Kristen, di dalam kehidupan mereka sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Akhirnya, melalui pengolahan data hasil wawancara didapati kenyataan bahwa agama bagi mereka (para pendidik) ternyata fungsi Validasi nampak paling dominan, meskipun juga nampak fungsi-fungsi lain. Yang mengejutkan, fungsi adaptif tidak muncul dalam jawaban mereka. Apakah itu berarti fungsi adaptif tidak penting? Selanjutnya, bagaimana gereja menyikapi fungsi-fungsi agama yang beraneka rupa ini? Pertanyaan-pertanyaan ini akan dijawab dalam tulisan ini.
Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Pada Masa Dewasa Madya Laudika, Mariana
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.662 KB)

Abstract

Humans from infancy to late adulthood or the elderly have different characteristics and also have different developmental tasks. Especially individuals at middle adulthood, this age has a prominent character, namely the occurrence of changes in physical and psychological terms, The development of the times is increasingly rapid with increasingly sophisticated technology, makes it easier for humans to do everything even, can change the characteristics inherent in a things become new or can be referred to as updates or modifications. Using descriptive qualitative methods with a literature study approach, it can be concluded that there needs to be an adjustment made by people who have reached middle adulthood so that they do not have negative judgments or do not cause unhappiness or resentment towards the changes that occur in that person. It is very important for everyone to adjust themselves to be able to accept the realities of life in a positive way. For believers (Christians), it is necessary to have a scientifically and theologically correct understanding so that they do not view all forms of changes that occur as burdens or problems, but view them as God's plan, so that we can use this life as best as possible to glorify God. Because from the beginning everything has been determined in this way and God also works in all human conditions to bring goodness and teach humans to know God and all His works.AbstrakManusia mulai dari bayi hingga dewasa akhir atau lanjut usia memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan juga memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda pula. Khususnya individu pada usia dewasa madya, usia ini memiliki karakter yang menonjol yaitu terjadinya perubahan dalam hal fisik dan psikis, Perkembangan zaman yang semakin pesat dengan teknologi yang semakin canggih, mempermudah manusia untuk melakukan segala sesuatu bahkan, dapat mengubah ciri-ciri yang melekat pada suatu hal menjadi baru atau dapat disebut dengan istilah perbaharui atau modifikasi. Menggunkan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literatur maka didapat kesimpulan bahwa perlu adanya penyesuaian diri yang dilakukan oleh orang yang telah mencapai usia dewasa madya agar tidak memiliki penilaian negatif atau tidak menyebabkan ketidak bahagiaan atau kekesalan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri orang tersebut. Penyesuain diri sangat penting untuk dilakukan oleh semua orang agar dapat menerima realita kehidupan secara positif. Bagi orang percaya (Kristen), perlu memiliki pemahaman yang benar secara ilmiah dan teologis agar, tidak memandang segala bentuk perubahan yang terjadi sebagai beban atau masalah, tetapi memandang itu sebagai rencana Allah, agar kita menggunakan kehidupan ini sebaik-baiknya untuk mempermuliakan Allah. Karena sejak semula segala sesuatu telah ditetapkan demikian dan Allah juga turut bekerja dalam segala keadaan manusia untuk mendatangkan kebaikan dan mengajarkan manusia untuk mengenal Allah dan segala karya-Nya.
Peran Penting Pembinaan Kerohanian dalam Kesetiaan bagi Pemuda di Kelompok Sel di Gereja JKI Maranatha Nuban, Habel Ajen; Mardiarto, Mardiarto
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.822 KB)

Abstract

Many young people lately have left the ministry and God, in the youth community. Moreover, there are many problems in youth that need attention so that they are loyal to the local church. So the researchers describe the purpose of this writing so that they can prepare young leaders, it becomes a priority because the success of a service or activity is one of them determined by the availability of human resources, namely people who have been equipped from an early age to continue a service or job. Through descriptive qualitative methods with various approaches, it can be concluded that through a cell group strategy that is successful in educating youth in increasing loyalty to serve in the church, it can be done by committing to build a relationship with God, giving each member the opportunity to serve others according to their potential and continue to be humble And put yourself in listening, humble, teachable, serving together. The success of cell groups in educating youth is largely determined by the strategy used, namely exploring potential and providing opportunities to serve together either in cell groups or in public worship in the church.AbstrakBanyaknya pemuda remaja yang akhir ini banyak meninggalkan pelayanan maupun Tuhan, dalam komunitas anak muda. Terlebih banyaknya persoalan dalam pemuda yang perlu mendapatkan perhatian supaya ada dalam kesetiaan di gereja lokal. Maka peneliti mendeskripsikan tujian penulisan ini supaya dapat Mempersiapkan pemimpin-pemimpin muda, menjadi prioritas sebab keberhasilan sebuah pelayanan atau kegiatan itu salah satunya ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yaitu orang-orang yang telah dibekali sejak dini untuk melanjutkan sebuah pelayanan  atau pekerjaan. Melalui metode kualitatif deskritif  dengan berbagai pendekatan dapat disimpulkan bahwa melalui strategi kelompok sel yang berhasil dalam mendidik pemuda dalam meningkatkan kesetiaan melayani di gereja dapat dilakukan dengan berkomitmen dalam membangun hubungan dengan Tuhan, memberi kesempatan kepada setiap anggota untuk melayani sesamanya sesuai potensinya dan terus rendah hati.  Dan menempatkan diri menjadi pendengar, rendah hati, dapat diajari, melayani bersama. Keberhasilan kelompok sel dalam mendidik pemuda, sangat ditentukan oleh strategi yang digunakan yaitu menggali potensi dan memberi kesempatan untuk melayani bersama baik di kelompok sel atau ibadah umum di gereja.
God As Mistery: Konsep Allah Transenden Dan Imanen Menurut Kallistos Ware Dagi, Orna Nengsi
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.154 KB)

Abstract

This research is motivated by the data that the author collects from various sources and the author finds problems in understanding the existence of God both among theologians and non-theologians, where often the existence of a transcendent and immanent God is considered unreasonable, which is a contradiction if these two existences at the same time exist in the one and only God. There are different views, such as Pantheism, which holds that God is completely Transcendent and Deism, which holds that God is completely immanent. Therefore, the purpose of this article was written to provide readers with an understanding that the one God cannot be viewed only with one side, namely transcendent or immanent. But the one God is transcendent but at the same time He is also an immanent God. Therefore, the writer sees this from Kallistos Ware's point of view that there are two paradoxical truths of God, namely transcendent and immanent. So that this article becomes a frame for readers to understand the existence of one God, both transcendent and immanent.AbstrakPenelitian ini di latar belakangi oleh data yang digali penulis dari berbagai sumber dan penulis menemukan masalah dalam pemahaman tentang keberadaan Allah baik dalam kalangan para theolog maupun non-theolog, dimana seringkali keberadaan Allah transenden dan imanen dianggap tidak masuk akal, yang kontradiksi jika dua keberadaan ini sekaligus ada dalam diri Allah yang esa. Beberapa pandangan berbeda seperti Panteisme berpandangan Allah sepenuhnya Transenden dan Deisme berpadangan Allah sepenuhnya imanen. Oleh karena itu tujuan artikel ini ditulis untuk memberikan pemahaman kepada para pembaca bahwa Allah yang esa itu tidak dapat dipandang hanya dengan satu sisi saja yakni transenden atau imanen. Melainkan Allah yang esa itu transenden tetapi di saat yang sama Dia juga Allah yang imanen. Untuk itu penulis melihat hal ini dari sudut pandang Kallistos Ware bahwa ada dua kebenaran paradoks Allah yakni transenden dan imanen. Sehingga artikel ini menjadi bingkai bagi para pembaca dalam memahami keberadaan Allah yang esa baik transenden maupun imanen.
Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Di Era Masa Kini Hapsarini, Deslana Roidja; Suprihati, Wahyu
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 1, No 2 (2019): Agustus
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.588 KB)

Abstract

Para orang tua harus menumbuhkan kesadaran bahwa apa yang terjadi di dalam keluarga memiliki dampak yang besar pada perkembangan kepribadian anak-anak, perkembangan iman mereka dan pada akhirnya bagi perkembangan kecerdasan spiritual anak-anak tersebut. Masyarakat perlu membantu para orang tua untuk memainkan perannya kembali sebagai pendidik bagi anak-anaknya terutama dalam hal iman Kristen agar kecerdasan spiritual anak berkembang. Gereja juga perlu memberikan pendampingan dan menyediakan komunitas serta mendorong keluarga-keluarga Kristen terutama keluarga-keluarga muda untuk berpartisipasi dalam komunitas itu agar mereka dapat membuat keputusan dalam menetapkan prioritas dalam hidupnya. Metode penulisan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan mengkombinasikan studi pustaka dan kajian pengembangan. Parents must raise awareness that what happens in the family has a big impact on the development of children's personalities, the development of their faith and ultimately the development of the children's spiritual intelligence. Communities need to help parents play their roles as educators for their children, especially in the case of Christian faith so that children's spiritual intelligence develops. The church also needs to provide assistance and provide communities and encourage Christian families, especially young families to participate in the community so that they can make decisions in setting priorities in their lives. The writing method uses a descriptive-qualitative approach by combining literature study and development studies. Keywords: The Role of Parent, Spiritual Intelligence of Children
Relevansi Ajaran Kitab Maleakhi tentang Persembahan Persepuluhan Bagi Kehidupan Umat Kristen Masa Kini Pramono, Yonathan Wingit
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.156 KB)

Abstract

The tithe offering is still practiced differently today than in many churches. The meaning of tithe is different in terms of meaning and application or because the rules of the organization are different. While the offering of the tithe in the life of believers in the Christian faith today is something that is very little attention, it is therefore necessary to give an explanation and explanation to show the importance and role of this truth as a support for the Church in following God's commandments. This writing has the aim of providing theological exposure in the view of the Bible, theologians. In doing this writing, the method used is qualitative research by collecting primary data from the Bible and secondary data from literature reviews through journals, related books. The conclusion which is in the relevance of the teachings of the Book of Malachi about the tithe offering for the life of Christians today is that giving tithe offerings is a human duty to God, so that there is food in God's house (the Church) which means that there is physical food for the servants because of the duty of God's servants. preaching the word, digging, praying, fasting for service, Paying tithing without faith is futile, tithing cannot be traded as is the case today. It is true that there is no commandment to offer a tithe, but offering your body means more than anything else because it involves the whole of human life.AbstrakPersembahan persepuluhan dalam prakteknya sampai sekarang masih diterapkan secara berbeda dari banyak gereja. Arti persepuluhan dalam pengertian dan penerapan tidak sama atau karena aturan dari organisasi yang berbeda. Sedangkan persembahan persepuluhan di dalam kehidupan orang percaya dalam iman Kristen saat ini adalah sesuatu yang sangat kurang diperhatikan, maka daripada itu perlu diberikan pemaparan dan penjelasan untuk menunjukkan kepentingan dan peranan kebenaran ini menjadi satu pendukung pada Gereja di dalam mengikuti perintah Tuhan. Penulisan ini memiliki tujuan memberikan pemaparan secara teologis dalam pandangan Alkitab, para ahli teologi. Dalam melakukan penulisan ini metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan mengumpulkan data primer dari Alkitab dan data sekunder dari tinjauan pustaka melalui jurnal, buku-buku yang berkaitan. Kesimpulan yang dalam relevansi ajaran Kitab Maleakhi tentang persembahan Persepuluhan bagi kehidupan umat Kristen masa kini adalah memberikan persembahan persepuluhan, merupakan kewajiban manusia kepada Allah, supaya ada makanan dalam rumah Tuhan (Gereja) yang memiliki arti supaya ada makanan jasmani untuk para pelayan karena tugas hamba Tuhan memberitakan firman, menggali, berdoa, puasa untuk pelayanan, Membayar persepuluhan tanpa iman adalah sia-sia, persepuluhan tidak dapat diperdagangkan seperti terjadi pada masa kini. Memang tidak ada perintah mempersembahkan persepuluhan, tetapi mempersembahkan tubuhmu itu berarti lebih dari yang lainnya karena menyangkut seluruh kehidupan manusia.
Kajian Teologis Hubungan Suami Istri Yang Kokoh Berdasarkan Efesus 5:22-33 Perangin Angin, Yakub Hendrawan; Yeniretnowati, Tri Astuti
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.919 KB)

Abstract

In every marriage and family as an institution established by Allah, Allah has established rules, roles, and responsibilities for each person in the household. The goal of a Christian marriage or family will not be achieved if the underlying relationship between husband and wife is not based on the truth that God has ordained. The path that humans take, including believers in building harmonious relationships in their marriage, is often not smooth, sometimes even unsuccessful and meets this destruction because it does not apply the pattern that has been declared by God as written in Ephesians 5; 22-33 as a pattern specifically and the standards of Christian husband and wife relationships that run according to God's provisions.AbstrakDalam setiap pernikahan dan keluarga sebagai sebuah lembaga yang ditetapkan Allah, maka Allah sudah menetapkan aturan, peran, tanggung jawab untuk setiap pribadi dalam rumah tangga itu. Tujuan pernikahan atau keluarga Kristen tidak akan tercapai kalau hubungan yang mendasari suami dan istri tidak berdasarkan kebenaran yang Allah sudah tetapkan. Jalan yang manusia tempuh termasuk orang percaya dalam membangun relasi yang harmonis di dalam pernikahnnya sering kali tidak mulus bahkan tidak jarang yang tidak berhasil dan menemui kehancuran hal ini karena tidak menerapkan pola yang sudah dinyatakan oleh Allah sebagaimana tertulis dalam Efesus 5;22-33 sebagai pola khusus dan standar hubungan suami istri Kristen yang berjalan sesuai ketetapan Allah. 
Paradigma Pendidikan Agama Kristen Terhadap Etis Dan Norma Guru Sebagai Teladan Pendidik Mega, Mega; Fernando, Andreas; Saragih, Teguh Parluhutan
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.573 KB)

Abstract

Christian Religious Education is education that contains teaching Christian values to students. This teaching is certainly centered on Christ as an example and is based on the Bible as a guide. The purpose of this study is to find out how the paradigm of Christian Religious Education regarding teacher ethics and norms. It is important for a teacher to know the ethics and norms of the teacher as a reference in teaching. Because a teacher is a figure who is used as an example by students, both inside and outside the school environment. Unconsciously, the attitude, behavior, and speech of a teacher in the learning process have an influence on students. By knowing the ethics and norms of teachers, a teacher, especially Christian Religious Education teachers can understand and implement them in everyday life. The method in this research is qualitative with literature study. Research data obtained by analyzing data from journals and books. With the result that in Christian Religious Education, teachers must be able to understand and implement the ethics and norms of a teacher in order to be an example.AbstrakPendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang berisi pengajaran nilai-nilai Kristiani kepada siswa. Pengajaran ini tentunya berpusat kepada Kristus sebagai teladan dan didasarkan pada Alkitab sebagai pedomannya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana paradigma Pendidikan Agama Kristen mengenai etis dan norma guru. Penting bagi seorang guru untuk mengetahui etis dan norma guru sebagai acuan dalam mengajar. Karena seorang guru adalah sosok yang dijadikan teladan oleh siswa, baik didalam maupun luar lingkungan sekolah. Secara tidak sadar, sikap, perilaku, dan tutur kata seorang guru dalam proses pembelajaran memberikan pengaruh dalam diri siswa.  Dengan mengetahui etis dan norma guru, seorang guru, terutama guru Pendidikan Agama Kristen dapat memahami dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Metode dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan studi literatur. Data penelitian didapatkan dengan cara analisa data dari jurnal-jurnal dan buku-buku. Dengan hasil bahwa dalam Pendidikan Agama Kristen, guru harus mampu memahami dan mengimplementasikan etis dan norma seorang guru untuk bisa menjadi teladan.
Dampak Pemuridan Bagi Perubahan Pria Di Champ Christian Men’s Network Area Surakarta Terhadap Transformasi Gereja Suprijadi, Totok
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 1, No 1 (2019): Februari
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.761 KB)

Abstract

Every Christian household needs to experience change and experience God's blessing with a change in a man, so that the church of God will quickly undergo transformation which will lead to a national transformation for a new Indonesia. The transformation of the church begins with the change of a man who has the character and example of the manhood of Christ. Crhistian Men’s Network Indonesia's men's camps are one place for male discipleship for men to maximize their potential. Departing from the writer's longing from the deepest heart for the progress of the ministry and work of God, especially the work of God in Indonesia. The author in this case would like to examine and see how much change men after following this Male discipleship program. This is where the importance of this study is to find out the extent of discipleship for male changes in the Christian Men's Network Camps in the Surakarta Area in Indonesia which has an impact on the transformation of the church. her children entered into promiscuity, drugs, and other wild life. Because it has been found by those - children of God - who see a change in their father who wants to hear and serve them and their mother. They have seen a change in their father that leads to a man's perfection or ChristlikenessSetiap rumah tangga Kristen perlu mengalami perubahan dan mengalami berkat Tuhan dengan adanya perubahan pada seorang pria, sehingga gereja Tuhan akan cepat mengalami transformasi yang berujung pada transformasi nasional untuk Indonesia baru. Transformasi gereja dimulai dari perubahan seorang pria yang memiliki karakter dan keteladanan kepriaan Kristus. Camp-camp pria Crhistian Men’s Network Indonesia merupakan salah satu wadah pemuridan pria untuk para pria memaksimalkan potensinya. Berangkat dari kerinduan penulis dari hati yang paling dalam untuk kemajuan pelayanan dan pekerjaan Tuhan khususnya pekerjaan Tuhan yang ada di Indonesia. Penulis dalam hal ini ingin meneliti dan melihat seberapa besar perubahan pria setelah mengikuti program pemuridan Pria ini. Di sinilah kepentingan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui sejauh mana pemuridan bagi perubahan pria di Camp-camp Christian Men’s Network Indonesia Area Surakarta berdampak terhadap transformasi gereja, Sehingga dalam hal ini di dalam gereja Tuhan sudah tidak akan ada lagi keluarga yang broken home atau didapati anak-anaknya masuk dalam pergaulan sex bebas, narkoba, dan kehidupan liar lainnya. Karena telah didapati oleh mereka - anak-anak Tuhan - yang melihat perubahan pada seorang ayah mereka yang mau mendengar dan melayani mereka dan ibu mereka. Mereka sudah melihat adanya perubahan pada ayah mereka yang mengarah kepada kesempurnaan seorang pria atau keserupaan dengan Kristus.
Dialog Reflektif Sebagai Jalan Reduksi Konflik Antar Agama Pramono, Teguh; Cornelius, Sudarta
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.786 KB)

Abstract

Religion has two effects, positive effects and negative effects for human. The positive effects are through the religion people can foster brotherhood, give strength for them who are suffered, give sense of security and give sense of belonging among religious adherents. The negative effects are religion can be as a provocation and a trigger of conflict. Because of the certain concerns, the religion can be as a media to achieve their purpose. The religion can be as a media to destroy and provoke among religious adherents so that it causes people kill each other. Through the reflective dialogue religious adherents invite to interpret cognitive, affective, psychomotoric aspects as a thing that has relation each other. This dialogue is really suitable as a media in religion context in Indonesia, in order to reduce the religious conflict. When this dialogue done continuously and consistently based on one nation feeling and love to accept, understand and cooperate each other will create a harmony life in diversity. Agama memiliki dua efek, yakni efek positif dan negatif bagi manusia. Efek yang positif, melalui agama orang bisa memupuk persaudaraan, memberi kekuatan bagi mereka yang sedang menderita, memberi perasaan aman serta rasa saling memiliki diantara pemeluk seagama. Sedangkan efek negative, agama  dapat dijadikan alat provokasi dan menjadi pemicu konflik. Karena alasan kepentingan tertentu, agama dapat berfungsi sebagai sarana mencapai tujuannya. Agama dijadikan alat pemecah belah dan provokasi  antar pemeluk agama, sehingga memicu konflik yang mengakibatkan saling membunuh antar esame manusia. Melalui dialog reflektif  umat beragama diajak untuk dapat memaknai aspek kognitif, afektif dan psikomotoris sebagai hal yang saling berhubungan. Dialog reflektif ini sangat cocok dipakai sebagai sarana dialog dalam konteks keberagaman agama di Indonesia, untuk mereduksi konflik antar umat beragama. Bilamana dialog ini  dilakukan  secara terus menerus dan konsisten dengan mengedepankan sikap sebagai satu anak bangsa yang dilandasi dengan cinta kasih untuk saling menerima, saling memahami, saling menghargai dan saling bekerja sama, maka akan tercipta sebuah kehidupan yang harmoni dalam keberagaman.

Page 5 of 10 | Total Record : 94