cover
Contact Name
Dedeh Fardiah
Contact Email
uptpublikasi@unisba.ac.id
Phone
+6285294008040
Journal Mail Official
jrjmd@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah lantai 4, Rektorat Unisba, Jln Tamansari No.20, 40116
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital
ISSN : 28083067     EISSN : 27986403     DOI : https://doi.org/10.29313/jrjmd.v1i2
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital (JRJMD) adalah jurnal peer review dan dilakukan dengan double blind review (direview secara tertutup) yang mempublikasikan kajian teoritik dan hasil riset terhadap isu-isu empirik dalam sub kajian Jurnalistik dan media digital. JRJMD ini dipublikasikan pertamanya 2021 dengan eISSN 2798-6403 yang di kelola dan di publikasikan oleh UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Semua artikel diperiksa plagiasinya dengan perangkat lunak anti plagiarisme. Jurnal ini akan ter-indeks di Google Schoolar, Garuda, Crossref, dan DOAJ. Terbit setiap Juli dan Desember.
Articles 71 Documents
Remaja dan Literasi Media Sosial Tesa Gita Rinanda; Fatmawati Moekahar
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital Volume 2, No. 2, Desember 2022 Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital (JRJMD)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrjmd.v2i2.1076

Abstract

Abstract. This study aims to describe teenager’s media literacy in Pekan baru through the 'Twitter Please Do Your Magic' movement on Twitter. Media literacy is a person's ability to create, digest, and analyze information received through social media. In this movement, it is necessary to wisely read the message conveyed because it has the potential to provide hoax messages. Researchers used descriptive qualitative methods by conducting in-depth interviews with 6 informants whose criteria had been determined through purposive sampling, and direct observations on Twitter social media, especially on the base of the 'Twitter Please Do Your Magic' movement. The results of the research show that the 'Twitter please do your magic' movement is a movement created for a noble purpose, but in this movement there are also individuals who use this movement to commit crimes such as fraud or just to make the content viral. To respond to this, the informant admitted that he needed qualified media literacy skills in using social media and digesting information obtained through social media. Informant not only knows basic information about the 'Twitter please do your magic' movement, but the informant has followed, implemented the function of the movement as a form of positive social movement. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan literasi media remaja di Pekanbaru melalui gerakan ‘Twitter Please Do Your Magic’ di Twitter. Literasi media merupakan kemampuan seseorang dalam membuat, mencerna, dan menganalisis informasi yang diterima melalui media sosial. Pada gerakan ini diperlukan bijak membaca pesan yang disampaikan karena berpotensi memberikan pesan hoaks. Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan cara melakukan wawancara mendalam dengan 6 orang informan yang telah ditentukan kriterianya melalui purposive sampling, dan melakukan observasi langsung pada media sosial Twitter khususnya pada base gerakan ‘Twitter Please Do Your Magic’. Hasi penelitian menunjukan bahwa gerakan ‘Twitter please do your magic’ merupakan gerakan yang dibuat untuk tujuan mulia namun pada gerakan ini juga ditemukan oknum-oknum yang menggunakan gerakan ini untuk melakukan tindak kriminal seperti penipuan atau hanya sekedar men-viralkan konten yang dibuat. Untuk menanggapi hal tersebut informan mengaku memerlukan kemampuan literasi media yang mumpuni dalam menggunakan media sosial dan mencerna informasi-informasi yang diperoleh melalui media sosial. informan tidak hanya mengetahui informasi mendasar tentang gerakan ‘Twitter please do your magic’, tetapi informan telah mengikuti, menerapkan fungsi gerakan tersebut sebagai bentuk gerakan sosial yang positif.
Memberdayakan Komunitas Lokal dalam Gerakan Literasi Digital Santi Indra Astuti; Juli R. Binu
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital Volume 2, No. 2, Desember 2022 Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital (JRJMD)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrjmd.v2i2.1350

Abstract

Abstract. Digital literacy is a skill needed by everyone in this information-rich society. Despite the increasing technology and its massive usage, the approach to develop digital literacy is still top down. Hence, it is difficult to reach the whole society to increase their ability and creating digital gap between digital literate versus digital illiterate group. A breakthrough in developing digital literacy by employing a bottom up-and-community based approach is indispensable to resolve the threat of digital gap. Tular Nalar Summit is an international scale event organized in collaboration with Magelang District government. The Program is consisted of seminar, talk show, call for paper symposium, and awarding. The whole event involve the local communities in Magelang District as the committee and participant. The aim of Tular Nalar Summit is organizing digital literacy initiative by empowering local community resources. The successful collaboration is determined by three variables, i.e. a solid coordination, transfer of knowlege for technical aspect, and the translation of the program vision and mission into the event. Abstrak. Literasi digital merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh siapa saja, seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan penggunaannya yang masif di sekitar kita. Kendati demikian, gerakan literasi digital yang bersifat top down, sulit untuk menjangkau masyarakat secara menyeluruh guna meningkatkan kapasitas mereka. Padahal, ekses akibat minimnya literasi digital telah terjadi di mana-mana. Diperlukan terobosan berupa gerakan literasi digital secara bottom up dengan berbasis komunitas lokal agar ancaman kesenjangan digital dapat teratasi. Program Tular Nalar Summit berskala internasional diselenggarakan dalam kerangka kolaborasi dengan Kabupaten Magelang. Program tersebut terdiri dari Seminar Internasional, Tular Nalar Talks, Simposium Call for Paper, dan penganugerahan Tular Nalar Award. Keseluruhan acara melibatkan komunitas lokal baik sebagai pelaksana maupun partisipan. Sukses kolaborasi memperlihatkan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Magelang mampu menggelar perhelatan internasional. Sukses ini ditentukan oleh tiga hal, yaitu koordinasi yang solid, keberhasilan transfer of knowledge untuk menguasai aspek teknis, serta penerjemahan visi misi ke dalam detail acara.
Peran Aktivis Pers Mahasiswa Jawa Tengah dalam Meluaskan Internet Damai Amelia Rahmi; Qorby Haqqul Adam
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital Volume 2, No. 2, Desember 2022 Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital (JRJMD)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrjmd.v2i2.1357

Abstract

Abstract. Symptoms of hoax information show the character of the information society that has not been properly educated. The massive spread of hoax indicates the lack of civility of a society and can cause division or slander in the pluralistic Indonesian nation. All components of society need to contribute to suppressing the spread of hoaxes, and it is important to build a healthy information climate to unite this great nation. Whatever the students press activists in Central Java, who have been affected by hoaxes are interesting and important to study considering that they are prospective journalists who are required to have strong journalistic commitment and skills. What role can students press activists play in creating a peaceful internet? The study was conducted at eight state universities in Central Java, involving 78 respondents. Data were collected by questionnaire and then performed multiple regression analysis. To expand the peaceful internet among the wider community or within campuses, the role of student pers activists can be carried out in forms such as: broadcasting news responsibly, sourcing credible news sources, providing assistance to youth/ peers. The student press has a great opportunity to voice a peaceful internet, encouraging readers to be more concerned about the fate and future of the naturally plural Indonesian nation to continue to be united in a single diversity. Abstrak. Gejala informasi hoaks menunjukkan ciri khas belum teredukasinya sebuah masyarakat informasi dengan baik. Menyebarnya hoaks secara massif mengindikasikan kurang beradabnya suatu masyarakat, dan dapat menimbulkan perpecahan ataupun fitnah pada bangsa Indonesia yang plural. Semua komponen masyarakat perlu andil menekan penyebaran hoaks, dan penting membangun iklim informasi yang sehat untuk menyatukan bangsa yang besar ini. Apakah aktivis Pers (pers) Mahasiswa (mahasiswa) yang berada di Jawa Tengah telah terpengaruh hoaks menarik dan penting dikaji mengingat mereka merupakan calon wartawan yang dituntut memiliki komitmen dan keterampilan jurnalistik yang kuat. Bagaimana peran yang dapat dilakukan aktivis persma untuk menciptakan internet damai? Penelitian dilakukan pada delapan perguruan tinggi negeri di Jateng, melibatkan 78 responden. Data dikumpulkan dengan angket kemudian dilakukan analisis regresi ganda. Peran activist persma untuk meluaskan internet damai di kalangan masyarakat luas atau pun di dalam kampus dapat dilakukan dengan bentuk-bentuk seperti: menyiarkan berita secara bertanggung jawab, mengambil sumber-sumber berita yang kredibel, atau dengan memberikan pendampingan pada remaja/ teman sebaya. Pers mahasiswa memiliki kesempatan yang besar untuk menyuarakan internet damai, mendorong para pembaca lebih peduli pada nasib dan masa depan bangsa Indonesia yang plural secara alami untuk terus disatukan dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Anatomi dan Literasi Post-Truth Muhammad Naziful Haq
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital Volume 2, No. 2, Desember 2022 Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital (JRJMD)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrjmd.v2i2.1359

Abstract

Abstract. Post-truth has become a jargon in conversation and discussion. The concept of the theory is complex and becomes a challenge in itself to ground it in the general public. The dangers of post-truth in everyday life are real. Post-truth is a broader concept as well as more fluid than hoaxes, so post-truth is more difficult to detect, identify and handle than hoaxes. However, the current available digital literacy tends to be more in the form of black-and-white literacy: distinguishing between facts and not. Meanwhile, post-truth tends to be in the gray area between facts and non-facts, which works by exploiting one's prejudices based on ideology, group logic, moral claims, and other aspects beyond facts or non-facts. The literacy process needs to be gradually adjusted to the needs of the community. However, it is important to refine our literacy model in an approach that is able to mitigate the post-truth modus operandi. For this purpose, this paper will be divided into two main parts, namely anatomical maps and post-truth literacy. The discussion will be sub four four. First, classify the truth; second, the post-truth dimension; post-truth manipulation mode; and the post-truth literacy model. This paper concludes that post-truth can be handled, or at least minimized, if the individual has sensitivity to language, discipline in scientific logic, sensitivity in recognizing the ecological influence of media, sensitive to biased ideology, and has accuracy in carrying out his duties. Abstrak. Istilah post-truth telah menjadi jargon di banyak pembicaraan dan pembahasan. Konsep teoritisnya kompleks dan menjadi tantangan tersendiri untuk membumikannya di masyarakat umum. Bahaya post-truth di kehidupan sehari-hari adalah nyata. Post-truth merupakan konsep yang lebih luas sekaligus lebih cair dibanding hoaks, sehingga post-truth lebih sulit untuk dideteksi, diidentifikasi dan ditangani dibanding hoaks. Namun, arus literasi digital yang tersedia cenderung lebih terkonsentrasi pada bentuk literasi yang hitam-putih: membedakan mana fakta dan bukan. Sementara itu, post-truth cenderung berada di area abu-abu antara fakta dan bukan fakta, yang cara kerjanya menggunakan eksploitasi prejudis seseorang berdasarkan ideologi, logika kelompok, klaim moral, dan aspek-aspek lain di luar fakta ataupun non-fakta. Proses literasi memang perlu bertahap menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, adalah penting untuk menyempurnakan model literasi kita pada pendekatan yang mampu memitigasi modus operandi post-truth. Untuk tujuan tersebut, tulisan ini akan dibagi menjadi dua bagian utama, yakni peta anatomi dan literasi post-truth. Pembahasannya akan akan dibagi menjadi empat sub. Pertama, klasifikasi kebenaran; kedua, dimensi post-truth; modus manipulasi pos-truth; dan model literasi post-truth. Tulisan ini menyimpulkan bahwa, post-truth dapat ditangani, atau setidaknya diminimalisir, bila individu telah memiliki sensitivitas terhadap penyalahgunaan bahasa, kedisiplinan dalam logika ilmiah, sensitivitas dalam mengenali pengaruh ekologi media, peka terhadap bias ideologis yang dimilikinya, dan punya ketelitian dalam melakukan penafsiran.
Nyaman dan Aman ketika Bermain di Ruang Digital Rita Gani; Citra Rosalyn Anwar
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital Volume 2, No. 2, Desember 2022 Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital (JRJMD)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrjmd.v2i2.1365

Abstract

Abstract. The digital space promises a lot of "toys" for human life today, especially since 2020 when the Covid 19 pandemic hit the country because many activities have shifted to the virtual world, which relies on the internet network. The development of internet penetration in the country figures shows a significant number to prove the current high internet users. The We Are Social Hootsuite data released last January 2021 revealed that currently there are around 274.9 million internet users in Indonesia, and 170 million people are media users, social. However, not all internet users behave well in the digital world and do not even have the critical power to choose what to share in the public sphere. This lack of awareness has led to many crimes in the digital world, in some cases due to uploading personal data in public spaces such as social media. Therefore, it is necessary to protect personal data and other digital, because it is part of the concept of Empowering the Internet that is one of the themes of the Contagious Reason Program. With a descriptive method that emphasizes the process of data exposure and observation, this paper can be part of the knowledge of internet users, especially regarding the protection of personal data. Abstrak. Ruang digital menjanjikan banyak “mainan” untuk kehidupan manusia saat ini, terutama semenjak tahun 2020 lalu saat pandemic Covid 19 melanda negeri, karena banyak aktivitas yang berpindah ke dunia virtual, yang mengandalkan jaringan internet. Perkembangan angka penetrasi internet di tanah airpun menunjukkan angka yang signifikan untuk membuktikan tingginya pengguna internet saat ini setidaknya data hotsuit we are social yang dirilis Januari 2021 lalu mengungkap bahwa saat ini ada sekitar 274,9 juta pengguna internet di Indonesia dan 170 juta jiwa merupakan pengguna media sosial. Namun tidak semua pengguna internet berperilaku baik di dunia digital, bahkan tidak mempunyai daya kritis untuk memilih apa saja yang harus dibagikan di ruang publik. Kurangnya kesadaran ini memicubanyaknya tindak kejahatan di dunia digital, beberapa kasus karena unggahan data pribadi di ruang publik seperti media sosial. Karena itu, melindungi data pribadi dan data digital lainnya menjadi perlu dilakukan, karena bagian dari konsep Berdaya Internet yang menjadi salah satu tema dari Program Tular Nalar. Dengan metode deskriptif yang menekankan pada proses paparan data dan pengamatan, maka tulisan ini bisa menjadi bagian pengetahuan dari pengguna internet, khususnya terkait perlindungan data pribadi.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Rafiud Ilmudinulloh
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital Volume 2, No. 2, Desember 2022 Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital (JRJMD)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrjmd.v2i2.1366

Abstract

Abstract. This study aims to: 1) describe the implementation of project-based learning model, 2) analyze students' critical thinking ability through the results of the final test, and 3) identify supporting and inhibiting factors of project-based learning model in developing students' critical thinking ability. This study uses a qualitative descriptive method with data collection technique consisting of interviews, participatory observation, and documentation. The collected data is analyzed through three stages, namely data reduction, data presentation, and conclusions. Data are validated using triangulation of data sources and methods. The results of this study indicate that 1) the planning of a project-based learning model includes the preparation of the Semester Learning Plan (RPS), the provision of the LMS (Learning Management System), the formulation of a learning contract, and the determination of assessment qualification. 2) The implementation of project-based learning models includes the use of google classroom, giving final project, and the use of lecturing, discussion, and Q&A methods 3) assessment of project-based learning models consisting of formative evaluation and summative evaluation, and 4) average thinking ability students' critical thinking is at a fairly critical level. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran berbasis proyek, menganalisi kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui hasil penilaian tugas akhir semester, dan mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat model pembelajaran berbasis proyek dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang terdiri atas wawancara, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Data terkumpul dianalisi melalui tiga tahapan yakni reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Data divalidasi menggunakan triangulasi sumber data dan metode. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 1) perencanaan model pembelajaran berbasis proyek meliputi penyusunan RPS (Rencana Pembelajaran Semester), penyediaan LMS (Learning Management System), perumusan draf kontrak perkuliahan, dan penetapan kualifikasi penilaian. 2) Pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek meliputi pemanfaatan google classroom, pemberian proyek akhir perkulihan, dan penggunaan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab 3) penilaian model pembelajaran berbasis proyek terdiri atas evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, dan 4) kemampuan rata – rata berpikir kritis mahasiswa berada pada level cukup kritis.
Penggunaan Meme Sejarah di Jejaring Sosial untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah Masyarakat Indonesia Samudra Eka Cipta; Rinto Budi Santosa
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital Volume 2, No. 2, Desember 2022 Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital (JRJMD)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrjmd.v2i2.1368

Abstract

Abstract. Social network users in Indonesia today show a very significant increase, smartphones have become part of the lifestyle of modern society. This condition provides an opportunity for the use of memes to socialize historical treasures. The purpose of writing this paper is 1) Knowing the opportunities for utilizing the spread of historical memes on social networks, 2) Knowing how to create historical memes, 3) Knowing the technical distribution of historical memes to socialize history. The expected benefit of the preparation of this paper is to provide knowledge, understanding, and motivation to learn history in the community through the dissemination of memes on social networks. Through laptops or smartphones nowadays, memes can be produced by anyone, anytime, even from anywhere. When a historical meme is spread on social networks, it will immediately have a chain effect in its spread. At this moment, netizens who come from various backgrounds will see and read it, with it automatically understanding the historical aspect will take place, memory will even allow netizens to actively participate in the creation of new historical memes which will also be distributed on social networks. With this way of working, memes will have a broad impact on social network users. How to produce historical memes today is very diverse, one of them is by using the Meme Maker application, just by downloading it on the Playstore via a smartphone, the user just needs to edit the image and writing through the available features, save it, and so on, the meme is ready to be spread on social networks. . Steps in socializing historical memes on social networks are done by sharing (spreading), strengthening through comments, dialogue (exchanging ideas), inviting and even motivating social network users to become historical information influencers for the wider community. The conclusion is that through the production and dissemination of historical memes on social networks, it can be used effectively and efficiently to promote historical treasures to the wider community. Recommendations need to be raised to create and disseminate historical memes nationally. Abstrak. Pengguna jejaring sosial di Indonesia masa kini menunjukan peningkatan yang sangat signifikan, smartphone telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern. Kondisi ini memberikan peluang bagi pemanfaatan meme untuk memasyarakatkan khasanah kesejarahan. Tujuan penulisan makalah ini adalah 1) Mengetahui peluang pemanfaatan penyebaran meme sejarah di jejaring sosial, 2) Mengetahui cara membuat meme sejarah, 3) Mengetahui teknis penyebaran meme sejarah untuk masyarakatkan sejarah. Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah memberi pengetahuan, pemahaman, dan motivasi untuk belajar sejarah pada masyarakat melalui penyebaran meme di jejaring sosial. Melalui laptop atau smartphone saat ini meme bisa diproduksi oleh siapa saja, kapan saja, bahkan dari mana saja. Ketika suatu meme sejarah disebarkan di jejaring sosial, akan segera memberi efek berantai dalam persebaranya. Pada momen inilah nitizen yang berasal dari berbagai latar belakang akan melihat dan membacanya, dengannya maka secara otomatis pemahaman aspek kesejarahan akan berlangsung, termemori bahkan memungkinkan nitizen akan ikut aktif untuk pembuatan meme-meme sejarah baru yang juga akan di sebarkan di jejaring sosial. Dengan cara kerja seperti inilah meme akan memberikan dampak yang luas bagi penguna jejaring sosial. Cara memproduksi meme sejarah saat ini sangat beragam, salah satunya dengan menggunakan aplikasi Meme Maker, hanya dengan mengunduhnya di playstore melalui smartphone, maka pengguna tinggal mengedit gambar maupun tulisan melalui fiture yang tersedia, menyimpannya, dan seterusnya meme sudah siap untuk di tebar di jejaring sosial. Langkah dalam memasyarakatkan meme sejarah di jejaring sosial dilakukan dengan mengeshare (menyebarkan), menguatkan melalui komentar, dialog (bertukar pikiran), mengajak dan bahkan memotivasi pengguna jejaring sosial untuk menjadi infuencer informasi kesejarahan bagi masyarakat secara lebih luas lagi. Simpulan, bahwa melalui produksi dan menyebarkan meme sejarah di jejaring sosial dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk memasyarakatkan khasanah sejarah pada masyarakat luas. Rekomendasi perlunya dimunculkan gerakan membuat dan menyebarkan meme sejarah secara nasional.
Dongeng Online Interaktif Yanuar Rahman
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital Volume 2, No. 2, Desember 2022 Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital (JRJMD)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrjmd.v2i2.1369

Abstract

Abstract. Storytelling is one of the most important activities to stimulate children's cognitive, affective, and psychomotor development. The form of the storytelling process that is quite popular is through fairy tales, which is also a way of conveying information, messages, and values ​​verbally. Storytelling activities during the pandemic can be done online. One of the communities that is actively holding online storytelling activities during this pandemic is Familia Kreativa, an educational community in Bandung which has held 12 online storytelling sessions within a period of six months. The process of online storytelling is quite different as it is divided into three segments. First, the opening which consists of the process of introduction, singing, and the formation of initial interactions. The second segment is the main event. The last is the interactivity segment, in this session participants are invited to interact actively using digital activity sheets that are worked on and reviewed together through video conference. The method in this study uses a qualitative descriptive approach, with several data collection techniques, such as literature study, observation and interviews involving organizers and participants. The conclusion of this study illustrates that the online storytelling process can be made in various ways of interactivity to make it more interesting so that it can increase the interaction between storytellers and participants. Abstrak. Kegiatan bercerita kepada anak-anak merupakan salah satu aktivitas yang cukup penting untuk menstimulus perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor mereka. Bentuk proses bercerita yang cukup populer dan kerap dilakukan adalah melalui dongeng, yang juga merupakan cara untuk menyampaikan informasi, pesan-pesan dan nilai-nilai secara verbal. Kegiatan mendongeng pada masa pandemi bisa dilaksanakan secara daring. Salah satu komunitas yang aktif mengadakan kegiatan mendongeng secara daring selama pandemi ini adalah Familia Kreativa, sebuah komunitas keluarga kreatif di Bandung yang telah mengadakan 12 kali sesi mendongeng secara daring dalam periode enam bulan. Proses mendongeng daring ini tergolong berbeda karena dibagi dalam tiga segmen. Pertama, pembukaan yang terdiri dari proses perkenalan, bernyanyi, dan menjalin interaksi awal. Segmen kedua adalah acara inti, yakni mendongeng. Segmen terakhir adalah segmen interaktivitas, pada sesi ini peserta diajak aktif berinteraksi dengan menggunakan lembar aktivtitas digital yang dikerjakan dan diulas bersama-sama melalui aplikasi video konferensi. Metode pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan beberapa teknik pengumpulan data, seperti studi literatur, observasi dan wawancara yang melibatkan penyelenggara dan peserta. Kesimpulan dari penelitian ini menggambarkan bahwa proses mendongeng secara daring dapat dibuat dalam beragam variasi interaktivitas untuk membuatnya lebih menarik dan tidak membosankan sehingga dapat meningkatkan interaksi antara pendongeng dengan peserta.
Membangun Budaya Kolaborasi Digital Melalui Fandom: Kasus Indonesian Dears with Love Nuril Hidayah
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital Volume 2, No. 2, Desember 2022 Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital (JRJMD)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrjmd.v2i2.1370

Abstract

Abstract. In the recent years, fandom has gained its own place in the study of cultural changes that occur as a result of digital transformation. On the one hand, psychological features underlining fandom relation have become the motor that drives acceleration of digital skill adaptation. On the other hand, digital transformation also encourages changes in the fandom from old pattern of relationships that are dyadic to triadic. For fandom of international figures, this triadic relationship pattern has resulted in various digital collaboration initiatives at international and local levels. In the context of Indonesia, which is currently promoting a digital culture that is Indonesian-ish in nature, it will be very interesting to see how international fandom localizes its triadic digital collaboration culture. Indonesian Dears with Love is a very interesting case because it clearly states its vision of joining cultural diplomacy. This study seeks to reveal various aspects of digital fandom collaboration using a qualitative virtual ethnographic approach. The data is gathered using various ways ranging from participatory observation, FGD, email correspondence, and autoetnography. The study found that that the culture of digital participation and collaboration in the fandom community plays a major role in motivating members to improve their digital skills. This study also shows that effective digital participation and collaboration in the fandom community can be carried out due to the canon and its values ​​as a social binder, human resources with appropriate capacities and interests, as well as the existence of shared values ​​that guide the process of interaction and communication in the collaboration. Abstrak. Dalam beberapa tahun terakhir, fandom telah mendapatkan tempat tersendiri dalam studi tentang perubahan budaya yang terjadi sebagai akibat dari transformasi digital. Di satu sisi, fitur psikologis yang menggarisbawahi hubungan fandom telah menjadi motor yang mendorong percepatan adaptasi keterampilan digital. Di sisi lain, transformasi digital juga mendorong perubahan fandom dari pola hubungan lama yang dyadic menjadi triadic. Bagi fandom tokoh internasional, pola hubungan triadik ini telah melahirkan berbagai inisiatif kolaborasi digital di tingkat internasional dan lokal. Dalam konteks Indonesia yang saat ini sedang menggalakkan budaya digital yang bersifat keindonesiaan, akan sangat menarik untuk melihat bagaimana fandom internasional melokalisasi budaya kolaborasi digital triadiknya. Indonesian Dears with Love merupakan kasus yang sangat menarik karena dengan jelas menyatakan visinya untuk bergabung dengan diplomasi budaya. Penelitian ini berusaha mengungkap berbagai aspek kolaborasi fandom digital menggunakan pendekatan etnografi virtual kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara mulai dari observasi partisipatif, FGD, korespondensi email, dan autoetnografi. Studi ini menemukan bahwa budaya partisipasi dan kolaborasi digital dalam komunitas fandom memainkan peran utama dalam memotivasi anggota untuk meningkatkan keterampilan digital mereka. Kajian ini juga menunjukkan bahwa partisipasi dan kolaborasi digital yang efektif dalam komunitas fandom dapat dilakukan karena kanon dan nilai-nilainya sebagai pengikat sosial, sumber daya manusia dengan kapasitas dan minat yang sesuai, serta adanya nilai-nilai bersama. yang memandu proses interaksi dan komunikasi dalam kolaborasi.
Kampanye Budaya Beberes di Media Sosial Instagram Refi Maulana Yusuf; Dadi Ahmadi
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital Volume 2, No. 2, Desember 2022 Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital (JRJMD)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrjmd.v2i2.1530

Abstract

Abstract. This study discusses the culture of beberes campaign in Kentucky Fried Chicken in introducing self service facilities. The lack of concern for cleanliness is still a big problem in Indonesia, because of the lack of awareness of the importance of cleanliness which is not owned by everyone. Therefore, KFC as a fairly large fast food restaurant began to introduce self service through a campaign called Beberes Culture. The campaign which contains responsibility for the used food containers to be disposed of in its place, wants to restore an independent Indonesian culture and care for the cleanliness of the surrounding environment. There needs to be a campaign media that is capable of carrying out this activity, one of the media chosen by KFC is through Instagram @kfcindonesia. Don't forget to put a hash mark on each upload that says "culture is fine," both in the writing column and also in some image uploads. This study uses a qualitative research method with a descriptive approach. Data collection techniques in this study were in the form of observation, interviews with 2 informants and literature study. By using analysis techniques and source triangulation. The results of this study found that the cultural campaign was wrong which was carried out by KFC through several stages such as planning, implementation, obstacles and evaluation. Planning is done by compiling the goals to be achieved, how to convey and the content of the message to be conveyed. The campaign is carried out through social media, KFC outlets and environmental care activities. The obstacles that occur are the pros and cons of the community regarding the cultural campaign. Evaluation is done by asking directly to consumers about the assessment of the culture campaign beberes. Abstrak. Penelitian ini membahas mengenai kampanye budaya beberes di Kentucky Fried Chicken dalam memperkenalkan fasilitas self service. Masih kurangnya kepedulian terhadap kebersihan masih menjadi sebuah permasalahan yang cukup besar di Indonesia, karena minimnya kesadaran akan pentingnya kebersihan yang belum di miliki oleh semua orang. Oleh karena itu KFC sebagai restoran cepat saji yang cukup besar mulai memperkenalkan self service (pelayanan sendiri) melalui kampanye yang bernama Budaya Beberes. Kampanye yang berisi tentang tanggungjawab terhadap bekas makan yang telah digunakan untuk dibuang pada tempatnya, ingin mengembalikan budaya Indonesia yang mandiri dan peduli terhadap kebersihan di lingkungan sekitarnya. Perlu adanya media kampanye yang mempuni untuk melakukan kegiatan ini, salah satu media yang dipilih oleh pihak KFC adalah melalui instagram @kfcindonesia. Disetiap unggahannya tidak lupa diberikan tanda pagar yang bertuliskan budayabeberes, baik di kolom tulisan dan juga di beberapa unggahan gambar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualtatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa observasi, wawancara terhadap 2 informan dan studi pustaka. Dengan menggunakan teknik analisis dan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa kampanye budaya beberes yang dilakukan oleh KFC melalui beberapa tahapan seperti perencanaan, pelaksanaan, hambatan dan evaluasi. Perencanaan dilakukan dengan menyusun tujuan yang ingin dicapai, cara menyampaikan dan isi pesan yang ingind disampaikan. Pelaksanaan kampanye dilakukan melalui media sosial, gerai KFC dan kegiatan peduli lingkungan. Hambatan yang terjadi adanya pro-kontra masyarakat mengenai kampanye budaya beberes. Evaluasi dilakukan dengan menanyakan langsung kepada konsumen mengenai penilaian terhadap kampanye budaya beberes.