cover
Contact Name
Anwar Dani
Contact Email
a.anwar.d@gmail.com
Phone
+6281935136228
Journal Mail Official
a.anwar.d@gmail.com
Editorial Address
LPPM UIN Raden Mas Said Surakarta Jl. Pandawa Pucangan Kartasura Sukoharjo Jawa Tengah
Location
Kab. sukoharjo,
Jawa tengah
INDONESIA
BUANA GENDER : Jurnal Studi Gender dan Anak
ISSN : 25278096     EISSN : 2527810X     DOI : https://doi.org/10.22515/
Core Subject : Humanities, Social,
BUANA GENDER: Jurnal Studi Gender dan Anak aims to serve any academic writing on gender and children issues. Gender and children have global issues because of geographical regions, disciplines, and social and cultural contexts. Buana Gender publishes theoretical and empirical articles, reviews and scholarly notes on social and culture towards gender and children, with a focus on their right and generational position in global society. Even though this journal held by Islamic Institute, the article published would not only refer to Islamic perspective but also to various topic about gender and children. The detail of published articles in Buana Gender has specific criteria that will be elaborated below: Gender: empowering woman, LGBTQ issues, behaviorism, etc. Children: childhood issues, child education, child abuse, etc. Buana Gender openly welcomes researcher, lecturer, students, and practitioners to submit the best academic writing that correspond to above topics.
Articles 96 Documents
Meruntuhkan Budaya Kuasa dan Kekerasan pada Anak: Belajar dari Ki Hadjar Dewantara Muhammad Andi Hakim
BUANA GENDER : Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 1 (2016)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (926.451 KB) | DOI: 10.22515/bg.v1i1.64

Abstract

AbstractThis research investigates the cultural power and violence to children in education and parenting activity. The theory of education developed by Ki Hadjar Dewantara is used to analyze the problem of the research. The data of this research were taken from the Ki Hajar’s book and the violence contemporary condition that flourish to children. The steps in analyzing the data were first: taking literatures about violence and Ki Hadjar’s theory, second: reading the texts in the book, third: identifying the cultural violence to children in their life, and fourth, formulating a concept model on education which friendly for children. The results of the analysis show that some thoughts of Ki Hadjar can be implemented to solve the cultural power and violence on the education and parenting activity. By applying Pancadharma, Trisaksi Jiwa, Tri Nga, Leadership Trilogy and Among pattern can give the better life for children.Keywords: Violence, Culture, Parenting, Education AbstrakPenelitian ini mengkaji budaya kuasa dan kekerasan pada anak dalam pendidikan dan pola pengasuhan orang tua. Pemikiran, ajaran, fatwa dan falsafah pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara menjadi teori yang digunakan untuk membedah permasalahan dalam penelitian. Data penelitan berasal dari uraian buku pemikiran Ki Hadjar dan keadaan kontemporer kekerasan yang marak terjadi pada anak. Tahapan dalam analisis data yang dilakukan  diantaranya studi literatur tentang budaya kekerasan dan pemikiran pendidikan Ki Hadjar, membaca teks dalam buku yang dikaji, mengidentifikasi budaya kekerasan pada anak dalam kehidupanya, dan memformulasikan konsep model untuk pendidikan ramah anak. Hasil telaah yang dilakukan menunjukan bahwa pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara dapat diimplementasikan untuk meruntuhkan budaya kuasa dan kekerasan pada anak dalam pendidikan dan pola pengasuhanya. Dengan menerapkan ajaran dan fatwa, Pancadharma, Trisaksi Jiwa, Tri Nga, Trilogi Kepemimpinan dan pola among dapat menjadikan kehidupan anak menjadi lebih baik.Kata Kunci: Kekerasan, Budaya, Pola Asuh & Pendidikan
Konsepsi Kepemilikan dan Pemanfaatan Hak atas Tanah Harta Bersama antara Suami Istri Layyin Mahfiana
BUANA GENDER : Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 1 (2016)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (916.42 KB) | DOI: 10.22515/bg.v1i1.65

Abstract

AbstractArticle 9 paragraph (2) of UUPA gives equality for Indonesian men and women, one of them is related to ownership, utilization of HAT whether for men or women who is given the equality in family by the law.  However in fact the wife often finds difficulties in the ownership and utilization of the land rights, especially the property and its causing factor, such as the gender inequality of the social and cultural values , which commonly gives more priority to the men than the women (patriarchal ideology);  Most of the constitutional regulation still takes the part of one gender, in other words, it does not reflect the gender equality;  Moreover the interpretation of religious lessons that are less comprehensive, contextual and holistic, or inclined to be textual and partially understood also very influence the mindset that the ownership, utilization of HAT  for women is different from the men.Keywords: wives’ rights, HAT & Collective Property Abstrak Pasal 9 ayat (2) UUPA memberi kedudukan yang sama bagi laki-laki maupun perempuan warga negara Indonesia, salah satunya berkaitan dengan kepemilikan, pemanfaatan  HAT baik laki-laki maupun perempuan yang diberi kedudukan sama oleh hukum di dalam keluarga. Tetapi di dalam kenyataannya seringkali isteri kesulitan dalam kepemilikan dan pemanfaatan hak atas tanah khususnya harta bersama faktor penyebabnya, diantaranya kesenjangan gender dalam tata nilai sosial budaya masyarakat, umumnya lebih mengutamakan laki-laki daripada perempuan (ideologi patriarki). Kebanyakan peraturan perundang-undangan yang ada masih berpihak pada salah satu jenis kelamin dengan kata lain belum mencerminkan kesetaraan gender. Selain itu, penafsiran ajaran agama yang kurang komprehensif atau cenderung tekstual dan kurang kontekstual, cenderung dipahami parsial kurang holistic juga sangat berpengaruh terhadap pola pikir bahwa kepemilikan, pemanfaatan  HAT perempuan memang berbeda dengan laki-laki.Kata Kunci: Hak Istri, HAT & Harta Bersama
Memahami Konsep Perceraian dalam Hukum Keluarga Ali Imron
BUANA GENDER : Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 1 (2016)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (898.901 KB) | DOI: 10.22515/bg.v1i1.66

Abstract

AbstractMarriage is a reunification of human characters.  Husband and wife have the same vision and mission in the marriage, one another as the bonding and unifying factors in establishing a household; there is no subordination of one another.  The husband’s domination over the wife in term of divorce or ‘thalaq’ is very strong and the wife becomes the weak side.  An existence of balance authority between husband and wife in divorce pledge authority is proper to be considered. While the divorce dispute completion is through the court process. It is necessary to reconstruct the ‘thalaq’ conceptual.  First, the divorce must be based on the crisis condition and be the last solution to get out from the household problematic.  Second, the divorce process must be discussed deliberately (syura) which is full of kinship, fairness, and put the common sense forward.  Third, that the waiting period ‘iddah’ prescribed in Islam is more oriented to the divinity and humanity values.  Fourth, prohibition not to go out from the house for mu’taddah is basically not the syari’at objective, but more focused on social moral ethic.Keywords: divorce, marriage, legal consequences AbstrakPerkawinan merupakan reunifikasi sifat kemanusiaan. Suami isteri mempunyai satu visi misi yang sama dalam perkawinan, satu dengan yang lain sebagai unsur perekat dan penyatu dalam membangun rumah tangga, satu dengan lainnya tidak ada subordinasi.Dominasi suami terhadap isteri dalam hal thalak sangat kuat dan isteri menjadi pihak yang lemah. Patut dipertimbangkan adanya kewenangan yang berimbang antara suami isteri dalam hal kewenangan ikrar cerai. Adapun penyelesaian sengketa perceraian tetap melalui proses di pengadilan. Perlu dilakukan upaya untuk merekonstruksi konseptual thalak. Pertama,  perceraian harus dilatarbelakangi oleh kondisi darurat dan merupakan solusi terakhir untuk keluar dari problematika rumah tangga Kedua, proses perceraian harus melalui pembicaraan yang mengedepankan musyawarah (syura) dengan penuh kekeluargaan, adil, dan lebih mengedepankan akal sehat. Ketiga, bahwa `iddah disyariatkan dalam Islam lebih berorientasi pada nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan. Keempat, tidak bolehnya mu`taddah keluar rumah pada dasarnya bukanlah tujuan syari`at,  tetapi lebih menyentuh pada etika moral sosial.Kata kunci: perceraian, perkawinan, akibat hukum
Pengaruh Pemberdayaan Perempuan dan Peningkatan Sumberdaya Ekonomi Keluarga Amin Kuncoro; Kadar Kadar
BUANA GENDER : Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 1 (2016)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1014.779 KB) | DOI: 10.22515/bg.v1i1.67

Abstract

AbstractThis study aims to find out the impact of women empowerment and raising the family economic resources in Sambiroto village, before and after the presence of Kelompok Usaha Bersama (KUB). Through the descriptive-quantitative approach, using quota sampling method, 50 samples were taken from 125 populations of the women in Sambiroto village. By using one sample t-test, the data showed that KUB was well utilized by the villagers as an organization or place to share their various creativities. It can be seen from the rising people’s participation. The other side, KUB was also able to give value plus to all of the villagers in Sambiroto, in term of empowering their lives. Keywords: empowerment, economic resources, and participation AbstrakPenelitian ini bertujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberdayaan perempuan dan peningkatan sumberdaya ekonomi keluarga di desa Sambiroto sebelum dan sesudah adanya kelompok usaha bersama (KUB). Dengan pendekatan deskriptif kuantitatif, dengan populasi ibu-ibu desa Sambiroto yang berjumlah 125 orang, yang ditentukan berdasarkan quota sampling, dengan uji analisis beda dua rata-rata dapat dijelaskan bahwa kelompok usaha bersama merupakan wadah atau tempat berbagi ilmu tentang pemberdayaan dan kreatifitas warga, terlihat dari indikator semakin tingginya warga yang bersedia untuk berpartisipasi. Selain itu, kelompok usaha bersama pun mampu memberikan nilai tambah bagi seluruh warga masyarakat di Desa Sambiroto Kecamatan Tayu Kabupaten Pati dalam hal peningkatan kehidupannya.Kata Kunci: pemberdayaan, sumber daya ekonomi, dan partisipasi
Regulasi Peran Maternal Perempuan Studi Analisis atas Novel Beloved Karya Toni Morrison Yuniar Fatmasari
BUANA GENDER : Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 1 (2016)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (906.079 KB) | DOI: 10.22515/bg.v1i1.70

Abstract

AbstractBasically, the body of the black woman slaves have experienced an immensely oppression whether from the economic, politic, and ideological dimensions; nevertheless, it is the ideological strategy which is believed in contributing the biggest and furthest effect so that the oppression still exists even the slavery has been abolished. During the slavery, the black woman slaves are forced to give birth as many as possible for the profit of the master. This shows that there is a control over the womb of the black woman slave. One of the strategies that the writer wants to convey in this article is the regulation on the maternal role of the black woman slaver. The individual maternal role is considered as a good strategy to conquer the body of the black woman slave so that they and the post-slavery black women are placing a disadvantage position in the social structure. Racism, sexism, class, and gender issues are assumed as the causal factors of this kind of social inequity.Keywords: individual maternal role, communal maternal role AbstrakPada dasarnya, tubuh budak perempuan kulit hitam telah mengalami opresi secara besar-besaran baik dari dimensi ekonomi, politik dan ideologi; namun demikian, strategi ideologi-lah yang dipercaya memberikan efek paling besar dan dalam sehingga opresi tetap ada bahkan meski perbudakan itu sendiri telah ditiadakan. Selama perbudakan,budak perempuan kulit hitam dipaksa melahirkan anak sebanyak mungkin untuk kepentingan profit sang majikan dan hal tersebut menunjukkan adanya kontrol terhadap rahim budak perempuan kulit hitam. Salah satu strategi yang penulis ingin kemukakan di dalam artikel ini adalah regulasi terhadap peran maternal budak perempuan kulit hitam. Peran maternal individu dianggap strategis untuk menguasai tubuh perempuan kulit hitam sehingga budak perempuan kulit hitam dan perempuan kulit hitam pasca perbudakan menempati posisi yang tidak menguntungkan di dalam struktur sosial.Wacana rasisme, seksisme, kelas dan gender diasumsikan menjadi faktor penyebab ketimpangan sosial semacam ini.Kata kunci: peran maternal individu, peran maternal komunal
Dampak Perceraian dan Pemberdayaan Keluarga Studi Kasus di Kabupaten Wonogiri Muhammad Julijanto; Masrukhin Masrukhin; Ahmad Kholis Hayatuddin
BUANA GENDER : Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 1 (2016)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (962.864 KB) | DOI: 10.22515/bg.v1i1.71

Abstract

AbstractDivorce cases nationally have increased in recent years; however this phenomenon cannot be generalized because each area has different background and culture. Based on the record of the Ministry Of Religious Affairs (Kemenag) in Wonogiri there are 10000-11000 weddings in a year on average.  From those numbers around 8-9 percent is getting divorces.  The efforts to resolve the divorce rate and family empowerment post-divorce still become the responsibility of their own. However, through Badan Amil Zakat Daerah (Bazda) the destitute family is given a sympathetic care-social assurance to build businesses and even an economic capital to help them, whether it’s a post-divorce family program or just destitute family in general. The government program does not reach on fostering harmonious ‘sakinah’ family; all are pursued by their own, while the government program is not supported by an adequate budget for the sakinah family program.Keywords: Impact of Divorce, Family EmpowermentAbstrak Kasus perceraian secara nasional dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan, namun fenomena ini tidak bisa digeneralisir karena setiap daerah mempunyai latar belakang dan budaya yang berbeda. Berdasarkan catatan Kantor Kemeterian Agama (Kemenag) di Wonogiri dalam setahun rata-rata ada 10.000-11.000 pernikahan. Dari jumlah tersebut angka perceraiannya berkisar 8-9 persen. Upaya mengatasi tingkat perceraian, pemberdayaan keluarga pasca perceraian, sementara masih menjadi tanggung jawab sendiri-sendiri, namun melalui Badan Amil Zakat Daerah (Bazda) keluarga yang fakir miskin diberikan santunan-jaminan sosial untuk usaha, bahkan diberikan modal ekonomi untuk membantu keluarga miskin, apakah itu untuk program keluarga pasca perceraian atau hanya keluarga miskin secara umum. Program pemerintah tidak sampai menyentuh bagaimana pembinaan keluarga sakinah, semuanya diupayakan sendiri, sementara program pemerintah tidak didukung oleh anggaran yang cukup untuk mendukung program keluarga sakinah.Kata Kunci: Dampak Perceraian, Pemberdayaan Keluarga
Inovasi Model Pembelajaran Apresiasi Geguritan: Studi Kasus SDN Sampangan, Kota Semarang Dian Marta Wijayanti
BUANA GENDER : Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 1 (2016)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (873.191 KB) | DOI: 10.22515/bg.v1i1.72

Abstract

AbstractThe learning activities that use only school textbooks are less effective for the students’ development. The students are also getting bored so that it requires learning innovation to enhance students' creativity. SAJAK (Satu Jam Aku Kreatif/An Hour I am Creative) game is a learning model utilizes the game as a means of achieving the learning objectives. Through this model students can write geguritan appropriate to their level of Javanese vocabulary mastery. Students can appreciate the work posted on the classroom wall magazine through written and oral. Students' appreciation of the geguritan work provides many character values to the development of motoric, cognitive, emotional, language, social, spiritual, ecological, and moral. SAJAK game can still be developed as an alternative model of innovative learning.Keywords: Game, Geguritan, Javanese AbstrakKegiatan pembelajaran yang hanya menggunakan buku paket sekolah berdampak kurang efektif bagi perkembangan siswa. Siswa juga merasa bosan sehingga membutuhkan inovasi pembelajaran yang mampu meningkatkan kreativitas siswa. Permainan SAJAK (Satu Jam Aku Kreatif) merupakan model pembelajaran memanfaatkan permainan sebagai alat mencapai tujuan pembelajaran. Melalui model tersebut siswa dapat menulis geguritan sesuai tingkat pemahamannya terhadap kosa kata kata Jawa yang dikuasai. Dari hasil karya yang ditempelkan di mading kelas siswa dapat memberikan apresiasi melalui tulisan dan lisan. Apresiasi siswa atas karya geguritan banyak memberikan nilai-nilai karakter terhadap perkembangan motorik, kognitif, emosi, bahasa, sosial, spiritual, ekologis, dan moral. Permainan SAJAK masih dapat dikembangkan menjadi alternatif model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran.Kata Kunci: Permainan, Geguritan, Jawa
Khitan Anak Perempuan, Tradisi, dan Paham Keagamaan Islam: Analisa Teks Hermeneutika Fazlur Rahman Masthuriyah Sa’dan
BUANA GENDER : Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2 (2016)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.82 KB) | DOI: 10.22515/bg.v1i2.225

Abstract

The practice of girls circumcision in Indonesian still exists these days. Though it is not as severe as the practice of circumcision in Africa and Middle East, the practice of circumcision in Indonesia is still classified as very unsophisticated: utilizing a small knife and turmeric cut at the tip of the newborn baby clitoris. This practice has been performed hereditary. Merely, in various ways, the construction of gender often cause detriment on female, since there are assumptions and beliefs on female sanctity myth. Yet this practice is very detrimental for female if it is reviewed from the medical, humanity, and social aspects. Ironically, such practice often utilized teological legitimation theorem to strengthen the root of violence against female. Employing Fazlur Rahman’s hermeneutic analysis on double movement theory, this article studied the practice of female circumcision along with tradition and religious interpretation. The result of this study is that the moral ideal aspect of the female circumcision tradition has caused detriment on female whether in medical side or woman’s rights. Subsequently, by legal aspect, the practice of circumcision is only for boys and not for girls.Praktik khitan bagi anak perempuan di daerah Nusantara masih eksis hingga sekarang, meski tidak separah seperti praktik khitan di daerah Afrika dan Timur tengah, praktik khitan di Indonesia masih tergolong sangat sederhana. Dengan menggunakan pisau kecil dan kunyit yang disayat di bibir klitoris bayi yang baru dilahirkan. Praktik tersebut telah berjalan secara turun temurun. Secara sederhana, dalam beberapa bentuk, seringkali konstruksi gender merugikan banyak kaum perempuan, karena adanya asumsi dan kepercayaan tentang mitos kesucian perempuan. Padahal praktik tersebut sangat merugikan perempuan jika ditinjau dari aspek medis, kemanusiaan dan sosial humaniora. Ironisnya, praktik yang demikian seringkali menggunakan dalil legitimasi teologis untuk menguatkan akar kekerasan terhadap perempuan. Dengan menggunakan pisau analisa hermeneutika Fazlur Rahman tentang teori gerak ganda, tulisan ini mengkaji praktik khitan perempuan dengan tradisi dan tafsir keagamaan. Adapun hasil kajian dari tulisan ini adalah bahwa aspek ideal moral dari tradisi khitan perempuan telah merugikan pihak perempuan baik dari segi medis maupun hak asasi perempuan. Kemudian secara aspek legal, praktik khitan adalah untuk anak laki-laki dan bukan kepada anak perempuan.
Peran Penerimaan Sosial terhadap Psikopatologi Perkembangan Sindrom Tourette Pada Anak Ellen Prima
BUANA GENDER : Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2 (2016)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.535 KB) | DOI: 10.22515/bg.v1i2.234

Abstract

One of the developmental psychopathology types that often occur in childhood is Tourette's syndrome which begins with mild symptoms such as mild tic movements on the face, head or hands. Tic will often arise when the children feel under pressure (stress) and their emotion is unstable. It increases simultaneously with one’s age including legs and other body parts. Tourette's syndrome may infect every one of all ethnic groups. The aim of this study was to identify and describe the role of social acceptance towards the developmental psychopathology of Tourette's syndrome in children. Therefore, this study uses a descriptive qualitative method. The results of this study indicate that the social acceptance (environment) helps a person to adapt well and be able to use his full potential, especially for the person suffering from developmental psychopathology of Tourette’s syndrome.Salah satu jenis psikopatologi perkembangan yang sering terjadi pada masa kanak-kanak yaitu sindrom tourette yang diawali dengan gejala ringan seperti gerakan tik ringan pada wajah, kepala atau tangan. Tik sering muncul jika anak merasa tertekan (stres) dan adanya ketidakstabilan emosi. Hal itu semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang yang mencakup beberapa bagian tubuh lain seperti kaki dan anggota tubuh yang lain. Sindrom tourette dapat terjadi pada setiap orang dari semua kelompok etnis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan peran penerimaan sosial terhadap psikopatologi perkembangan sindrom Tourette pada anak. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatif jenis deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan secara sosial (lingkungan) sangat membantu seseorang dalam beradaptasi dengan baik dan dapat menggunakan potensinya secara maksimal terutama bagi orang yang mengalami penyimpangan perkembangan salah satunya adalah sindrom tourette. 
Pendidikan Keluarga dalam Pemikiran Sahal Mahfudh M. Sofyan al-Nashr
BUANA GENDER : Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2 (2016)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.727 KB) | DOI: 10.22515/bg.v1i2.384

Abstract

This paper aims to reveal Sahal Mahfudh’s thought on family education. This study used an interpretative method, that is a method that uses the work of a public figure then being examined in order to grasp the meaning of the distinctively embedded notion. According to Kiai Sahal, the hope to embody benefit for other people can be achieved through the benefit of the family as the smallest unit of the society. The Maslahah family is the family whose members are able to understand their rights and obligations as equivalent as their understanding of the rights and obligations of others. A good family education has a great potential to produce a qualified generation that will provide a positive impact on the society. Family education initiated by Kiai Sahal aims at providing ‘maslahah’ to the society. One of the family education output is a child who has a noble character and manner, a ‘shalih’ and ‘akram’ individual, also a productive human.Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran Sahal Mahfudh tentang pendidikan keluarga. Untuk menguak pemikiran Kiai Sahal digunakan metode interpretatif, yakni metode yang menggunakan karya tokoh kemudian diselami untuk menangkap arti dari nuansa yang dimaksudkan tokoh secara khas. Menurut Kiai Sahal, cita-cita mewujudkan kemaslahatan umat dapat tercapai melalui maslahatnya unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga. Keluarga maslahah yaitu keluarga yang setiap anggota keluarganya mampu memahami hak dan kewajibannya setara dengan pemahamannya atas hak dan kewajiban orang lain. Pendidikan keluarga yang baik berpotensi besar menghasilkan generasi berkualitas yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Pendidikan keluarga yang digagas Kiai Sahal ditujukan untuk memberikan maslahah kepada masyarakat umum. Salah satu output dari pendidikan keluarga ialah anak dengan watak dan perilaku mulia, insan shalih dan akram, serta manusia yang produktif. 

Page 1 of 10 | Total Record : 96