cover
Contact Name
Rengki Afria
Contact Email
jurnal.kalistra@unja.ac.id
Phone
+6282268070067
Journal Mail Official
jurnal.kalistra@unja.ac.id
Editorial Address
Kampus Universitas Jambi Pinang Masak, Jln, Jambi - Ma. Bulian, KM.15 Mendalo Indah, Jambi Luar Kota, Muaro Jambi, Jambi
Location
Kota jambi,
Jambi
INDONESIA
Kajian Linguistik dan Sastra
Published by Universitas Jambi
ISSN : 29638380     EISSN : 29637988     DOI : -
Kalistra: Kajian Linguistik dan Sastra merupakan jurnal ilmiah kebahasaan dan kesastraan yang diterbitkan oleh Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi. Kalistra terbit tiga kali setahun setiap Mei, September, dan Januari. Jurnal Kalistra menerbitkan hasil penelitian ilmiah dalam kajian bahasa dan sastra yang meliputi linguistik teoretis, linguistik terapan, linguistik interdisipliner, tradisi lisan, filologi, semiotika, sastra murni, sastra terapan, sastra interdisipliner, serta sastra dan politik identitas. Setiap artikel yang dimuat di Kalistra akan melalui proses penilaian oleh peer reviewer.
Articles 79 Documents
Struktur Cerita Rakyat Kunun Puti Bensu Model Vladimir Propp Pebwike Sari; Irma Suryani; Sovia Wulandari
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23274

Abstract

Abstract This study aims to describe the functions of actors in 3 versions of the Kunun Puti Bensu folklore. The approach used in analyzing the functions of actors is based on the structure theory of Vladimir Propp's folklore which contains 31 functions of actors. The research results obtained in analyzing the functions of the perpetrators of the 3 versions of the Kunun Puti Bensu folklore based on the folklore structure theory of Vladimir Propp's model were the discovery of 20 of the 31 functions of the actors, including (β) a family member leaving the house, (γ) a prohibition uttered to the main character, (δ)Prohibition is broken, (ε)The robber tries to spy, (ζ)The robber receives a report about his enemy, (ŋ)The robber tries to deceive his prey in order to own it or possess his possessions, (θ)The prey is deceived and unknowingly helps his enemies, (А)The robber causes trouble for a family, (а) A family feels deprived and wants to have something, (Β)An accident or shortage is announced, the main character is asked or ordered, he is allowed to go or sent, (C )The seeker agrees or decides to take revenge, (↑)The main character leaves the house, (F)The main character gets a powerful agent, (G)U character first delivered, given directions to the destination or object sought, (J)The main character is injured, (I)The robber is defeated, (K)The initial accident or shortage is resolved, (↓)The main character goes home, (Rs)The main character is saved, (W) The main character gets married and ascends the throne.  Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi pelaku yang terdapat pada 3 versi cerita rakyat Kunun Puti Bensu. Adapun pendekan yang digunakan dalam menganalisis fungsi pelaku adalah berdasarkan teori struktur cerita rakyat Vladimir Propp yang memuat 31 fungsi pelaku. Hasil penelitian yang diperoleh dalam menganalisis fungsi pelaku terhadap 3 versi cerita rakyat Kunun Puti Bensu berdasarkan teori struktur cerita rakyat model Vladimir Propp adalah ditemukannya sebanyak 20 fungsi pelaku dari 31 fungsi pelaku antara lain (β)Seorang anggota keluarga meninggalkan rumah, (γ)Suatu larangan diucapkan kepada tokoh utama, (δ)Larangan dilanggar, (ε)Perampok mencoba untuk memata-matai, (ζ)Perampok menerima laporan tentang musuhnya, (ŋ)Perampok mencoba memperdaya mangsanya dengan tujuan untuk memilikinya atau memiliki kepunyaannya, (θ)Mangsanya terpedaya dan tanpa disadari membantu musuhnya, (А)Perampok menyebabkan kesusahan seorang keluarga, (а) Seorang keluarga merasa kekurangan dan ingin memiliki sesuatu, (Β)Kecelakaan atau kekurangan diumumkan, tokoh utama diminta atau diperintahkan, ia dibenarkan pergi atau di utuskan, (C)Pencari setuju atau memutuskan untuk membalas dendam, (↑)Tokoh utama meninggalkan rumah, (F)Tokoh utama memperoleh agen sakti, (G)Tokoh utama diantar, diberi petunjuk menuju ke tempat tujuan atau objek yang dicari, (J)Tokoh utama terluka, (I)Perampok dikalahkan, (K)Kecelakaan atau kekurangan awal diatasi, (↓)Tokoh utama pulang, (Rs)Tokoh utama diselamatkan, (W)Tokoh utama menikah dan menaiki tahta.
Leksikon Budaya Tradisi Besale Suku Anak Dalam Batin Sembilan di Desa Tanjung Lebar Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi, Tinjauan: Kajian Etnolinguistik Siti Maisaroh; Ade Kusmana; Julisah Izar
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23275

Abstract

Abstract This study aims to describe the cultural meaning in the Besale tradition of Suku Anak Dalam Batin Sembilan which is in the Tanjung Lebar Village Bahar Selatan District Muaro Jambi Regency. The research method is descriptive with a qualitative approach. After that the data obtained in the form of words on equipment, people, and the way/process of implementing the besale tradition. Data obtained from three informants. The techniques used to obtain data are observation, interview, listen, record and note. Then the data obtained were analyzed using the qualitative data analysis technique of the Miles and Huberman model. The results of this study are the cultural lexicon and cultural meaning of the besale Suku Anak Dalam Batin Sembilan tradition in form of names of equipment, people and ways consisting of words that use Suku Anak Dalam Malay and words that use Indonesian but with different pronunciations. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan leksikon budaya dan makna kultural pada tradisi Besale Suku Anak Dalam Batin Sembilan yang berada di kawasan Desa Tanjung Lebar Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi. Metode penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Setelah itu data yang diperoleh berupa kata pada perlengkapan, orang dan cara/proses pelaksanaan tradisi besale. Data diperoleh dari tiga informan. Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data yaitu observasi, wawancara, simak, rekam, dan catat. Kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif model Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini adalah leksikon budaya dan makna kultural dari tradisi besale Suku Anak Dalam Batin Sembilan yang berupa  nama-nama perlengkapan, orang dan cara yang terdiri dari kata yang menggunakan bahasa Melayu Suku Anak Dalam Batin Sembilan dan kata yang menggunakan bahasa Indonesia akan tetapi dengan penyebutan yang berbeda.
Kode Hermeneutik, Kode Proaretik, dan Kode Budaya dalam Transliterasi Manuskrip Kisah Raja-Raja Jambi Asmi Ayu Ning Alim; Maizar Karim; Sovia Wulandari
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23276

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga kode yaitu kode hermeneutik, kode proaretik, dan kode budaya dalam transliterasi manuskrip Kisah Raja-Raja Jambi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teori semiotika perspektif Roland Barthes. Data dalam penelitian ini berupa, kata, kalima, dan paragraf dalam transliterasi manuskrip Kisah Raja-Raja Jambi. Sumber data yang digunakan adalah manuskrip Kisah Raja-Raja Jambi yang telah disalin oleh Ngebi Sutho Dilagi Priyayi Rajo Sari, dan ditransliterasikah oleh Maizar Karim Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung 2002. Hasil penelitian ini diperoleh sebanyak 40 data dalam transliterasi manuskrip KRRJ yang terdiri dari 10 data kode hermeneutik, 17 data kode proaretik, dan 13 data kode budaya. ini menunjukkan bahwa dalam transliterasi manuskrip KRRJ terdapat kode (1) hermenenutik berupa teka-teki bentuk penundaan jawaban, bentuk jawaban sepenuhnya, dan bentuk pengacauan, (2) kode proaretik dengan serangkaian aksi dan akibat dari aksi, dan (3) kode budaya berupa aktivitas atau kegiatan tradisi, wujud budaya tata kelakuan atau norma sosial, dan wujud budaya bebrbentuk artefak atau peninggalan berupa benda hasil karya manusia. Kesimpulan Kode hermeneutik dalam transliterasi KRRJ terdiri dari bentuk teka-teki penundaan jawaban, jawaban seutuhnya, dan pengacauan. Kode proaretik terdiri dari serangkaian aksi para Raja yang pernah memimpin Jambi dan akibat dari aksinya. Sedangkan kode budaya terdiri dari wujud budaya yang sudah tidak diimplementasikan lagi dan budaya yang masih ada dan digunakan hingga saat ini. Abstract This study aims to describe three codes, namely the hermeneutic code, proaretic code, and cultural code in the transliteration of the Jambi Raja-Raja manuscript. The method used in this research is descriptive qualitative with the semiotic theory of Roland Barthes perspective. The data in this study are in the form of words, sentences, and paragraphs in the transliteration of the Jambi Kings Story manuscript. The data source used is the manuscript of the Story of the Kings of Jambi which has been copied by Ngebi Sutho Dilagi Priyayi Rajo Sari, and transliterated by Maizar Karim Postgraduate Program, Padjadjaran University, Bandung 2002. The results of this study obtained 40 data in the transliteration of the KRRJ manuscript consisting of 10 hermeneutic code data, 17 proaretic code data, and 13 cultural code data. This shows that in the transliteration of the KRRJ manuscript there are (1) hermeneutic codes in the form of puzzles in the form of delayed answers, complete answers, and confusion forms, (2) proaretic codes with a series of actions and consequences of actions, and (3) cultural codes in the form of activities. or traditional activities, cultural forms of behavior or social norms, and cultural forms in the form of artifacts or relics in the form of objects made by humans. Conclusion The hermeneutic code in the transliteration of the KRRJ consists of puzzles of delayed answers, complete answers, and confusion. The proaretic code consists of a series of actions of the Kings who once led Jambi and the consequences of their actions. While the cultural code consists of cultural forms that are no longer implemented and cultures that still exist and are used today.
Analisis Makna Referensial dan Nonreferensial dalam Umpasa Batak Toba Roslina Mariana Butarbutar; Ernanda Ernanda; Julisah Izar
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23277

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna referensial dan nonreferensial dalam umpasa Batak Toba yang terdapat dalam upacara-upacara Batak Toba yaitu dalam upacara pernikahan, kelahiran, kematian, memasuki rumah dan baptisan kudus. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa kata dalam umpasa Batak Toba yang mengandung makna referensial dan nonreferensial. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik pilah unsur penentu, wawancara, dan teknik rekam. Hasil penelitian ditemukan makna referensial dan nonreferensial sebanyak  44 umpasa. Dari 44 data umpasa ditemukan 14 data bermaknakan referensial. Referensial ialah makna yang berhubungan langsung dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Referen ataupun acuan boleh saja berupa benda, gejala, peristiwa, proses, sifat ataupun kenyataan. Adapun makna referensial yang mengacu pada benda terdapat 13 data, makna referensial yang mengacu pada sifat berjumlah 1 data. Adapun makna nonreferensial dalam penelitian ini ditemukan 8 data. Dikatakan makna nonreferensial jika kata-kata tidak memiliki acuan/referen dan kata tugas merupakan makna nonreferensial yakni seperti pada kata tugas preposisi dan konjungsi serta relative marker (penanda relatif). Dari 8 data makna nonreferensial ditemukan penghubung koordinatif pertentangan berjumlah 1. Makna referensial pada penghubung koordinatif penggabungan 3. Makna nonreferensial pada penghubung koordinatif pemilihan berjumlah 1. Makna nonreferensial pada penghubung subordinatif penyebab berjumlah 1. Makna nonreferensial pada penghubung subordinatif syarat berjumlah 1. Makna nonreferensial relative marker berjumlah 1. Adapun makna referensial dan nonreferensial ditemukan 22 data yakni makana referensial dengan preposisi ke- ada 2 data. Makna referensial dengan preposisi di- ada 1 data. Makna referensial dengan konjungsi koordinatif penggabungan ada 10 data. Makna referensial dengan konjungsi koordinatif pertentangan ada 1 data. Makna referensial dengan dengan konjungsi subordinatif tujuan ada 2 data. Makna referensial dengan relative marker (penanda relatif) ada 6 data. Jadi, dalam umpasa Batak Toba sering menggunakan makna referensial dengan konjungsi koordinatif penggabungan. Abstract This study aims to describe the referential and nonreferential meanings in the Batak Toba umpasa contained in the Batak Toba ceremonies, namely in the ceremonies of marriage, birth, death, entering the house and holy baptism. The type of research used is qualitative descriptive research. The data in this study is in the form of words in umpasa Batak Toba which contain referential and nonreferential meanings. The techniques used in this study are the determinant element sorting technique, interviews, and recording techniques. The results of the study found referential and nonreferential meanings of 44 umpasa. Of the 44 data, 14 data were found to be referential. Referential is a meaning that is directly related to the reference designated by the word. References or references may be objects, symptoms, events, processes, properties, or realities. As for the referential meaning that refers to objects, there are 13 data, the referential meaning that refers to the nature of 1 data.  As for the nonreferential meaning in this study, 8 data were found. It says a nonreferential meaning if the words do not have a reference / referent and the word task is a nonreferential meaning that is as in the word task preposition and conjunction and relative marker (relative marker). From 8 nonreferential meaning data found coordinate links of opposition totaling 1. Referential meanings on the coordinate link of merging 3. The nonreferential meanings on the coordinate link of the election amount to 1. The nonreferential meanings on the subordinative link of the cause amount to 1. The nonreferential meaning on the subordinate link of the condition amounts to 1. The nonreferential meaning of relative marker amounts to 1. The referential and nonreferential meanings found 22 data, namely referential feeds with the preposition to- there are 2 data. Referential meaning with prepositions in- there is 1 data. The referential meaning with the coordinate conjunction of the merger there are 10 data. Referential meaning with coordinate conjunction of the opposition there is 1 data. The referential meaning with the subordinative conjunction of the purpose there are 2 data. The referential meaning with relative marker (relative marker) there are 6 data. Thus, in umpasa Batak Toba often uses referential meanings with coordinate conjunctions of merging.
Variasi Leksikal Bahasa Melayu Jambi di Kecamatan Taman Rajo dan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi Tarah Imansari; Ernanda Ernanda; Rengki Afria
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23278

Abstract

Abstract This study aims to describe the forms of lexical variations and proportions found in Jambi Malay in Taman Rajo District and Sekernan District, Muaro Jambi Regency. This type of research uses qualitative and quantitative with a descriptive approach. The data used are from isolect informants with 200 Swadesh vocabularies. Data collection techniques in this study used observation techniques, interview techniques, fishing techniques, note-taking techniques, and recording techniques. The results of data analysis found 55 lexical variations from 200 Swadesh vocabularies and a percentage of 27.5% with 55 lexical variations vocabularies. The percentage shows the linguistic status, namely the difference in speech. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk variasi leksikal dan persentase yang terdapat dalam bahasa Melayu Jambi di Kecamatan Taman Rajo dan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Data yang digunakan berasal dari isolek informan dengan 200 kosakata Swadesh.  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, teknik pancing, teknik catat, dan teknik rekam. Hasil analisis data ditemukan 55 kosakata variasi leksikal dari 200 kosakata Swadesh dan persentase 27,5 % dengan 55 kosakata variasi leksikal. Persentase menunjukkan status kebahasaan yaitu perbedaan wicara.
Konstruksi Kalimat Imperatif dalam Bahasa Karo Isa Dora Perbina Br Karo; Ernanda Ernanda; Rengki Afria
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23279

Abstract

Abstract This study aims to describe the form of imperative sentence construction in the Batak Karo language. This research was conducted in April 2022. The type of research used is descriptive qualitative research. The data of this research are imperative sentences in the Batak Karo language. Data collection techniques using interview techniques, fishing techniques, and recording techniques. Data analysis uses data reduction, data presentation, and verification. The results of this study are the existence of smooth and rough speech in imperative sentences in the Batak Karo language. Of the 5 types of imperative sentences found construction, namely the imperative sentence prohibition found 3 constructions in the Batak Karo language, namely S-P-O, S-P, and P-O-S. In imperative sentences, there are 4 constructions, namely S-P-O, S-P-O-K, P-S-O-K, and P-S-O. The imperative sentence of invitation found 3 constructions namely S-P-O, S-P-K, S-P-O-K, and P-S-K. In imperative sentences, there are 3 constructions, namely S-P-O, S-P-O-K, and P-S-O-K. Imperative sentences usually have 2 constructions, namely S-P-O, and S-P-O-K. and found the construction of NP, VP, Rails, Particles, Determinants, Prepositions. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk konstruksi kalimat imperatif dalam bahasa batak karo. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2022. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini ialah kalimat imperatif dalam Bahasa batak karo. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, teknik pancing, serta teknik rekam. Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Hasil penelitian ini adalah adanya tuturan halus dan kasar pada kalimat imperatif dalam bahasa batak karo. Dari 5 jenis kalimat imperatif ditemukan konstruksi yaitu pada kalimat imperatif larangan ditemukan 3 konstruksi dalam bahasa batak karo yakni S-P-O, S-P, dan P-O-S. kalimat imperatif suruhan ditemukan 4 konstruksi yakni S-P-O, S-P-O-K, P-S-O-K, dan P-S-O. Kalimat imperatif ajakan ditemukan 3 konstruksi yakni S-P-O, S-P-K, S-P-O-K, dan P-S-K. Kalimat imperatif permintaan ditemukan 3 konstruksi yakni S-P-O, S-P-O-K, serta P-S-O-K. Kalimat imperatif biasa ditemukan 2 konstruksi yakni S-P-O, dan S-P-O-K. dan ditemukan  konstruksi NP, VP, Rel, Partikel, Determinan, Preposisi.
Makna Leksikal dan Makna Kultural pada Nama Makanan dan Peralatan dalam Upacara-Upacara Adat Batak Toba: Kajian Etnolinguistik Maya Sari Harahap; Ernanda Ernanda; Julisah Izar
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23281

Abstract

Abstract This study aims to determine the lexical and cultural meanings of food names and utensils used in Toba Batak traditional ceremonies in Simangumban District, North Tapanuli Regency. The method in this study is descriptive with a qualitative approach, while data collection techniques use observation techniques, recording techniques, interview techniques, observing techniques and note-taking techniques. While the data analysis technique uses the distribution method and the matching method. The data were obtained from informants and four types of traditional ceremonies in the Batak Toba in Simangumban District, North Tapanuli Regency became the object of his research. The results of this study are the lexical and cultural meanings of the names of the food and utensils used in the forty Toba Batak traditional ceremonies, consisting of names that use the local language. The cultural meaning obtained from the name of the food and equipment can be seen from the way it is made, how to use it, based on the ingredients and based on the characteristics of the food and equipment. The cultural meaning attached to these foods and utensils leads to hope, prayer, and the sharing of blessings. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna leksikal dan makna kultural pada nama makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara-upacara adat Batak Toba di Kecamatan Simangumban, Kabaupaten Tapanuli Utara. Metode pada penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik obeservasi, teknik rekam, teknik wawancara, teknik simak dan teknik catat. Sedangkan teknik analisis data menggunakan metode agih dan metode padan. Data diperoleh dari informan dan empat jenis upacara adat dalam Batak Toba di Kecamatan Simangumban, Kabupaten Tapanuli Utara menjadi objek penelitiannya. Hasil dari penelitian ini adalah makna leksikal dan makna kultural dari nama makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara-upacara adat Batak Toba yang berjumlah empat puluh, terdiri dari nama yang memang menggunakan bahasa daerah. Makna kultural yang diperoleh berdasarkan nama makanan dan peralatan tersebut dilihat dari cara pembuatan, cara penggunaan, berdasarkan bahan dan berdasarkan ciri dari makanan dan peralatan tersebut. Makna kultural yang terdapat pada makanan dan peralatan tersebut mengarah kepada harapan, doa dan penyampaian berkat.
Toponimi Desa-Desa di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari Monica Salestina Putri; Ade Kusmana; Julisah Izar
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23285

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengungkapkan mengenai makna-makna yang terkandung yang ada di desa-desa di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari dan menjelaskan jenis toponimi yang ada di desa-desa di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang. Penamaan suatu tempat kerap sekali memiliki nilai dan makna yang terkandung didalamnya dan perlu kita lestarikan agar terus terjaga keberadaanya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Toponimi nama desa-desa yang ada di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari dan apa saja jenis Toponimi yang ada di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data yang terdapat di dalam penelitian ini adalah toponimi desa-desa di Kecamatan Mauara Bulian Kabupaten Batang Hari. Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat asli desa-desa Kecamatan Muara Bulian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, teknik simak, teknik rekam dan teknik catat. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dari 16 desa yang ada di muara bulian memiliki makna-makna sendiri yang terkandung didalamnya. Pada penelitian ini terdapat kategorisasikan nama-nama desa yang ada di Kecamatan Muara Bulian berdasarkan beberapa pengaspekan, yang pertama yaitu aspek perwujudan, aspek kemasyarakatan dan yang terakhir yaitu aspek kebudayaan. Penelitian ini juga menjelaskan terdapat beberapa jenis toponimi yang ada pada desa di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari, yaitu Toponimi Pemberian, Toponimi Wilayah, Toponimi Vegetasi dan terakhir Toponimi Sejarah. Abstract This study aims to explain and reveal the meanings contained in villages in Muara Bulian District, Batang Hari Regency and explain the types of toponyms that exist in villages in Muara Bulian District, Batang Regency. Naming a place often has value and meaning contained in it and we need to preserve it so that its existence is maintained. The formulation of the problem in this study is how the toponymy of the names of villages in Muara Bulian District, Batang Hari Regency and what types of Toponyms exist in Muara Bulian District, Batang Hari Regency. This research is qualitative descriptive research. The data contained in this study is the toponymy of villages in Mauara Bulian District, Batang Hari Regency. The sources of data in this study were the indigenous people of the Muara Bulian sub-district. Data collection in this study used interview techniques, listening techniques, recording techniques and note-taking techniques. The results of this study explain that of the 16 villages in Muara Bulian, they have their own meanings contained therein. In this study, there are categorization of the names of villages in Muara Bulian District based on several aspects, the first is the embodiment aspect, the social aspect and the last is the cultural aspect. This study also explains that there are several types of toponymies that exist in villages in Muara Bulian District, Batang Hari Regency, namely Giving Toponymy, Regional Toponymy, Vegetation Toponymy and lastly Historical Toponymy.
Analisis Deviasi Linguistik pada Acara Komedi “Lapor Pak!” di Trans TV Adha Amelia Fitriani; Ade Kusmana; Anggi Triandana
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 2 No. 1 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v2i1.23286

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan deviasi linguistik yang ada pada acara komedi Lapor Pak! Trans7. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Sumber data utama pada penelitian ini adalah tuturan pada acara komedi Lapor Pak! di Trans7 pada tanggal 4 Maret 2022 dengan judul “Kasus investasi bodong” durasi 44 menit 10 detik, 10 Maret 2022 dengan judul “Sistem keamanan kantor lapor pak diretas” durasi 44 menit 3 detik, 16 Maret 2022 dengan judul “Komandan beri target menyelesaikan kasus” durasi 44 menit 8 detik, 18 Maret 2022 dengan judul “Hasil medical check up pasukin, Kok penyakitan?” durasi 41 menit 37 detik, dan 31 Maret 2022 dengan judul “Pasukin dimarahin komandan gara-gara ada ojol menerobos parade MotoGP” durasi 40 menit 42 detik yang ditayangkan pada Youtube Trans7. Data dalam penelitian ini diperoleh dari tuturan yang diklasifikasikan berdasarakan unsur-unsur deviasi linguistik yang ada pada acara komedi Lapor Pak! Trans7. Hasil penelitian menunjukan bahwa deviasi linguistik yang ada pada acara komedi Lapor Pak! di Trans 7, sejumlah 52 data deviasi lingusitik. Data tersebut terdiri dari 44 data deviasi fonologi, 3 data deviasi morfologi terkait permasalahan afiks, dan 5 data deviasi semantik. Abstract This study aims to describe the linguistic deviations that exist in the comedy show Lapor Pak! trans7. This research uses a descriptive method. Data collection uses the technique of observing and noting. The main data source in this study is the utterances on the comedy show Lapor Pak! on Trans7 on March 4 2022 with the title "The case of fraudulent investment" duration 44 minutes 10 seconds, March 10 2022 with the title "The security system of the report office has been hacked" duration 44 minutes 3 seconds, March 16 2022 with the title "Commander gives a target to resolve the case ” duration of 44 minutes 8 seconds, March 18 2022 with the title “Results of the medical check-up of the paramedics, why are you sick?” duration of 41 minutes 37 seconds, and 31 March 2022 with the title "Pasukin was scolded by the commander because an ojol broke through the MotoGP parade" with a duration of 40 minutes 42 seconds which was broadcast on Youtube Trans7. The data in this study were obtained from utterances that were classified based on the elements of linguistic deviation in the comedy show Lapor Pak! trans7. The results of the study show that there is a linguistic deviation in the comedy show Lapor Pak! in Trans 7, a total of 52 linguistic deviation data. The data consists of 44 phonological deviation data, 3 morphological deviation data related to affix problems, and 5 semantic deviation data.
Fungsi Pelaku dan Lingkungan Tindakan dalam Cerita Rakyat Sarolangun Roudotul Janna; Nazurty Nazurty; Dwi Rahariyoso
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 2 No. 1 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v2i1.23287

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta menguraikan kondisi dan keadaan dari identifikasi aspek-aspek fungsi pelaku, dan lingkungan tindakan yang terdapat pada masing-masing cerita rakyat Sarolangun. Metode penelitian ini berjenis kualitatif yang berbasis pada jenis data berupa satuan kalimat, dialog, narasi yang secara deskriptif akan diuraikan sesuai dengan struktur fungsi pelaku, serta lingkungan tindakan yang terdapat dalam teori struktur Vladimir Propp. Sumber data diambil dari informan yang merupakan penduduk asli daerah Sarolangun dan betul-betul memahami cerita rakyat Sarolangun. Data dalam penelitian didapat dari hasil rekaman dan transkripsi berupa cerita rakyat Sarolangun dengan judul, Putri Putik Kelumpang, Gadis Malang, Abu dan Keris Sakti, Kelakar Si Pongah, Kerbau Beranak Manusia, Si Puti dan Tuan Beruk, Dukun Cindai, dan Tipu Daya Si Kancil. Hasil penelitian yang diperoleh dalam menganalisis fungsi pelaku dan lingkungan tindakan terhadap delapan cerita rakyat Sarolangun ditemukan data sebanyak 46 fungsi pelaku serta lingkungan tindakan yang berbeda-beda disetiap cerita rakyat Sarolangun berdasarkan teori Vladimir Propp, diantaranya yaitu: Fungsi pelaku dalam cerita Putri Putik Kelumpang ditemukan sebanyak 5 fungsi pelaku  dengan 7  lingkaran tindakan, cerita Gadis Malang ditemukan sebanyak 9 fungsi dengan 4 lingkaran tindakan, cerita Abu dan Keris Sakti ditemukan sebanyak 5 fungsi pelaku dengan 1 lingkaran tindakan, cerita Kelakar Si Pongah ditemukan sebanyak 3 fungsi pelaku dengan 3 lingkaran tindakan, cerita Kerbau Beranak Manusia ditemukan sebanyak 8 fungsi dengan 3 lingkaran tindakan, cerita Putri dan Kak Beruk ditemukan sebanyak 8 fungsi pelaku dengan 3 lingkaran tindakan, cerita Dukun Cindai ditemukan sebanyak 6 fungsi pelaku dengan 4 lingkaran tindakan, cerita Tipu Daya Si Kancil ditemukan sebanyak 2 fungsi pelaku dengan 2 lingkaran tindakan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masing-masing cerita rakyat Sarolangun memiliki jumlah fungsi dan lingkungan tindakan yang beragam dengan jumlah fungsi terbanyak yaitu 9 fungsi dalam cerita Gadis Malang dan paling sedikit ditemukan 2 fungsi dalam cerita Tipu Daya Si Kancil sedangkan lingkungan Tindakan yang paling lengkap terdapat pada cerita Putri Putik Kelumpang dan paling sedikit terdapat pada cerita Abu dan Keris Sakti. Jumlah fungsi serta lingkungan tindakan yang didapat tentunya dipengaruhi oleh banyaknya aksi pelaku serta kelengkapan alur cerita sehingga kemungkinan untuk munculnya fungsi-fungsi pelaku bisa lebih banyak. Selain itu terdapat beberapa temuan yang jarang atau bahkan belum pernah terjadi dalam cerita rakyat lain. Abstract This study aims to describe and describe the conditions and circumstances of identifying aspects of the actor's function, and the action environment contained in each of the Sarolangun folklore. This research method is a qualitative type based on the type of data in the form of units of sentences, dialogues, narratives which will be described descriptively in accordance with the structure of the actors' functions, as well as the action environment contained in Vladimir Propp's structural theory. Sources of data were taken from informants who are natives of the Sarolangun area and really understand the Sarolangun folklore. The data in the study were obtained from recordings and transcriptions in the form of the folklore of Sarolangun with the title, Princess Pistil of Kelumpang, Girl of Malang, Abu and Keris Sakti, Jokes of Si Pongah, Buffalo with Human Child, Si Puti and Tuan Beruk, Shaman Cindai, and Deception of the Kancil . The research results obtained in analyzing the actors' functions and the action environment for eight Sarolangun folklore found data on 46 actors' functions and different action environments in each Sarolangun folklore based on Vladimir Propp's theory, including: 5 actor functions with 7 action circles, Malang Girl story found 9 functions with 4 action circles, Abu and Keris Sakti story found 5 actor functions with 1 action circle, Kelakar Si Pongah story found 3 actor functions with 3 action circles, story Buffaloes give birth to humans found as many as 8 functions with 3 circles of action, the stories of Putri and Kak Beruk found as many as 8 functions of actors with 3 circles of action, the story of Shaman Cindai found as many as 6 functions of actors with 4 circles of action, the story of Tipu Daya Si Kancil found as many as 2 functions of actors d ith 2 action circles. Based on the results of the study it can be concluded that each of the Sarolangun folklore has several functions and various action environments with the highest number of functions, namely 9 functions in the Malang Girl story and at least 2 functions are found in the story Tipu Daya Si Kancil while the most complete action environment is in the story Putri Pistil Kelumpang and at least in the story Abu and Keris Sakti. The number of functions and the action environment obtained is of course influenced by the number of actors' actions and the completeness of the storyline so that there are more possibilities for the appearance of the actor's functions. In addition, there are several findings that are rare or even never happened in other folklore.