cover
Contact Name
Subehan Khalik
Contact Email
ihyaussunnah@uin-alauddin.ac.id
Phone
+6282293315131
Journal Mail Official
ihyaussunnah@uin-alauddin.ac.id
Editorial Address
Jl. H.M. Yasin Limpo No. 36 Samata, Kab Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Location
Kab. gowa,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Ihyaussunnah : Journal of Ulumul Hadith and Living Sunnah
ISSN : 28091787     EISSN : 28305108     DOI : https://doi.org/10.24252/ihyaussunnah
Ihyaussunnah : Journal Of Ulumul Hadith and Living Sunnah focuses on areas in : 1. Ulumul Hadis 2. Living Hadis Peer Review Process Every manuscript submitted to Ihyaussunnah : Journal Of Ulumul Hadith and Living Sunnah is independently reviewed by at least two reviewers in the form of "peer-review". It is due to increasing the quality of articles. The decision for publication, amendment, or rejection is mostly based upon their reports/recommendations. In certain cases, the editor may submit an article for review to another, the third reviewer before making a decision, if necessary. The Editorial Team, however, reserves the right to make the final decision on the status of the manuscript with regard to publication.
Articles 19 Documents
Etika Ilmu Dalam Perspektif Hadis Darsul S Puyu; Mukhlis Muhtar; Abd Hafidz
Ihyaussunnah : Journal of Ulumul Hadith and Living Sunnah Vol 1 No 1 (2021): LIVING SUNNAH (January-June)
Publisher : Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1266.33 KB) | DOI: 10.24252/ihyaussunnah.v1i1.14030

Abstract

Supaya manusia mampu melaksanakan tugas kekhalifahan di dunia, Allah membekali manusia dengan asma’(nama-nama) ilmu pengetahun. Pengetahuan itu sendiri tidak langsung terpatri tetapi melalui proses pengembaraan belajar, sehingga mencari ilmu menjadi kewjiban setiap pribadi muslim. Hanya saja ketika seseorang telah mengenal suatu ilmu pengetahuan kadang ia semakin merunduk, kadang biasa-biasa saja atau ia menjadi sombong karena merasa lebih tahu dari orang lain. Dalam kajian hadis ternyata ada aturan-aturan yang menjadi etika seorang Ilmuan ketika hendak menemukan ilmu dan sikapnya setelah memperoleh suatu ilmu pengetahuan. Hadis-hadis tersebut tentu akan dikritisi kualitasnya singkat yaitu cukup mengomentari para periwayat yang menjadi sumber rujukan hadis tersebut.
Hadis-Hadis Dalam Fatwa MUI Rajab Rajab; Rustina Nurdin; Mustafa Rahman
Ihyaussunnah : Journal of Ulumul Hadith and Living Sunnah Vol 1 No 1 (2021): LIVING SUNNAH (January-June)
Publisher : Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1016.57 KB) | DOI: 10.24252/ihyaussunnah.v1i1.24491

Abstract

Artikel ini mengambil latar belakang fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dari sisi penggunaan hadis sebagai landasan fatwam tujuannya untuk menguji keabsahan dalil hadis yang digunakan dalam fatwa-fatwa abtara kurun waktu 1975 sampai 2003. Hasilnya ditemukan bahwa terdapat beberapa kekurangan dalam pemanfaatan argumentasi dalil tersebut dari sisi ketidak akuratan dan penggunaan hadis daif dalam berhujjah. Itu sebabnya, fatwa MUI terkadang menjadi sebuah masalah yang diterima dan tidak kurang yang ditolak. Semoga keberadaan artikel ini dapat menguatkan MUI dalam menggunakan hadis sebagai hujjah dalam fatwa mereka.
Otentisitas Hadis Muhammad Yahya; Subehan Khalik; Ahmad Ziaul Haq
Ihyaussunnah : Journal of Ulumul Hadith and Living Sunnah Vol 1 No 1 (2021): LIVING SUNNAH (January-June)
Publisher : Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (812.744 KB) | DOI: 10.24252/ihyaussunnah.v1i1.24518

Abstract

Syaikh Muhammad Nasiruddin al-Albani mencurahkan perhatian terhadap hadis-hadis yang dikutip oleh berbagai ulama hadis dan juga oleh ulama fiqih, atau yang termuat dalam berbagai artikel. al-Albani terpanggil untuk mengetahui otentisitas hadis dari segi sanad. Al-Albani melakukan Takhrij hadis al-Albani di samping mengembalikan hadis kepada sumber aslinya, juga menyertakan penilaian atas hadis tersebut dan meneliti setiap pendapat ulama mengenai perawinya dengan prinsip melihat keotentikan hadis-hadis yang ada dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim sebagai kitab kedua yang paling absah dan shahih setelah al-Quran. Sehingga ketika men-takhrij hadis yang termuat dalam kedua kitab itu, ia hanya menyebutkan letak dan nomor urutnya tanpa memberikan komentar mendetail. Kitab silsilah al-Ahadis al-dhaifah wa al maudhu’ah tersebut sebanyak 7162 hadis yang bermasalah yang termuat di dalam empat belas jilid. Jumlah tersebut dalam penilaian al-Albani dari segi otentisitas adalah kalau hadisnya bukan dhaif adalah maudhu’. al-Albani mempedomani kriteria yang telah digunakan oleh para ilmuan hadis pada umumnya, berkualitas tsiqat dengan memperhatikan penggunaan alat penghubung berkualitas tinggi yang sudah disepakati ulama’ yaitu (sami’a) yang menunjukkan adanya pertemuan diantara guru dan murid.
Kepemimpinan Perspektif Hadis Nabi saw. Tasmin Tangngareng; Zulfahmi Zulfahmi; Fathul Mujahidin al-Anshary
Ihyaussunnah : Journal of Ulumul Hadith and Living Sunnah Vol 1 No 1 (2021): LIVING SUNNAH (January-June)
Publisher : Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (795.279 KB) | DOI: 10.24252/ihyaussunnah.v1i1.24586

Abstract

Politik dunia Islam dalam suksesi kepemimpinan telah memunculkan banyak agresi politik, mulai dari demokratis sampai kepada ketegangan yang mengundang pertumpahan darah. Di balik rentetan sejarah politik kepemimpinan dalam Islam, ternyata hadis Nabi saw. telah hadir dalam memberikan strategi politik damai. Suksesi kepemimpinan yang selalu dinamis berdialog dengan kehidupan masyarakat belahan bumi manapun. Sehingga seorang pemimpin yang terpilih diharapkan mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang dipimpinnya. Eksistensi hadis Nabi saw. menjadi solusi pengangkatan seorang pemimpin, misalnya larangan meminta jabatan bagi mereka yang dianggap lemah dan tuntunan hadis mengenai hak-hak seorang pemimpin serta sikap masyarakat dalam sebuah kepemimpinan
Rekonstruksi Epistemologi Fiqh Al-Hadis: Upaya Memahami Fiqh Al-Hadis Muhammadiyahamin Amin
Ihyaussunnah : Journal of Ulumul Hadith and Living Sunnah Vol 1 No 2 (2021): ULUMUL HADITH (July-December)
Publisher : Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.511 KB) | DOI: 10.24252/ihyaussunnah.v1i2.28406

Abstract

Rekonstruksi epistemologi Fiqh al-Hadis dalam konteks ini diharapkan menjadi alternatif dalam memandang persoalannya secara komprehensif. Oleh karena epistemologi hadis terletak pada pemahaman hadis maka penafsiran ulang suatu hadis sesuai dengan konteksnya, berarti menemukan kembali dimensi epistemologi yang baru. Tentu saja, pemikiran ini potensial akan menimbulkan kontroversi. Dalam hal ini, perlu adanya kedewasaan sikap. Keteladanan Nabi yang dengan arif menyikapi ikhtilaf al-hadis, dalam arti, perbedaan para sahabat beliau dalam memahami pesan yang disampaikan, sejatinya diikuti. Kepada yang kontra rekonstruksi bisa dikatakan, “Kamu telah memahami hadis secara tepat.” Dan kepada yang pro rekonstruksi bisa dikatakan, “Kamu mendapatkan pahala”. Bukankah orang yang melakukan ijtihad itu tetap mendapatkan pahala, meskipun ijtihadnya salah.
Non-Muslims in The Nation-State: The Medina Charter as a Prototype for Islamic Wasathiyah Implementation in Indonesia Zulfahmi Alwi
Ihyaussunnah : Journal of Ulumul Hadith and Living Sunnah Vol 2 No 1 (2022): LIVING SUNNAH (January-June)
Publisher : Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.184 KB) | DOI: 10.24252/ihyaussunnah.v2i1.28431

Abstract

In recent years, rampant intolerant cases have damaged Indonesia's religious image in various forms and waned national commitment. Starting with the refusal of non-Muslims to live in certain areas and the rejection of the establishment of houses of worship for certain religions, it is clear that religious freedom in Indonesia requires serious attention in order to implement wasathiyah values in Indonesia. This paper seeks to provide an understanding of non-Muslims in the nation-state, the Medina Charter as the Prophet's political strategy in realizing national commitment to become a model for the implementation of wasathiyah values ​​in Indonesia. This paper uses a qualitative approach with data collection techniques through a literature study. The results of this study indicate that at least it can be understood that when the Prophet initiated the Medina Charter as a political policy and strategy in realizing national commitment, it could be used as a model for implementing wasathiyah values ​​in Indonesia. The substance of the Medina Charter guarantees the social, political, religious, and cultural rights of the community to realize the unity and integrity of the nation, which is part of the national commitment that must be maintained and cared for properly. In addition, the values ​​contained in the Medina Charter are the values ​​taught in Islam and are in line with the spirit of national commitment in Indonesia. Therefore, the results of this research hopefully can contribute to rebuilding the spirit of togetherness and diversity in the Unitary Republic of Indonesia (NKRI)
Sistem Isnad Dan Kriteria Kesahihan Hadis La Ode Ismail Ahmad; Muhammad Tonang; Andi Rasdiyanah
Ihyaussunnah : Journal of Ulumul Hadith and Living Sunnah Vol 1 No 1 (2021): LIVING SUNNAH (January-June)
Publisher : Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.929 KB) | DOI: 10.24252/ihyaussunnah.v1i1.28573

Abstract

Tulisan ini membahas tentang sistem isnad dan kriteria kesahihan hadis. Sistem isnad merupakan identitas sebuah pernyataan untuk dinilai sebagai pernyataan kenabian. Keberadaan sanad menjadi unsur keberlangsungan dari agama ini yang terformulasikan dalam hadis-hadis Nabi sebagai sumber syariat agama selain al-Qur'an. Kesahihan sebuah hadis ditentukan oleh kualitas sanad dan matan yang berangkat dari kriteria hadis sahih yang mencakup sanad bersambung, periwayat dhobit, adil, tidak terdapat syuzuz, dan illah.
Silsilah Al-Żahāb Dalam Ṣaḥīḥ Al-Bukhārī Subehan Khalik Umar; Mujaddid Ansari
Ihyaussunnah : Journal of Ulumul Hadith and Living Sunnah Vol 1 No 2 (2021): ULUMUL HADITH (July-December)
Publisher : Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.433 KB) | DOI: 10.24252/ihyaussunnah.v1i2.28907

Abstract

Silsilah al-żahab or the golden path of narration is a theoretical development of aṣaḥ al-asānīd. This theory was born on the basic assumption that in the transmission of hadith there are several figures from the companions, tabi'in and tabi' tabiin who are proven to have several narrations in one series. Qualitative methods are used to reassess the level of validity of the narration pathways in question and make the opinions of scholars in the book of rijāl al-ḥadīṡ a benchmark for assessment. It was found that Imām al-Bukhārī had established the genealogy of narration which his successors knew as aṣaḥ al-asānīd or silsilah al-żahab. Of course, the existence of this lineage of al-żahab does not deny the strict conditions in assessing the validity of a narration. Imam al-Bukhārī has set the conditions for muāsyarah between teachers and students in terms of receiving and giving history and instead on the situation of the relationship between teacher and student in the form of face-to-face and social interaction.
Pergeseran Pemikiran Hadis: Ijtihad Al-Hakim Dalam Menentukan Status Hadis Karya M. Abdurrahman La Ode Ismail Ahmad; Muhammad Tonang; Abustani Ilyas
Ihyaussunnah : Journal of Ulumul Hadith and Living Sunnah Vol 2 No 1 (2022): LIVING SUNNAH (January-June)
Publisher : Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.87 KB) | DOI: 10.24252/ihyaussunnah.v2i1.29374

Abstract

Pemikiran tentang hadis mengalami perkembangan dari masa ke masa dengan munculnya para ulama hadis dengan kontribusi masing-masing. Salah satu ulama yang berjasa dalam pemikiran hadis adalah Imam al-Hakim yang menjadi fokus kajian Dr. Abdurrahman dalam disertasinya untuk meraih gelar doktor di IAIN (kini UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut M. Abdurrahman, al-Hakim memiliki posisi khusus dalam bidang ilmu hadis dengan karya yang memberikan kontribusi yang tidak sedikit kepada karya ulama sesudahnya, baik langsung maupun tidak langsung. Olehnya itu, tidak mengejutkan jika al-Bayhaqi, al-Baghdadi, Ibn Atsir, Qadhi Iyadh, Ibn Jawzi, Ibn Shalah, al-Dzahabi, al-Iraqi, al-Asqalani dan ulama generasi selanjutnya tidak lepas dari karya-karya generasi sebelumnya termasuk al-Hakim, baik sebagai penguat maupun sebagai skala perbandingan atau bahkan kritikan.
Metodologi Al-Albānī Dalam Menetapkan Keṡaḥīhan Hadis Atas Kitab Silsilah Al-Ṡaḥīḥah Muhammad Rafi’iy Rahim; Muhammad Ismail Maggading
Ihyaussunnah : Journal of Ulumul Hadith and Living Sunnah Vol 1 No 2 (2021): ULUMUL HADITH (July-December)
Publisher : Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (588.684 KB) | DOI: 10.24252/ihyaussunnah.v1i2.29430

Abstract

The authenticity of the hadith is not the same as the authenticity of the Qur'an, where the Qur'an has received direct legitimacy from Allah SWT. In contrast to the hadith, it takes a lot of in-depth research to see how the quality of the hadith is both in terms of its sanad and meaning. There have been many hadith experts who have tried to mix various methods in order to maintain the existence of the hadith itself. Among the many experts, al-Albānī is one of them who devoted most of his life to exploring the system that applies in the study of hadith. As a lover of hadith, al-Albani does not necessarily accept the hadith he reads even though they have been studied previously. This caution is what makes al albāni create his own method, although it cannot be denied that al albān's method is not much different from the methods of his predecessors

Page 1 of 2 | Total Record : 19