cover
Contact Name
Yudi Hendrilia
Contact Email
lenteranusantara405@gmail.com
Phone
+6282138755314
Journal Mail Official
lenteranusantara405@gmail.com
Editorial Address
Jln. Kyai Sono, No. 2, Kelurahan Genuk-Ungaran - Kabupaten Semarang, Prov. Jawa tengah
Location
Kab. semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Lentera Nusantara
ISSN : -     EISSN : 28296281     DOI : https://doi.org/10.59177/jls.v2i2.177
Jurnal Lentera Nusantara adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh STT Kanaan Ungaran. Jurnal Lentera mempublikasikan artikel ilmiah dalam bidang Teologi dan Pendidikan Agama Kristen baik hasil penelitian lapangan maupun kajian konseptual yang berkaitan dengan teologi dan Pendidikan Agama Kristen. Jurnal Lentera Nusantara juga telah memiliki nomor e-ISSN yakni 2829-6281. Jurnal ini terbuka untuk penulis dari akademisi, praktisi, mahasiswa yang relevan dengan lingkup jurnal ini dengan rasio minimum 60% eksternal dan maksimum 40% internal STT Kanaan. Jurnal ini terbit dua kali dalam 1 tahun yaitu bulan Juni dan Desember. Lingkup jurnal ini adalah Pendidikan Kristen (Gereja, Sekolah, dan Keluarga) Teologi Biblika Teologi Kontekstual Teologi Sistematika
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 1 (2021): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen" : 6 Documents clear
Fenomena Persekusi Ekspresi Beragama dalam Perspektif Pendidikan Kristen Carolina Etnasari Anjaya
Jurnal Lentera Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.204 KB) | DOI: 10.59177/jls.v1i1.130

Abstract

Evangelism organized by believers in virtual social spaces has led to many reports of alleged blasphemy. This gives rise to a sense of persecution in religious expression for believers. This feeling is based on the existence of unbalanced conditions or the dominance of the majority in the freedom of expression of religious people in Indonesia. This article has a purpose, namely to provide an understanding of the main principles in evangelism and what reflections can be made from them. The method uses descriptive qualitative with literature study. Some of the principles contained include: First, the principle of evangelism cannot be separated from the teaching or education process. Second, the principle of exemplary delivery of God's word. Third, the principle of awareness and sincerity wholeheartedly. Fourth, the principle of lifelong education. Facing the phenomenon of religious expression in virtual media, there are four main things that need to be examined in depth, namely: one, whether the purpose of evangelism is truly sincere for the glory of God. Two, whether the content of the preaching is really the pure gospel. Three, whether the method or method of delivering the gospel is in accordance with the values of the Christian faith. Fourth, whether the person who conveys the word has lived his word. These four things become an absolute reflection in the organization of evangelism.AbstrakPenginjilan yang diselenggarakan umat percaya pada ruang sosial virtual menimbulkan banyak pelaporan dugaan penistaan agama. Hal ini memunculkan rasa adanya persekusi dalam ekspresi beragama bagi orang percaya. Rasa tersebut dilandasi oleh adanya kondisi yang tidak berimbang atau dominasi mayoritas dalam kebebasan berekspresi umat beragama di Indonesia. Artikel ini memiliki sebuah tujuan yaitu memberikan pemahaman prinsip utama dalam penginjilan dan refleksi apa yang dapat dibangun darinya. Metode mempergunakan deskriptif kualitatif dengan studi literatur.  Beberapa prinsip yang terkandung antara lain: Pertama, prinsip penginjilan tidak dapat dilepaskan dari proses pengajaran atau pendidikan. Kedua, prinsip keteladanan penyampai firman Tuhan. Ketiga, prinsip kesadaran dan kesungguhan sepenuh hati. Keempat, prinsip pendidikan sepanjang hayat. Menghadapi fenomena dalam ekspresi beragama di media virtual, ada empat hal utama yang perlu diperiksa secara mendalam yaitu: satu, apakah tujuan penginjilan benar-benar tulus untuk kemuliaan Tuhan. Dua, apakah konten pemberitaan adalah sungguh Injil yang murni. Tiga, apakah cara atau metode penyampaian Injil sudah sesuai dengan nilai-nilai iman Kristen. Empat, apakah diri penyampai firman sudah menghidupi perkataanya. Keempat hal tersebut menjadi refleksi yang mutlak dalam penyelenggaraan penginjilan.
Model Kepemimpinan Rohani di Era Disrupsi Paulus Kunto Baskoro; Sumbut Yermianto
Jurnal Lentera Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.77 KB) | DOI: 10.59177/jls.v1i1.135

Abstract

Leadership is a fundamental part of a life order. There is an element of leadership in all aspects of life. Leadership in the family, leadership at work, school leadership, campus leadership, state leadership and church leadership. Leadership in the church is called the era of disruption. Every era there is always something new in the concept of leadership. There is a particural challenge in leadership in the era of disruption, an era of rapid change. Spiritual leadership is expected to be able to adapt quickly to the era of disruption. Because what happens, when spiritual leadership cannot adapt and keep pace with this time, it will experience setbacks. That is why it is important to examine the Disrupotion Era Leadership Model that can answer the needs of God’s church and spiritual institutions to remain a blessing. Thus study uses a descriptive method of literature as a methos used to describe or explain research ideas. The purpose of this research is First, to understand the challenges that arise in the concept of spiritual leadership in the era of disruption. Second, find models of spiritual leadership that can answer a challenge from the era of disruption. Third, make an effective contribution for Christian leaders in the era of disruption to continue to develop themselves.AbstrakKepemimpinan menjadi bagian fundamental dalam sebuah tatanan kehidupan. Segala aspek kehidupan selalu ada unsur kepemimpinan. Kepemimpinan dalam keluarga, kepemimpinan di tempat pekerjaan, kepemimpinan sekolah, kepemimpinan kampus, kepemimpinan negara dan kepemimpinan dalam gereja. Kepemimpinan dalam gereja disebuh sebagai kepemimpinan rohani. Zaman mengalami perkembangan yang sangat cepat, dimana zaman ini disebut dengan era disrupsi. Setiap masa zaman selalu ada hal baru dalam konsep kepemimpinan. Ada sebuah tantangan khusus dalam kepemimpinan di era disrupsi, era yang mengalami perubahan secara cepat. Kepemimpinan rohani diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan cepat menghadapi era disrupsi. Sebab yang terjadi, ketika kepemimpinan rohani tidak bisa menyesuaikan diri dan berpacu dengan masa ini, maka akan mengalami kemunduran. Itu sebabnya penting untuk mengkaji Model Kepemimpinan Era Disrupsi yang dapat menjawab kebutuhan gereja Tuhan dan lembaga kerohanian untuk tetap menjadi berkat. Penelitian ini menggunakan metode diskritif literatur pustaka sebagai metode yang dipakai untuk menggambarkan atau memaparkan ide penelitian. Tujuan dari penelitian ini yaitu Pertama, memahami tantangan-tantangan yang muncul dalam konsep kepemimpinan rohani di era disrupsi. Kedua, menemukan model-model kepemimpinan rohani yang dapat menjawab sebuah tantangan di era disrupsi. Ketiga, memberikan kontribusi yang efektif bagi pemimpin Kristen di era disrupsi untuk tetap mengembangkan diri.
Pengajaran Paulus Tentang Hidup Benar dalam Kristus sebagai Dasar Tanggungjawab Melayani berdasarkan Galatia 5:1-15 Jefry Anugrah Nauman; Matius I Totok Dwikaryanto; Alam Purwoko Kristoadji
Jurnal Lentera Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.326 KB) | DOI: 10.59177/jls.v1i1.131

Abstract

The understanding of Righteous Living in Christ towards the responsibilities of God's servants in serving needs to be taught continuously to God's servants. The attitude of not carrying out responsibilities, and not helping others, shows a lack of concern, it is possible that God's servants do not understand how to live rightly with their responsibilities to serve. For this reason, the author describes Paul's teaching about righteous living as the goal in this article. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that the form of love for God is proven by maintaining God's laws, namely those contained in Galatians 5:1-15 in actualizing a devoted service to Him. God has set an example of loving humans with a love that demands nothing in return. Because of God's great love, humans should respond to God who first gave His love through the sacrifice of Jesus Christ. In order to increase love for God, the action that needs to be taken is to study and investigate God's word, while praying and realizing the truth of the word in daily life. In the life of God's servants, loving others can be done by reprimanding each other if they make mistakes.AbstrakPemahaman tentang Hidup benar di dalam Kristus terhadap tanggung jawab pelayan Tuhan dalam melayani perlu untuk diajarkan secara terus menerus kepada pelayan Tuhan. Sikap tidak melaksanakan tanggung jawab, dan tidak membantu orang lain, menunjukkan kurangnya kepedulian, ada kemungkinan bahwa pelayan Tuhan belum mengerti bagaimana hidup benar terhadap tanggung jawab melayani. Untuk itu penulis mendeskripsikan Pengajaran Paulus tentang hidup benar sebagai tujuan dalam artikel ini. Mengunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature maka dapat disimpulkan bahwa Bentuk kasih kepada Allah dibuktikan dengan memelihara hukum-hukum Allah yaitu yang terdapa dalam Galatia 5: 1-15 dalam mengaktualisasikan pelayanan yang berbakti kepada-Nya. Allah telah memberikan teladan mengasihi manusia dengan kasih yang tidak menuntut imbalan. Karena kasih Allah yang besar, maka sudah seharusnya manusia meresponi Allah yang terlebih dahulu memberikan kasih-Nya melalui pengorbanan Yesus Kristus. Supaya kasih kepada Allah semakin bertambah-tambah, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah mempelajari dan menyelidiki firman Tuhan, sambil berdoa serta merealisasikan kebenaran firman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan pelayan Tuhan mengasihi sesama dapat dilakukan dengan sikap saling menegur satu sama lain jika melakukan kesalahan.
Visi Dan Vista Cinta-Kasih Menurut Kitab Rut Dan Implikasinya Kekinian Fati Aro Zega
Jurnal Lentera Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.461 KB) | DOI: 10.59177/jls.v1i1.132

Abstract

The book of Ruth is a literary work with insight that provides the best example of love. It has historically been a bridge between the ages that illustrates the loyalty that tempers ungodliness. It doctrinally teaches God's redemptive reach beyond the Jewish nation, and morally proclaims high standards of integrity in all relationships. Using descriptive qualitative methods, it can be concluded that Ruth's love, which ignores challenges and fears, shows a vision and vision of her love which sees what others don't see and does what others don't, becoming an example and divine message across time that God pays attention to all aspects. the daily life of each of His people.AbstrakKitab Rut adalah karya sastra dengan wawasan yang memberi contoh cinta kasih terbaik. Secara historis menjadi jembatan antar-zaman yang menggambarkan kesetiaan yang meredam ketidaksalehan. Secara doktrinal mengajarkan jangkauan penebuasan Allah di luar bangsa Yahudi, dan secara moral menyatakan standar integritas tinggi dalam segala bentuk relasi. Menggunkan metode kualitatif deskritif maka dapat disimpulkan bahwa Cinta kasih Rut yang mengabaikan tantangan dan ketakutan menunjukkan visi dan vista tentang kasihnya yang melihat apa yang tidak dilihat orang lain dan melakukan yang tidak dilakukan orang lain, menjadi teladan dan pesan ilahi lintas waktu bahwa Allah memperhatikan segala segi kehidupan sehari-hari masing-masing umat-Nya.
Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Kristen Dan Motivasi Belajar Siswa Ferry J N Sumual; Franty Faldy Palempung
Jurnal Lentera Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.654 KB) | DOI: 10.59177/jls.v1i1.133

Abstract

This paper specifically outlines the social complexion of Christian religious educators to increase the learning interest of learners. This paper uses qualitative methods with a survey approach accompanied by literature. Social competition is something that needs to be developed by a teacher so that he can build students' learning interests. As for social competence, among others, Skilled to Communicate, sympathetic, Have the ability to work with anyone, as well as have the ability to get along and partner with fellow educators. With the social complement that an educator has, the potential to build and improve the learning of learners will be created. Although it can not instantly build student learning motivation, but with the competence of educators it is the foundation in the future. Indeed, there are many factors that can move the motivation of learners to learn, But it all must start from the educator as a role model for all students who are taught.AbstrakTulisan ini secara spesifik menguraikan komptensi sosial pendidik agama Kristen untuk meningkatkan minat belajar peserta didik. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan survei disertai literatur. Komptensi sosial merupakan hal yang perlu dikembangkan oleh seorang guru agar ia dapat membangun minat belajar siswa. Adapun kompetensi sosial itu diantaranya, terampil berkomunikasi, simpatik, Memiliki kemampuan bekerjasama dengan siapa saja, serta  memiliki kemampuan bergaul dan bermitra pada rekan sesama pendidik.  Dengan komptensi sosial yang dipunyai seorang pendidik, potensi membangun dan meningkatkan belajar nara-didik akan tercipta. Walau tidak bisa secara instan membangun motivasi belajar siswa, namun dengan kompetensi dari pendidik itu merupakan fondasi dikemudian hari. Memang ada banyak faktor yang dapat menggerakkan agar motivasi peserta didik untuk belajar, namun itu semua harus diawali dari tenaga pendidiknya sebagai role model bagi seluruh siswa yang diajar.
Deskripsi Pelayanan Konseling dalam Etis Kristiani Bagi Pendidikan Karakter Kristen Yenni Olivia Lahingide; Sumiyati Sumiyati
Jurnal Lentera Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.623 KB) | DOI: 10.59177/jls.v1i1.134

Abstract

Counseling is always related to a solution that will be sought to solve every problem, the solution sought is of course based on the truth of God's word, restoring a fragile condition means that the counseling process can restore a fragile and fragile condition that is replaced with toughness, patience and fortitude, change attitudes and behavior. Using descriptive qualitative methods with the aim of the importance of counseling services in Christian ethics, counseling services in Christian ethics for Christian education and character can be concluded that counseling services must be maintained as indicated by the statement item "Counselors teach about God." Counseling services need to improve understanding of the inmates' character as indicated by the statement item "Counselors help me to correct bad behavior and attitudes." Furthermore, the character in Christian education must be maintained based on the Word of God.” Counseling services also need to improve the character of Christian education which is shown in the value of being responsible for each task. To the Pastor or all God's servants who perform counseling services in church and educational institutions so that they always provide an understanding of the importance of each person having a good character. The last is for the reader to understand and understand correctly about counseling services, and participate in the counseling services that are carried outAbstrakKonseling selalu berhubungan dengan adanya solusi yang akan dicari untuk menyelesaikan setiap permasalahan, solusi yang dicari tentunya berpatokan dengan kebenaran firman Tuhan, memulihkan kondisi yang rapuh artinya proses konseling dapat memulihkan kondisi yang rapuh dan kerapuhan itu berganti dengan ketegaran, kesabaran dan ketabahan, perubahan sikap dan perilaku. Mengunakan metode kualitatif deskritif dengan tujuan pentingnya pelayanan konseling dalam etis Kristiani maka Pelayanan konseling dalam Etis Kristiani bagi pendidikan Kristen dan karakter dapat disimpulkan bahwa Pelayanan konseling supaya tetap dipertahankan yang ditunjukkan dengan item pernyataan “Konselor mengajarkan tentang Allah.” Pelayanan konseling perlu meningkatkan pemahaman karakter warga binaan yang ditunjukkan oleh item pernyataan “Konselor menolong saya untuk memperbaiki tingkah laku dan sikap yang buruk.” Selanjutnya karakter dalam pendidikan Kristen supaya tetap dipertahankan dengan berdasarkan Firman Allah.” Pelayanan konseling juga perlu meningkatkan karakter pendidikan Kristen  yang ditunjukkan oleh dalam nilai bertanggung jawab atas setiap tugas. Terhadap kepada Gembala Sidang atau semua hamba-hamba Tuhan yang melakukan pelayanan konseling di lembaga gereja maupun pendidikan agar selalu memberikan pemahaman tentang pentingnya setiap orang memiliki karakter yang baik. Yang terakhir kepada pembaca supaya mengerti dan memahami dengan benar tentang pelayanan konseling, serta ikut dalam pelayanan konseling yang   dilakukan.

Page 1 of 1 | Total Record : 6