cover
Contact Name
Hasna Khairunnisa
Contact Email
hasna@ak-tekstilsolo.ac.id
Phone
+62271-6792696
Journal Mail Official
uppm@ak-tekstilsolo.ac.id
Editorial Address
Jl. Ki Hajar Dewantara, Jebres, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126, Indonesia
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Tekstil
ISSN : 30249295     EISSN : 27979229     DOI : https://doi.org/10.59432/jute
Jurnal Teksil (JUTE) ISSN 2797-9229(online) is a peer-reviewed Open Access Journal (OJS) that publishes original research articles as well as review articles in several engineering fields. The subject areas covered by this journal covers broad themes in the fields of textile, apparel and garment, engineering, and industrial management both related to the production process and other supporting processes. The scope includes textile and apparel manufacturing process, textile industrial management, textile material and products, process optimization and textile industrial systems, as well as other supporting processes such as supply chain management, maintenance management, quality control, and ergonomics. Detailed focus and scope for this journal can be accessed on the focus and scope menu
Articles 38 Documents
Penanganan Benang Lusi Lengket pada Mesin Sizing Baba Sangyo Kikai C.12 (Studi Kasus di PC GKBI Medari) Adhy Prastyo Eko Putranto
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.27

Abstract

Mutu benang produksi yang baik akan menentukan keberhasilan proses produksi pertenunan. Di PC GKBI Medari Sleman, masih terdapat cacat benang produksi yaitu benang lusi yang mengakibatkan benang tersebut tidak bisa terlibat dalam proses produksi secara maksimal. Benang lusi tersebut mengalami beberapa keadaan seperti gembos, lolos muncul, lengket, lengket 2 helai, terjepit, rantas dan mengalami crossing. Kasus benang lengket mendominasi dengan jumlah 45% dari jumlah permasalahan cacat benang yang ada. Tindakan levelling squeezing roll yang diambil dengan mengatur tekanan angin (pada bagian awal yaitu 3,5 – 4 kg/cm2, dan pada bagian finish 4 – 5 kg/cm2), dan mengatur hardness agar tetap di atas standar (60-70 shore) berhasil menurunkan jumlah benang lusi lengket tersebut.
Penyelesaian Penyebab Bottle Neck Article SOT 2875 Pada Proses Join Collar di PT Ameya Livingstyle Indonesia Yulius Sarjono Eddy
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.28

Abstract

PT Ameya Livingstyle Indonesia merupakan perusahaan garmen berskala internasional yang telah berkembang sejak tahun 2006, terletak di daerah Pajangan, Bantul Yogyakarta. Kata “Ameya” sendiri diambil dari bahasa Jepang “Bountiful” yang artinya PT Ameya Livingstyle Indonesia diharapkan dapat memberikan kelimpahan untuk stakeholdernya meliputi pemilik, karyawan, pembeli, pemasok, pemerintah dan lingkungan. Produk yang diproduksi oleh PT Ameya yaitu produk yang memiliki kualitas tinggi antara lain men shirt, ladies blouses atau dresses dan skirts. PT Ameya livingstyle Indonesia menjadi perusahaan yang berkembang dan tumbuh dengan pesat di berbagai bidang fasilitas garmen manufaktur, dengan jumlah karyawan ± 2.500 orang dan jumlah order minimum sebanyak 3.000 pcs/style, serta jumlah kapasitas produksi 300.000-350.000 per bulannya. Proses produksi dan pengendalian mutu mulai dari bahan baku, produk setengah jadi sampai menjadi suatu produk jadi (garmen). Tujuan dari pengendalian mutu adalah meminimalisir produk yang tidak sesuai dengan standar mutu yang diinginkan (second quality), dan bisa mengendalikan, menilai kualitas, sehingga konsumen merasa puas dan perusahaan merasa tidak dirugikan. Pada proses produksi garmen, setiap tahapan proses dilaksanakan pengendalian mutu dari pihak Quality Control, menganalisis masalah yang terjadi dalam proses produksi melalui pengamatan secara langsung dan mencari penyelesaiannya. Selama melakukan pengamatan khususnya di departemen sewing line 11 dengan style yang diproduksi article SOT 2875 ditemukan kendala yang menghambat jalannya proses produksi (bottle neck) pada proses join collar, terdapat 4 faktor penyebab bottle neck yaitu manusia (man), mesin (machine), bahan (material), dan faktor utama yang menyebabkan bottle neck pada proses join collar to body yaitu metode (method) jahit yang kurang efektif. Penyelesaian faktor tersebut yaitu merubah metode penjahitan join collar to body menjadi 2 langkah. Pertama beberapa operator melakukan join collar to body, kedua operator lainnya melakukan close collar, sehingga dapat meminimalisir bottle neck dan proses produksi dapat berjalan dengan lancar.
Pengendalian Cacat Produk PDL Loreng Tni AD Dengan Metode Six Sigma Di PT Sri Rejeki Isman Tbk Sugiyarto Sugiyarto
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.29

Abstract

Sri Rejeki Isman Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang garmen dengan salah satu hasil produksi berupa PDL Loreng TNI AD. Berdasarkan pengamatan selama 3 (tiga) hari, dalam menghasilkan produk PDL Loreng TNI AD 450 pcs terdapat produk cacat sebesar 17,33%. Maka dari itu penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan proses berdasarkan produk cacat yang ada dengan metode DMAIC dan pendekatan six sigma yang kemudian dilakukan pengendalian dengan menganalisis penyebab kecacatan menggunakan fishbone diagram. Setelah dilakukan pengolahan data didapat nilai DPMO sebesar 28.888,89 yang dapat diartikan bahwa dari satu juta kesempatan akan terdapat 28.888,89 kemungkinan produk yang dihasilkan mengalami kecacatan. Produk tersebut berada pada tingkat 3,40-sigma dengan CTQ (Critical To Quality) yang paling banyak menimbulkan cacat yaitu sambung jahitan 38,47% dari total cacat 78. Dari hasil analisis berdasarkan sebab akibat, faKtor manusia, metode dan mesin menjadi aspek penyebab masalah utama yang perlu mendapat perhatian.
Upaya Penurunan Tingginya Angka Ketidakrataan (U%) Benang CD 40s di Mesin Ring Spinning TOYODA RY Pada Area Draft Zone Hamdan S. Bintang
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.30

Abstract

Salah satu proses produksi yang sedang berlangsung di Unit Spinning 2 PT Dan Liris adalah proses benang CD 40s RY yang mana benang ini berasal dari material 100% cotton. Namun pada proses pembuatan benang ini tentunya tidak semua proses dapat berjalan sesuai rencana. Selama proses berlangsung terdapat suatu permasalahan yang akan menjadi pokok pembahasan. Pokok pembahasan yang dambil adalah penyimpangan kualitas benang CD 40s di mesin Ring Spinning. Penyimpangan tersebut yaitu tingginya angka ketidakrataan (U%) pada benang CD 40s. Ketidakrataan adalah suatu ukuran mutu benang yang menyatakan besarnya penyimpangan massa pada panjang tertentu, dan keberadaanya tidak dapat dihindari. Penulisan ini difokuskan pada perbaikan kualitas ketidakrataan benang yang di uji dengan alat uji uster tester 3 dan penyelesaiannya dilakukan secara teknis. Melalui alat uji uster tester 3 dapat diketahui bahwa terdapat benang dengan ketidakrataan tinggi. Tingginya angka ketidakrataan tersebut mencapai 13,96%. Sedangkan Unit spinning 2 memiliki standar maksimal ketidakrataan benang CD 40s yaitu 12,90%. Setelah dilakukan pengecekan mesin, wawancara kepada pihak maintenance dan melihat buku monitoring dari pihak maintenance, terdapat part mesin dalam keadaan cacat dan tidak sesuai. Part tersebut adalah top apron yang kondisinya cacat karena sobek pada permukaannya dan beban pada weighting arm yang tidak maksimal, hal tersebut merupakan penyebab tingginya ketidakrataan (U%) benang CD 40s. Solusi yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini yaitu dengan mengganti top apron yang permukaannya rata dan melakukan Setting pembebanan pada weighting arm. Melalui penyelesaian tersebut perbaikan kualitas ketidakrataan benang dapat dilihat kembali dari uster tester yang mana angka ketidakrataan mengalami penurunan menjadi 11,54% dan angka tersebut masuk dalam klasifikasi standar kualitas ketidakrataan benang CD 40s.
Setting Jarak Antara Top Flat dengan Cylinder terhadap Jumlah Neps Sliver Carding di Mesin Carding Ahmad Darmawi; Sukhatsti Jhohan Mahmudha
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.36

Abstract

Proses di mesin carding adalah proses terpenting dari pembuatan benang, karena di mesin carding akan sangat mempengaruhi hasil produk benang yang akan dihasilkan oleh proses selanjutnya terutama untuk kerataan sliver, kebersihan sliver, serta jumlah neps yang terkandung. Ketidaksempurnaan proses di mesin akan berpengaruh untuk dapat meningkatkan hasil produksi dan menjaga kualitas benang yang dihasilkan. Kerataan pada benang dipengaruhi oleh tebal (thick), tipis (thin), dan gumpalan serat yang tidak dapat diurai lagi (neps). Salah satu cara yang dapat meningkatkan hasil produksi dan menjaga kualitas benang yang dihasilkan dengan memperkecil timbulnya neps. Lalu untuk memperkecil timbulnya neps dilakukan trial terhadap jarak setting antara top flat dengan cylinder. Metode penelitian deskriptif digunakan dalam penelitian ini menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, fenomena yang bersifat alamiah maupun fenomena berupa hasil rekayasa. Hasil penelitian didapatkan faktor penyebab tingginya jumlah neps sliver carding melebihi masa pakai (lifetime) dan setting jarak antara top flat dengan cylinder terlalu lebar.
Analisis Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Metode Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) di Workshop Garmen Kampus Tekstil Mayesti Kurnianingtias
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.37

Abstract

Kampus Tekstil merupakan salah satu kampus jenjang diploma yang memiliki beberapa workshop yang menjadi tempat bagi mahasiswanya untuk melaksanakan mata kuliah praktik. Di dalam workshop tersebut terdapat banyak mesin yang digunaka, semakin banyak mesin yang digunakan oleh mahasiswa, semakin besar pula potensi kecelakaan kerja yang mungkin bisa terjadi. Karena seringnya mesin-mesin di workshop garmen ini digunakan oleh mahasiswa, maka penting untuk adanya analisis manajemen risiko demi menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dari mahasiswa yang menggunakan mesin-mesin tersebut.Lokasi pengambilan data dalam penelitian ini adalah di Workshop Garmen, Kampus Tekstil. Yang termasuk Workshop Garmen tersebut adalah Workshop Jahit dan Workshop Pemotongan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control). Metode ini terdiri 3 langkah, yaitu dimulai dari identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko (risk assessment), hingga pengendalian risiko (risk control). Dari identifikasi bahaya yang dilakukan terhadap kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman di Workshop Garmen tersebut, ditemukan 9 bahaya beserta risikonya. Dari 9 bahaya tersebut, terdapat 55,6% kondisi dan atau kegiatan yang memiliki tingkat bahaya ekstrim, dan diikuti persentase sebanyak 22,2% kondisi dan atau kegiatan yang memiliki tingkat risiko tinggi dan rendah. Pengendalian risiko diprioritaskan untuk kondisi dan kegiatan yang memiliki tingkat bahaya ekstrim. Beberapa langkah yang dilakukan untuk mengendalikan risiko tingkat bahaya ekstrim tersebut adalah dengan cara pengendalian administrasi, eliminasi, rekayasa engineering, dan penggunaan alat pelindung diri (APD). Setelah dilakukan pengendalian risiko, diharapkan tingkat risiko yang sebelumnya ekstrim dapat diturunkan menjadi rendah dan sedang.
Minimasi Cacat Sink mark Pada Proses Injeksi Molding Produk T-Valve Female GeNose C19 Adhi Setya Hutama; Nicolas Axel Reyhan Widyasmara
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.38

Abstract

Peningkatan kualitas suatu produk merupakan suatu hal yang memegang peranan penting dalam dunia industri manufaktur untuk menjaga kelangsungan proses produksi dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Seiring dengan perkembangan wabah Covid-19 di masa pandemi, telah ada alat skrining Covid-19 dengan tingkat akurasi yang tinggi yaitu 93-95% bernama GeNose C19. Terdapat cacat produk yang dominan pada proses produksi GeNose C19 yaitu cacat sink mark sebesar 1,10%. Kajian meminimalisir cacat sink mark pada proses injection moulding produk T-Valve Female GeNose C19 bertujuan untuk mendapatkan parameter yang tepat untuk mengurangi cacat sink mark yang timbul pada proses produksi dengan menggunakan simulasi moldflow dan metode Taguchi. Berdasarkan data ketika proses produksi, ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi cacat sink mark pada proses produksi, yaitu holding time, melt temperature, dan mold temperature. Kemudian data tersebut diolah dan disimulasikan menggunakan software moldflow untuk menentukan sampel hasil dari analisis. Berdasarkan hasil percobaan analisis aliran cetakan, terdapat variabel yang mempengaruhi bahwa kombinasi waktu penahanan (2 s), suhu leleh (40 °C), dan suhu cetakan (220 °C) dan nilai aktual 0,039 mm mendekati dengan nilai prediksi 0,035 mm. Data produksi T-Valve Female GeNose C19 Juni 2021, cacat sink mark mengalami penurunan sebesar 0,06%, hal ini membuktikan sesuai dengan manfaat penelitian untuk meminimalkan sink mark untuk menurunkan tingkat reject pada kisaran 0,08-0,05%.
Pengaruh Penggunaan Collector di Mesin Speed Frame terhadap Ketidakrataan Benang Ne 30 yang Dihasilkan Dedy Harianto; Sugiyarto Sugiyarto; Effendi Effendi
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.39

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan collector di Mesin Speed Frame tipe JWF 1415 terhadap kualitas benang (U%) Ne 30 dari roving 100% rayon yang dihasilkan. Metodologi penelitian yang dilakukan adalah eksperimental, dimulai dengan melakukan studi pendahuluan kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan referensi dan dasar teori dari berbagai buku penunjang mengenai kualitas benang. Dari referensi kemudian dibuat perumusan masalah mengenai pengaruh penggunaan collector pada mesin speed frame terhadap kualitas benang Ne 30 dari roving 100% rayon. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian nomor benang (Ne) dan pengujian ketidakrataan benang. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahwa Ne benang menggunakan material roving dengan collector lebih bagus dibandingkan Ne benang yang dihasilkan dari roving yang tidak menggunakan collector yaitu untuk spindel nomor 257 adalah 30,39 dan 33,50; serta untuk spindel nomor 258 adalah 30,32 dan 33,19. Ketidakrataan benang (U%) dari material roving dengan collector lebih bagus dibandingkan material yang dihasilkan dari roving yang tidak menggunakan collector yaitu 9,15 dan 10,36
Perbaikan Kualitas Sliver dengan Menurunkan Neps dan Trash Sliver Cotton di Mesin Carding Jing Wei F 1203 dengan mengganti Wire Top Flat berdasarkan PPSI (Point Per Square Inch) Hamdan S. Bintang
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.40

Abstract

Penyimpangan kualitas sliver cotton di mesin  carding yaitu tingginya neps dan trash sliver cotton. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil produksi  serta menjaga kualitas benang yang dihasilkan adalah dengan memperkecil timbulnya neps dan trash. Untuk memperkecil timbulnya neps dan trash pada sliver cotton dilakukan pengendalian terhadap persentase limbah (waste). Waste merupakan limbah dari mesin  yang terbuang ketika proses produksi berlangsung. Pengendalian waste ini sangat penting  dilakukan untuk mendapatkan hasil sliver yang bagus, dan waste yang dihasilkan sedikit sehingga dapat membuat efisiensi produksi naik. Hasil pengujian sliver cotton di mesin carding menggunakan alat uji NATI mesdan lab keisokki menunjukan bahwa angka neps dan trash tinggi dan melebihi standar maksimal dimana hasil pengetesan nilai neps dan trash mesin carding menunjuk angka neps 373  dan trash 98. Sedangkan acuan standar maksimal neps dan trash sliver carding  yaitu Neps 90 dan trash 80. Sehingga terdapat penyimpangan standar kualitas pada sliver cotton di mesin carding yang akan berdampak pada proses selanjutnya. Penelitian  ini difokuskan pada perbaikan kualitas sliver dengan menurunkan jumlah neps dan trash, serta penyelesaiannya dilakukan dengan mencari kemungkinan permasalahan dan perbaikan. Melalui pengamatan ditemukan kemungkinan penyebab tingginya neps dan trash sliver carding adalah kerusakan beberapa komponen mesin, salah satunya pada wire top flat. Untuk membuktikan pengaruh dari wire top flat itu sendiri, maka akan dilakukan penggrindingan atau pergantian wire top flat apabila sudah memasuki life time kemudian dilihat hasilnya menggunakan uji NATI. Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwasannya angka neps dan trash mengalami penurunan , dimana angka neps menjadi 226 dan trash menjadi 86. Walaupun belum mencapai standar NATI , sliver cotton telah mengalami perbaikan neps dan trash yang awalnya neps mencapai 373 dan trash mencapai 98, setelah dilakukan perbaikan dan pergantian wire top flat, akhirnya neps mengalami penurunan menjadi 226 dan trash berkurang menjadi 86.
Pengaruh Ambrolnya Roving Pada Cup flyer Terhadap Kualitas dan Produktivitas Roving di Mesin Speed frame Type JWF 1415 Saat Terjadi Trip Pada Departemen Spinning 9 Bambang Yulianto; Fajar Pitarsi Dharma; Kaffila Karunia Shahara
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.41

Abstract

PT X adalah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil dengan memproduksi benang, kain, dan pakaian jadi yang bertempat di Sukoharjo, Jawa Tengah. Spinning 9 adalah departemen yang memproduksi benang 100% rayon carded. Dimana salah satunya melalui mesin speed frame yang terkadang terjadi problem elektrik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa penyebab roving ambrol saat trip, untuk mengetahui perbandingan kualitas roving normal dengan roving ambrol, bagaimana cara penanganan roving ambrol dan bagaimana cara mengatasi agar mesin speed frame tidak ambrol. Metode penelitian ini menggunakan why-why analysis untuk menentukan root cause dari masalah dan penyelesaiannya. Hasil penelitian ini yaitu penyebabnya dikarenakan UPS (Uninterruptible Power Supply) yang lemah sehingga tidak bisa menyimpan daya, seharusnya saat trip UPS bisa memberikan sedikit putaran agar roving tidak ambrol. Kemudian untuk kualitas antara roving ambrol dengan roving normal menunjukan bahwa kualitas masih sesuai dengan standar. Untuk penanganan roving ambrol ada dua kemungkinan yaitu roving gulungan kecil (counter 100-200) akan diseset dan diolah kembali di mesin RWO (Roving Waste Opener), kemudian roving gulungan besar (counter >500) akan di doffing dan dilanjutkan ke mesin ring frame bagian cikalan. Dapat disimpulkan bahwa penyebab roving ambrol saat trip yaitu UPS lemah karena masa kapasitor, untuk itu perusahaan harus membuat jadwal perawatan pada UPS. Roving yang ambrol saat trip tidak berpengaruh terhadap kualitas melainkan mempengaruhi efisiensi produksi, sehingga efisiensi produksi mengalami penurunan yang seharusnya 80% menjadi 76%

Page 3 of 4 | Total Record : 38