cover
Contact Name
Saputro Edi Hartono
Contact Email
padmaedihartono@gmail.com
Phone
+6282121211075
Journal Mail Official
jurnal.pelitdharma@stabn-sriwijaya.ac.id
Editorial Address
Jalan Edutown BSD City, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 15339
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Pelita Dharma
ISSN : 24426482     EISSN : 29628512     DOI : -
Jurnal Pelita Dharma merupakan jurnal yang dikelola oleh Program Studi Kepenyuluhan Buddha yang terbit dua kali dalam setahun yakni bulan Juni dan Desember. Artikel yang masuk dalam jurnal ini merupakan hasil penelitian dan kajian pustaka yang mencakup kajian agama dan keagamaan Buddha.
Articles 49 Documents
Signifikansi Konsep Ketuhanan Yang Maha Esa bagi Umat Buddha di Tangerang Madiyono Madiyono
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 2 Edisi Juni 2019
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research was initiated by the tendency for the increasing tendency of religious communities in Indonesia to accentuate their religious identity to external communities, even into the political sphere by raising sensitive issues. One of the things that is quite sensitive related to religion is the problem of Godhead. Buddhism has a different God concept from other religions. However, the concept of the Godhead of Buddhism is often perceived as incompatible with the first principle of the Pancasila, even some Buddhists are hypothesized of not understanding the concept of the Godhead. This study aims to determine the significance of the level of understanding of the people about the concept of Godhead that is in harmony and not in harmony with Buddhism. Data collection is done through a questionnaire instrument with a choice of statements on a modified Likert scale. The collected data was then grouped and analyzed by calculating the percentage of the suitability and incompatibility of the concept of Godhead in Buddhism. The results showed that the concept of Godhead in Buddhism was believed and important for Buddhists in Tangerang. The significance level of Buddhists' understanding of the Godhead in Buddhism is 64%. Some aspects of the Godhead in accordance with the teachings of Buddhism are perceived by most Buddhists in Tangerang, namely the concept of something that is not born, is not created, is not incarnate, is not tangible, one, holy, does not play a direct role in regulating life, not regulating nature, not the cause of the diversity of beings, not regulators of destiny, is not the answer to prayer. According to the Divine Godhead, Buddhism is different from God in other religions, but does not conflict with Pancasila. Indonesian Buddhists, especially in Tangerang, also affirm that they are not followers of Atheism.Penelitian ini diawali oleh adanya tendensi meningkatnya kecenderungan umat beragama di Indonesia untuk menonjolkan identitas keagamaannya ke pihak eksternal, bahkan sudah masuk ke ranah politik dengan memunculkan isu-isu sensitif. Salah satu hal yang cukup sensitif berhubungan dengan agama yaitu masalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Agama Buddha memiliki konsep Ketuhanan yang berbeda dengan agama lainnya. Namun, konsep Ketuhanan dalam agama Buddha seringkali dipersepsikan tidak sesuai dengan sila pertama Pancasila, bahkan sebagian umat Buddha diduga belum memahami konsep Ketuhanan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi tingkat pemahaman umat mengenai konsep Ketuhanan Yang Maha Esa yang selaras dan tidak selaras dengan ajaran Buddha. Pengumpulan data dilakukan melalui instrumen kuesioner dengan pilihan pernyataan dalam skala Likert yang dimodifikasi. Data yang dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianalisis dengan menghitung persentasi tingkat kesesuaian dan ketidaksesuaian konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha. Hasil penelitian menunjukkan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha merupakan hal yang diyakini dan penting bagi umat Buddha di Tangerang. Signifikansi tingkat pemahaman umat Buddha mengenai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha yaitu 64%. Beberapa aspek mengenai Ketuhanan Yang Maha Esa yang sesuai dengan ajaran Buddha yang dipersepsikan oleh sebagian besar umat Buddha di Tangerang yaitu konsep ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak tercipta, tidak menjelma, tidak berwujud, esa, suci, tidak berperan langsung mengatur kehidupan, bukan pengatur alam, bukan penyebab keragaman makhluk, bukan pengatur takdir, bukan pengabul doa. Menurut umat Buddha, Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha berbeda dengan Ketuhanan dalam agama lain, tetapi tidak bertentangan dengan Pancasila. Umat Buddha Indonesia, khususnya di Tangerang juga menegaskan bukan penganut ateisme. 
Pendidikan Multikultural Sebagai Jembatan Toleransi Antarumat Beragama Gimin Edi Susanto
Jurnal Pelita Dharma Vol. 1 No. 1 Edisi Desember 2014
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The problem is taken from observations of this case is about the lack of tolerance among regions that occur at this time. Because of the narrow conception of religion, lack of understanding of religion, no matter the religious differences. Low laws aware and understand about multicultural education. This will have a negative effect for the life of the city in the community.The purpose of this paper is to find out and tell about the importance of multicultural education to promote tolerance among cities and the role of Buddhist conseption about multicultural education. so that it can be seen that how much influence to promote tolerance among regions.To achieve these objectives, the authors tried to find a variety of literature on mult. The authors collected data as observations pole. From obsevation it, the writer can draw conclusions.The results of this study showed the existence of conflicts in the society due to receive the difference in attitude and respect for one another and attitudes that can be covered by a multi-cultural education.Based on these observations, the authors conclude that multicultural education is very important to improve the city into peace and harmony. This multicultural education help to resolve conflicts about religion that happening now.Finally, the authors advise that the government and the community can work together to become a society that respects a determination by multicultural education. This is to create a society that is peaceful and harmonious.Keyword: Multicultural education, religious tolerance 
Integritas Akademik Calon Dharmaduta (Studi pada STABN di Indonesia) Ahsanul Khair Asdar
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 2 Edisi Juni 2019
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study was a descriptive study with quantitative approach which aimed to describe the academic integrity of Dharmaduta students on State Buddhist College in Indonesia. The respondents in this study were 37 college students from the Department of Dharmaduta which were selected using cluster random sampling from two state Buddhist Colleges in Indonesia. The data were collected using academic integrity questionnaire with five dimensions, namely honesty, trust, fairness, respect, and responsibility. The questionnaire consisted of 39 items with Likert modification scale (four options). The data were analyzed using descriptive statistics. The result of this study showed that the academic integrity of Dharmaduta department college students on state Buddhist colleges in Indonesia was in the high category. Meanwhile, if viewed according to gender, the academic integrity of male students of the Dharmaduta department at state Buddhist colleges in Indonesia was in the high category, the academic integrity of female students was also in the high category. If viewed according to the dimensions, the dimension which has the highest average score was fairness while the lowest average score was trust.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan integritas akademik calon Dharmaduta yang sedang menempuh pendidikan pada Jurusan Dharmaduta STABN di Indonesia. Responden yang digunakan di dalam penelitian ini adalah 37 mahasiswa Jurusan Dharmaduta yang dipilih menggunakan cluster random sampling dari dua STABN di Indonesia. Data penelitian dikumpulkan menggunakan angket integritas akademik dengan dimensi kejujuran (honesty), kepercayaan (trust), keadilan (fairness), rasa hormat (respect), dan tanggung jawab (responsibility). Instrumen tersebut memuat 39 butir pernyataan yang setiap butir pernyataan menggunakan skala Likert termodifikasi (skala genap). Keseluruhan data dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integritas akademik mahasiswa Jurusan Dharmaduta pada STABN di Indonesia berada pada kategori tinggi. Sementara jika ditinjau menurut jenis kelamin, maka integritas akademik mahasiswa laki-laki Jurusan Dharmaduta pada STABN di Indonesia berada pada kategori tinggi, demikian halnya dengan integritas akademik mahasiswa perempuan yang juga berada pada kategori tinggi. Jika ditinjau menurut dimensi, yang memiliki rata-rata skor tertinggi adalah keadilan dan rata-rata skor terendah adalah kepercayaan.
Kaderisasi pemuda buddhis di Desa Tempuran Kabupaten Temanggung melalui Partisipasi Kegiatan Keagamaan sebagai Upaya Mempertahankan Saddhā Metta Puspita Dewi
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The regeneration can be defined as the process of preparing the next generation for organization the sustainability. Religious leaders, religious teachers and parents as subjects need to motivate the youth as the regeneration’s object in maintaining the faith. The faith (saddhā) on the Buddha Dhamma is derived from the verification process (ehipassiko) and based on wisdom (paññā) rather than just believing.This study used a qualitative approach with observation, interview and documentation techniques.The results show that the pattern of regeneration built by parents and religious leaders as the regeneration subject. The regeneration applied to all Buddhist youth in order to have faith in the Buddha Dhamma. The purpose of regeneration is to maintain the Buddhism existence in the Tempuran Village. The method of human resources development by religious leaders as the subject regeneration and youth is conducted through training and development with the on the job training techniques. The youth as the object of regeneration are trained to lead the puja bhakti (Buddhist Ceremony), master of ceremony, visit and be a delegation on PATRIA. Kaderisasi diartikan sebagai proses mempersiapkan generasi penerus untuk keberlangsungan organisasi. Tokoh agama, guru agama, dan orang tua sebagai subjek perlu memotivasi pemuda sebagai objek kader dalam mempertahankan keyakinan. Keyakinan (saddhā) terhadap Buddha Dhamma dibangun dari proses verifikasi (ehipassiko) dan dilandasi kebijaksanaan (paññā), bukan sekadar kepercayaan membuta. Penelitian  ini menggunakan jenis penelitian kualitatif studi kasus dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menampilkan pola kaderisasi yang dibangun oleh orang tua dan tokoh agama sebagai subjek kaderisasi. Kaderisasi diberlakukan kepada semua pemuda Buddhis agar memiliki keyakinan terhadap Buddha Dhamma. Tujuan kaderisasi untuk mempertahankan eksistensi Agama Buddha di Desa Tempuran. Metode pengembangan sumber daya manusia oleh tokoh agama sebagai subjek kader diupayakan melalui pelatihan  dan partisipasi. Para pemuda sebagai objek kaderisasi mendapatkan tugas memimpin puja bakti, pembawa acara, anjangsana serta menjadi delegasi pada kegiatan Pemuda Theravada Indonesia (Patria).
HUMANIORA DALAM ERA SAINS Sapardi Sapardi
Jurnal Pelita Dharma Vol. 1 No. 1 Edisi Desember 2014
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kearifan itu tidak akan pernah datang dari langit, kearifan juga bukan parcel kirimanmahluk ajaib tertentu yang kita bayangkan. Kearifan demi kearifan itu datang darihasil yang kita pikirkan, kita ucapkan dan kita laksanakan. Kearifan itu menjadiindikator keharmonisan dalam berbagai bidang kemanusiaan. Kearifan itudiperlukan oleh semua pemimpin dalam berbagai level. Kearifan sempurnamendegradasi kecongkakan, egoisme, emosional, kemarahan, kebencian danbanyak perilaku buruk lainnya. Dengan kearifan kita dapat merajut keharmonisandalam kehidupan masyarakat.
Konsep Wajah, Tanggung Jawab Etis, dan Implikasinya terhadap Problem Kemanusiaan: suatu Telaah Pemikiran Etika Emmanuel Levinas Jatayu Jiwanda DL
Jurnal Pelita Dharma Vol. 6 No. 1 Edisi Desember 2019
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article was a philosophical review of Emmanuel Levinas thought which is synthesized with the idea of humanity. Levinas began the ethical thought by discussing the concept of face that has implications for ethical responsibility towards others. This concept gives an understanding to the critique of all forms of totalization to the other or egology in the entire tradition of Western philosophy. Totalization was rooted in egocentrism which ultimately harms humanity. Upholding humanity associated with Levinas’s view was not a problem creating live in order and harmony, but rather it has been an ethical consequence of encountering the others. Ethical responsibility contains sensibility which is root of all solidarity, an attitude of respect for dignity of the others. As an endeavour to understand current humanity situation with linking the context of the present situation with the post-truth climate in social and political space, ethical responsibility and sensibility are important concrete offers that become an awareness in building humanity. Ethical responsibility and sensibility in Levinas’s philosophical thought were concrete insight to become an awareness in building attitude and mentality of humanity. This article used a qualitative method of literature study which theoretically also used interpretation and phenomenology as its content. Artikel ini merupakan suatu tinjauan filosofis mengenai pemikiran etika Emmanuel Levinas yang disintesiskan dengan gagasan kemanusiaan. Levinas memulai pergumulan etis dengan membahas konsep wajah yang berimplikasi pada suatu tanggung jawab etis terhadap orang lain. Tanggung jawab etis menjadi kritik terhadap segala bentuk totalisasi dalam memandang ‘Yang Liyan’ ataupun egologi dalam seluruh tradisi filsafat Barat. Totalisasi yang berakar pada egosentrisme pada akhirnya menciderai kemanusiaan yang merupakan ruang bersama manusia. Menegakkan kemanusiaan dikaitkan dengan pemikiran Levinas bukanlah sebuah problem keinginan untuk hidup teratur dan harmoni, melainkan sudah menjadi konsekuensi etis pertemuan dan berhadapan langsung dengan orang lain. Tanggung jawab etis mengandung sensibilitas yang menjadi dasar dari seluruh solidaritas, sikap penghargaan atas harkat dan martabat orang lain serta sikap respek terhadap cara berada atau mengada dalam kehidupannya. Dengan menghubungkan konteks situasi zaman kini dengan iklim pascakebenaran dalam ruang sosial dan politik, tanggung jawab etis dan sensibilitas adalah tawaran konkrit dalam membangun kesadaran kemanusiaan. Artikel ini menggunakan metode kualitatif studi pustaka yang secara teoretis juga menggunakan interpretasi dan fenomenologi sebagai muatannya.
Moderasi Beragama Dalam Perspektif Agama Buddha Hanto Hanto; Ilona Tri Sasana; Septika Septiana; Kunarso Kunarso
Jurnal Pelita Dharma Vol. 9 No. 2 Edisi Juni 2023
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengertian moderasi beragama, serta konsep moderasi beragama dalam ajaran Buddha. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kajian pustaka. Data yang disajikan oleh peneliti diperoleh dari berbagai sumber-sumber referensi. Hasil penelitian tentang moderasi beragama menunjukkan bahwa moderasi beragama merupakan jalan tengah untuk mengatasi permasalahan mengenai perbedaan yang terdapat antarumat beragama dengan tujuan untuk mencapai kehidupan yang harmonis dan sejahtera. Menjalani kehidupan bermoderasi berarti menerapkan nilai-nilai kemanusiaan seperti toleran, saling tolong melonong antarumat beragama, dan menghindari sikap fanatik.
Faktor Menurunnya Minat Pemuda Buddhis dalam Berorganisasi di Kota Bengkulu (Studi Kasus Organisasi Sekber PMVBI Bengkulu) Metta Karuna Firdaus; Edi Ramawijaya Putra; Jatayu Jiwanda DL
Jurnal Pelita Dharma Vol. 10 No. 1 Edisi Desember 2023
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya penurunan minat serta keaktifan pemuda Buddhis dalam mengikuti kegiatan wihara serta organisasi dalam kurun waktu tiga periode kepengurusan organisasi Sekber PMVBI Bengkulu. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi penurunan minat pemuda Buddhis dalam berorganisasi di kota Bengkulu, kesulitan apa saja yang dihadapi pemuda Buddhis di kota Bengkulu dalam mengikuti kegiatan Vihara Buddhayana terutama organisasi Sekber PMVBI Bengkulu, serta upaya pa yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan minat pemuda Buddhis dalam berorganisasi di kota Bengkulu.Dalam penelitian ini metode yang digunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pendekatan studi kasus menekankan pada aspek seperti latar dan karakteristik individu secara menyeluruh, hasil dari penelitian difokuskan dan ditekankan guna memberi gambaran yang detail tentang keadaan sebenarnya dari objek studi yang akan diteliti. Penelitian dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan, studi dokumen berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan, dan melakukan interview (wawancara) dengan melakukan pendekatan terhadap informan. Hasil penelitian menunjukan adanya faktor yang berasal dari internal perorangan maupun organisasi dan faktor eksternal perorangan maupun organisasi. Faktor internal perorangan berkaitan dengan keinginan atau minat pemuda, pemuda terjebak pada zona nyaman, rasa kurang percaya diri. Faktor yang timbul dari dalam organisasi meliputi: kurangnya rasa solidaritas, pengaruh pemimpin dalam suatu organisasi. Faktor eksternal dalam diri seseorang meliputi: usia, pekerjaan, serta Pendidikan dan faktor dari luar organisasi wihara meliputi lingkungan sosial, pandemi covid-19, serta jumlah SDM yang minim merupakan faktor dari luar organisasi yang berpengaruh terhadap penurunan atau keaktifan pemuda Vihara Buddhayana.
Pola Pembinaan Umat Buddha oleh Pandita Magabudhi di Kota Tangerang Lalita Vistari Satyananda Wiryana Dharma
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 2 Edisi Juni 2019
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The problem raised in this research was the decreased quantity of Buddhists in the small town of Tangerang, in fact is caused by the due of lack of knowledge or beliefs some Buddhists  in Tangerang, or less maximum construction of Buddhists by the Pandita in Tangerang. The purpose of this study was to describe the pattern of construction of the Buddhists in Tangerang, which in terms of it; the researcher used descriptive qualitative approach. The subject of the research is the Buddhist, monasteries, and Pandita Magabudhi in Tangerang. The object of the research was the pattern of the construction of the Buddhists. The technique used is the notes, by means of observation, interviews, and documentation. The instruments of data collection are as follow: the form of guidelines, guidelines for observation, interviews, and observation. The researches used data analysis of Milles and Huberman, namely data collection, data reduction, data presentation, and conclusions. Based on the results of the study the researcher concludes that the patterns of construction performed by the Pandita Magabudhi in Tangerang are proactive with the construction of the informative-educational, consultative, and advocative. This can be seen by the presence of regular coaching to the monasteries and chedis in the shade of the Magabudhi in the form of construction of the informative, as a Dharmaduta delivery each month. Second, the construction of the education conducted by the Pandita by providing education on how to do the service of the death, the Ministry of reading Paritta for sick people, wedding services, service worship together. Third, the advocative coaching or counseling for people who have problems in the Dhamma or the problems in his/her household with the giving of advice.Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah menurunnya jumlah umat Buddha di beberapa wihara di daerah Tangerang, yang sebenarnya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau kepercayaan umat pada ajaran agama Buddha di daerah Tangerang, atau kurang maksimalnya pembinaan umat Buddha oleh pandita di Tangerang. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan pola pembinaan umat Buddha oleh pandita Magabudhi di Tangerang, yang dalam hal ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah umat Buddha, wihara-wihara, dan Pandita Magabudhi di kota Tangerang. Objek penelitian adalah pola pembinaan umat Buddha. Teknik yang digunakan adalah nontes, dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data adalah sebagai berikut: bentuk-bentuk pedoman, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis data Miles dan Huberman pengumpulan data secara koleksi data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa pola pembinaan yang dilakukan oleh Pandita Magabudhi di Tangerang proaktif dengan pembinaan informatif, yaitu pendidikan, konsultatif, dan advokasi. Hal ini dapat dilihat dengan adanya pembinaan reguler ke wihara-wihara dan cetiya di bawah naungan Magabudhi dalam bentuk pembinaan informatif, sebagai pengiriman Dharmaduta setiap bulan. Kedua, pembangunan pendidikan yang dilakukan oleh pandita dengan memberikan pendidikan tentang melakukan pelayanan kematian, layanan bagi orang sakit, layanan pernikahan, layanan ibadah bersama. Ketiga, pembinaan advokasi atau konseling untuk orang-orang yang memiliki masalah dalam Dhamma atau masalah dalam rumah tangganya dengan pemberian nasihat.
Budaya Puja Arahat Sivali di Wihara Siripada dan Wihara Vipassana Graha Sugianto Sugianto
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to describe the form of culture in worship or respect for Venerable Sivali at Siripada Temple and Vipassana Graha Temple.This research is a qualitative descriptive study. The object of research is Sivali's puja culture. The subjects of the study were Buddhists who worshiped Arahant Sivali. The research was conducted in Tangerang and Lembang. The time of research began in January to June 2018. Techniques and instructors collect data using observation, interviews, and documentation. To test the validity of the research instrument carried out with a test of credibility, dependability, confirmation, and transferability of the results of the study. Data analysis using the Miles Huberman model.Based on the results of research and refinement, it can be concluded that: (1) The shape of the Arahant Sivali altar in the Siripada monastery is a temple building made of stone and inside is a statue of Sivali who is sitting cross-legged and holding a bowl; the Arahant Sivali altar at the Vipassana Graha monastery in the form of a roofed building, four pillars and without walls with the position of the Arahant statue Sivali standing with a cane, umbrella, curled in a bag. (2) Pujas activities are carried out by the people by being respectful, such as going out, having a proverb, offering amja puja, remembering good services and attaining Arahanthood; and pray by reading paritta and make a wish. (3) There are still people who have no understanding of Sivali; the purpose of respect is varied, namely imitating Arahant Sivali, increasing confidence, respecting, expecting blessings. The positive influence of the habit of respect is belief in being strong, happy and prosperous. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kebudayaan dalam pemujaan atau penghormatan terhadap Yang Mulia Sivali di Wihara Siripada dan Wihara Vipassana Graha. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian adalah budaya puja Sivali. Subjek penelitian adalah umat Buddha yang memuja Arahat Sivali. Penelitian dilaksanakan di Tangerang dan Lembang. Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari sampai dengan Juni 2018. Teknik dan instruman pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data penelitian dilakukan dengan uji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas. Analisis data menggunakan model Miles Huberman. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: (1) bentuk altar Arahat Sivali di Wihara Siripada berupa bangunan candi yang terbuat dari batu dan di dalamnya terdapat rupang Sivali yang sedang duduk bersila dan memegang mangkuk; altar Arahat Sivali di Wihara Vipassana Graha berupa bangunan yang beratap, bertiang empat dan tanpa dinding dengan posisi rupang Arahat Sivali berdiri sambil membawa tongkat, payung, mangkuk yang tersimpan dalam tas;(2)     aktivitas puja dilakukan umat dengan cara bersikap hormat seperti ber-anjali, ber-namaskara, mempersembahkan amisa puja, mengingat jasa kebaikan dan pencapaian Arahat; dan berdoa dengan baca paritta dan harapan untuk diri sendiri dan keluarga;(3)    masih ada umat yang belum memiliki pemahaman terhadap Sivali; tujuan penghormatan bermacam-macam yakni meneladani Arahat Sivali, menambah keyakinan, sekadar menghormat, mengharapkan berkah. Tata cara penghormatan kepada Yang Mulia Sivali sama seperti penghormatan kepada objek yang pantas dihormati. Pengaruh positif kebiasaan menghormat adalah keyakinan menjadi kuat, hidup bahagia, dan sejahtera.