cover
Contact Name
Advances
Contact Email
adshrjurnal@gmail.com
Phone
+6285174373232
Journal Mail Official
adshrjurnal@gmail.com
Editorial Address
Jl. Senopati No.113 Rt.1/Rw.2 Senayan Kebayoran Baru. Kota Jakarta Selatan, Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, 12190
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Advances In Social Humanities Research
Published by Sahabat Publikasi
ISSN : 30323037     EISSN : 30315786     DOI : doi.org/10.46799/adv.v2i2.187
Advances In Social Humanities Research is a double blind peer-reviewed academic journal and open access to social and humanities fields. The journal is published monthly by Sahabat Publikasi Advances In Social Humanities Research provides a means for sustained discussion of relevant issues that fall within the focus and scopes of the journal which can be examined empirically. This journal publishes research articles covering social and humanities fields. Published articles are from critical and comprehensive research, studies or scientific studies on important and current issues or reviews of scientific books. This journal publishes research articles covering social and technology.
Articles 224 Documents
Pancasila sebagai Paradigma Ideologi Negara: Implikasi dan Relevansinya dalam Konteks Masyarakat Modern Nadya Sabda Galuh; Fathia Nabila Farhana; Gisela Raisa Madina; Vida Zahrotun Baiturohmah
Advances In Social Humanities Research Vol. 1 No. 4 (2023): ADVANCES in Social Humanities Research
Publisher : Sahabat Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/adv.v1i4.53

Abstract

Jurnal ini membahas peran dan relevansi Pancasila sebagai paradigma ideologi negara dalam konteks masyarakat modern. Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki nilai-nilai yang mendasari tata nilai, kehidupan berbangsa, bernegara, serta kehidupan bermasyarakat yang adil dan beradab. Dalam era modern yang ditandai oleh perubahan sosial, teknologi, dan globalisasi, pemahaman yang mendalam tentang Pancasila sebagai paradigma ideologi negara menjadi semakin penting. Dalam jurnal ini, kami menganalisis implikasi Pancasila sebagai paradigma ideologi negara dalam konteks masyarakat modern. Kami mengidentifikasi hambatan yang mungkin muncul dalam memperkuat pemahaman dan pengamalan Pancasila dalam masyarakat modern, serta memberikan saran untuk mengatasi tantangan tersebut. Kami juga mengidentifikasi peluang untuk memperkuat peran Pancasila sebagai panduan dalam pembentukan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam konteks masyarakat modern. Melalui jurnal ini, kami berharap dapat meningkatkan pemahaman tentang Pancasila sebagai paradigma ideologi negara dan menunjukkan relevansinya dalam konteks masyarakat modern. Dengan memperkuat pemahaman dan implementasi Pancasila, diharapkan masyarakat Indonesia dapat membangun masyarakat yang adil, beradab, dan berkelanjutan dalam era modern yang terus berubah.
Peran Pendidikan Pancasila dalam Membentuk Karakter Bangsa Indonesia: Tinjauan dan Implikasi Revi Amelia Putri Nur; Linashar Arum Truvadi; Rahma Trinita Agustina; Irfan Fauzi Badru Salam
Advances In Social Humanities Research Vol. 1 No. 4 (2023): ADVANCES in Social Humanities Research
Publisher : Sahabat Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/adv.v1i4.54

Abstract

Jurnal ini membahas tentang peran pendidikan Pancasila dalam membentuk karakter bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi negara telah menjadi landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pendidikan Pancasila memiliki peran yang penting dalam membentuk karakter bangsa, karena karakter yang kuat dan berkualitas menjadi pondasi yang kokoh bagi pembangunan bangsa yang berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah studi pustaka. Data yang digunakan berupa literatur, artikel, buku, dan dokumen terkait dengan pendidikan Pancasila dan karakter bangsa Indonesia. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yang melibatkan pembacaan, sintesis, dan interpretasi terhadap informasi yang ditemukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan Pancasila memiliki peran yang signifikan dalam membentuk karakter bangsa Indonesia. Melalui pendidikan Pancasila, generasi muda Indonesia dapat memahami dan menginternalisasi semangat nasionalisme, menghargai keberagaman budaya, serta memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya penekanan yang lebih kuat terhadap pendidikan Pancasila di tingkat pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan Pancasila harus diberikan secara sistematis dan terintegrasi dalam kurikulum pendidikan, serta didukung oleh metode pembelajaran yang inovatif dan efektif. Selain itu, peran guru dan lembaga pendidikan sangat penting dalam menyampaikan nilai-nilai Pancasila secara konsisten dan memadai kepada generasi muda.
Pancasila sebagai Paradigma Ideologi Negara: Implikasi dan Relevansinya dalam Konteks Masyarakat Modern Elsa Marsela Putri; Mira Rosidatul Munawaroh; Intan Permatasari Rahayu; Muthia Mumtaz; Anisa Agustin
Advances In Social Humanities Research Vol. 1 No. 4 (2023): ADVANCES in Social Humanities Research
Publisher : Sahabat Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/adv.v1i4.55

Abstract

Hak Asasi Manusia merupakan hak yang tentunya dimiliki oleh setiap manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hak Asasi Manusia (HAM) ini sendiri telah menempuh perjalanan yang sangat panjang untuk berjuang demi mendapatkan keadilan bagi manusia di seluruh dunia. Artikel ini membahas tentang penegakan hukum mengenai hak asasi manusia di indonesia berdasarkan undang-undang No. 39 Tahun 1999. Adapun penulis memilih judul ini karena hingga saat ini penegakan hukum khususnya terkait dengan hak asasi manusia di Indonesia masih kurang maksimal utamanya dikarenakan sampai saat ini Negara Indonesia masih dalam zona transisi yang masih diwarnai dengan ketidakpastian hukumor 39 tahun 1999. Adapun penulis dalam memilih judul ini karena hingga Saat ini dalam penegakan hukum di Indonesia sangat kurang, khususnya terkait dengan hak asasi manusia. Hukuman bagi permasalahan Hak Asasi Manusia di Indonesia masih jauh dari standarisasi maksimalnya penegakan hukum karena sampai saat ini Negara Indonesia masih dalam zona transisi yang dipenuhi oleh Ketidakpastian hukum. Lalu seiring berjalannya waktu Penegakan dan perlindungan hak asasi manusia di Indonesia mengalami kemajuan pada tanggal 06 November 2000, di mana Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 Mengenai Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) yang diundangkan pada Tanggal 23 November 2000. Permasalahan yang akan dibahas pada kesempatan ini adalah Penerapan hukum kepada Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia ini berpedoman pada Undang- Undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia, dalam hal UU No. 26 ini Komnas HAM dan Pengadilan HAM dibentuk untuk mengatasi permasalahan HAM di Indonesia. Seluruh masyarakat yang lahir dan hidup didunia ini diharapkan dapat bekerjasama serta turut saling membantu dalam upaya Penegakan Hukum dalam Hak Asasi Manusia di Indonesia supaya terwujudnya makna – makna dari lima sila dalam Pancasila yang berdasarkan kepada kemanusiaan dan keadilan sosial bagi seluruh makhluk hidup yang sejahtera.
CLASSROOM MANAGEMENT STRATEGY AT SDN 197/II PULAU PEKAN Fadila Puji Lestari; Resky Dwi Yunita; Yantoro Yantoro; Bradley Setiyadi
Advances In Social Humanities Research Vol. 1 No. 4 (2023): ADVANCES in Social Humanities Research
Publisher : Sahabat Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/adv.v1i4.56

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi guru berperan dalam memaksimalkan potensi kelas; faktor menghambat manajemen kelas; usaha guru di mengatasi masalah manajemen kelas; Dan strategi pengelolaan kelas. Studi kasus ini adalah dilaksanakan di SDN 197/II Pulau Pekan, dan menggunakan pendekatan kualitatif. Itu data dikumpulkan dari teknis dan sumber triangulasi. Hasilnya menunjukkan bahwa di kelas manajemen, guru berfungsi sebagai konselor, motivator, fasilitator, demonstrator, dan evaluator. Oleh karena itu, guru mampu menganalisis isu-isu seputar siswa, guru, serta lingkungan fisik dan sosio-emosional di kelas. Mengenai hal ini, guru berupaya menerapkan preventif dan korektif bertindak dengan melibatkan sekolah dan komite. Guru cenderung menerapkan pendekatan eklektik atau pluralistik dalam dimana dua atau lebih pendekatan diterapkan pada saat yang sama waktu. Dengan demikian, diharapkan eklektik pendekatan membantu guru meningkatkan kapasitas mereka dalam memilih pendekatan yang memungkinkan mereka untuk mengatasinya masalah yang berkaitan dengan pengelolaan kelas.
THE USE OF SEDAYU METHOD IN LEARNING THE QURAN IN EARLY CHILDHOOD Abdul Rosid; Munzier Suparta; Romlah Abubakar Askari
Advances In Social Humanities Research Vol. 1 No. 4 (2023): ADVANCES in Social Humanities Research
Publisher : Sahabat Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/adv.v1i4.57

Abstract

One of the mandates Allah SWT gives to both parents is the presence of a child, soulmate, heartmate and solace for both. The presence of a child is a great hope for both parents. Therefore, the key to a child's future success lies in the seriousness of both parents in maintaining and educating the trust seriously. In line with that, the fundamental and main form of mandate is to instill religious education in children from an early age so that they grow and develop into human beings with character and also become religious and independent individuals. This research intends to answer the problem: What and how is the Sedayu method as a method of learning the Quran? The data analysis technique in research, namely by using descriptive techniques by making a picture is carried out by collecting data, reducing data, presenting data, and concluding. The conclusion that the author gets is as follows: The Sedayu method is one of the methods among the methods in Indonesia. This method was created to assist in learning the Quran, especially recognizing letters for early childhood at PPQS Nurani Sasak Tengah, Bogor.
HAK ASASI MANUSIA (HAM) Hanif Maulana Yusuf; Nazma ruhia Sabila; Faraz Gilar Nuladani; Insan Noor Zaman
Advances In Social Humanities Research Vol. 1 No. 5 (2023): ADVANCES in Social Humanities Research
Publisher : Sahabat Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/adv.v1i5.58

Abstract

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah topik yang menarik untuk dibahas karena memiliki konsep yang unik dan prinsip fundamental yang mengakui setiap individu memiliki hak yang tak terpisahkan, inheren, dan tidak dapat dicabut oleh negara atau pihak lain. Tujuan dari penelitian HAM ini meliputi hak-hak dasar seperti hak hidup, kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, kebebasan bergerak, dan perlindungan dari penyiksaan. Abstrak ini menyajikan gambaran umum mengenai konsep HAM, penerapannya, dan tantangan yang dihadapi dalam menjaga dan melindungi hak-hak ini. Pertama, abstrak ini menguraikan konsep HAM sebagai suatu kerangka hukum dan moral yang berlaku untuk semua individu tanpa diskriminasi. Konsep ini berasal dari keyakinan bahwa setiap individu memiliki martabat dan nilai sebagai manusia yang harus dihormati. HAM juga melibatkan tanggung jawab negara untuk melindungi dan memenuhi hak-hak individu. Kedua, abstrak ini membahas penerapan HAM dalam konteks global. Organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengadopsi deklarasi dan konvensi yang mengatur HAM secara universal. Negara-negara anggota diharapkan untuk menerapkan prinsip- prinsip HAM ini dalam konstitusi dan sistem hukum nasional mereka. Meskipun demikian, penerapan HAM sering kali menghadapi tantangan dalam bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh negara, konflik bersenjata, penindasan politik, dan ketidakadilan sosial. Ketiga, abstrak ini menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi dalam menjaga dan melindungi HAM. Salah satunya adalah ketegangan antara hak individu dan kepentingan kolektif, di mana pemerintah seringkali menghadapi dilema dalam memenuhi hak-hak individu tanpa mengorbankan stabilitas dan keamanan masyarakat. Tantangan lainnya termasuk kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang HAM, hambatan budaya dan tradisi yang tidak selaras dengan prinsip HAM, serta kelemahan sistem hukum dan lembaga penegak hukum dalam menegakkan HAM secara efektif. Dalam rangka mengatasi tantangan ini, upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat sipil, dan organisasi hak asasi manusia menjadi penting. Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang HAM perlu ditingkatkan. Reformasi hukum dan peradilan juga harus dilakukan untuk memperkuat perlindungan HAM dan menjamin pertanggungjawaban bagi pelanggar HAM.
PERAN MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA Ayu Puji Astuti; Shinta Nuryah Nanda; Karina Bilqis Khumaira; Obar Abdus Sidik
Advances In Social Humanities Research Vol. 1 No. 5 (2023): ADVANCES in Social Humanities Research
Publisher : Sahabat Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/adv.v1i5.59

Abstract

PKn di perguruan tinggi adalah bagaimana mendidik para mahasiswa sebagai calon intelektual bangsa menjadi warga negara yang baik yang dapat memahami tentang substansi nilai-nilai falsafah negaranya, memiliki kepribadian yang mantap, berpandangan luas dan mampu bersikap demokratis yang berkeadaban. Kompetensi dasar dari mata kuliah pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah agar mahasiswa nantinya dapat menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan (nasionalisme) dan cinta tanah air (patriotisme), menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin serta dapat berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai-nilai Pancasila. PKn sebagai media pendidikan karakter bukan sekedar mengenalkan nilai-nilai kepada mahasiswa, tetapi juga harus mampu menginternalisasi nilai-nilai berdasarkan pancasila agar berfungsi sebagai muatan hati nurani sehingga mampu membangkitkan penghayatan dan pengamalannya sebagai warga negara, nilai-nilai inilah yang akan menyusun ketahanan mental dan moral manakala terjadi pertemuan antar nilai yang berbenturan.
INTEGRASI TEKNOLOGI DAN DALAM PENDIDIKAN PANCASILA DAN PADA ERA MULTIKULTURALISME Alda Amelia Nuraini; Nadhifa Nuraini Putri; Revina Salsabilah Kharissa
Advances In Social Humanities Research Vol. 1 No. 5 (2023): ADVANCES in Social Humanities Research
Publisher : Sahabat Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/adv.v1i5.60

Abstract

Pendidikan Pancasila adalah pendekatan penting dalam mengembangkan pemahaman nilai- nilai kebangsaan dan membentuk karakter bangsa di era multikulturalisme saat ini. Ini menyajikan tinjauan tentang pentingnya integrasi teknologi dalam pendidikan Pancasila pada era multikulturalisme. Integrasi teknologi memfasilitasi akses ke materi pembelajaran yang relevan dan berkualitas tinggi, baik dalam bentuk teks, audio, video, maupun interaktif, yang memungkinkan individu dari berbagai latar belakang kultural untuk belajar secara mandiri dan kolaboratif. Integrasi teknologi dalam pendidikan Pancasila memberikan kesempatan untuk memperkaya pengalaman belajar dengan pendekatan yang lebih menarik dan interaktif. Penggunaan multimedia, simulasi, dan permainan edukatif dalam pembelajaran memungkinkan peserta didik untuk terlibat secara aktif dan menggali pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan Pancasila, tantangan dan pertimbangan etis juga perlu diperhatikan. Perlindungan privasi, keamanan data, dan pemfilteran konten yang tidak sesuai menjadi aspek yang harus diperhatikan dalam mengoptimalkan penggunaan teknologi dalam pendidikan Pancasila. Maka integrasi teknologi dalam pendidikan Pancasila pada era multikulturalisme membawa potensi yang besar dalam meningkatkan aksesibilitas, relevansi, dan efektivitas pembelajaran nilai-nilai Pancasila
PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KELUARGA Elsya Syamrotul Hidayat; Rodhiyatan Mardhiyyah; Sarah Rumaisha Ashipa; Wishal Pazril
Advances In Social Humanities Research Vol. 1 No. 5 (2023): ADVANCES in Social Humanities Research
Publisher : Sahabat Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/adv.v1i5.61

Abstract

Pancasila merupakan ideologi bangsa indonesia yang terlahir dari sebuah pertanyaan “apa dasar negara indonesia yang akan kita bentuk ini?”. Yang kemudian dapat kita ketahui bahwasannya pancasila memiliki nilai-nilai yang membangun karakter masyarakat agar memiliki kepribadian pancasila yang melakukan sesuatu secara bersama , saling memahami , menghormati, gotong royong, dan adil dalam pengambilan keputusan. Kemudian terdapat unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang ,termasuk dalam menanamkan nilai-nilai pancasila dalam diri tiap individu keluargalah yang berperan penting. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila mesti diketahui dan dipahami agar generasi penerus bangsa tidak kehilangan identitas dirinya sebagai warga negara indonesia.
PANCASILA SEBAGAI CAHAYA DALAM KEBHINEKAAN DI INDONESIA Nena Siti M; Raisya Nurfajria; Syifa Salma; Inggit Zihan M
Advances In Social Humanities Research Vol. 1 No. 5 (2023): ADVANCES in Social Humanities Research
Publisher : Sahabat Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/adv.v1i5.62

Abstract

Pancasila adalah kata yang terlihat sederhana namun sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam. Panca sendiri berarti Lima, sedangkan Sila berarti dasar atau yang sering kita kenal sebagai lima prinsip dasar Negara. Filosofi Bhinneka Tunggal Ika di Negeriku menjadi cahaya pancaran bagi keberagaman yang ada di Indonesia. jutaan bahkan ribuan perbedaan bersatu dalam satu bingkai Bhineka Tunggal Ika, Pancasila diciptakan tidak hanya untuk menjadi semboyan nasional, bukan hanya gambar rajawali, tetapi diciptakan dengan penuh pertimbangan, penuh pengorbanan darah dan keringat untuk menjadi satu kesatuan dalam perumusan Pancasila, Ada banyak makna dan harapan yang terkandung dalam sebuah Pancasila, baik tersirat maupun eksplisit. Burung Garuda lambang Pancasila memiliki makna yang sangat dalam, di setiap bagiannya terdapat filosofi yang sangat Indonesia-sentris dimana sayap burung Garuda memiliki 17 bulu, 8 bulu di ekor burung, 19 helai di leher burung Garuda dan 45 bulu di bagian bawah

Page 6 of 23 | Total Record : 224