cover
Contact Name
Firmansyah
Contact Email
fpanipahan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jsi@uinsa.ac.id
Editorial Address
Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No.682, Gn. Anyar, Kec. Gn. Anyar, Surabaya, Jawa Timur 60294: Program Studi Sosiologi FISIP UIN Sunan Ampel
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
The Sociology of Islam
ISSN : 27742814     EISSN : 27752143     DOI : https://doi.org/10.15642/jsi
Core Subject : Social,
Jurnal The Sociology of Islam memfokuskan kajiannya pada isu-isu kontemporer dalam masyarakat muslim, termasuk identitas agama, transformasi sosial, relasi gender, isu-isu tentang cyber-religion, hubungan lintas agama, radikalisme dan kajian sosiologis lain yang berkaitan dengan tema Islam dan masyarakat.
Articles 74 Documents
Anak Jalanan Perempuan: Kehidupan Sosial Pekerja Anak Jalanan Dalam Perspektif Gender di Kawasan Surabaya Umam, Sholihatun Najidatil
The Sociology of Islam Vol. 5 No. 2 (2022): December
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2022.5.2.143-155

Abstract

Penelitian tentang kehidupan sosial pekerja anak jalanan di kawasan Surabaya ini mengambil fokus pada beberapa hal, yaitu: apa yang melatar belakangi anak perempuan di kawasan Surabaya bekerja sebagai anak jalanan?, Bagaimana pola interaksi anak jalanan perempuan dengan pekerja anak jalanan lainnya?, dan bagaimana resiko yang dihadapi oleh anak jalanan perempuan dalam lingkungan kerja mereka dilihat dari kacamata gender? Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang yang menyebabkan anak anak khususnya anak perempuan sampai terjerumus pada lingkungan dan bekerja di jalanan terutama sekali adalah karena terhimpit keadaan perekonomian keluarga yang kurang stabil sehingga mereka mempekerjakan anak-anak mereka yang masih di bawah umur. Adapun interaksi yang terjadi diantara anak jalanan sebetulnya dapat dikatakan baik, meskipun perkelahian kerap terjadi namun solidaritas antar anak jalanan memberikan rasa aman di antara mereka. Hanya saja resiko yang dihadapi oleh anak-anak usia dibawah 15 tahun ini sangat besar, seperti ancaman terjadinya kecelakaan dijalanan, resiko kesehatan, termasuk juga razia yang dilakukan oleh petugas keamanaan baik satpam maupun satpol pp juga setiap hari senantiasa membayangi kehidupan anak-anak jalanan. Temuan lain yang juga sangat memprihatinkan adalah adanya tindakan diskriminatif orang tua yang membedakan anak laki-laki dan perempuan.
Pengikut Manhaj Salaf di Tengah Gempuran Modernitas Nazwa, Ninung Farihani
The Sociology of Islam Vol. 5 No. 2 (2022): December
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2022.5.2.126-142

Abstract

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: Bagaimana para pengikut manhaj salaf di Majelis Ta’lim Ummahat di Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya menghadapi gempuran modernitas. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini dipilih agar diperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai cara para pengikut manhaj salaf di Majelis Ta’lim Ummahat di Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya menghadapi gempuran modernitas. Data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan analisis dengan Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa cara pengikut manhaj salaf yang tergabung dalam Majelis Ta’lim Ummahat Masjid Ibrohim Bin Muhammad menghadapi modernitas yaitu dengan melakukan filtrasi Dalam menghadapi produk-produk modernitas, seperti perkembangan teknologi dan trend baju, mereka tidak menerima begitu saja produk-produk modernitas tersebut. Acuan mereka dalam menentukan sikap akan menerima atau menolak modernitas, yaitu Al-Qur’an, Hadist, serta pemahaman para sahabat yang dulu telah diteruskan oleh generasi selanjutnya, versi penafsiran mereka. Karena menurut mereka, sahabat dan generasi selanjutnya, yang dalam Islam disebut sebagai orang-orang salaf, adalah orang-orang yang paling benar dalam menjalankan Islam menurut mereka.
Patologi Sosio-teologis: Kekerasan atas Nama Agama Masyhud, Mustain
The Sociology of Islam Vol. 5 No. 2 (2022): December
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2022.5.2.156-169

Abstract

Disamping menampilkan wajah yang humanis dan penuh kedamaian, sejarah agama diwarnai juga dengan kekerasan dan konflik atas nama agama yang sangat paradoksal dengan wajahnya yang humanis. Tindak kekerasan ini semula ditujukan untuk menyerang siapa saja yang memiliki pandangan baru dan dianggap menyimpang. Belakangan di zaman modern, kekerasan itu juga menyerang simbol-simbol modernitas dan agama lain. Kekerasan atas nama agama ini, dalam sejarahnya dapat ditemukan di hampir semua agama di dunia, baik terhadap orang yang berbeda agama maupun yang seagama tapi berbeda aliran keagamaan. Tiap agama memiliki “delegasi-delegasi teror”. Tulisan ini mengungkap bahwa akar kekerasan atas nama agama bisa terjadi karena faktor pemahaman teologis dan sosial yang terintegrasi melalui tiga variabel: 1) norma dan ajaran agama, 2) sikap dan pemahaman agama dan 3) kondisi sosial, politik dan ekonomi.
Menafsir Realitas Keagamaan Secara Sosiologis Khodafi, Muhammad
The Sociology of Islam Vol. 6 No. 1 (2023): June
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2023.6.1.1-13

Abstract

Membincangkan persoalan Agama dan Kebudayaan dalam konstruksi sosiologis tidaklah mudah. Kompleksitas area kajian ini membuat proses melakukan analisis keterkaitan antara satu aspek dengan aspek lainnya, harus dilakukan secermat mungkin. Apalagi jika harus dituntut untuk “menyimpulkan” satu fenomena keagamaan yang terkait dengan dinamika struktural dan kultural pada masyarakat yang sedang mengalami transisi budaya menuju masyarakat modern-informatif. Untuk itulah tulisan ini mencoba untuk memberikan sedikit gambaran bagaimana sosiologi menafsir agama sebagai realitas objektif dan sekaligus subyektif dalam latar sejarah masa lalu ataupun kekinian/kontemporer.
Studi Keberagamaan dari Masa ke Masa Suhartini, Rr
The Sociology of Islam Vol. 6 No. 1 (2023): June
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2023.6.1.31-53

Abstract

Keberagamaan masyarakat merupakan realitas yang tak terbantahkan keberadaannya sepanjang sejarah hidup manusia, baik yang terlaporkan dalam sebuah penelitian ilmiah maupun tidak ilmiah atau hanya sebagai sebuah legenda. Hasil penelitian yang berserakan itu sangat menarik untuk dipanggil kembali dan dipetakan, sehingga dapat ditemukan pola gerak perkembangan keberagamaan masyarakat. Untuk dapat memperoleh hasil pemetaan yang representatif, peneliti mencari jurnal-jurnal dan buku-buku hasil penelitian maupun hasil pemikiran terkait dengan keberagamaan masyarakat (Muslim maupun Non-Muslim), diterbitkan sejak tahun 1912-2008 berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hasil penelusuran menunjukkan adanya kecenderungan pergeseran fokus kajian tentang keagamaan adalah dari hal-hal yang dogmatic ke arah lebih empiric berorientasi pada worldviews. Kekuatan dan kemampuan religius berorientasi worldviews bergerak ke arah multikultural religius melalui penerimaan kenyataan plural. Penerimaan kenyataan plural ini ternyata bukan sesuatu yang mudah diterima begitu saja, karena membutuh penguatan atau pengalaman tertentu sehingga mampu melakukan dekonstruksi religius. Masing-masing berusaha memperbaiki atau melengkapi kapasitas religiusitas mereka untuk mencapai suatu tingkat spiritualitas tertentu dalam realitas obyektif yang bersifat plural.
Tradisi Mantab dalam Pengembangan Masyarakat di Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo Nur Mazidah
The Sociology of Islam Vol. 6 No. 1 (2023): June
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2023.6.1.14-30

Abstract

The research about “The Study of Mantab Tradition for Community Development in Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo” is based on the idea that : 1) Mantab is one of social institution that serve the religious-social function, 2) Among perception of Gedangan’s societies, Mantab tradition need to be developed and it has spectacular members, about 7000 people, 3) Mantab tradition has socio-cultural mechanism growth from local content. Its position very often become strategic tools for community development information. This research is focused on the following matters. 1) Social function of Mantab tradition as religious institution, 2) the perception of the community toward Mantab tradition and, 3) the real contributions of Mantab tradition in the process of community development. Theoretical concepts underlying this research are paradigm of structural-functional theory. In addition, it is aimed at discovering whether there is any relation between social function of institution as written in theory matches the fact found in the real life. The writer applies qualitative research using phenomenological approach. The technique used in this research is in-depth interview and observation. Purposive sampling used to get the whole information needed.
Kekuasaan dan Peran Ganda Perempuan (Analisis Sosiologi Terhadap Perempuan Pembatik di Madiun) Silviana, Ika
The Sociology of Islam Vol. 6 No. 1 (2023): June
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2023.6.1.79-94

Abstract

Hingga kini, kaum perempuan di negeri ini rentan mengalami diskriminasi dan eksploitasi. Konstruksi budaya menempatkan posisi perempuan sebagai pihak yang harus lemah-lembut, sopan-santun, dan patuh pada suami. Mereka tidak diperkenankan melangkahi laki-laki, karena akan dianggap sebagai perempuan yang tidak tahu diri. Dalam kultur masyarakat Jawa, perempuan diidentikan sebagai konco wingking dan tidak diperkenankan bekerja di sektor publik. Hal ini juga dialami oleh perempuan pembatik. Salah satu kasus yang dianalisis di tulisan ini adalah perempuan pembatik di home industry batik Retno Dumilah, Madiun. Mereka mengalami kontrol dari masyarakat untuk menjalankan peran ganda (double bourden): domestik dan publik. Akan tetapi, ditengah keterbatasan itu para perempuan pembatik tersebut terkadang mampu mencari celah agar diri mereka juga mendapatkan kekuasaan dari kelengahan laki-laki
Peran Filantropi dalam Pengentasan Kemiskinan Komunitas Lokal Hadi Tamim , Imron
The Sociology of Islam Vol. 6 No. 1 (2023): June
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2023.6.1.54-78

Abstract

Penelitian ini berusaha untuk mendiskripsikan bagaimana kontribusi filantropi di dalam meningkatkan kesejahteraan. Lokasi penelitian di Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember. Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, dan pengumpulan data meggunakan teknik observasi non partisipasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa filantropi yang dilakukan oleh petani jeruk terhadap keluarga miskin baik yang berupa karitas maupun pemberdayaan sera penyediaan sumber-sumber produksi mempunyai kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan.
Selametan sebagai Tradisi Lokal Pedesaan Masyarakat Jawa Tohari , Amin
The Sociology of Islam Vol. 6 No. 2 (2023): December
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini berupaya mengkaji ritual pedesaan Jawa-Islam yang disinyalir sinkretis dan dipraktekkan sejak ratusan tahun lamanya. Dengan fokus pada sosiologi pedesaan, selametan dipandang sebagai sumber keharmonisan social dan agama yang terpadu dalam ritual bersama. Analisis peneliti menunjukkan bahwa representasi selametan yang memiliki struktur yang identic dengan keyakinan ‘orang ndeso’. Asal usul ritual ini mulai mencuat kembali pada awal abad ke-19 dengan modifikasi Islam sebagai warna ‘Islam Keraton’. Namun, ritual ini tidak terdokumentasi dengan baik dalam studi-studi ilmiah, terutama dalam konteks sosiologi pedesaan yang mempunyai unsur kuat di dalam mendialogkan antara agama dengan tradisi lokal.
Conflict Analysis in Fundraising for Mosque Construction from Ralf Dahrendorf’s Perspective Azmi, Mohammad; Taufiq, Amal
The Sociology of Islam Vol. 7 No. 1 (2024): June
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2024.7.1.1-14

Abstract

The problems studied in this research are: how is the process of collecting funds for building a mosque in Serah Village Panceng District Gresik Regency and how conflicts occur in collecting funds involving the construction committee, the mosque administrator and the community as parties who must carry out the decision to give infaq. This research uses qualitative methods with data collection techniques in the form of observation, interviews with related parties, namely the mosque construction committee, mosque ta'mir and residents of the surrounding community. The theory used for analysis uses the perspective of Ralf Dahrendorf's conflict theory. The results of the research show that firstly, because of the high construction costs required for the construction of the mosque, funds were collected by the mosque ta'mir management through various methods, including withdrawing infaq to the community, but the problem is that the committee has determined the nominal amount of the infaq so that it burdens the community. who are classified as economically weak communities. Secondly, the conflict over collecting infaq was also carried out on residents of Serah village who worked as migrant workers in Malaysia, even though their families were already burdened with paying infaq as well.