cover
Contact Name
Endah Triastuti
Contact Email
endah.triastuti@ui.ac.id
Phone
+622178849018
Journal Mail Official
jki@ui.ac.id
Editorial Address
Gedung Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, Jawa Barat, Indonesia
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Komunikasi Indonesia
Published by Universitas Indonesia
ISSN : 23019816     EISSN : 26152894     DOI : https://doi.org/10.7454/jkmi
The aim of the Jurnal Komunikasi Indonesia is to promote and enhance advanced academic discussions, including research development and debates in the field of media and communication. It also serves as a interdisciplinary forum for researchers and industry players who use research as the frame for social awareness, development, and change. We welcome any submission of manuscripts throughout the year. Authors are invited to submit scholarly works on communication such as International Relations, Media Management, Film and Media Arts, Game Studies, Digital Education and Communities, Communication and Policies, Globalization and Social Impact, Youth and Media, Audience and Perception Analysis, Democracy and Integration, Media Literacy and Education, Media and Development, Health Communication, Political Communication, Hegemony and the Media, Gender and Sexuality, Queer and Media, Social Media and Subcultures, Popular Culture and Society, Media and Religion, Media and Identity, War/Peace Journalism, Conflict and Crisis Communication, Strategic Communication and Information Management, Digital Media, Advertising and Persuasive Management, Public Relations and Crisis Management, Global Journalism and relevant areas from the standpoint of media and communication.
Articles 202 Documents
Presenting Local Wisdom: A Multimodal Analysis of Sedekah Gunung Merapi Video as a Tourism Promotion in Boyolali Regency Rachmawati, Julianne Indah; Warto, Warto; Pitana, Titis Srimuda
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol. 7, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upacara tradisional Sedekah Gunung adalah salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Desa Lencoh, Selo, Kabupaten Boyolali. Upacara ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa terima kasih penduduk desa dan meminta perlindungan Tuhan dari bencana. Upacara ini memiliki potensi karena sering menjadi daya tarik wisata. Liputan media diperlukan untuk menyebarkan konten dan informasi tentang upacara ini. Salah satu contoh liputan media tentang tradisi ini adalah video yang diunggah di situs berbagi video YouTube bernama Sedekah Gunung merapi. Tulisan ini menganalisis beberapa aspek: (1) Apa sarana yang digunakan dalam video Sedekah Gunung Merapi untuk menghadirkan Sedekah Gunung sebagai objek wisata Kabupaten Boyolali? (2) Bagaimana penyajian kearifan lokal Boyolali dalam video Sedekah Gunung Merapi mempromosikan pariwisata Kabupaten Boyolali? (3) Apa makna penyajian kearifan lokal dalam video Sedekah Gunung merapi sebagai promosi pariwisata di Kabupaten Boyolali? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah nalisis multimodal yang dikembangkan oleh Kress dan van Leeuwen. Video yang diteliti mengandung lebih dari dua sistem semiotik yang terdiri dari linguistik, visual, audio, gestural, dan spasial. Penelitian ini menemukan bahwa wacana tentang kearifan lokal dibangun untuk menonjolkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh komunitas Boyolali. Wacana dikemas dan disebarluaskan melalui video untuk mengkomersialkan pariwisata kabupaten Boyolali. The traditional ceremony of Sedekah Gunung is one of the local wisdoms possessed by the community of Lencoh Village, Selo, Boyolali Regency. The ceremony aims to express the villagers’ gratitude and requests the protection of God from disasters. This ceremony has potency as it often becomes a tourist attraction. media coverages are needed to disseminate contents and information about this ceremony. one example of existing media coverages on the tradition is a video uploaded on video-sharing website YouTube named Sedekah Gunung Merapi. This paper analyzes several aspects: (1) What are the means used in the Sedekah Gunung Merapi video to present Sedekah Gunung as a tourist attraction of Boyolali Regency? (2) How does the presentation of Boyolali’s local wisdom in Sedekah Gunung merapi video promotes Boyolali Regency’s tourism? (3) What is the meaning of presenting local wisdom in Sedekah Gunung Merapi video as tourism promotion in Boyolali Regency? The method used in this research is multimodal analysis developed by Kress and van Leeuwen. The studied video contains more than two semiotic systems consisting of linguistic, visual, audio, gestural, and spatial. The research finds that discourses on local wisdom are constructed to accentuate the cultural richness possessed by Boyolali’s community. discourses are packaged and disseminated through the video to commercialize the regency’s tourism.
Hyperreality Among Defense of the Ancients 2’s Players Cempaka, Putri Surya; Haryatmoko, Johannes
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol. 7, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studi ini meneliti kondisi dan praktik hiperrealitas di antara para pemain game online Dota 2 yang menunjukkan perspektif yang disebut pasca-manusia, sebuah perspektif yang percaya bahwa kemajuan teknologi akan memudahkan kehidupan secara umum. Dalam istilah kritis, ini mengurangi akal sehat manusia karena percaya bahwa teknologi telah mengambil alih fungsi manusia. Dalam memahami konsep post-human, dalam penelitian ini, kami merujuk kondisi post-human sebagai praktik hiperrealitas dengan berfokus pada persepsi visual para pemain Dota 2 selama aktivitas permainan mereka dan makna tentang permainan video mereka. Penelitian ini menggunakan konsep simulakra, simulasi, dan hiperrealitas menurut Jean Baudrillard. Dalam kondisi hiperrealitas, representasi yang tertanam dalam otak manusia mengubah imajinasi menjadi kenyataan, yang dapat dilihat dari representasi aktualisasi diri yang dirasakan oleh masing-masing individu, dalam hal ini pemaian Dota 2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan empat informan, yang dipilih secara purposif, dengan dua kategori siswa dan karyawan perusahaan. Studi ini menemukan praktik hiperrealitas yang nyata dari pemain Dota 2 yang menunjukkan kondisi pasca-manusia, di mana pemain lebih nyaman untuk bersaing dan mencapai sesuatu secara virtual. Pemain Dota 2 bertindak seperti pelarian yang mengejar sesuatu yang bisa mereka banggakan bukan dari dunia nyata. This study examines the condition and practice of hyperreality among players of online game dota 2 that demonstrates a perspective called post-human, a perspective which believes that technological advancement will ease life in general. In critical term, it diminishes human sense because it believes that technology has taken over human’s functions. In understanding the concept of post-human, in this study, we refer the post-human condition as hyperreality practice by focusing on the visual perception of dota 2 players during their gaming activities and the meaning about the video game for them. This study uses the concepts of simulacra, simulation, and hyperreality according to Jean Baudrillard. In hyperreality conditions, the representation that is embedded in human brain transforms imagination into reality, which can be seen from the representation of self-actualization felt by each individual, in this case dota 2 gamers or players. This study was conducted using qualitative approach and data collection derived from in-depth interview with four informants, who were chosen purposively, with two categories of students and corporate employees. This study finds obvious hyperreal practice of Dota 2 players that indicates post-human condition, in which players are more comfortable to compete and achieve something virtually. dota 2 players act like the escapists who pursue something they can be proud of not from the real world.
Jalin Merapi: Penggunaan Media Baru dan Gerakan Sosial Penanggulangan Bencana Mahaswari, Mirah
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

mampu menjadi fasilitator gerakan sosial penanggulangan bencana di masyarakat. Secaraepistemologis, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulandata berupa wawancara – terhadap para pegiat dan relawan Jalin Merapi, observasi, danstudi dokumen. Beragam kanal media baru yang digunakan Jalin Merapi pun diteliti untukmengetahui alur informasi yang terjadi, diantaranya: SMS Gateway, Yahoo Messenger Chat, Website, Twitter, Facebook, radio streaming, dan webcam streaming. Melalui pendekatan Covergence Theory (1981), penelitian ini juga menilik isu konvergensi media yang dihadirkan oleh Jalin Merapi, dimana beragam media baru tersebut mampu menjadi konektor antarindividu – pegiat organisasi, relawan, penyintas, donatur – yang terhubung oleh pertukaran informasi. Selain itu, sejalan dengan kerangka Social Action Model oleh Renckstorf (1989), tingginya motif sosial masyarakat setempat merupakan faktor penting dalam mewujudkan gerakan sosial via media baru oleh Jalin Merapi. The research tries to potray that new media usage of Jalin Merapi can fasilitate a socialmovement for disaster management. The data is gathered by using qualitative method,such as: in-depth interview, observation, and reference study. Any new media channelswhich are used by Jalin Merapi also being research to find out how the flow information goes. Some of the channels are: SMS Gateway, Yahoo Messenger Chat, Website, Twitter, Facebook, radio streaming, and webcam streaming. Covergence Theory (1981) is applied to study the media convergence issue of the research, where those various new media channels could be the connector of the institution and netizen. Besides, considered a Social Action Model by Renckstorf (1989), the high social motive of the public is an ultimate factor to create a social movement via new media.
Pergeseran Budaya Komunikasi pada Era Media Baru: Studi Kasus Penggunaan Facebook oleh Digital Natives Virginia, Amelia
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai sebuah media baru, Facebook memiliki platform yang berbeda dengan mediakonvensional. Platform tersebut dapat memberikan implikasi pada budaya komunikasipenggunanya, dalam penelitian ini digital natives. Sebagai generasi fasih menggunakanteknologi media baru, digital natives menggunakan Facebook sebagai sebuah mediakomunikasi. Melihat fenomena di atas, penelitian ini bermaksud untuk mengeksplorasipergeseran budaya komunikasi yang dikonstruksi oleh digital natives. Pergeseran budayaini menjadikan digital natives melakukan strategi diferensiasi media dalam berkomunikasidengan cara membedakan isi pesan dan penerima pesannya. Penelitian ini memberikan informasi mengenai nilai-nilai budaya komunikasi yang dianut oleh digital natives di Indonesia. Serta memberikan gambaran tentang budaya komunikasi yang terbentuk pada generasi muda di era media baru, sehingga dapat memberikan masukan pada studi-studi mengenai remaja, media, komunikasi, dan budaya. As a new media, Facebook provides a different platform than conventional media. Thisplatform implicates the communication culture of its users, in this research: Digital Natives.As a generation literate in using new media technologies, Digital Natives use Facebook asa communication media. Considering this phenomenon, the research tries to explore shiftsin communication culture as constructed by Digital Natives. This cultural shift leads DigitalNatives to strategise in communication and media differentiation to distinguish messagecontent and its receiver. This research provides information on communication culture thatare adopted by Digital Natives in Indonesia. It also provides a picture on the communicationculture shaped by younger generations in an era of new media, thus able to provide insights to studies on teenagers, media, communication, and culture.
Robert W. McChesney, Ilmu Komunikasi, dan Tradisi Kritis Haryanto, Ignatius
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini hendak memperkenalkan seorang tokoh ilmuwan komunikasi kritis abad XX dan XXI sekaligus juga seorang aktivis, yaitu Robert W. McChesney. Chesney adalah penulis produktif yang banyak menyoroti sekaligus mengritik industri media di Amerika yang mendominasi di dalam dan luar negeri. Chesney meneruskan tradisi ilmuwan komunikasi yang telah dirintis sebelumnya oleh Herbert Schiller dan Dallas Smythe ataupun Noam Chomsky, yang utamanya mengritik struktur kepemilikan industri media, lalu juga mengritik orientasi isi media yang terlalu komersial dan sensasional. Tulisan ini barulah melakukan suatu pemetaan awal pemikiran Chesney dan akar-akar pemikiran yang mempengaruhi Chesney, salah satunya adalah Karl Marx. This article tries to introduce a 20th and 21st century critical communication scholar who is also an activist, Robert W. McChesney. Chesney is a productive writer who often highlights and criticizes the US media industry that dominates domestically and globally. Chesney continues the traditions of previous communication scholars such as Herbert Schiller, Dallas Smythe, or Noam Chomsky, particularly in criticizing the ownership of media industries and the orientation of media content that has been much too commercialized and sensationalized. This article thus maps out Chesney’s early works and the theoretical roots that influences Chesney's arguments, among others Karl Marx.
Dramaturgi dalam Komunikasi Politik Walikota Solo Joko Widodo Indrananto, Cahyadi
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana seorang pemimpin daerah di era desentralisasi saat ini menciptakan hubungan interaktif dengan masyarakatnya dan membangun kepercayaan mereka. Penulis melakukan pengamatan berperan-serta terhadap Walikota Surakarta (Solo) Joko Widodo (Jokowi) menggunakan bingkai teori dramaturgi Erving Goffman, yang memanfaatkan metafor teater untuk menganalisis perilaku manusia (Mulyana, 2010, h.106). Penulis mendapati bahwa melalui sikap yang tidak selamanya konsisten dengan pemahaman dramaturgi, Jokowi telah melaksanakan berbagai strategi komunikasi politik di Kota Solo. This study aims to understand ways local leaders develop an interactional relationship to induce their faith on their people and voters. For the purpose of the study, city mayor Joko Widodo (Jokowi) of Surakarta (Solo) was observed using the framework of Erving Goffman’s Theory of Dramaturgy, which employs the metaphor of theatre to analyse human’s behavior (Mulyana, 2010, h.106). Through analysis, the study elicits Jokowi’s political communications strategy that is not consistently aligned with the dramatugical assumptions.
Media dan Identitas: Cultural Imperialism Jepang Melalui Cosplay (Studi terhadap Cosplayer yang Melakukan Crossdress) Rastati, Ranny
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini membahas mengenai bagaimana peran media dalam membentuk identitas cosplayer dan bagaimana identitas cosplayer yang melakukan crossdress. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, menggunakan paradigma critical-constructionism, metode studi kasus dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan observasi terlibat. Konsep yang digunakan adalah konsep budaya populer termasuk di dalamnya cosplay yang merupakan salah satu bentuk soft power Jepang untuk menyebarkan budayanya ke seluruh dunia. Selain itu dilihat juga bagaimana peran media dalam pembentukan identitas, konsep identitas, konsep anak muda, serta gender dalam pakaian dan fesyen. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ditemukan bahwa identitas seorang cosplayer dipengaruhi oleh media, komunitas, dan sosok yang menjadi idola atau seseorang yang dikagumi. This paper looks at the media’s role in shaping the identities of cosplayer and how their identity relates to crossdressing. This research is a qualititve research that employs critical-constructionism, case study for its method, and collects data from in-depth interviews, direct observation, and participant observation. The concept used is popular culture, that includes cosplay as a form of Japanese soft power for cultural dissemination. Aside from that, it is also studied how the media plays a role in shaping identities, concepts of identities, youth, and gender in relation to clothing and fashion. Based on the analysis, it is found that the identity of a cosplayer is influenced by the media, community, and rolemodels.
Trik Lama di Era Baru: Swasensor dalam Jurnalisme Indonesia Tapsell, Ross
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Meskipun Indonesia telah memasuki era demokrasi dan kebebasan pers, self-censorshiptetap eksis di praktik profesional di banyak jurnalis koran Indonesia. Indonesia memilikisejarah sensor yang panjang, terutama terkait tekanan dari Pemerintah yang mendorongjurnalis untuk melakukan swasensor terhadap karya mereka. Swasensor memang telahdidorong dan dipromosikan melalui nilai-nilai yang diinternalisir dan diinstusionalisasi dibanyak publikasi koran Indonesia. Melalui wawancara dengan para jurnalis yang bekerjauntuk koran baru dan koran yang dihidupkan kembali di Indonesia, artikel ini akanmenjelaskan bagaimana praktik ini bisa berkembang dan bertahan hingga saat ini. Bila direzim Orde Baru, agen utama dalam tekanan ini adalah Pemerintah, saat ini pemilik Koran menjadi figur kuat yang memaksakan kehendak dan membatasi otonomi jurnalis Indonesia. Even though Indonesia has entered a new era of democracy and press freedom, self-sensorship still exists in the professional practices of many Indonesia newspaper journalists. Indonesia has a long history of cencorship, particularly from the government encouraging journalists to self-ensor their work. As such, self-censorship has been encouraged and promoted through the institutionalised and internalised values of many Indonesian newspaper publications. Through interviews with journalists who work for new and re-established newspaper in Indonesia, this article will explain how the practice has evolved, and how it persist today. While the main agent of pressure during Indonesia’s New Order regime was the government, today the owners of newspapers are powerful figures who exert their influence and hinder the autonomy of Indonesianjournalists.
Konstruksi dan Reproduksi Maskulinitas Kelompok Muda Urban Kelas Menengah (Studi Fenomenologi di Antara Penonton Drama Korea Selatan) Wulantari, Raden Ayu
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karakter maskulin yang ‘lembut’, yang tumbuh dalam diri kelompok laki-laki urban kelas menengah saat ini berbeda dengan karakter maskulin yang digambarkan oleh media mainstream yang menekankan maskulinitas sebagai karakter yang tegas, keras, gagah dan macho. Kelompok muda saat ini meyakini bahwa laki-laki itu boleh saja menangis, memiliki sensitivitas, melankolis, dan lain-lain. Akibatnya, tidak jarang masyarakat mempersepsikan bahkan mengidentikkan kelompok tersebut sebagai kurang jantan. Karakter 'lembut' tersebut sudahbanyak digambarkan oleh film Korea Selatan, namun belum banyak digambarkan oleh media Indonesia. Drama Korea Selatan telah menampilkan sisi maskulinitas laki-laki Korea Selatan apa adanya dengan menunjukkan bahwa soft emotion merupakan hal yang wajar dimiliki seorang laki-laki. Karena itu, bisa dimengerti bila kelompok tersebut di atas menyukai drama tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk bisa memahami bagaimana kelompok tersebut mengkonstruksikan dan mereproduksi nilai-nilai maskulinitas pada diri mereka. ‘Soft’ masculinity characters that is currently emerging in urban middle class men constrastsagainst what is portrayed in mainstream media, usually emphasising on masculinity as strict, strong, manly, and macho. This young group believes that men may cry, be sensitive, be melancholic, and such. As a result, often there is public perception that stereotypes the group as not manly enough. This ‘soft’ character is often portrayed in South Korean dramas, but not yet in Indonesian media. South Korean dramas has potrayed South Korean men as they are by showing that soft emotions is common in a man. Thus, it is understandable if this group takes pleasure in watching such dramas. This research is conducted to understand how the group constructs and reproduces masculine values in themselves.
Identitas Kelompok Disabilitas dalam Media Komunitas Online: Studi Mengenai Pembentukan Pesan Identitas Disabilitas dalam Kartunet.com Nastiti, Aulia Dwi
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol. 2, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Media komunitas dapat memberikan ruang bagi kelompok yang terpinggirkan untuk membentuk pesan mereka sendiri. Melalui media komunitas Kartunet.com, sekelompok anak muda tunanetra yang tergabung dalam komunitas Kartunet berupaya mengkonstruksi identitas kelompok disabilitas dalam berbagai pesan yang mereka suarakan. Kartunet merupakan komunitas yang digerakkan oleh anak muda tunanetra untuk memberdayakan penyandang disabilitas. Penelitian ini signifkan untuk menunjukkan bagaimana media komunitas, khususnya dalam medium online, beroperasi dalam memberikan ruang bagi kelompok marjinal. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi semi-partisipatif ke dalam komunitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan identitas kelompok disabilitas merupakan proses bertahap dari identitas personal, identitas komunitas, dan identitas kelompok disabilitas. Pembentukan identitas disabilitas dalam media komunitas Kartunet.com terjadi melalui proses konstruksi yang melibatkan berbagai faktor internal maupun eksternal komunitas dan identitas yang terbangun sifatnya dinamis. The notion of community media provides a space for marginalised groups to form their ownmessage. Through the community media Kartunet.com, a group of visually-impaired peopleseek to construct group identity of those with disability to send their message out to public.Kartunet is a community organised by young visually-impaired people to empower people with disabilities through the usage of information technology. This study is significant to show how community media, especially through online platforms, operates for minority groups in order to deliver their own message. The research was conducted using qualitative approaches through in-depth interviews and semi-participatory observation within the community. Findings show that the formation of the disabled group identity is a gradual process involving personal identity, community identity, and group identity related to disabilities. Identity formation of disabilities in Kartunet.com community media takes place through a construction process that includes a variety of internal and external factors in which constructed identities acquire dynamic characteristics.

Page 4 of 21 | Total Record : 202