cover
Contact Name
Mika Rizki Puspaningrum
Contact Email
mika.puspaningrum@itb.ac.id
Phone
+6281246804772
Journal Mail Official
mika.puspaningrum@itb.ac.id
Editorial Address
Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bulletin of Geology
ISSN : 25800752     EISSN : 25800752     DOI : 10.5614/bull.geol.
Bulletin of Geology is a research-based periodical scientific open access journal published by Faculty of Earth Sciences and Technology, Institut Teknologi Bandung (ITB). The published article in Bulletin of Geology covers all geoscience and technology fields including Geology, Geophysics, Geodesy, Meteorology, Oceanography, Petroleum, Mining, and Geography. The submitted abstract must be written in English and Bahasa Indonesia, but the article content is English or Bahasa Indonesia.
Articles 100 Documents
ANALISIS GEOMEKANIKA PADA BATUAN DASAR, DI AREA JS-1 RIDGE BAGIAN SELATAN, CEKUNGAN JAWA TIMUR UTARA Agung Gunawan; Benyamin Sapiie; Bintoro Wibowo
Bulletin of Geology Vol 1 No 1 (2017): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2017.1.1.1

Abstract

East Java basin is one of production basin in Indonesia. Recently, basement is began evaluated more detail, and also has become one of exploration target in this area. Geomechanics and critically stress fractures analysis are some of methods which is used to evaluate basement potential. These methods are used to evaluate fractures which contribute to fluid flow in basement. Fracture interpretation is done in 2 (two) exploration well, Well-A and Well-B. The result of interpretation show the orientation of natural fracture in both wells is Northeast- Southwest (NE-SW). The orientation of SHmax in Well-B is Northeast Southwest (NE-SW) perpendicular to the breakout fractures. The orientation of Shmin in Well-B is Northwest-Southeast (NW-SE) parallel to breakout fractures. In this research, geomechanics model has only been carried out based on Well-B. The model shows that tectonic regime is strike-slip, the major stress orientation is Northeast-Southwest (NE-SW). The critically stress fracture analysis show that fracture orientation, which is in critical condition, is N 10o-20o E and N 65o E. These fractures are considered contribute to the fluid flow in basement.
RESERVOIR CHARACTERIZATION AND COMPARTMENT IN POSTRIFT DEPOSITED, UPPER TALANGAKAR FORMATION, BELUT FIELD, SOUTH SUMATRA BASIN Dimas Pramudito; Dwiharso Nugroho; Mirzam Abdurrachman
Bulletin of Geology Vol 5 No 2 (2021): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Belut field is one of Pertamina EP assets which has been in production for more than 50 years. This field is located about 120 km west of Palembang City, South Sumatra. The main reservoir is sandstone and limestone which was deposited at the beginning of the Miocene and is included in the upper part of the Talangakar or Transgressive Member (TRM) group. The discovery of hydrocarbons in a more down flank (north) area originated from step out drilling in the study area. Based on the drilling, oil is obtained from the sandstone reservoir with a greater pressure than in the existing area. Currently, Belut area is already in the development stage, so a more comprehensive reservoir model is needed for further development strategies. The data used in this study are core rock data from three wells, wireline data from 47 wells, fossil analysis, borehole images, and three-dimensional seismic data (3D Karbela) as well as reservoir pressure data. The first stage of the research was to determine lithofacies and facies associations from core rock data and biostratigraphy. Furthermore, determine parasequence marker ce and sequence by the electrofacies pattern for each well. Sequence stratigraphic correlation was performed to determine the distribution pattern of depositional facies. Reservoir characterization in three dimensions was carried out by modeling facies, shale volume, porosity, permeability, rock type, and saturation. Based on the correlation of sequence stratigraphy and seismic stratigraphy, the lateral distribution of the facies indicates a southward basinward direction. In this study, the southern area will be dominated by distal or marine deposits. On the other hand, the further north, terrestrial deposits will be found which are more sand prone in nature. An increasing in sea level during filling of basins (retrogradational) causes changes in facies vertically, hence it made channel, delta, to shallow marine deposition systems. The pressure data shows the northern part (after datum) has a pressure of 0.85 - 0.99 (SG equivalent) while the existing area has a pressure of 0.67 - 0.78 (SG equivalent). The difference in pressure is due to differences in genetic facies in the same sequence between the northern and southern areas. Based on the analysis of formation pressure and the discovery of hydrocarbon potentials in the down flank area, it shows that there is a compartment between the north and south areas (stratigraphic trap).
DESKRIPSI LITOLOGI BATUAN DASAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK RESERVOIR REKAHAN ALAMI DI BLOK OGAN KOMERING, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN Bayu Sapta Fitriana; Benyamin Sapiie; Alfend Rudyawan
Bulletin of Geology Vol 7 No 3 (2023): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan hidrokarbon pada reservoir batuan dasar (basement) di Blok Ogan Komering (OK), Sumatra Selatan, telah terbukti sejak tahun 1992 sejak penemuan hidrokarbon pertama pada sumur ASD-1 dengan laju alir 1.890 BOPD. Pada Tahun 2014, hidrokarbon pada batuan dasar kembali ditemukan dari pemboran sumur BDA-1 dengan laju alir 3,4 MMSCFD. Temuan-temuan hidrokarbon pada batuan dasar ini memberikan indikasi yang penting untuk menemukan kembali potensi-potensi hidrokarbon dari reservoir batuan dasar di daerah ini. Fokus penelitian ini memuat aspek litologi, umur batuan, dan karakteristik rekahan alami berdasarkan data sumur, seismik, petrografi dan data pentarikhan umur batuan (age dating) yang memberikan wawasan tentang litologi batuan dasar, serta hubungannya dengan karakteristik rekahan alami dan kualitas reservoir di Blok OK, Cekungan Sumatra Selatan. Penemuan hidrokarbon di reservoir Batuan dasar pra-Tersier di area Blok OK sebelumnya didefinisikan terakumulasi pada batuan dasar granitik. Berbagai litologi yang terdapat di batuan dasar menunjukkan kompleksitas dari sejarah tektonik di Cekungan Sumatera Selatan. Studi petrografi lebih rinci menunjukkan komposisi litologi yang lebih kompleks. Litologi batuan dasar pra-Tersier terdiri dari granodiorit, diorit, marmer, andesit, serpih, filit dan sekis. Pentarikhan K-Ar pada batuan dasar andesit menghasilkan interval umur antara 61-131 juta tahun yang lalu, setara dengan Kapur Awal-Akhir. Secara lebih detail, batuan beku di daerah ini telah mengalami proses alterasi hidrotermal, yang ditunjukkan dengan kehadiran mineral-mineral alterasi dalam komposisi batuannya. Log gambar pada interval batuan dasar menunjukkan perkembangan rekahan alami yang baik pada interval batuan dasar. Perkembangan rekahan alami memiliki korelasi dengan jenis litologi. Rekahan alami berkembang dengan baik pada litologi granodiorit, diorit, marmer, dan kuarsit. Batas satuan antar litologi yang beragam ini diinterpretasikan sebagai kontak sesar. Kontak sesar yang disertai dengan zona hancuran antara litologi yang berbeda menguntungkan untuk pengembangan rekahan dan berkorelasi dengan indikasi hidrokarbon.
ANALISIS KEBERADAAN DAN PENYEBAB TERJADINYA TEKANAN LUAP DI DAERAH LEPAS PANTAI JAWA TIMUR Charlianto Valdo
Bulletin of Geology Vol 2 No 2 (2018): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2018.2.2.4

Abstract

Cekungan Jawa Timur merupakan salah satu cekungan sedimen dengan kegiatan ekplorasi migas yang cukup intesif. Salah satu permasalahan yang banyak ditemukan di cekungan ini adalah keberadaan tekanan luap di sumur pengeboran. Penelitian ini dilakukan pada empat sumur lepas pantai Jawa Timur. Deteksi keberadaan tekanan luap di daerah penelitian diketahui dengan menganalisis data log tali kawat, geokimia batuan induk, laporan kejadian pengeboran, dan data tekanan sumur. Analisis penyebab terjadinya tekanan luap pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan data kematangan batuan induk, data log tali kawat, dan plot Dutta. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa satu sumur berada pada kondisi hidrostatik, sedangkan tiga sumur lainnya memiliki tekanan luap. Tekanan luap pada satu sumur disebabkan oleh batuan yang gagal kompak (loading mechanism), sedangkan dua sumur lainnya disebabkan juga oleh kematangan batuan induk dan diagenesis mineral lempung (nonloading mechanism). Metoda Eaton digunakan untuk membuat estimasi tekanan pori di sumur. Angka eksponen Eaton untuk log sonik pada daerah penelitian berkisar antara 1.1 – 2.6. Perbedaan kedalaman puncak tekanan luap dipengaruhi oleh kecepatan sedimentasi, variasi litologi, dan posisi sumur.
GEOMORFOLOGI SESAR AKTIF DI PULAU RUMBERPON, PAPUA Astyka Pamumpuni; Benyamin Sapiie; Ipranta Ipranta; Imam Achmad Sadisun
Bulletin of Geology Vol 6 No 1 (2022): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Morfologi di bagian Leher Burung, Papua didominasi oleh bentuk morfologi sesar naik dan lipatan. Morfologi yang menunjukkan lipatan ideal yang masih muda, bentukan antiform merepresentasikan antiklin. Namun demikian, data kegempaan di daerah Leher Burung, Papua menunjukkan banyaknya gempa dengan mekanisme sesar normal dan sesar mendatar. Observasi geomorfologi di lokasi Leher Burung, di Pulau Rumberpon dilakukan pada studi ini dengan menggunakan data DEM dengan resolusi 8m dari DEMNAS. Analisis geomorfologi ditekankan pada identifikasi sesar aktif. Data kegempaan yang berupa lokasi gempa (epicenter dan hipocenter), magnitudo, dan waktu kejadian didapatkan dari katalog kegempaan yang telah direlokasi. Mekanisme fokal gempa didapatkan dari katalog CMT. Data kegempaan digunakan untuk melihat hubungan data kegempaan dan hasil analisis geomorfologi. Hasil analisis geomorfologi menunjukkan adanya sesar normal yang aktif berkorelasi dengan arah jurus dari mekanisme fokal yang ada di area ini. Observasi menunjukkan adanya bukti-bukti sesar normal dengan arah jurus utara-selatan (N-S) dan timur laut-barat daya (NE-SW). Fitur-fitur geomorfologi yang terpetakan antara lain adalah laguna yang memanjang, lembah paralel, penampang topografi yang menunjukkan seri rangkaian sesar normal, gawir sesar, dan relay-ramp. Fitur geomorfologi yang ada menunjukkan adanya seri sesar normal aktif memiliki kemiringan ke barat dengan jurus ke utara-selatan sesuai dengan arah jurus dari mekanisme fokal kegempaan yang ada. Kesesuaian antara mekanisme fokal gempa dan bukti morfologi menunjukkan adanya sesar normal aktif di area Leher Burung, terutama di Pulau Rumberpon. Mekanisme pembentukan sesar di Pulau Rumberpon ini terkait erat dengan Sesar Yapen-Sorong dan adanya pembelokan ke kanan zona sesar tersebut.
MIDDLE MIOCENE BIOSTRATIGRAPHY AND PALEO-OCEANOGRAPHY OF SUPIORI ISLAND, PAPUA BASED ON CALCAREOUS NANNOFOSIL ASSEMBLAGES Ryan Dwi Wahyu Ardi; Nadila Novandaru; Istiana Istiana; Alviyanda Alviyanda; Rubiyanto Kapid; G.M. Lucky Junursyah; Rahmat Y Saragih
Bulletin of Geology Vol 3 No 3 (2019): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2019.3.3.4

Abstract

Calcareous nannofossil assemblages have been analysed from three stratigraphic sections on Supiori Island to determine biozonation and paleo-oceanographic condition. Based on Neogene Calcareous Nannofossils Zonation (Martini, 1971), section BK 78 (Wainukendi Formation) classified into three zones, which coeval to NN7–NN9 and or younger (Middle Miocene). Section BK 95 (Napisendi Formation) categorised into five zones, which equivalent to NN5–NN9 (Middle Miocene), and section BK 98 (Wafordori Formation) is considered to be equivalent to NN7 (Middle Miocene). Those results indicate a correlatable interval (NN7) and an interfinger contact between Wainukendi, Wafordori, and Napisendi Formations. Paleo-oceanographic parameters namely thermocline/nutricline depth and paleosalinity were analysed in this research. Thermocline/nutricline depth analysis from Discoaster abundance and mean coccolith size of Reticulofenestra and Coccolithus indicate sea surface condition changes from oligotrophic (NN5–NN7) to eutrophic (early NN8) and then again into oligotrophic (from late NN8 to NN9). Paleosalinity analysis based on abundance comparison between Sphenolithus neoabies, Helicosphaera carteri, and Calcidiscus leptoporus denotes paleosalinity shift from normal saline (NN7) to hyposaline condition (NN8 – NN9). Those paleo-oceanographic parameters changes most likely related to the closing of Indonesian Seaway due to regional uplift, which triggered the formation of proto West Pacific Warm Pool (WPWP), Equatorial Under Current (EUC), and eventually a La Nina-like condition on late Middle Miocene (NN8–NN9).
ANALISIS PERBANDINGAN METODE GEOREFERENSI LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA DATA AWAN TITIK Sella Lestari Nurmaulia
Bulletin of Geology Vol 7 No 1 (2023): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terrestrial Laser Scanning (TLS) technology can produce 3-Dimensional Modeling with good geometry. However, to be able to produce good geometric accuracy, one of which is the need for proper registration techniques and georeferencing processes. The registration technique that is widely used is the Iterative Closest Point (ICP) algorithm. The success of this registration technique is affected by the percentage of overlap, the magnitude of the angle, and the distance between the two data point clouds. In the indirect georeferencing technique, the point cloud data does not yet have global coordinates, so to unify all the scan results, the registration method using target-to-target registration or cloud-to-cloud registration needs to be done before using the ICP algorithm. Whereas in direct georeferencing, point cloud data for all scan results already has global coordinates so that the registration technique can directly use the ICP algorithm. How precise is the direct georeferencing method compared to the indirect georeferencing method on the results of the registration of the two point cloud data will be discussed in this study. The results obtained are the Root Mean Square Error (RMSE) value is the same for both direct georeferencing and indirect georeferencing methods.
ANALISIS SESAR TUMBUH PADA SISTEM TEKTONIK DELTA TERSIER DI SUBCEKUNGAN TARAKAN, KALIMANTAN UTARA Hade Bakda Maulin
Bulletin of Geology Vol 5 No 2 (2021): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Subcekungan Tarakan sangat menarik namun kurang dieksplorasi. Di sebelah utara, subcekungan ini dibatasi oleh Sesar Sampoerna dan di selatan dibatasi oleh Sesar Mangkalihat. Kedua patahan regional tersebut merupakan patahan geser mengiri yang menghasilkan pengaturan unik terhadap proses sedimentasi delta dan proses deformasi yang terjadi di daerah tersebut. Struktur geologi yang berkembang di Subcekungan Tarakan berorientasi relatif timurlaut-baratdaya dengan jenis sesar normal di bagian ekstensi atau proximal secara pengendapan delta dan sesar anjak (toe-thrust) di bagian kontraksi atau distal. Kesejajaran pola antara sesar normal dan sesar anjak dalam suatu area yang sama kerapkali menimbulkan kesalahtafsiran bagi para explorationist yang bekerja di area ini. Analisis struktur geologi berupa analisis deskriptif, kinematik dan dinamik dilakukan untuk mengetahui proses deformasi pada area ekstensi dengan mempertimbangkan proses sedimentasi Delta Tarakan. Pengukuran laju sedimentasi terhadap besaran throw dari masing-masing sesar normal dilakukan untuk mendapatkan Expansion Index (EI) sebagai gambaran terjadinya sesar tumbuh. Selanjutnya evaluasi terhadap sesar tumbuh dilakukan dengan restorasi penampang untuk mengetahui proses deformasi yang terjadi berupa strain dan adanya kemungkinan lain selain pergerakan normal yang diisi sedimen delta. Deformasi yang terjadi di area penelitian dapat dikenali sebagai tektonik delta yaitu proses sedimentasi yang menghasilkan kontrol gravitasi terhadap deformasi batuan. Berdasarkan analisis yang dilakukan, sesar-sesar normal yang berada di area ekstensi merupakan sesar tumbuh dengan indeks pertumbuhan (EI) yang bervariasi terhadap umur batuan dan lokasi sesarnya. Hasil analisis terhadap beberapa sesar tumbuh menunjukkan indeks pertumbuhan sesar bervariasi terhadap throw dan laju sedimentasi pada downthrown-nya. Indeks pertumbuhan yang tidak sempurna diamati pada sesar-sesar yang terletak di bagian barat area penelitian, diduga terpengaruh aktifitas pengangkatan struktur pada Pliosen sehingga mengerosi sebagian besar sedimen sesar tumbuh. Adanya pergerakan aktif Sesar Sampoerna dan Sesar Maratua memberi pengaruh terhadap konfigurasi tektonik delta (gravity induce tectonic) berupa inversi sesar tumbuh yang sekaligus membentuk closure bagi pemerangkapan hidrokarbon. Kata kunci: Makalah, Cekungan Tarakan, tektonika delta, toe-thrust folds, sesar tumbuh, inversion
MODEL GEOMEKANIKA SATU DIMENSI DAN KESTABILAN SUMUR BOR DI LAPANGAN HANDIL, CEKUNGAN KUTAI, KALIMANTAN TIMUR Patrick Bennett Dominic; Benyamin Sapiie; Indra Gunawan
Bulletin of Geology Vol 7 No 2 (2023): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lapangan Handil merupakan salah satu lapangan penghasil minyak dan gas bumi yang terletak di Delta Mahakam, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur. Lapangan ini telah berproduksi sejak tahun 1975 hingga saat ini. Pengeboran untuk pengembangan lapangan dilakukan secara intensif untuk mengoptimisasi produksi. Pada pengeboran sumur dengan inklinasi tinggi (lebih dari 300), permasalahan utama yang sering muncul adalah terkait dengan kestabilan sumur bor yaitu runtuhnya dinding sumur. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model geomekanika satu dimensi. Data yang digunakan yaitu data uji tekanan formasi, data uji rekah hidraulik, data log sumur dan laporan pengeboran, serta data uji kuat tekan inti batuan. Analisis geomekanika dilakukan dengan menentukan parameter elastisitas dan kekuatan batuan, tekanan pori, dan arah serta besaran ketiga tegasan utama, yaitu tegasan vertikal (Sv), tegasan horizontal minimum (Shmin) dan tegasan horizontal maksimum (SHmaks). Parameter yang digunakan dalam pembuatan model geomekanika satu dimensi pada penelitian ini menggunakan parameter yang telah digunakan di sumur H-N-93. Pada sumur H-N-93, terdapat isu ketidakstabilan lubang bor yang mengakibatkan pipa pengeboran terjepit dan menyebabkan pipa harus dikubur di dalam lubang bor. Berdasarkan kejadian tersebut, dibuat model geomekanika satu dimensi dan analisis kestabilan sumur bor sebagai acuan strategi pengeboran sumur selanjutnya. Hasilnya, pengeboran sumur H-V-508 berjalan dengan lancar tanpa adanya isu ketidakstabilan lubang bor dengan menggunakan parameter tersebut. Oleh karena itu, parameter dalam pembuatan model geomekanika satu dimensi dan analisis kestabilan sumur bor tersebut diaplikasikan pada kelima sumur lainnya yang akan dibor di Lapangan Handil. Berdasarkan model geomekanika satu dimensi yang telah disusun pada kelima sumur yang akan dibor (H-NA-100, H-NA-103, H-NA-295, H-NA-302, dan H-NA-108), konfigurasi tegasan utama digunakan untuk mengetahui rezim tegasan yang bekerja di Lapangan Handil. Analisis kestabilan sumur bor dilakukan dengan menggunakan kriteria kegagalan Mohr-Coulomb dan menghasilkan Shear Failure Gradient (SFG) sebagai batas minimum dalam menentukan berat lumpur pengeboran sehingga dapat diestimasi jendela tekanan lumpur. Selain itu, azimut dan inklinasi sumur juga dapat dioptimalkan berdasarkan diagram stereonet kestabilan sumur. Menurut klasifikasi Anderson (1959), rezim tegasan in situ yang bekerja pada Lapangan Handil adalah rezim sesar normal (Sv > SHmaks > Shmin). Orientasi SHmaks adalah berarah barat laut - tenggara (N 310 - 340º E dan N 130 - 160º E). Interval tekanan hidrostatik di Lapangan Handil secara umum hadir mulai dari permukaan sampai ke kedalaman 3110 - 3225 mTVDSS, dilanjutkan dengan interval tekanan luap sampai ke kedalaman akhir sumur. Kestabilan sumur dapat ditingkatkan dengan memakai berat lumpur 1.14 - 1.31 SG pada interval tekanan hidrostatik, kemudian menaikkan berat lumpur menjadi 1.26 - 1.67 SG pada interval tekanan luap. Selain itu, kestabilan sumur bor dapat dioptimalkan dengan menentukan azimut sumur sejajar dengan orientasi Shmin, yaitu berarah timur laut - barat daya (N 40 - 70º E dan N 220 - 250º E) dan inklinasi sekitar 30 - 60º. Hal ini bersifat rekomendasi jika memungkinkan untuk dilakukan, karena arah lintasan sumur pada dasarnya diutamakan untuk mengejar target geologi dan menghindari kolisi dengan sumur sekitar. Kata kunci: Model geomekanika satu dimensi, Lapangan Handil, kestabilan sumur bor, berat lumpur, azimut dan inklinasi sumur.
FOSIL KAYU Dryobalanoxylon sp. PADA FORMASI GENTENG DI KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN DAN PALEOFITOGEOGRAFINYA DI INDONESIA Hanny Oktariani; Winantris Winantris; Lili Fauzielly
Bulletin of Geology Vol 2 No 1 (2018): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2018.2.1.5

Abstract

Fosil kayu ditemukan di Desa Sindangsari, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Fosil kayu terawetkan pada batuan tufa, formasi Genteng yang berumur Pliosen Awal dengan lingkungan pengendapan terestrial. Untuk mengetahui jenis fosil kayu dilakukan pengamatan anatomi dengan cara membuat preparat dari 3 bidang yaitu lintang, radial dan tangensial. Pembuatan preparat fosil kayu sama seperti pembuatan preparat sayatan tipis pada batuan. Hasil pengamatan anatomi pada fosil tersebut menunjukkan ciri : sel pembuluh baur, hampir seluruhnya soliter, dengan frekuensi pembuluh 4 - 8 per mm2, trakeid vaskisentrik, terdapat tilosis, lebar jari-jari 1-3 seri, lebar jari-jari besar 4 - 10 seri, saluran interseluler aksial dalam baris tangensial panjang dengan ukuran lebih kecil dari pembuluh. Ciri tersebut memiliki kesamaan dengan Famili Dipterocarpaceae, Genus Dryobalanoxylon. Dryobalanoxylon tercatat ditemukan di Indonesia sejak Miosen - Plistosen di Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

Page 9 of 10 | Total Record : 100