cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
REKA GEOMATIKA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 96 Documents
Identifikasi Perubahan Tutupan Lahan Pascaletusan Gunungapi Sinabung Tahun 2010 Berbasis Citra Landsat 5 TM Maryanto, Thonas Indra; Zega, Pusain Solider
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.838 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2018i2.3170

Abstract

ABSTRAKIndonesia merupakan negara yang rawan terhadap berbagai jenis bencana geologi. Salah satu bencana geologi yang sering terjadi adalah erupsi gunungapi. Gunung Sinabung merupakan gunungapi yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Gunungapi ini telah mengalami letusan pada tahun 2010, menyemburkan abu vulkanik hingga menyebabkan kerusakan terhadap tutupan lahan yang berada di area letusan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan di Kecamatan Payung, Naman Teran, Tiganderket, Merdeka, dan Simpang Empat. Data yang digunakan adalah Citra Landsat 5 TM tahun 2009 dan 2011. Identifikasi tutupan lahan dilakukan dengan metode Supervised Maximum Likelihood Classification. Hasil analisis menunjukkan adanya perubahan tutupan lahan pada tahun 2009-2011, yaitu hutan berkurang 1,6%, bangunan bertambah 0,2%, kebun bertambah 9,0%, semak berkurang 6,8%, dan sawah berkurang 0,2%.Kata kunci: perubahan tutupan lahan, supervised maximum likelihood classification, citra Landsat 5 TMABSTRACTIndonesia is a vulnerable country to various types of geological disasters. One of the frequent geological disasters is volcanic eruption. Mount Sinabung is a volcano located in Karo Regency, North Sumatera. This volcano has erupted in 2010, spewing volcanic ash which caused damage to land cover in the eruption area. The purpose of this study is to identify land cover changes in Payung, Naman Teran, Tiganderket, Merdeka, and Simpang Empat Districts. The data used are Landsat 5 TM imagery in 2009 and 2011. Identification of land cover is carried out using the Supervised Maximum Likelihood Classification method. The results of the analysis show that there was a change in land cover in 2009-2011, ie forest decreased by 1.6%, building increased by 0.2%, farm increased by 9.0%, bush decreased by 6.8%, and rice field decreased by 0.2%.Keywords: land cover change, supervised maximum likelihood classification, Landsat 5 TM imageryABSTRAK
Deteksi Perubahan Garis Pantai di Pesisir Kabupaten Karawang dengan Aplikasi Digital Shoreline Analysis System (DSAS) Setiabudi, Akhmad Rifai; Maryanto, Thonas Indra
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1712.133 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2018i2.2629

Abstract

ABSTRAKPerubahan garis pantai di wilayah pesisir Kabupaten Karawang hampir mencapai 50% dari panjang garis pantai yang ada saat ini. Perubahan dalam bentuk abrasi dan akresi ini berdampak pada penurunan kualitas hidup masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui jarak dan laju perubahan garis pantai, serta perubahan maksimum abrasi dan akresinya. Perhitungan perubahan garis pantai menggunakan aplikasi Digital Shoreline Analysis System (DSAS) dengan metode statistik Net Shoreline Movement (NSM) dan End Point Rate (EPR). Abrasi terparah terjadi pada segmen 5 di Kecamatan Tirtajaya dan akresi terparah terjadi pada segmen 16 di Kecamatan Cilamaya Wetan. Rata – rata abrasi dari tahun 1990-2018 di pesisir Kabupaten Karawang mencapai 101,28 m dengan laju 3,64 m/tahun. Sedangkan, untuk akresi mencapai 195,63 m dengan laju 7,04 m/tahun. Perbedaan waktu pengamatan dalam analisis perubahan garis pantai dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, memberikan hasil berkesesuaian dengan penelitian sejenis sebelumnya, untuk wilayah yang sama.Kata Kunci: garis pantai, DSAS, Kabupaten Karawang, abrasi, akresiABSTRACTCoastline of Karawang Regency changes almost 50% from total length of the coastline. The change is process of abrasion and accretion and it impacts quality of community life in the area. This tudy aims to calculate coastline change in term length of distance and its speed. The calculation uses Digital Shoreline Analysis System (DSAS) with statistical method of Net Shoreline Movement (NSM) and End Point Rate (EPR). Maximum abrasion occurs in segment 5 of Tirtajaya District and maximum accretion occurs in segment 16 of Cilamaya Wetan District. Averaged coastline changes from years of 1990-2018 showed that abrasion has length of 101,28 m and the speed is 3,64 m/year. Meanwhile, accretion has length of 195,63 m and the speed is 7,04 m/year. This research observes the coastline change in different years with other earlier studies, and the results showed agreement with similar studies in the same area.Keywords: coastline, DSAS, Karawang Regency, abrasion, accretion 
Evaluasi Teknis Rencana Jalur Light Rail Transit (LRT) Di Wilayah Bandung Raya Djie, Tessalonika Natalia; Sumarno, Sumarno
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (883.419 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2018i2.2262

Abstract

ABSTRAKLight Rail Transit (LRT) kini menjadi salah satu sarana transportasi darat yang sedang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan transportasi pada suatu kota yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Di wilayah Bandung Raya telah ada rencana jalur LRT yang disusun oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat yang terdiri atas delapan koridor. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi teknis rencana jalur LRT khususnya pada koridor-1 (Leuwi Panjang–Jatinangor) dan koridor-4 (Leuwi Panjang– Babakan Siliwangi). Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi tingkat kesesuaiannya dengan persyaratan teknis jalur kereta api, khususnya terhadap aspek geometrik yaitu kelandaian dan kelengkungan. Evaluasi dilakukan dengan melakukan analisis geometrik pada rencana jalur LRT dengan persyaratan teknis jalur kereta api terhadap lima kelas jalan rel. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pada koridor-1 sudah memenuhi persyaratan kelandaian dan lengkung horizontal untuk semua kelas, sedangkan koridor-4 belum memenuhi persyaratan tersebut.Kata Kunci: Light Rail Transit (LRT), kelandaian, lengkung horizontalABSTRACTLight Rail Transit (LRT) now become one of transportation means to fullfil the need of transportation in one of regions which is having high population. In Bandung Raya region, there were plans of LRT line which is arranged by Dinas Perhubungan West Java Province which consist of eight coridors. This research has done the technical evaluation for planning the LRT especially on corridor-1 (Leuwi Panjang- Jatinangor) and corridor-4 (Leuwi Panjang-Babakan Siliwangi). The aim of this reasearch is to evaluate the appropriateness levels with the rules and regulations of train technical lines, especially on the aspec of geometric including slope and horizontal curve. The evaluation is done by doing geometric analysis in the plan of LRT line with rules and regulations of train technical line toward five classes of rail line. Based on the result of analysis, it can be revealed that corridor-1 has been fullfil the rules and regulations of slope and horizontal curve for every classes, while corridor-4 do not fullfil the rules and regulations yet.Keywords: Light Rail Transit (LRT), slope, horizontal curve
Identifikasi Pergerakan Tanah Menggunakan Total Station Robotik di Kampung Nagrog, Desa Mukapayung Kidangpananjung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat Sadarviana, Vera; Abidin, Hasanuddin Zainal; Gumilar, Irwan; W, Nunghatta S; T, Achmad R
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrg.v2018i2.3707

Abstract

ABSTRAKDesa Mukapayung Kidangpananjung Kecamatan Cililin mengalami bencana longsor pada tahun 2013. Bukit yang mengelilingi desa menjadi morfologi yang terganggu kestabilannya pada saat terjadi hujan lebat semalaman. Bukit tersebut memiliki tingkat kemiringan yang curam dan berpotensi mengalami pergerakan tanah atau longsor. Apabila potensi kerentanan dipicu oleh getaran/gempa dan peningkatan volume air, seperti hujan maka bukit tersebut dapat mengalami kembali pergerakan tanah/longsoran. Untuk itu, pemantauan gerakan tanah perlu dilakukan dalam upaya mitigasi bencana lanjutan. Pemantauan gerakan tanah dilakukan menggunakan Total Station Robotik yang menghasilkan vektor pergerakan tanah dari titik-titik pantau yang dipasang di lereng bukit. Dari hasil vektor tiga periode pengamatan diketahui bahwa arah pergerakan tanah berbeda untuk di suatu titik pantau. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lereng yang diamati memiliki bidang gelincir lebih dari satu. Sehingga pada saat terjadi longsor maka arah pergerakan tanah/material lereng dapat bergerak sesuai dengan bidang gelincir yang mengalami tekanan yang paling besar. Kata kunci: longsor, pemantauan, robotikABSTRACTMukapayung Kidangpananjung Village, Cililin Subdistrict experienced a landslide disaster in 2013. The hills that surround the village become morphologically disturbed when heavy rain occurs overnight. The hill has a steep slope and has the potential to experience land movement or landslides. If the potential for the vulnerability is triggered by vibrations/earthquakes and an increase in the volume of water, such as rain, the hill can re-experience land movement/landslides. For this reason, monitoring of land movements needs to be carried out in further disaster mitigation efforts. Soil movement monitoring is carried out using a Robotic Total Station which produces a vector of ground movement from monitoring points mounted on the hillside. From the results of the vector of three observation periods, it is known that the direction of ground movement is different for each monitoring point. This indicates that the observed slope has more than one slip plane. When a landslide occurs, the movement direction of land/slope material can move in accordance with the slip plane which is experiencing the greatest pressure. Keywords: landslide, monitoring, robotic
Pembangunan Sistem Pengukuran Muka Air Otomatis (Automatic Water Level Recorder) Berbasis Gelombang Akustik Untuk Pengamatan Pasang Surut Laut Nugroho, Agung Pandi; Simarmata, Nirmawana; Adil, Irdam
REKA GEOMATIKA Vol 2019, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.446 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2019i1.2889

Abstract

AbstrakPasang surut adalah fenomena naik turunnya muka air. Pasut dapat diukur dengan berbagai macam metode, baik manual maupu otomatis. Pengukuran otomatis dengan menggunakan alat pengukur pasut, khususnya untuk pengukuran jangka panjang dinilai relatif lebih berbiaya rendah dibandingkan dengan pengukuran manual, akan tetapi alat pengukur pasut otomatis hampir semuanya memiliki harga yang relatif mahal sehingga diperlukan peralatan yang lebih terjangkau dan andal. Pengembangan sistem automatic water level recorder (AWLR) berbasis gelombang akustik dilakukan dengan membangun dan merancang sistem perangkat lunak maupun perangkat keras alat dengan berbasiskan perangkat open source Arduino. Alat yang dihasilkan dapat mengukur dengan baik di skala laboratorium maupun lapangan. Pengukuran skala lapangan menunjukkan RMSE 36,6 cm di daerah terpencil dan RMSE 11 cm untuk daerah yang memungkinkan alat dipasang dengan stabil.Kata Kunci : AWLR, pengukur pasut otomatis, skala lapangan, skala laboratorium.AbstractTides were phenomenon of  rising water levels. Tides could be measured by various methods, manual or automatic way. Measurements using automatic tide gauges, especially for long-term measurements, usually needed lower cost compared to manual ones, but in facts automatic tide gauges were relatively more expensive prices, so it was worthy to develop the reliable equipment with lower cost. This automatic water level recorder (AWLR) system using acoustic waves was developed by building and designing a software and hardware system based on an open source device named Arduino. The builded equipment had could reached well level in scales, laboratory or field scales. Field scale measurements showed that RMSE in outlying areas reached 36.6 centimeters and could be better for areas where tide gauges could be installed stably (11 centimeters).Keywords: AWLR, automatic tide gauges, field scale, laboratory scale
Dampak Pertumbuhan Penduduk Terhadap Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kabupaten Cirebon Tahun 2010-2016 Indrianawati, -; Mahdiyyah, Nadhiya D
REKA GEOMATIKA Vol 2019, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (655.532 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2019i1.3706

Abstract

ABSTRAKKabupaten Cirebon merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang mempunyai jumlah penduduk cukup besar. Dari tahun 2010 hingga 2016, terjadi peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Cirebon yang mengakibatkan adanya peningkatan kebutuhan lahan dan banyak terjadi alih fungsi lahan di daerah yang dekat dengan pusat pemerintahan dan pusat pertumbuhan kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan jumlah penduduk terhadap alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Cirebon antara tahun 2010 ke tahun 2016. Metode yang digunakan untuk mengetahui dampak tersebut adalah korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi antara laju pertumbuhan penduduk dengan alih fungsi lahan pertanian dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk memiliki dampak yang kecil terhadap alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Cirebon tahun 2010-2016. Pengaruh dari faktor pertumbuhan penduduk terhadap alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Cirebon tahun 2010-2016 adalah sebesar 12%.Kata kunci: pertumbuhan penduduk, alih fungsi lahan, korelasiABSTRACTCirebon Regency is one of the regencies in West Java Province that has a quite large population. From 2010 to 2016, there was an increase of population in Cirebon Regency which resulted in the increase in land needs and a lot of land conversion in areas close to the government center and the city growth center. This study aims to determine the impact of changes in population on the conversion of agricultural land in Cirebon Regency between 2010 and 2016. The method used to determine these impacts is correlation. Based on the calculation of the correlation coefficient between the rate of population growth and the conversion of agricultural land, it can be known that population growth has a small impact on the conversion of agricultural land in Cirebon Regency in 2010-2016. The effect of population growth factors on the conversion of agricultural land in Cirebon Regency in 2010-2016 was 12%.Keywords: population growth, land conversion, correlation 
Pengujian Kepresisian Modul GNSS Murah Dual Frequency Pada Pengamatan GNSS Dengan Metode RTK-NTRIP Ratnawati, Efrila Aji; Kuncoro, Henri
REKA GEOMATIKA Vol 2019, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.92 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2019i1.3075

Abstract

AbstrakGNSS berkembang dengan pesat seiring berkembangnya zaman. Dominasi dari receiver GNSS tipe geodetik memiliki kekurangan, yaitu terkait permasalahan biaya (cost issue) yang tinggi. Permasalahan biaya tersebut dapat diatasi dengan pengembangan Original Equipment Manufacturer boards (OEM-boards) yang memerlukan biaya murah untuk menjadi modul GNSS yang bisa digunakan untuk pengukuran RTK-NTRIP. Penelitian ini bertujuan menguji tingkat kepresisian dari modul GNSS murah dual frequency untuk pengukuran metode RTK-NTRIP dengan panjang baseline 0,1 km, 2 km, 10 km, dan 20 km. Pengukuran dilakukan berdasarkan New International Standard ISO 17123-8:2015 yang terdiri dalam  tiga tahap, yaitu pengukuran menggunakan receiver GPS geodetik metode statik, pengukuran menggunakan modul GNSS murah dual frequency, dan pengukuran menggunakan receiver geodetik metode RTK-NTRIP. Kepresisian  ditentukan berdasarkan simpangan baku horizontal dan vertikal, diuji menggunakan Simplified Test Procedure. Tingkat kepresisian yang dihasilkan modul GNSS murah tergolong tinggi, untuk komponen horizontal berkisar antara 8 mm s.d. 3 cm dan vertikal antara 7 mm s.d. 3 dm. Nilai kepresisian horizontal telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh New International Standard ISO 17123-8:2015, sedangkan komponen vertikal tingkat kepresisiannya terbatas pada baseline kurang dari 10 km.Kata kunci: Panjang baseline, modul GNSS murah; tingkat kepresisianAbstractGNSS was a technology that grows rapidly. Unfortunately, most of geodetic GNSS receivers had disadvantages related to the cost issue. Original Equipment Manufacturer boards (OEM-boards) could be developed as low cost GNSS modules which is used for RTK-NTRIP measurements to overcome the cost problem. This research was objected to  measure the level of  precision from dual-frequency GNSS modules of the RTK-NTRIP method, tested on baselines with 0.1 km, 2 km, 10 km, and 20 km length Based on New International Standard ISO 17123-8: 2015 measurements were established with three stages, static measurement with geodetic GPS receiver, measurement with cheap dual-frequency GNSS modules, and RTK-NTRIP measurements with geodetic GPS receiver. Precision was determined based on horizontal and vertical standard deviation and tested using the Simplified Test Procedure. It was founded that low cost GNSS modules could achieved the the high-level precision, 8 mm to 3 cm for horizontal component and 7 mm to 3 dm for the vertical. Horizontal precision had reached the New International Standard ISO 17123-8: 2015, while the vertical precision still could be reached the standard with limitation, i.e. for baselines with less 10 kilometers length.Keywords: baseline length, low cost GNSS modules, level of precision
Analisis Kesesuaian Lahan Sumber Daya Perkebunan Untuk Komoditas Prospektif di Provinsi Jawa Barat Primawan, Radea Adlin; Indrianawati, Indrianawati
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrg.v2018i2.2260

Abstract

ABSTRAKProvinsi Jawa Barat memiliki tiga komoditas perkebunan, yaitu komoditas strategis, prospektif, dan unggulan spesifik lokal. Untuk mengoptimalkan potensi sumber daya perkebunan, diperlukan analisis kesesuaian lahan agar dapat diketahui tingkat kesesuaian lahan komoditas perkebunan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi sebaran wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan sumber daya perkebunan untuk komoditas prospektif di Provinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah metode scoring. Data yang digunakan sebagai parameter kesesuaian lahan, meliputi temperatur, curah hujan, lereng, drainase tanah, tekstur tanah, dan jenis tanah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 tanaman dari 12 jenis tanaman sumber daya perkebunan komoditas prospektif yang masih dapat rekomendasikan lahannya, meliputi kemiri sunan (40.617,75 ha) yang tersebar di 10 kabupaten/kota, lada (2.828,71 ha) yang tersebar di 4 kabupaten/kota, kayu manis (177,36 ha) yang tersebar di 4 kabupaten/kota, kemiri (40.617,75 ha) yang tersebar di 10 kabupaten/kota, dan panili (674,21 ha) yang tersebar di 5 kabupaten/kota. Luas lahan perkebunan yang direkomendasikan tersebut secara kualitatif diketahui mengalami penurunan setelah dilakukan validasi terhadap tutupan lahan terbaru (interpretasi citra dengan google earth).Kata kunci: perkebunan, komoditas prospektif, Provinsi Jawa BaratABSTRACTWest Java Province has three commodities, those are strategic commodities, prospective commodities, and superior local specific commodities. To optimize the potential of plantation resources, the analysis of the potential of land suitability is required in order to know the level of land suitability of certain plantation commodities. This research intends to analyze and evaluate the area that can served as land resources for prospective commodities plantation in West Java Province with a scoring method. The data used as land suitability parameters are temperature, rainfall, slope, soil drainage, soil texture, and soil type. The results showed that there are 5 plants from 12 types of plantation resources of prospective commodities that the land could still be recommended, which are sunan candlenut (40617.75 ha) scattered in 10 regency/city, pepper (2828.71 ha) scattered in 4 regency/city, cinnamon (177.36 ha) scattered in 4 regency/city, candlenut (40617.75 ha) scattered in 10 regency/city, and vanilla scattered in 5 regency/city. The recommended plantation area decreased qualitatively after validation of the latest land cover (image interpretation with google earth).Keywords: plantation, prospective commodities, West Java Province
Pemetaan Potensi Sumber Daya Perkebunan untuk Komoditas Strategis di Provinsi Jawa Barat Suri, Dian Permata Ratna; Indrianawati, -
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.592 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2016i1.1835

Abstract

ABSTRAKProvinsi Jawa Barat memiliki tiga komoditas perkebunan, yaitu komoditas strategis, prospektif, dan unggulan spesifik lokal. Untuk mengoptimalkan potensi sumber daya perkebunan, diperlukan analisis potensi lahan agar dapat diketahui tingkat kesesuaian lahan komoditas perkebunan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi sumber daya perkebunan komoditas strategis di Provinsi Jawa Barat dengan metode scoring. Data yang digunakan sebagai parameter kesesuaian lahan, meliputi peta temperatur (hasil konversi dari peta kontur), peta curah hujan, peta lereng, peta drainase tanah, peta tekstur tanah, dan peta jenis tanah.Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa mayoritas masing-masing wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tidak mempunyai potensi sumber daya perkebunan komoditas strategis dengan tingkat kesesuaian lahan tertinggi yang sangat sesuai (S1), namun masing-masing wilayah mempunyai potensi untuk ditanam komoditas strategis dengan tingkatan kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marginal), dimana jika akan ditanami komoditas tersebut, maka dibutuhkan perbaikan kualitas lahan berdasarkan faktor pembatas yang mempengaruhi.Kata kunci: perkebunan, komoditas strategis, metode scoring, Provinsi Jawa BaratABSTRACTWest Java Province has three plantation commodities, those are strategic commodities, prospective, and superior local specific commmodities. To optimize the potential of plantation resources, the analysis of the potential of land is required in order to know the level of land suitability of certain plantation commodities. This study has the objective to analyze the potential of plantation resource of strategic commodities in West Java province with a scoring method. The data used as land suitability parameters are temperature map (the conversion results of contour map), rainfall map, slope map, soil drainage map, soil texture map, and soil type map. Based on this study, it can be known that the majority of each region of the districts/cities in West Java Province does not have the potential of plantation resource of strategic commodities with highest level of land suitability which highly suitable (S1), but each region has the potential to be planted by strategic commodities in class S2 (moderately suitable) and S3 (marginal suitable) level, where if it will be planted with these commodities, it is necessary to improve the quality of land based on limiting factors that affect.Keywords: plantation, strategic commodities, scoring method, West Java Province 
Peningkatan Akurasi Interpretasi Foto Udara Menggunakan Metode Pembobotan Berbasis Objek untuk Pembuatan Peta Skala 1:5000 Lumbantobing, Marlonroi; Wikantika, Ketut; Harto, Agung Budi
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (989.367 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2017i1.1459

Abstract

ABSTRAK Kebutuhan akan adanya pengembangan metode untuk meningkatkan akurasi dari interpretasi objek memerlukan kajian metodologi yang disebut analisis citra berbasis objek. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan dan menganalisis akurasi dari interpretasi objek secara otomatis dengan metode berbasis objek dengan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap kanal. Data yang digunakan adalah foto hasil pemotretan udara format menengah (medium format) dengan resolusi 16 cm. Ekstrak data menggunakan teknik object based image analysis (OBIA). Data diproses berdasarkan bobot yang yang berbeda untuk setiap kanal. Nilai akurasi ditentukan berdasarkan overall accuracy. Overall accuracy merupakan hasil validasi klasifikasi objek dengan ground truth yang diperoleh dari peta garis skala 1:5000 yang diinterpretasi secara visual. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan nilai akurasi dengan pendekatan OBIA jika setiap kanal diberikan bobot yang berbeda dibandingkan dengan bobot yang sama. Peningkatan akurasi paling tinggi dengan bobot (Red=3, Green=4, Blue=3, IR=4, dan DEM= 3) menghasilkan akurasi 85,88%. Hasil akurasi meningkat sebesar 10,27 % dibandingkan dengan interpretasi tanpa pembobotan. Kata kunci: Interpretasi, Peta 1:5000, Klasifikasi, OBIA, Pembobotan, AkurasiABSTRACT Interpretation of imagery or aerial photo is an attempt to understand or interpret imagery to obtain accurate information and in accordance with the recorded object. The need for developing methods to improve the accuracy of the object interpretation requires assessment methodology which is called as object based image analysis. This study aimed at determining and analyzing the accuracy of the interpretation of the object automatically using object based method by giving different weights to each band. The data used were medium format aerial photos with a resolution of 16 cm. The method of data processing was object based image analysis (OBIA). Data were processed by different weights for each band. Accuracy value is determined based on the overall accuracy. Overall accuracy is the result of the validated object classification with ground truth obtained from the map of 1:5000 which were interpreted visually. The research results showed that the value of the accuracy with OBIA approach increased if each band is given different weights compared with the same weight. The highest accuracy was achieved with weights (Red=3, Green=4, Blue=3 , IR=4, and DEM=3), and resulted overall accuracy 85,88%. Results accuracy increased 10,27% compared with the interpretation without weighting. Keywords: Interpretation, Map 1:5000, Classification, OBIA, Weighting, Accuracy

Page 1 of 10 | Total Record : 96