cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka (Journal of Radioisotopes and Radiopharmaceuticals) bertujuan untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang radioisotop, radiofarmaka dan bidang terkait, yang diwujudkan dalam bentuk makalah ilmiah hasil penelitian atau tinjauan dan gagasan.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 1 (1998): Jurnal PRR 1998" : 5 Documents clear
EVALUASI KIT TSH IMUNOASSAY KOMERSIL DI INDONESIA Darlina, Darlina
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Vol 1, No 1 (1998): Jurnal PRR 1998
Publisher : Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3139.176 KB)

Abstract

EVALUASI KIT TSH IMUNOASSAY KOMERSIL DI INDONESIA. Telah dilakukan perbandingan dan penampilan sejumlah kit TSH komersil di Indonesia sebagai pedoman bagi pemakai dalam memilih metode dan kit yang paling sesuai dengan tujuan penggunaannya. Kit yang dipilih untuk penelitian ini terdiri dari bermacam variasi metodologi imunoassay yaitu; RIA magnetik (Amerlex-M, Amersham), IRMA coated well (Amerwell, Amersham), IRMA coated tube (DPC), IRMA microcellulose particle (Netria), dan ELIA (Amerlite, Amersham). Parameter yang dievaluasi adalah; limit deteksi, working range (kisaran daerah kerja),"recovery", presisi, intra assay dan inter assay, dan kemampuan untuk membedakan hipotiroid, normal, dan hipertiroid. Limit deteksi yang rendah ditemukan pada semua kit IRMA (≤ 0.05 mIU/L). Limit deteksi yang terendah ditemukan pada ELIA (0.012 mIU/L), dan yang tertinggi pada RIA magnetik (0.164 mIU/L). TSH IRMA Amerwell ternyata mempunyai kisaran daerah kerja yang terluas (0 - >500 mIU/L), sedang kisaran daerah kerja yang tersempit ditemukan pada RIA magnetik (3-110 mIU/L). Presisi yang terbaik ditemukan pada RIA magnetik dan ELIA yaitu %CV inter assay < 10% dan intra assay < 8%. Metode yang lain mempunyai presisi yang cukup baik yaitu; %CV inter assay < 15%, dan intra assay < 10%. Semua metode mempunyai kemampuan untuk membedakan hipo, normal, dan hipertiroid kecuali RIA magnetik yang tidak dapat membedakan normal dan hipertiroid secara jelas. Ni1ai "recovery" yang cukup baik ditemukan pada semua metode (90% - 120%) kecuali untuk RIA magnetik yang nilai "recovery' nya hanya 81%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan semua metode yang dievaluasi memberikan hasil yang handal untuk pengukuran sampel dengan konsentrasi yang sangat rendah hingga sangat tinggi, kecuali pada RIA magnetik yang memerlukan pengenceran untuk pengukuran sampel dengan konsentrasi yang sangat tinggi. EVALUATION OF COMMERCIAL TSH IMMUNOASSAY IN INDONESIA. An evaluation and comparison of the performance of a number of commercially available TSH kits in Indonesia have been made to guide the potential users in selecting the methods and kits most suitable for their intended purpose. The kits selected for this study comprise a wide variety of immunology methodology: magnetic RIA (Amerlex-M, Amersham), IRMA coated well (Amerwell, Amersham), IRMA coated tube (DPC), microcellulose particle IRMA (Netria), and ELIA (Amerlite, Amersham). The parameters of performance evaluated are: detection limit, working range, recovery, within and between assay precision, and the capability to distinguish hypothyroid, normal and hyperthyroid subjects. Reasonable detection limits are found with all IRMA kits (<0.05 mIU/L). ELIA showing lowest detection limit (0.012 mIU/L) and magnetic RIA the highest (0.164 mIU/L). Amerwell IRMA TSH was found to have the widest working range (0 - > 500 mIU/L) while magnetic RIA the narrowest (3 - 110 mIU/L). In term of the precision, magnetic RIA and ELIA have the best value, < 10% for between assay and < 8% for within assay, however all other methods also have sufficiently good precision (<15% and 10% respectively for between assay and within assay). All methods have the capability to identify hypothyroid, normal, and hyperthyroid subjects except for magnetic RIA which does not clearly distinguish between normal and hyperthyroid subject. Reasonably good recovery (90% - 120%) was obtained with all methods, except for magnetic RIA with only 81% recovery. It can be concluded that except magnetic RIA, all methods evaluated give useful and reliable results for measuring very low to very high concentration without dilution of sample. Magnetic RIA TSH gives meaningful results only for normal and high TSH concentration with necessary dilution for very high TSH concentration.
VALIDASI PENENTUAN Sn(II) DI DALAM KIT RADIOFARMAKA Mutalib, Abdul; Ramli, Martalena; Herlina, Herlina; Sarmini, Endang; Suharmadi, Suharmadi; Besari, Canti
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Vol 1, No 1 (1998): Jurnal PRR 1998
Publisher : Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3275.863 KB)

Abstract

VALIDASI PENENTUAN So(II) DI DALAM KIT RADIOFARMAKA. Suatu kegiatan validasi penentuan Sn2+ dengan titrasi iodometri tidak langsung dilaporkan. Metoda analisis sendiri didasarkan atas reaksi oksidasi Sn2+ dengan menggunakan iodium berlebih dalam jumlah diketahui dan kelebihan iodium yang tidak bereaksi dititer dengan larutan standar tiosulfat. Parameter analitik yang dipelajari dalam kegiatan validasi adalah presisi, akurasi, selektivitas, rentang analisis (range) dan linieritas. Presisi metoda analisis cukup baik, yang ditunjukkan dengan koefisien variasi yang berkisar antara 1,0% - 6,9%, untuk 10 kali pengulangan kecuali untuk satu analisis yang memiliki koefisien variasi sekitar 10,6%. Akurasi metoda memperlihatkan nilai cukup baik untuk kandungan Sn2+ yang berkisar antara 463 µg sampai 2318 µg. Selektifitas atau kespesifikan (specificity) dengan adanya "placebo ingredient" bahan baku kit MDP dan DTPA menunjukkan basil analisis Sn2+ yang tidak berbeda nyata antara cuplikan Sn2+ dalam keadaan murni dengan cuplikan Sn2+ yang mengandung "placebo ingredient". Metoda analisis mempunyai rentang analisis dan linier di daerah jangkauan konsentrasi antara 463 µg sampai 2318 µg. Korelasi antara Kadar Sn2+ teoritis dengan kadar Sn2+ hasil pengukuran ternyata sangat baik dengan nilai R= 0,9991. Hasil validasi ini menunjukkan bahwa metoda analisis cukup cepat, sederhana dan cukup teliti untuk kegiatan rutin penentuan kuantitatif Sn2+ sebagai komponen kit radiofarmaka. ASSAY VALIDATION FOR QUANTITATION OF Sn2+ IN RADIOPHARMACEUTICAL KITS. An assay validation for quantitation of Sn2+ in radiopharmaceutical kits based on indirect iodometric titration is described. The method is based on the oxidation of Sn2+ using a known excess of iodine and the excess unreacted iodine titrated with thiosulphate. Typical analytical parameters considered in this assay validation are precision, accuracy, selectivity or spesificity, range, and linearity. The precision of the analytical method is quite good represented by coefficient of variance in the range of 1.0% to 6.9%. for 10 runs of analysis except one analysis shows the coeficient of 10.2%. The method has an accuracy of 95.6% - 99% as percent recoveries at theoretical Sn2+ amounts of 463 µg to 2318 µg. The selectivity or specificity in the presence of placebo ingredients, such as MDP and DTPA, shows that there is no significant difference between the analytical mean of placebo samples and that of non-placebo samples. The theoretical and experimental Sn2++ amounts show a linear correlation in the stannous range studied with an excellent correlation coefficient (R = 0.9991). This validation studies indicate that the analytical method is accurate enough for routine quantitative analysis of Sn2+ in radiopharmaceutical kits.
HASIL COMMISSIONING MODIFIKASI SIKLOTRON BATAN UNTUK PENENTUAN ENERGI BERKAS PARTIKEL Silakhuddin, Silakhuddin
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Vol 1, No 1 (1998): Jurnal PRR 1998
Publisher : Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3253.588 KB)

Abstract

HASIL COMMISSIONING MODIFIKASI SIKLOTRON BATAN UNTUK PENENTUAN ENERGI BERKAS PARTIKEL. Telah dilakukan pengukuran energi partikel proton pada Siklotron BATAN dengan menggunakan metode aktivasi tumpukan keping tembaga, sebagai bagian dari pengujian hasil modifikasi siklotron tersebut. Tumpukan keping diaktivasi pada saluran berkas dengan arus berkas 1,5 µA selama 60 menit. Pengukurannya dilakukan untuk radius-radius ekstraksi 38 cm, 41,2 cm dan 41,5 cm. Hasil dari pengukuran tersebut menunjukkan bahwa energi proton dari hasil modifikasi siklotron telah memenuhi spesifikasi modifikasi yaitu antara 24 hingga 27 MeV. Tingkat ketepatan dari hasil pengukuran ini cukup bagus yaitu bahwa nilainya tidak mempunyai perbedaan yang nyata dibandingkan dengan teori maupun hasil pengukuran sebelumnya yang menggunakan metode panjang jejak maksimum partikel. COMMISSIONING RESULT OF MODIFICATION OF BATAN'S CYCLOTRON FOR DETERMINATION OF AN ENERGY OF PARTICLE BEAM. A measurement of proton particle energy of BATAN Cyclotron was carried out using the stacked copper foils method, as part of testing of the cyclotron modification. The stacked foils was activated at beam line by 1.5 µA protons beam during 60 minutes. The measurements were carried out at 38 cm ,41.2 cm and 41.5 cm of stripper radius. The measurement result was accordance with specification of modification namely 24 MeV until 27 MeV. The result also have insignificant differences compared to either theory or the measurement before which used the maximum range of particle.
OPTIMASI KONDISI SPEKTROMETER ALFA DENGAN DETEKTOR ION-IMPLATED SILIKON DI PUSAT PRODUKSI RADIOISOTOP Kadarisman, Kadarisman; Mutalib, Abdul; Gunawan, Adang Hardi; Lubis, Hotman; Lestari, Enny; Mujinah, Mujinah; Hafid, Dadang
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Vol 1, No 1 (1998): Jurnal PRR 1998
Publisher : Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1935.418 KB)

Abstract

OPTIMASI KONDISI SPEKTROMETER ALFA DENGAN DETEKTOR ION­IMPLATED SILIKON DI PUSAT PRODUKSI RADIOISOTOP. Telah dilakukan penetapan kondisi optimum spektrometer alfa yang dibubungkan dengan detektor silikon yang diimplantasi ion dengan standar sumber radiasi alfa campuran 239Pu, 241Am dan 244Cm.Pengamatan meliputi penetapan jarak antara cuplikan dengan detektor, tingkat kevakuman, batas deteksi alat dan penetapan efisiensi pencacahan dari masing-masing radionuklida. Dari percobaan diperoleh hasil kondisi optimum yaitu, jarak antara detektor dengan standar 1- 2 cm, tekanan kevakuman -1050 mbar, batas deteksi 5,1 dpm dan efisiensi pencacahan masing-masing untuk 239Pu (5157 keV) 10.6%, 241Am(5486 keV) 10,3% dan 244Cm(5805 keV) 9,9%. OPTIMIZATION OF ALPHA SPECTROMETER COUPLED TO ION-IMPLANTED SILICON DETECTOR IN RADIOISOTOPE PRODUCTION CENTER. The optimization of alpha spectrometer coupled to an ion-implanted silicon detector was carried out using an alpha radiation mixed standard source containing radionuclides of 239Pu, 241Am and 244Cm. This experiment involved the determination of the optimum distance between a radiation source and the detector surface, the pressure of the vacuum chamber, and the detection limit and the efficiency of the detector. The results show that the optimum distance between the radiation source and the detector is 1-2 cm; the pressure is -1050 mbar; the detection limit is 5.1 dpm, and the efficiencies for 239Pu ( 5157 keV), 24lAm (5486 keV) and 244Cm(5805 keV) are 10.6%, 10.3% and 9.9%, respectively.
PEMISAHAN FRAKSI RADIOIOD DALAM PROSES Mo-99 HASIL FISI U-235 DAN PENGGUNAANNYA UNTUK PEMBUATAN HIPPURAN-I-131 Soenarjo, Sunarhadijoso; Gunawan, Adang Hardi; Wisnukaton, Kadarisman; Purwadi, Bambang; Sukmana, Ateng; Sriyono, Sriyono; Rukman, Rukman
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Vol 1, No 1 (1998): Jurnal PRR 1998
Publisher : Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3971.795 KB)

Abstract

PEMISAHAN FRAKSI RADIOIOD DALAM PROSES 99Mo HASIL FISI 235U DAN PENGGUNAANNYA UNTUK PEMBUATAN HIPPURAN-131I. Proses produksi radioisotop 99Mo dari reaksi fisi 235U menghasilkan fraksi radioaktif non-molibdenum yang dikelompokkan dalam 3 macam fraksi, yang selama ini di PPR - BATAN masih diperlakukan sebagai limbah radioaktif, yaitu fraksi radioiod, fraksi radioxenon (gas mulia) dan fraksi uranium pasca iradiasi. Fraksi radioiod diharapkan mempunyai potensi sebagai sumber pengadaan radioisotop 131I, dan oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan upaya pemisahan lebih lanjut fraksi radioiod tersebut sebagai larutan "bulk" Na131I. Pemisahan dilakukan melalui pemerangkapan fraksi radioiod menggunakan kolom serat tembaga, diikuti dengan pemurnian menggunakan kolom karbon. Larutan "bulk" Na131I dihasilkan dengan elusi kolom karbon menggunakan larutan NaOH 0,2 N. Keradioaktifan total larutan "bulk" Na131I yang dihasilkan relatif rendah, diduga antara lain karena sebagian besar fraksi radioiod lolos terlepas dati kolom serat tembaga dan terperangkap dalam "cold finger" yang sebenarya dimaksudkan untuk menangkap fraksi radioxenon. Tetapi karakteristika pH, radiokimia dan radionuklidanya memenuhi persyaratan untuk larutan "bulk" Na131I. Penggunaannya untuk menandai senyawa Hippuran menghasilkan produk Hippuran-131I dengan rendemen penandaan yang baik. Akan tetapi, penggunaan kolom resin Dowex 1X8 (Cl-) 100 - 200 mesh untuk pemurnian Hippuran-131I perlu dipertimbangkan lagi karena resin tersebut mempunyai potensi cukup besar untuk mengikat spesi Hippuran-131I. SEPARATION OF RADIOIODINE FRACTION IN THE PROCESSING LINE OF 235U FISSION PRODUCED 99Mo AND ITS UTILIZATION FOR PREPARATION OF HIPPURAN-131I. Production process of 99Mo from fission of 235U in RPC - BATAN produces non-moly radioactive fractions. which are classifiable into 3 fractions, i.e. : radioiodine fraction, radioxenon (noble gas) fraction and post irradiated uranium fraction. The radioiodine fraction is expectable to be used as a source for providing radioisotope of 131I, and, therefore, an effort for separation of the radioiodine fraction was carried out. The separation was performed by trapping the radioiodine in a copper-wool column followed by purification using charcoal column. The bulk solution of Na131I was then obtained by eluting the charcoal column with 0.2 N NaOH solution. The total activity of the resulting Na131I bulk solution was relatively low, presumable due to the escape of the radioiodine from the copper-wool column into the cold finger originally used for trapping the noble gas fraction. However, the pH, radiochemical and radionuclidic purities satisfactorily met the specification required for Na131I bulk solution. Radioactive labeling yields on Hippuran with the resulting Na131I bulk solution were also satisfactory, but the purification of the resulting Hippuran-131I using Dowex lX8 (Cl-) 100 - 200 mesh resin should be reconsidered because of the adsorption of Hippuran-131I by the resin.

Page 1 of 1 | Total Record : 5