cover
Contact Name
Lukman Cahyadi
Contact Email
lukman.cahyadi@esaunggul.ac.id
Phone
+6221-5674223
Journal Mail Official
nutrirediaita.ueu@esaunggul.ac.id
Editorial Address
https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Nutrire/about/editorialTeam
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
NUTRIRE DIAITA
Published by Universitas Esa Unggul
ISSN : 19798539     EISSN : 27461734     DOI : -
Core Subject : Health, Agriculture,
Journal Description NUTRIRE DIAITA publishes original research articles, review articles, and clinical studies covering the broad and multidisciplinary field of human nutrition. In the aim of improving the quality of the journal since Oktober 2019 this journal officially had made a cooperation with Nutrition Department Universitas Esa Unggul FOCUS AND SCOPE NUTRIRE DIAITA aim to deliver findings and innovations in the field of nutrition and health. NUTRIRE DIAITA is published 2 times per year (April and October). The journal covers all aspect relating to Human Nutrition including clinical nutrition, community nutrition, food service management, food technology and sport nutrition.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1 (2014): NUTRIRE DIAITA" : 7 Documents clear
Perbedaan Asupan Energi, BCAA (Branched Chained Amino Acid) dan Status Gizi (IMT/U) Anak Usia 6 – 12 Tahun di Provinsi Jawa Timur (Analisis Data RISKESDAS 2010) Komariah, Lilis; Jusat, Idrus
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 6, No 1 (2014): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v6i1.1260

Abstract

AbstractCurrently, Indonesia is facing a double burden of nutritional problems. The prevalence of overweight children aged 6-12 years in East Java is 12.4%, above the national prevalence (9.2%). Overweight and obesity in Indonesia occurred in all age groups and in all socioeconomic levels. Overweight and obesity is mainly caused due to excess of energy intake compared to the requirement and lack of physical activity. A high intake of BCAA (leucine, isoleucine and valine) are associated with a reduced risk of overweight / obesity. The purpose of this study was to determine differences of energy intake, BCAA, and nutritional status of children aged 6-12 years in East Java in 2010. This study using the secondary data from Riskesdas 2010 with a cross-sectional and survey analytic design. Samples were obtained 3471 people. Statistical test using independent sample t-test, one-way ANOVA test and linear regression. There are significant differences between the z-score (BAZ) by sex and economic status. There is a significant difference between energy intake and BCAA children aged 6-12 years in East Java province by sex, type of area and economic status. There are significant differences between the nutritional status based on energy intake and BCAA. Keywords: energy, BCAA, nutritional status (BMI/A) children  AbstrakSaat ini Indonesia sedang menghadapi double burden (beban ganda) masalah gizi. Prevalensi kegemukan anak usia 6-12 tahun di Jawa Timur sebesar 12.4%, di atas prevalensi nasional (9.2%). Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan pada semua tingkat sosial ekonomi. Kegemukan dan obesitas terutama disebabkan karena kelebihan asupan energi dibandingkan dengan kebutuhan dan kurangnya aktivitas fisik. Asupan tinggi BCAA (leusin isoleusin dan valin) berhubungan dengan penurunan resiko kegemukan/obesitas . tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan asupan energi, BCAA, dan status gizi anak usia 6-12 tahun di Provinsi Jawa Timur tahun 2010. Data yang digunakan adalah data sekunder Riskesdas 2010 dengan pendekatan cross-sectional dan desain survei analitik. Sampel yang didapat 3471 orang. Pengujian statistik menggunakan uji t-test independent, uji one-way anova dan regresi linier. Terdapat perbedaan bermakna antara z-score (IMT/U) berdasarkan jenis kelamin dan status ekonomi. Terdapat perbedaan bermakna antara asupan energi dan BCAA anak usia 6-12 tahun di Provinsi Jawa Timur berdasarkan jenis kelamin, tipe daerah, dan status ekonomi. Ada perbedaan bermakna antara status gizi berdasarkan asupan energi dan BCAA. Kata kunci: energi, BCAA, status gizi (IMT/U) anak
Hubungan Sarapan, Kecukupan Energi, dan Protein terhadap Status Gizi Remaja Usia 16 – 18 Tahun di Provinsi Lampung (Analisa Data Sekunder RISKESDAS 2010) Pertiwi, Irma; Sandjaja, Sandjaja
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 6, No 1 (2014): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v6i1.1261

Abstract

AbstractThere are many and lack of public awareness about breakfast and the number of adolescents who are enrgy and protein consumption under %RDA. Purpose of this study analyze the relationship breakfast, adequacy of energy and protein on the nutritional status of adolescents aged 16-18 years old in the Province of Lampung. This study used secondary data of Riskesdas 2010 with a cross sectional survey design and analytic. Sampel obtained 387 people. Statistical testing using independent t-test and chi-square test. The statistical tests showed no significant association bertween breakfast energy intake (p≥0.05), protein intake (p≥0.05, and no significant relationship between breakfast, sufficient energy (p≥0.05), protein (p≥0.05) on the status adolescent nutrition. There needs to be outreach to teens about the importance of breakfast and its benefits for the body, as well as education about balanced nutrition. Keywords : breakfast, energy, protein, teenagers  AbstrakMasih banyak dan kurangnya kesadaran masyarakat mengenai sarapan dan banyaknya remaja yang konsumsi energi dan protein dibawah %AKG. Tujuan penelitian ini Menganalisa hubungan sarapan, kecukupan energi dan protein terhadap status gizi remaja usia 16-18 tahun di Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2010 dengan pendekatan cross-sectional dan design survey analitik. Sampel yang didapat 387 orang. Pengujian statistik menggunakan uji t-test independen dan uji chi-square. Dari hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sarapan asupan energi (p≥0.05), asupan protein (p≥0.05) dan tidak ada hubungan yang signifikan antara sarapan, kecukupan energi (p≥0.05), protein (p≥0.05) terhadap status gizi remaja. Perlu adanya penyuluhan kepada remaja mengenai pentingnya sarapan dan manfaatnya bagi tubuh, serta penyuluhan mengenai gizi seimbang.Kata kunci: sarapan, energi, protein, remaja
Analisis Asupan Energi, Protein dan Seng Berdasarkan Status Wilayah pada Anak yang Kurus (Wasting) Usia 17 – 12 Tahun di Pulau Kalimantan (RISKESDAS 2010) Aryati, Febie Dwi
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 6, No 1 (2014): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v6i1.1262

Abstract

AbstractMalnutrition still remains a public health problem in Indonesia. Wasting is a growth disorder with unbalance weight and height. The high prevalence of wasting imply that Indonesia faces the risk of human resources reducing quality of human. The lowest wasting prevalence is in Papua province (4.3%) and the highest is in the West Nusa Tenggara province (12.4%) and the second highest is in South Kalimantan (11.7%). The purpose of this study is to know the difference of energy, protein and zinc intake based on the status of region of wasting children aged 7-12 years old in Borneo Island. This study using secondary data Riskesdas 2010 with a cross-sectional approach and the total number of samples are 259 people. Statistical test using an independent sample t-test and correlation.The results show that there is a significant difference between the intake of energy, protein and zinc by region status (p <0.05), and there is significant relationship between energy intake and wasting on (p <0.1). The parents have to pay attention about the intake of macro nutrients (energy and protein) and minerals (zinc), accompanied by an increase of balanced nutrition education program through school health activities. Keywords: energy intake-protein-zinc, region status, wasting  AbstrakGizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.Wasting adalah gangguan pertumbuhan dimana berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) tidak seimbang. Masih tingginya prevalensi Wastingmempunyai implikasi bahwa Indonesia menghadapi resiko rendahnya kualitas sumber daya manusia. Prevalensi kekurusan terlihat paling rendah di provinsi Papua yaitu 4.3% dan paling tinggi di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yaitu 12.4% dan tertinggi kedua adalah Kalimantan Selatan yaitu 11,7%. Tujuan Penelitian ini adalah Mengetahui perbedaan asupan energi, protein dan seng berdasarkan status wilayah pada anak yang kurus (wasting) usia 7-12 tahun di Pulau Kalimantan. Pada penelitian ini menggunakan data yang sekunder Riskesdas 2010 dengan pendekatan cross-sectional dan dengan jumlah sampel keseluruhan (n=259) selanjutnya pengujian statistik menggunakan uji t-test independen dan korelasi. Dari hasil uji analisis statistika ditemukan bahwa Ada perbedaan bermakna antara asupan energi, protein dan seng berdasarkan status wilayah (p<0,05), dan ada hubungan bermakna antara asupan energi dengan status gizi kurus (wasting) pada (p<0,1). Perlu adanya perhatian dari orang tua mengvenai asupan zat gizi makro (energi dan protein) serta mineral (seng), disertai dengan peningkatan program pendidikan gizi seimbang melalui kegiatan usaha kesehatan sekolah. Kata kunci: asupan energi-protein-seng, status wilayah, wasting 
HubunganPolaKonsumsiMakananBeresikodan Status GizidenganKejadianHipertensi di Kalimantan Selatan padaUsia 35 – 44 Tahun (Analisis Data RISKESDAS 2007) Sari, Dewi Anggraini Puspita; Ernawati, Fitrah; Kuswari, Murry
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 6, No 1 (2014): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v6i1.1263

Abstract

AbstractHypertension is non communicable disease and The third major cause of death in Indonesia for all ages (6.8%), after a stroke (15.4%) and tuberculosis (7.5%). The problem of hypertension is influenced by sex, age, nutritional status, food consumption patterns of risk (sweet, salty, fatty, offal, preserved food, caffeinated, and seasonings), stress, and physical activity. The purpose of this study was to determine the relationship of food consumption patterns and nutritional status with the risk of incident hypertension in South Kalimantan in the age group 35-44 years. The subjects of  this study are people aged 35-44 years old  in South Kalimantan. Sample obtained by 3603 people. Analysis of the data in this study using chi-square test and Spearman correlation. This technique is used to determine the relationship between the characteristics (gender and residential areas), nutritional status, and patterns of food consumption risk (sweet, salty, fatty, offal, preserved, caffeinated beverages, and seasonings). Statistical test results showed an association between sex, nutritional status (r = 0.188, p <0.05), and the pattern of consumption of caffeinated beverages (r = 0.06, p <0.05) with incident hypertension. Keywords: the pattern of food consumption risk, nutritional status, hypertension AbstrakHipertensi merupakan penyakit tidak menular dan penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan tuberculosis (7,5%). Masalah hipertensi dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, status gizi, pola konsumsi makanan beresiko (manis, asin, berlemak, jeroan, yang diawetkan, berkafein, dan bumbu penyedap), stres, dan aktivitas fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola konsumsi makanan beresiko dan status gizi dengan kejadian hipertensi di Kalimantan Selatan pada kelompok usia 35-44 tahun. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk Kalimantan Selatan usia 35-44 tahun. Sedangkan sampelnya diperoleh sebanyak 3603 orang. Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan uji korelasi spearman dan chisquare. Teknik ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik (jenis kelamin dan daerah pemukiman), status gizi, dan pola konsumsi makanan beresiko (manis, asin, berlemak, jeroan, yang diawetkan, minuman berkafein, dan bumbu penyedap). Hasil uji statistik menunjukan adanya hubungan antara jenis kelamin, status gizi (r=0,188, p<0,05), dan pola konsumsi minuman berkafein (r=0,06, p<0,05) dengan kejadian hipertensi. Kata kunci: pola konsumsi makanan beresiko, status gizi, hipertensi  
Hubungan Asupan Vitamin A, Konsumsi Buah dan Sayur dengan Kejadian Low Vision pada Anak Usia Sekolah 7 – 12 Tahun di Provinsi Bengkulu (Analisa Data Sekunder Riskesdas Tahun 2007) Mareta, Sonia; Angkasa, dudung
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 6, No 1 (2014): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v6i1.1258

Abstract

AbstractLow vision differs with blindness. Not like the blind, people with low vision has some useful sight. Low vision caused by several factors such as birth too young (premature), maternal infection when pregnant, refraction abnormalities, inadequate intake, dietary habits and patterns that are wrong as well as vitamin A deficiency. Research aims to determine the relationship of vitamin A , the consumption of fruit and vegetables with incidence of low vision in children aged 7-12 years in the province of Bengkulu.This research using data secondary Riskesdas 2007, with the approach of cross-sectional, with the number of samples a whole (n = 894). Using statistics t-test independent and chi square. The results of statistical tests showed no significant of vitamin A intake , consumption of fruits and vegetables with incidence of low vision ( p ≥ 0.05). Need for attention from parents regarding vitamin A intake , consumption of fruits and vegetables as well as the attention of the parties concerned about the prevalence of low vision and need to improve the health and nutrition education programs. Keywords: vitamin A, consumption of fruits and vegetables, low vision  AbstrakLow vision berbeda dengan kebutaan. Tidak seperti orang yang buta, orang dengan low vision memiliki beberapa pandangan yang berguna. Low vision terjadi karena beberapa faktor seperti kelahiran yang terlalu muda (premature), infeksi ibu ketika hamil, kelainan refraksi, asupan yang tidak memadai, pola dan kebiasaan makan yang salah serta defisiensi vitamin A.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan vitamin A, konsumsi buah dan sayur dengan kejadian low vision pada anak usia 7-12 tahun di Provinsi Bengkulu. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2007, dengan pendekatan cross-sectional, dengan jumlah sampel keseluruhan (n = 894). Menggunakan uji statistik uji t-test independent dan uji chi square. Dari hasil uji statistik menunjukkan Tidak ada hubungan asupan vitamin A, konsumsi buah dan sayur dengan kejadian low vision (p≥0.05). Perlu adanya perhatian dari orangtua mengenai asupan vitamin A, konsumsi buah dan sayur serta perhatian dari pihak yang terkait mengenai prevalensi low vision serta perlu adanya peningkatan program penyuluhan kesehatan dan gizi. Kata kunci: vitamin A, konsumsi buah dan sayur, low vision
Pengaruh Subtitusi Puree Labu Kuning terhadap Daya Terima, Nilai Gizi, dan Daya Simpan Donat dengan Pengolahan Metode Panggang Pratomo, Muhammad Adi; Inggrid, Inggrid; Ngadiarti, Iskari
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 6, No 1 (2014): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v6i1.1264

Abstract

AbstractPumpkin (Cucurbita moschata) is a food commodity that utilize and level of consumption is still low at less than 5 kg per year. Pumpkin donuts is one alternative to increase the consumption of pumpkin. Pumpkin donuts with substitution has not been studied previously. The purpose of this study was to determine the effect of substitution of pumpkin puree to the received power, nutrition facts and shelf life of donuts mingled with grilled method. This research is purely experimental. Acceptabel test does by organoleptic using 30 semi-trained panelists. The tests of nutrition facts was conducted by the proximate analysis and testing of beta-carotene using HPLC method. Analysis of the received power of statistical tests performed by One Way Anova followed by bonferoni. The best acceptance obtained donuts with pumpkin puree substitution of 20%. Based on the results of proximate donut substitute pumpkin puree containing 20% water content of 14.9%, 0.82% ash, 9.50% protein, 15.5% fat, 59.3% carbohydrate. The content of beta-carotene was higher in donuts substituted with pumpkin puree (48.6 mg) compared to donuts that no substitution of 15 mg. The shelf life of donuts substitute pumpkin can last 6 days and a donut with no substitution can last 10 days. Baked donuts with pumpkin puree substitution with higher levels of beta-carotene can be a healthy food that is intended for a group of adults who have coronary heart disease problems and KVA. Keywords: baked donuts, pumpkin puree, betacaroten AbstrakLabu kuning (Cucurbita moscheta) merupakan komoditas pangan yang pemanfaatan dan tingkat konsumsinya masih rendah yaitu kurang dari 5 kg per tahun. Donat labu kuning merupakan salah satu alternatif makanan sehat untuk meningkatkan konsumsi labu kuning. Donat dengan substitusi labu kuning ini belum pernah diteliti sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh substitusi puree labu kuning terhadap daya terima, nilai gizi, dan daya simpan donat yang diolah dengan metode panggang. Penelitian ini bersifat eksperimen murni. Uji daya terima dilakukan secara organoleptik menggunakan 30 orang panelis semi terlatih. Pengujian nilai gizi dilakukan dengan analisis proksimat dan uji betakaroten menggunakan metode HPLC. Analisis daya terima dilakukan dengan uji statistik One Way Anova dan dilanjutkan dengan bonferoni.Daya terima paling baik diperoleh donat dengan substitusi puree labu kuning 20%. Berdasarkan hasil proksimat donat substitusi puree labu kuning 20% mengandung kandungan air 14,9%, abu 0,82%, protein 9,50%, lemak 15,5%, karbohidrat 59,3%. Kandungan betakaroten lebih tinggi pada donat yang disubstitusi dengan puree labu kuning (48,6 mg) dibandingkan donat yang tanpa substitusi sebesar 15 mg . Daya simpan donat substitusi labu kuning dapat bertahan 6 hari dan donat tanpa substitusi dapat bertahan 10 hari. Donat panggang dengan substitusi puree labu kuning dengan kadar betakaroten lebih tinggi dapat dijadikan makanan sehat yang ditujukan untuk kelompok dewasa  yang mengalami masalah penyakit jantung koroner dan KVA. Kata kunci: donat panggang, puree labu kuning, betakaroten
Analisis Asupan Zat Gizi Makro, Serat dan Obesitas pada Pre Lansia Usia 45 – 54 Tahun di Wilayah Jawa dan Bali (Analisis Data RISKESDAS 2012) Ulum, Miftahul; Bahar, Herwanti
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 6, No 1 (2014): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v6i1.1259

Abstract

AbstractElderly is a natural process that will inevitably experienced by everyone who was blessed with long life. Nutritional problem today is not only that also occur in the elderly. The purpose of this study to explore the difference intake of macronutrients, fiber, and obesity in pre elderly aged 45-54 years in Java and Bali. This study used 2010 Riskesdas data with a cross sectional approach and analitic survey design. The samples obtained in 2576. Statistical testing using independent t-test, one-way anova test and linear regression. The result of this study idicated most respondents were female (1643 people). Based on residence, most respondents living in urban areas (1785 people). The level of percapita spending most of the respondents in quintile 5 (very high) 692 people. Average energy intake of 1271±284,6 kcal respondents, protein 41,62±13,02g, fat 36,69±14,68 g, carbohydrates 187,11±51,28 g, and fiber 6,65±2,493 g. The prevalence of obesity was significantly higher in pre elderly women (28,34±2,42) with a p-value <0,05. The mean intake of fat, protein, carbohydrate and fiber were significantly different between obese and normal pre elderly (p <0,05). Based on the type of area and the level of per capita expenditure, obesity in closely associated with the intake of macronutrients and fiber (p<0,05). It needs a special attention from their families and local government related to the provision of a source of food intake (energy, protein, fats, carbohydrates) and fiber.   Keywords: elderly, obesity, macronutrient  AbstrakLansia merupakan proses alamiah yang pasti akan di alami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Masalah gizi saat ini bukan hanya saja gizi kurang tetapi gizi lebih juga sudah menjadi permasalahan yang terjadi pada lansia. Asupan zat gizi makro dan kurangnya asupan serat merupakan penyebab terjadinya gizi lebih pada lansia. Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui perbedaan asupan zat gizi makro, serat, dan obesitas pada pre lansia usia 45-54 tahun di wilayah Jawa dan Bali. Data yang digunakan data sekunder Riskesdas 2010 dengan pendekatan cross-sectional dan design survey analitik. Sampel yang didapat 2576 orang.Pengujian statistik menggunakan uji t-test independent, uji one-way anova dan regresi linier.Hasil penelitian ini menunjukkan Sebagian responden berjenis kelamin perempuan yaitu 1634 orang. Berdasarkan tempat tinggal, responden lebih banyak yang tinggal di wilayah perkotaan yaitu sebesar 1785 orang. Tingkat pengeluaran perkapita responden sebagian besar pada kuintil 5 (sangat tinggi) yaitu 692 orang. Rata-rata asupan energi responden 1271±284,6kkal, protein 41,62±13,02 gr, lemak 36,69±14,68 gr, karbohidrat 187,11±51,28 gr, dan serat 6,65±2,493 gr. Prevalensi obesitas secara signifikan lebih tinggi pada pre lansia perempuan (28,34±2,42) dibandingkan dengan pre lansia laki-laki (27,32±2,92) dengan nilai p<0,05. Rerataasupan lemak, protein, karbohidrat dan serat secara signifikan berbeda antara pre lansia obesitas dan normal (p<0,05). Berdasarkan tipe wilayah dan tingkat pengeluaran perkapita, obesitas berhubungan erat dengan asupan zat gizi makro dan serat (p<0,05).Perlu adanya perhatian khusus dari keluarga dan pemerintah daerah terkait penyediaan asupan makanan sumber (energi, protein, lemak, karbohidrat) dan serat. Kata kunci:lansia, obesitas, zat gizi makro 

Page 1 of 1 | Total Record : 7