cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Nutrition College
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 23376236     EISSN : 2622884X     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Journal of Nutrition College (P-ISSN : 2337-6236; E-ISSN : 2622-884X) diterbitkan oleh Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro sebagai media publikasi artikel-artikel ilmiah dalam biang Ilmu Gizi dengan skala terbit 4 kali dalam setahun, yaitu pada Januari, April, Juli, dan Oktober.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 4 (2018): Oktober" : 7 Documents clear
Hubungan Asupan Protein, Zat Besi, dan Seng Dengan Kejadian Infeksi Kecacingan Pada Balita Di Kota Semarang Ulayya, Talitha; Kusumastuti, Aryu Candra; Fitranti, Deny Yudi
Journal of Nutrition College Vol 7, No 4 (2018): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.866 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v7i4.22277

Abstract

Latar Belakang : Protein, zat besi dan seng adalah pembentuk antibodi yang berpengaruh pada sistem imunitas anak terhadap serangan infeksi. Kejadian infeksi kecacingan pada balita di Indonesia Tahun 2006 sekitar 21%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan protein, zat besi, dan seng dengan kejadian infeksi kecacingan pada balita.Metode : Jenis penelitian ini adalah cross sectional dengan subjek balita berusia 2-5 tahun (n= 50), diambil dengan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan meliputi riwayat asupan protein,zat besi,dan seng diambil menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ). Data personal hygiene dan sanitasi lingkungan dikumpukan dengan pengisian kuesioner. Data kejadian infeksi kecacingan diperoleh dengan pengisian kuesioner tanda gejala dan uji laboratorium dengan metode kato-katz. Data dianalisis menggunakan Uji Fisher’s Exact.Hasil : Terdapat satu subjek terinfeksi cacing Enterobius vermicularis. Berdasarkan gejala,sebanyak 6% subjek diketahui positif infeksi kecacingan. Berdasarkan tanda, 2% subjek diketahui positif infeksi kecacingan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 46% subjek memiliki personal hygiene tidak baik, dan 62% subjek memiliki sanitasi lingkungan tidak baik. Asupan protein, zat besi, dan seng tidak menjadi faktor yang mempengaruhi infeksi kecacingan.Simpulan : Tidak ditemukan hubungan antara asupan protein,zat besi,dan seng dengan kejadian infeksi kecacingan pada balita.
Pengaruh Suplementasi Seng terhadap Kejadian Tonsilitis pada Balita Prasetya, Gita Zeny; Kusumastuti, Aryu Candra; Kurniawati, Dewi Marfu'ah
Journal of Nutrition College Vol 7, No 4 (2018): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.551 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v7i4.22278

Abstract

Latar Belakang : Tonsilitis merupakan salah satu infeksi pada saluran pernapasan bagian atas (ISPA) yang sering terjadi pada balita. Seng berperan pada sistem kekebalan tubuh manusia. Pemberian suplementasi seng dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan dapat menurunkan kejadian ISPA termasuk tonsilitis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suplementasi seng terhadap kejadian tonsilitis pada balita.Metode : Penelitian true eksperimental dengan post test only control group design. Subjek dalam penelitian ini adalah 40 balita berusia 2-5 tahun yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol (mendapat sirup placebo) dan kelompok intervensi (mendapat suplemen seng 10 mg/hari selama 2 bulan). Data kejadian tonsilitis diperoleh pada akhir intervensi melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Data dianalisis menggunakan uji Independent T -Test dan Mann Whitney U-Test.Hasil: Rerata tingkat kecukupan seng pada kelompok kontrol selama penelitian 137,42± 50,05 dan pada kelompok intervensi 352,84 ± 48,54. Rerata frekuensi tonsilitis akut pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok intervensi, yaitu sebesar 0,26 ± 0,562 kali, sedangkan kelompok intervensi sebesar 0,21 ± 0,419 kali. Tidak terdapat perbedaan pada frekuensi kejadian dan skor tanda gejala tonsilitis antara kelompok kontrol dan intervensi (p>0,05)Simpulan : Rerata kejadian tonsilitis pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan kelompok intervensi, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Pengaruh Pemberian Sari Ubi Ungu (Ipomea batatas L.) Terhadap KadarHigh Sensitivity C-Reactive Protein(hs-CRP) Pada Tikus Sprague Dawley Dengan Pakan Tinggi Lemak Puspitadewi, Irene Nucifera; Margawati, Ani; Wijayanti, Hartanti Sandi
Journal of Nutrition College Vol 7, No 4 (2018): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (588.506 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v7i4.22274

Abstract

Latar Belakang: Komposisi makanan tinggi lemak dapat menjadi faktor terjadinya obesitasyang menyebabkan oksidasi lemak. Oksidasi lemak dapat menyebabkan inflamasi yang dikarakterisasikan dengan tingginya kadar High Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP). Ubi ungu kaya akan antioksidan terutama antosianin yang mungkin dapat menurunkan kadar hs-CRP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sari ubi ungu terhadap kadar hs-CRP tikus sprague dawley dengan pakan tinggi lemak.Metode: Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan  pre-post test control group design. 24 tikus sprague dawley jantan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan 1 dan perlakuan 2. Perlakuan 1 dan 2 diberikan sari ubi ungu dengan dosis 2 gram/200grBB dan 3 gram/200grBB berturut-turut selama 6 hari. Sebelum dan sesudah perlakuan, kadar hs-CRP dianalisis dengan menggunakan metode ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay).Hasil: Selisih kadar  hs-CRP pada keolompok kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan 1 dan perlakuan 2 adalah 0.4±0.20, -0.07±4.70, -4.3±0.79 dan -8.1±0.45. Terdapat perbedaan signifikan kadar  hs-CRP antar kelompok sesudah intervensi (p=<0.001). Pada kelompok perlakuan 2 terdapat penurunan yang paling tinggi (persen delta 33,33% dengan nilai p=<0.001).Simpulan: Sari ubi ungu dapat menurunkan kadar  High Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) secara signifikan.
Kadar Serum Selenium Pada Remaja Akhir Usia 17-19 Tahun Berdasarkan Status Obesitas dan Stunting Hidayat, Yusuf; Sulchan, Mohammad; Panunggal, Binar
Journal of Nutrition College Vol 7, No 4 (2018): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.268 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v7i4.22279

Abstract

Latar Belakang : Remaja yang obesitas dan stunting ditemukan mengalami penurunan kadar selenium di tubuh. Penurunan kadar selenium berdampak terhadap kejadian stress oksidatif yang merupakan prekursor berbagai masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perbedaan kadar serum selenium pada remaja akhir usia 17-19 tahun berdasarkan status obesitas dan stunting.Metode : Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada 88  remaja usia 17-19 tahun yang dibagi dalam 4 kelompok berdasarkan status obesitas dan stunting. Obesitas ditentukan dengan nilai WHtR >0.5 untuk perempuan dan >0.51 untuk laki-laki. Stunting ditentukan dengan TB/U >-2 SD. Kadar serum selenium ditentukan menggunakan ICP-OES. Perbedaan kadar serum selenium dianalisis dengan uji Annova.Hasil : Rerata kadar serum selenium pada kelompok stunted-obesity sebesar 277,5±96,4, stunted-non obesity 418±93,4, non stunted-obesity 304±64,9, dan non stunted-non obesity 330±112,2. Terdapat perbedaan signifikan kadar serum selenium pada kelompok.Simpulan : Kadar serum selenium pada seluruh kelompok tergolong lebih tinggi dibanding nilai normal. Kelompok stunted-obesity dan non stunted-obesity memiliki kadar serum selenium yang lebih rendah dibanding kelompok non stunted-non obesity, sedangkan kelompok stunted-non obesity memiliki kadar selenium serum yang lebih tinggi dibanding kelompok non stunted-non obesity.
Asupan Protein dan Asam Lemak Omega 6 Berlebih Sebagai Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di Semarang Rachmawati, Rizki Khoirur; Ardiaria, Martha; Fitranti, Deny Yudi
Journal of Nutrition College Vol 7, No 4 (2018): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.317 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v7i4.22275

Abstract

Latar Belakang: Obesitas adalah kondisi multifaktoral yang ditandai dengan akumulasi lemak berlebih dalam tubuh. Obesitas pada usia sekolah merupakan masalah serius yang berlanjut hingga usia dewasa dan dapat menimbulkan risiko penyakit degeneratif. Tingginya asupan protein pada anak usia 10-12 tahun di Jawa Tengah (113,1%) dan terjadi perubahan pola konsumsi dari pola konsumsi dunia barat yaitu tingginya asam lemak omega 6 menyebabkan terjadinya obesitas pada anak sekoah dasar.Metode: Desain penelitian case control dengan 66 anak usia 10-12 tahun yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu obesitas dan normal. Penelitian ini dilakukan di SDN Pekunden. Data yang diteliti meliputi asupan protein, serat, asam lemak omega 3 dan asam lemak omega 6 sebagai variabel bebas, serta asupan energi, karbohidrat, lemak dan aktivitas fisik sebagai variabel perancu. Data asupan makan diperoleh melalui kuesioner Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire dan data aktivitas fisik diperoleh dari The Physical Activity Questionnaire for Older Children. Analisis data menggunakan uji Chi Square.Hasil: Rerata asupan protein dan asam lemak omega 6 pada kelompok obesitas lebih tinggi (100,7±23,48; 159,6±43,49) daripada kelompok normal (81,4±26,13; 141,5±68,09). Terdapat hubungan antara asupan protein dan asam lemak omega 6 berlebih dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar, dimana subjek dengan asupan protein berlebih memiliki 4,81 kali lebih besar berisiko obesitas (p=0,003) dan subjek dengan asupan asam lemak omega 6 berlebih memiliki 5,81 kali lebih besar berisiko obesitas pada anak sekolah dasar (p=0,02).Simpulan: Asupan protein dan asam lemak omega 6 berlebih merupakan faktor risiko terhadap kejadian obesitas pada anak sekolah dasar.
Pengaruh Pemberian Nasi Beras Merah (Oryza nivara) dan Nasi Beras Hitam (Oryza sativa L.indica) Terhadap Kadar hsCRP Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Diabetes Melitus Tipe 2 Sitanggang, Golda Sharon; Ardiaria, Martha; Rahadiyanti, Ayu
Journal of Nutrition College Vol 7, No 4 (2018): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (642.395 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v7i4.22276

Abstract

Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang disebabkan defisiensi atau resistensi insulin, yang ditandai tingginya konsentrasi glukosa dalam darah. Kadar hsCRP dapat digunakan untuk melihat marker inflamasi yang paling sensitif pada diabetesi. Beras merah dan beras hitam diketahui kaya akan antosianin dan serat yang berpotensi meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi inflamasi.Tujuan: Mengetahui perbedaan pemberian nasi beras merah dan nasi beras hitam terhadap kadar hsCRP pada tikus wistar DM Tipe 2Metode: Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan post test control group design. Besar sampel penelitian 24 ekor tikus wistar jantan, 6 ekor dikondisikan sehat yaitu kelompok K(-) dan 18 ekor tikus dikondisikan DM dengan injeksi STZ 50 mg/kg BB dan 110 NA mg/kg BB. Kemudian tikus DM dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok K(+), kelompok perlakuan nasi beras merah (P1) dan kelompok perlakuan nasi beras hitam (P2). Intervensi dilakukan selama 28 hari, kadar hsCRP diukur menggunakan metode ELISA. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji post hoc Duncan.Hasil: Terdapat perbedaan signifikan kadar hsCRP antar kelompok (p=0,000). Kelompok P1 memiliki kadar hsCRP dengan nilai 18,8±0,50 ng/ml. Kelompok P2 memiliki kadar hsCRP dengan nilai 16,3±0,72 ng/ml.Simpulan: Pemberian nasi beras merah dan nasi beras hitam menunjukkan adanya perbedaan kadar hsCRP secara signifikan. Kadar hsCRP lebih rendah pada kelompok tikus dengan pemberian nasi beras hitam.
Pengaruh Faktor Jenis Kelamin dan Status Gizi terhadap Satiety pada Diet Tinggi Lemak Tsani, A.Fahmy Arif; Irawati, Lia; Dieny, Fillah Fithra
Journal of Nutrition College Vol 7, No 4 (2018): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.982 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v7i4.22281

Abstract

Latar belakang: Obesitas menjadi salah satu permasalahan di berbagai satiety, gender differences negara termasuk Indonesia. Prevalensi obesitas terus meningkat setiap tahunnya serta dapat menjadi sinyal munculnya penyakit-penyakit non infeksi. Faktor diet yaitu pemilihan jenis makanan yang kurang sesuai dengan prinsip gizi seimbang dapat menjadi penyebab obesitas. Komponen makronutrien berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda terhadap satiety.Sehingga, strategi pemilihan makanan dengan zat gizi yang tepat dapat mengurangi resiko obesitas.Selain itu, faktor lain seperti jenis kelamin dan status gizi mungkin juga dapat mempengaruhi tingkat satiety.Tujuan: Mengetahui pengaruh faktor jenis kelamin dan status gizi terhadap satiety pada intervensi diet tinggi lemak.Metode:Desain penelitian eksperimental dengan rancangan pre-postgroup yang membandingkan efek satiety pada 3 jenis diet isokalori: tinggi lemak SFA (minyak kelapa sawit), tinggi lemak MUFA (minyak kanola), dan tinggi lemak PUFA (minyak kacang kedelai).Subjek penelitian 23 orang berusia 18 tahun keatas yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Komponen satiety diukur dengan menggunakan kuesioner VAS (Visual Analogue Scale). Status gizi ditentukan dengan menggunakan indeks IMT Asia Pasifik.Hasil:Terdapat perbedaan tingkat satiety antara subjek perempuan dan laki-laki. Penurunan tingkat hunger (p=0,016) danPFC (p=0,024) pada subjek perempuan lebih tinggi dibandingkan pada subjek laki-laki. Peningkatan nilai fullness pada subjek perempuan lebih besar dibandingkan pada laki-laki (p<0,001). Sementara tingkat satiety pada kelompok berat badan normal dan kelompok obesitas serupa.Simpulan:Tingkat satiety pada intervensi diet tinggi lemak dipengaruhi olehperbedaan jenis kelamin, sedangkan pengaruh status gizi tidak terlihat.

Page 1 of 1 | Total Record : 7