cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Aquaculture Management and Technology
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Journal of Aquaculture Management and Technology diterbitkan oleh Program studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Undip. JAMTech menerima artikel-artikel yang berhubungan dengan akuakultur, nutrisi pakan ikan, parasit dan penyakit ikan, produksi budidaya, dll.
Arjuna Subject : -
Articles 304 Documents
Pengaruh Penggunaan Bromelin Terhadap Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan Dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) -, Nisrinah; -, Subandiyono; Elfitasari, Tita
Journal of Aquaculture Management and Technology Vol 2, No 2 (2013) : Journal of Aquaculture Management and Technology
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.32 KB)

Abstract

The growth of catfish could be improved if the utilization of feed protein by fish can be more efficient. Bromelain is an enzyme of proteases that able to hydrolyze proteins into simpler compounds to be more easily absorbed and utilized of the proteins body. The purpose of the research was to observe the effects of bromelain on protein utility rate and growth of the African catfish (C. gariepinus). The variables measured were feeding efficiency (FE) value, protein efficiency ratio (PER), relative growth rate (RGR), and survival rate (SR). This research used completely randomized design (CRC) with 4 treatments and 3 replicates, i.e. treatment A (did not use bromelin), B (0.75% bromelain), C (1.5% bromelain), and D (2.25% bromelain). The results showed that the influence of the use of bromelin in feed on feeding eficiency (FE), PER, and RGR values were significant (P0.05) on survival rate. Based on the results of treatment A, B, C, and D, it can be concluded that the use of bromelin in feed for C. gariepinus produced better EPP, PER, and RGR values than the feed with no bromelain.
PENAMBAHAN SERBUK DAUN BINAHONG (Anredera cardivolia) PADA PAKAN TERHADAP RESPON IMUN, KELULUSHIDUPAN DAN STATUS KESEHATAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) YANG DIINFEKSI Vibrio harveyi Utomo, Agil Setya; Prayitno, Slamet Budi; Sarjito, -
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.383 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serbuk daun binahong (Anredera cardivolia) pada pakan terhadap respon imun, kelulushidupan dan status kesehatan udang windu (P. monodon) yang diinfeksi V. harveyi. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Udang uji yang digunakan berukuran berat 9 g. Udang dipelihara dalam media bervolume 10 L pada akuarium yang berukuran 30 cm x 40 cm x 60 cm. Udang uji dipelihara selama 31 hari, yaitu 7 hari aklimatisasi, 14 hari pemberian pakan perlakuan dan 10 hari paska uji tantang. Uji tantang dilakukan pada hari ke 14 setelah perlakuan. Perlakuan A yaitu dengan konsentrasi binahong sebanyak 0 g/100 g pakan, perlakuan B dengan konsentrasi 4 g/100 g pakan, perlakuan C dengan konsentrasi 8 g/100 g pakan dan perlakuan D dengan konsentrasi 12 g/100 g pakan. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh terhadap respon imun yang ditunjukan dengan bertambahnya jumlah total hemosit (THC) dengan hasil tertinggi ditunjukan oleh perlakuan B yaitu 2.640 x 107 sel/mL pada pemeriksaan hari ke 12 (H4). Peningkatan jumlah total hemosit terbaik ditunjukan oleh perlakuan B sebelum di infeksi V. harveyi. Kelulushidupan tertinggi di tunjukan oleh perlakuan D dengan SR sebesar 83 %. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi terbaik adalah perlakuan B (4 g/100g). The aims of this study are to determine of addition binahong powder A. cardivolia in feed to the immune response, health status and survival rate of tiger prawn (P. monodon) that were infected by V. harveyi. The study was conducted by using the experimental method with completely randomized design (CRD), 4 treatments and 3 replications. The verage weighth of experimental shrimp was 9 g. Shrimp was maintained in aquarium 30 cm x 40 cm x 60 cm with 10 L media with stoking density 8 shrimp per aquarium. Cultivation period was 31 days with 7 day acclimatization, 14 days treatment and 10 days after challenge by V. harveyi. Challenge test performed on day 14 after treatment. The A. cardivolia consentration in each treatment were (A) 0 g/100 g of feed, (B) 4 g/100 g of feed, (C) 8 g/100 g of feed and (D) 12 g /100 g of feed. The results showed that there was an effect of the treatment on immune response that it shown by increasing total hemocytes count number (THC) with highest result shown in treatment B, 2,640.107 cell/mL on 12th(H4) day examination and the higest result in survival was shown in treatment D with 83% survival rate. It can be concluded that the best treatment is B (4 g/100 g).
PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle linn) UNTUK MENURUNKAN INFESTASI EKTOPARASIT Octolacmis sp. PADA KEPITING BAKAU (Scylla serrata) Utari, Viola Indah; Prayitno, Slamet Budi
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.911 KB)

Abstract

Parasit Octolasmis sp. adalah jenis parasit yang menginfeksi kepiting bakau dan menempel pada insang. Parasit ini menyebabkan kerusakan pada organ tubuh dan terganggunya pertumbuhan serta menurunkan sistem pertahanan tubuh kepiting. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengobati serangan parasit Octolasmis sp. yaitu menggunakan bahan alami seperti ekstrak daun sirih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman ekstrak daun sirih terhadap kelulushidupan dan penurunan infestasi parasit Octolasmis sp. serta kandungan senyawa aktif daun sirih. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Dosis ekstrak daun sirih yang digunakan pada penelitian ini adalah A (0 ml), B (3 ml/L), C (6 ml/L), dan D (9 ml/L). Kepiting bakau yang digunakan sebanyak 36 ekor, dan dipelihara dalam 9 akuarium dengan kepadatan 4 ekor/akuarium. Rata-rata kelulushidupan kepiting bakau yaitu 88,89±0,19 (perlakuan B), 77,78±0,38 (perlakuan C), 66,67±0,42 (perlakuan D), 44,45±0,62 (perlakuan A). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi Octolasmis sp. menurun karena perendaman ekstrak daun sirih; kepiting bakau menujukkan respon pasif dan pasca perendaman dari ekstrak daun sirih tidak memiliki pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kelangsungan hidup kepiting yang terinfeksi Octolasmis sp. namun ekstrak daun sirih menyebabkan tingkat kelulushidupan tinggi pada kepiting bakau yang terinfeksi. Parasite Octolasmis sp. is a type of parasite which infects mud crabs and stick to the gills. This parasite causes damage to the gills body organs decrease of growth and defense system of crabs. An attempt was made to treat the parasitic  Octolasmis sp. infected crab by using natural ingredients namely betel leaf (Piper betle linn) extract. This study aims to determine the effect of soaking of betel leaf extract to survival  and decrease parasitic infestation of Octolasmis sp. and the content of active compound of betel leaf. Experimental research of varian betel leaf extract use caused out in consentration of 4  treatments and 3 replications. The dose of betel leaf extract used in this study was A (0 ml), B (3 ml/L), C (6 ml/L), and D (9 ml/L). The mud crabs used with a totally 36 tails, and maintained in 9 aquariums with a density of 4 tails / aquarium. The mean survival rate of mangrove crabs was 88.89 ± 0.19 (treatment B), 77.78 ± 0.38 (treatment C), 66.67 ± 0.42 (treatment D), 44.45 ± 0.62 (Treatment A). The result experimental that prevalence of Octolasmis sp. declined along with the incause of betel leaf extract concentration; experimental crabs exhibited passive food response and in active past treatment for several insure soaking of betel leaf extract also didn’t have significant effect (P <0,05) to survival of mud crabs (Scylla serrata) infected by Octolasmis sp. However the betel leaf extract was able incause survival rate of infected mud crab.
ANALISIS KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILA SALINE STRAIN PANDU (Oreochromis niloticus) YANG DI PELIHARA DI TAMBAK TUGU, SEMARANG DENGAN KEPADATAN BERBEDA Nasution, Ahmad Sarpawi Ibrahim; Basuki, Fajar; Hastuti, Sri
Journal of Aquaculture Management and Technology Vol 3. No 2 (2014): Journal of Aquaculture Management and Technology
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.564 KB)

Abstract

Padat penebaran merupakan hal yang penting dalam usaha penampungan dan pendederan karena akan mempengaruhi oksigen terlarut dan ammonia. Kepadatan yang tinggi maka oksigen terlarut akan berkurang, sebaliknya ammonia akan semakin bertambah akibat buangan metabolisme ikan dan juga sisa pakan. Kondisi tersebut merupakan tekanan lingkungan yang dapat menyebabkan kenyamanan ikan menjadi terganggu. Pertumbuhan akan terhambat karena energi yang seharusnya digunakan untuk petumbuhan dipakai ikan untuk mempertahankan dirinya dari tekanan lingkungan. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kepadatan yang berbeda terhadap pertumbuhan benih  ikan nila Pandu (O. niloticus) dan juga untuk mengetahui kepadatan yang terbaik untuk kelulushidupan (SR) dan pertumbuhan pada benih nila Pandu (O. niloticus) yang dipelihara di tambak. Penelitian ini dilaksanakan selama 40 hari pengamatan, dimulai dari bulan April sampai dengan Mei 2013 di, tambak desa Tapak kecamatan Tugu, Semarang. Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan nila Pandu (O. niloticus) berukuran 3 - 5 cm (D20-D60) dengan bobot 0,58 g. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Eksprimen lapangan dengan menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan masing – masing 3 kali ulangan. Perbedaan padat penebaran pada setiap perlakuan A, B, dan C masing- masing adalah 15 atau 9 ekor/m2, 25 atau 15 ekor/m2, dan 35 atau 21 ekor/m2 yang dipeliharan di tambak dengan menggunakan hapa. Ikan diberi pakan 5% dari berat biomassa ikan pada pagi, siang, sore hari pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Variabel yang diuji adalah laju pertumbuhan spesifik (SGR), kelulushidupan (SR), Tingkat Produksi konversi pakan (FCR) dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat penebaran tidak berbeda nyata (P<0,05) terhadap kelululushidupan, namun berbeda sangat nyata terhadap (P>0,01)  pertumbuhan, tingkat produksi, dan rasio konversi pakan. Nilai laju pertumbuhan spesifik untuk masing-masing perlakuan A, B, dan C yaitu (6,94±0,028%), (6,23±0,041%), dan (5,63±0,003%). Nilai kelulushidupan untuk masing-masing perlakuan A, B, dan C yaitu (97,78±3,85%), (97,33±2,31%), dan (97,14±2,86%). nilai tingkat produksi untuk masing-masing perlakuan A,B,dan C adalah (99,96±7,14 g), (178,98±10,96 g), (257,56±16,67 g) Nilai FCR untuk masing-masing perlakuan A, B, dan C yaitu adalah  (0,58±0.04), (0,75±0,04), dan (0,89±0,06). Hasil pengukuran parameter kualitas air untuk suhu berkisar antara 26 – 310C, Salinitas 12 – 14 ppt; pH 7,97 – 8,69; DO 3,25 – 3,78 mg/l; dan amonia 0,02 – 0,04 mg/l. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan  bahwa kelulushidupan dan pertumbuhan terbaik dengan kepadatan 15 atau 9 ekor/m2.              Density stocking important thing deep relocation effort and Nursery because will regard dissolved oxygen and ammonia. Tall density therefore dissolved oxygen will decrease, on the contrary ammonia will get buangan's effect crescent metabolite fishes out and also residuary weft. Condition of that constitute environment pressure that can cause fish convenience becomes to be troubled. Growth will be constrained since energy that necessarily been utilized for Growth is used fishes out to keep her of environment pressure. Conducted research aimed to determine the effect of different density on the growth of Tilapia Pandu (Oreochromis niloticus) and also to determine the best density for survival rate (SR) and growth in Tilapia Pandu strain seed (Oreochromis niloticus) were kept in fish ponds. The research was carried out during 40 days of observation, starting from April to May 2013 in desa tapak, Tugu district, Semarang. Test fish used are Tilapia Pandu (Oreochromis niloticus) fairish 3-5 cm (D 20 -D 60 ) with wight 0,58 g. The Eksprimen's method field used in this study is completely randomized design (CRD) with 3 treatments and each of 3 replications. Differences in stocking density on each treatment A, B, and C, respectively 15 or 9 fish/m2, 25 or 15 fish/m2, and 35 or 21 fish/m2 were keep in the ponds by using hapa. The fish were fed 5% of the fish biomass at 08:00, 12:00, and 16:00 pm. Variables tested is specific growth rate (SGR), survival rate (SR), feed conversion ratio (FCR), production level and water quality.The results showed that stocking density had no effect (P <0.05) against survival rate, but highly significant effect (P> 0.01) growth rate. Value of the specific growth rate for each treatment A, B, and C are (6.94 ± 0.028%), (6.23 ± 0.041%), and (5.63 ± 0.003%) survival values for each treatment A, B, and C are (97.78 ± 3.85%), (97.33 ± 2.31%), and (97.14 ± 2.86%). production level values for each treatment A, B, and C are (99,96±7,14 g), (178.96±10,96 g), dan (257,56,±16,67 g). FCR values for each treatment A, B, and C which is (0.58 ± 0:04), (0.75 ± 0.04), and (0.89 ± 0.06). The results of measurements of water quality parameters for the temperature range between 26 - 330C, salinity 12-14 ppt; pH 7.97 to 8.69; DO from 3.25 to 3.78 mg / l, and ammonia from 0.02 to 0.04 mg / l. Based on the results of this study concluded that the best survival and growth of the density is 15 or 9 fish/m2.
ANALISIS KARAKTER REPRODUKSI IKAN NILA PANDU (F6) (Oreochromis niloticus) PERSILANGAN STRAIN NILA MERAH SINGAPURA MENGGUNAKAN SISTEM RESIPROKAL PADA PENDEDERAN I Prabowo, Bayu Timur; Susilowati, Titik; Nugroho, Ristiawan Agung
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (695.308 KB)

Abstract

Penelitian pemuliaan ini adalah untuk mengetahui karakter nisbah dominan dengan menganalisis karakter reproduksi ikan nila pandu F6 (Oreochromis niloticus) persilangan nila Merah Singapura dalam sistem budidaya resiprokal. Karakter reproduksi merupakan nilai dugaan yang mampu menunjukkan laju perubahan yang dapat dicapai dengan seleksi untuk sifat di dalam populasi. Karakter reproduksi dan performa benih mampu menunjukkan laju perubahan sifat didalam populasi dengan seleksi hibridisasi dan Inbreeding. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hasil analisis karakter reproduksi dan performa benih, mengetahui homozigositas pemijahan ikan nila pandu dengan nila singapura, dan kelayakan kualitas air. Penelitian ini dilaksanakan 1 Maret - 28 Juni 2015 di Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBIAT) Janti, Klaten. Analisis data terhadap kinerja variabel karakter reproduksi menggunakan uji homogenitas, normalitas, dan additivitas. Data yang memenuhi syarat kemudian dianalisis menggunakan uji – t untuk memenuhi pengaruh dari perlakuan. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila pandu dan nila Singapore lokal dengan bobot jantan berkisar 330 g dan bobot betina berkisar 240 g. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Karakterisasi reproduksi yang diamati meliputi : Fekunditas, Hatching Rate (HR), diameter dan bobot telur, panjang dan bobot larva kuning telur, panjang dan bobot larva lepas kuning telur. Pengamatan performa benih yang diamati meliputi : Specific Growth Rate (SGR), Food convertion Ratio (FCR), dan Survival Rate (SR).Hasil penelitian menunjukkan variabel analisis karakter reproduksi dan performa benih bahwa berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pengamatan data  Fekunditas, Hatching Rate (HR), bobot telur, panjang larva kuning telur, panjang larva lepas kuning telur, Food Convertion Ratio (FCR), dan Survival Rate (SR). Hasil analisis karakter reproduksi dengan presentase terbaik yaitu; perlakuan B pemijahan Hibrid (Nila Merah Singapura ♂ x ♀ Nila Pandu F6) untuk Fekunditas, diameter telur, panjang dan bobot larva kuning telur, panjang larva kuning telur, FCR, dan SR. Kualitas air selama penelitian untuk media pemijahan induk nila, penetasan telur dan pemeliharaan benih pendederan I masih berada dalam kisaran yang layak selama penelitian. The objective is to find character dominant by analyzing character reproduction tilapia guard F6 (Oreochromis niloticus) Tilapia red cross singapura cultivation resiprokal system. Reproductive character is considered as was demonstrated the rate of change that can be attained with a to its nature in population. Character and reproductive seed performance demonstrated in the change the nature of the population with a hybridized and inbreeding. Research purposes to know the analysis character and reproductive seed performance, knows homozigositas spawning tilapia guide to indigo singapura, and feasibility water quality. Study was conducted 1 March 28 - June 2015 BPBIAT Janti, Klaten. Analysis of data on performance variable character use the reproductive homogeneity, normality, and additivitas. The data qualified then analyzed use the t - test to meet the effects of treatment. Fish the used in research is tilapia guard and tilapia Red Singapura male weight ranges 330 g and female weight ranges 240 g. this report is written with the experimental methods used random design complete (RAL) with 4 treatment and 3 times test. Characterization reproduction observed covering: fecundity, hatching rate (HR), diameter and weights eggs, long and weights larvae egg yolks, long and weights larvae off egg yolks. The seed performance observed covering: specific growth rate (SGR), food convertion ratio (FCR), and survival rate (SR).The result showed variable character analysis and reproduction seed performance that influential real (P<0,05) against observation data fecundity, hatching rate (HR), egg weight, long larvae egg yolk, larvae off long egg yolk, food convertion ratio (FCR), and the survival rate (SR). The analysis of the character of reproduction with the percentage best namely; treatment b spawning hybrids ( Tilapia red singapura ♂ x ♀ Tilapia guide to F6 ) fecundity, the diameter of eggs, long and weights larvae egg yolk, long larvae egg yolk, FCR, and SR. The quality of water during media research for spawning parent indigo, hatching eggs and maintenance of the seeds system I still be in the range of decent during research.
PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN E PADA PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN KEPITING BAKAU (Scylla paramamosain) Winestri, Jati; Rachmawati, Diana; Samidjan, Istiyanto
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.128 KB)

Abstract

Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan pertumbuhan kepiting bakau yang lambat yaitu penambahan vitamin E pada pakan buatan guna meningkatkan nutrisi pakan. Vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan yang menjaga kerusakan protein dan enzim dari radikal bebas yang dapat menghambat pertumbuhan dan proses metabolisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan vitamin E pada pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau (S. paramamosain). Penelitian ini dilaksanakan pada Januari hingga Maret 2014 di tambak Desa Tapak, Kecamatan Tugurejo, Mangkang, Semarang. Hewan uji yang digunakan adalah kepiting bakau (S. paramamosain) dengan bobot rata-rata 109,1±1,7 g/ekor yang dipelihara selama 56 hari dengan kepadatan 1 ekor/keranjang plastik dengan ukuran (25 x 16 x 15) cm3. Pemberian pakan sebanyak 5% bobot biomass/hari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental lapangan dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan penambahan vitamin E, yaitu perlakuan A (0 g/100 g), B (0,4 g/100 g), C (0,6 g/100 g), dan D (0,8 g/100 g).  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan vitamin E memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap efisiensi pemanfaatan pakan protein efisiensi rasio dan laju pertumbuhan relatif. Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan D dengan nilai (17,88±3,51%), (2,86±0,55%), dan (4,03±0,93%). Penambahan vitamin E tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap kelulushidupan kepiting bakau (S. paramamosain). Hasil kualitas air masih dalam kisaran kelayakan bagi budidaya kepiting bakau (S. paramamosain) terkecuali salinitas sedikit dibawah nilai kelayakan namun masih dapat ditolerir oleh kepiting bakau (S. paramamosain). Kesimpulan dari penelitian ini penambahan vitamin E 0,8 g/100 g pada pakan buatan memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan kepiting bakau (S. paramamosain). One of alternative to overcome the problems in mud crab growthrates was dietary of vitamin E. Vitamin E have function as antioxidant to maintaince the proteins and enzymes by preventing free radicals which can disturb the growth and metabolism processes. This research aimed to assess effect of dietary of vitamin E on the growth and survival rate of mud crabs (S. paramamosain). The research was conducted in January until March 2014 in the brackish water pond Tapak Village, District Tugurejo, Mangkang, Semarang. The animals tested used were mud crab (S. paramamosain) with an average body weight of 109.1±1.7 g/individual, during 56 days at a density of 1 individual/basket with size (25 x 16 x 15) cm3. The feeding rate were 5% for weight biomass/day. The method used in this study is an experimental field with the pattern completely randomized design with 4 treatments and 3 replications of dietarary vitamin E, they were treatment A (0 g/100 g), B (0,4 g/100 g), C (0,6 g/100 g), and D (0,8 g/100 g). The results of this research indicate that dietary of vitamin E effect (P<0.05) on the efficiency of feed utilization, protein efficiency ratio and relative growth rate. The best results were obtained on treatment D with the value (17.88±3.51%), (2.86±0.55%), and (4.03±0.93%). Effects of dietary vitamin E didn’t give significant effect (P>0.05) on the survival rate of mud crab (S. paramamosain). Results of water quality was still within the range of feasibility for mud crab culture (S. paramamosain) except salinity slightly below the value of eligibility but can be tolerated by the mud crab (S. paramamosain). The conclusion of this research dietary 0.8 g/100 g vitamin E gives the best results on the growth of mud crab (S. paramamosain).
INFESTASI MONOGENEA PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DARI DESA GENUK, UNGARAN BARAT DAN IKAN LELE (Clarias gariepinus) DARI KP. NGLARANG, GUNUNGPATI, JAWA TENGAH Laia, Nilam Permata; Desrina, - -; Haditomo, A.H. Condro
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.877 KB)

Abstract

Monogenea merupakan salah satu jenis parasit yang sering menginfestasi ikan dan biasanya ditemukan di organ eksternal seperti, kulit, sirip dan insang dengan menancapkan haptor. Parasit monogenea memiliki bentuk tubuh fusiform dan haptor pada bagian posteriori dengan sejumlah kait marginal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala klinis ikan yang tampak pada ikan nila dan ikan lele sebagai ikan uji, mengetahui nilai intensitas dan prevalensi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode random sampling dan pengamatan laboratorium. Ikan yang digunakan yaitu ikan nila dan ikan lele masing-masing sebanyak 50 ekor diambil dari kolam budidaya milik warga. Ikan nila diambil dari Genuk,Ungaran Barat dengan rerata panjang 12.72±1.89 cm dan rerata berat 14.24±2.78 g, sedangkan ikan lele diambil dari Kp. Nglarang, Gunungpati dengan rerata panjang 14.67±1.70 cm dan rerata berat 17.34±3.71 g. Pengamatan monogenea dilakukan dengan pembuatan preparat ulas (smear) yang di ambil dari insang, kulit dan sirip dengan menggunakan cover glass dan diletakkan pada slide glass yang telah ditetesi akuades, kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x, 100x dan 400x. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah monogenea yang ditemukan ada dua jenis yaitu Cichlidogyrus sp. pada ikan nila (O. niloticus) dan Actinocleidus sp. pada ikan lele (C. gariepinus). Gejala klinis yang tampak pada ikan nila yaitu sirip punggung dan sirip ekor geripis, operculum kemerahan, insang tampak pucat dan produksi lendir berlebih. Gejala klinis pada ikan lele yaitu pada tubuh terdapat ulcer atau luka, tubuh kemerahan, sirip geripis, sirip kemerahan dan produksi lendir berlebih. Nilai intensitas Cichlidogyrus sp. dan Actinocleidus sp. adalah sama, yaitu 2 ind/ekor, namun nilai prevnalensi keduanya berbeda, prevalensi Cichlidogyrus sp. yaitu 68% dan prevalensi Actinocleidus sp. yaitu 14%.Monogenea is a group of ectoparasites of fish and usually found on the skins, fins and gills with plugging the haptor. Monogenea parasitic had a fusiform body shape on the haptor at posterior with some marginal hooks. This research aims to determind the clinical symptoms of tilapia and catfish, and the intensity and prevalence of monogenea. The methods used in this research were random sampling and laboratory observation. The fish used were tilapia fish and catfish each of many as 50 tails taken from the ponds owned by residents. The tilapia was taken from Genuk, West Ungaran with average length of 12.72±1.89 cm and average weight is 14.24±2.78 g, while the catfish was taken from Kp. Nglarang, Gunungpati with average length 14,67±1,70 cm and average weight 17.34±3.71 g. The observation of monogenea was done started with preparation review (smear) taken from the gills, skin and fins using a cover glass and placed on a slide glass contained a drop of aquadest, the slides was observed under the microscope with maginification 10x, 100x and 400x. There were two monogenea found in this research namely Cichlidogyrus sp. in tilapia fish (O. niloticus) and Actinolcleidus sp. in catfish (C. gariepinus). Clinical symptoms found on tilapia were dorsal and tail fins were torn, reddish operculum, pale gills and excess mucus production. Clininal symptoms in the catfish were wound on body, reddish body, fins were torn and excess mucus production. The value of the intensity of Cichlidogyrus sp. and Actinocleidus sp. was same i.e. 2 ind/tail, however the value of the prevalence of both were different, the prevalence of Cichlidogyrus sp. i.e. 68% and the prevalence of Actinocleidus sp. i.e. 14%. 
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK KUNYIT PUTIH (Kaempferia rotunda) TERHADAP JUMLAH TOTAL HEMOSIT DAN AKTIFITAS FAGOSITOSIS UDANG WINDU (Penaeus monodon) Chifdhiyah, Alina Nurul
Journal of Aquaculture Management and Technology Vol 1, No 1 (2012): Journal Of Aquaculture Management and Technology
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.926 KB)

Abstract

Upaya untuk meningkatkan kegiatan produksi udang windu (Penaeus monodon) salah satunya dengan memberikan immunostimulan untuk menaikkan daya tahan tubuh udang. Salah satu herbal yang memiliki kemampuan sebagai immunostimulan adalah kunyit putih (Kaempferia rotunda). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kunyit putih terhadap jumlah total hemosit (THC) dan aktifitas fagositosis (AF) pada hemolim udang windu. Pembuatan ekstrak kunyit putih dilaksanakan dibalai obat universitas Diponegoro Semarang pada bulan Maret, dan kegiatan penelitian keseluruhan dilakukan pada bulan Mei-Juni di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara. Metode yang digunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu perlakuan A (tanpa penambahan ekstrak kuyit putih), perlakuan B (pemberian 5 gr/kg ekstrak ke pakan), perlakuan C (pemberian 10 gr/kg ekstrak ke pakan), dan perlakuan D (pemberian 15 gr/kg ekstrak ke pakan). Hewan uji yang digunakan adalah udang windu stadia juvenil dengan ukuran ± 10 cm dan bobot ± 5 gr. Pakan diberikan 3 kali sehari dengan feeding rate sebesar 5 % dari total bobot udang, penelitian dilakukan selama 21 hari. Parameter yang diukur yaitu jumlah total hemosit (THC), aktifitas fagositosis (AF), dan kualitas air. Hasil yang diperoleh yaitu ekstrak kunyit putih memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap jumlah total hemosit dan sangat nyata (P<0,01) pada aktifitas fagositosis hemolim. Hasil terbaik didapatkan pada hari ke-14, jumlah total hemosit diperoleh pada perlakuan C (10 gr/kg) yaitu sebesar 65,87x106 sel/mm3, dan  aktifitas fagositosis diperoleh pada perlakuan D (15 gr/kg) sebesar 60,76%. Kualitas air selama pemeliharaan masih dalam kisaran layak untuk kehidupan udang windu.  
SENSITIVITAS BAKTERI Aeromonas sp. DAN Pseudomonas sp. YANG DIISOLASI PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SAKIT TERHADAP BERBAGAI MACAM OBAT BEREDAR Nurjanah, Siti; Prayitno, Slamet Budi; Sarjito, -
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.051 KB)

Abstract

Permintaan akan ikan budidaya terutama ikan mas (Cyprinus carpio) yang semakin tinggi, masyarakat menerapkan sistem budidaya intensif bahkan super intensif. Kondisi ini tentunya akan menimbulkan kendala, salah satunya meningkatnya peluang terserangnya penyakit pada beberapa ikan. Upaya pengendalian penyakit bakterial pada budidaya ikan, sampai saat ini masih mengggunakan bahan kimia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitivitas isolat bakteri terhadap obat beredar serta bakteri yang menginfeksi ikan mas (C. carpio) Isolasi bakteri dilakukan pada 20 ekor ikan mas yang berasal dari Kedung Ombo dan Magelang dengan organ target hati, ginjal, dan luka pada media GSP. Uji sensitivitas dilakukan dengan mengkultur bakteri dengan kepadatan 108 CFU/mL ditebarkan di media TSA dengan jumlah 100 µl pada petridish dan diratakan menggunakan L glass kemudian didiamkan agar bakteri uji meresap ke dalam media. Paper disk steril diletakkan di atas media TSA yang sebelumnya telah direndam di dalam obat uji. Dosis obat yang digunakan sesuai yang dianjurkan dalam kemasan. Hasil isolasi diperoleh 29 isolat, kemudian dilakukan uji sensitivitas terhadap obat uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua isolat bakteri terhadap obat beredar A, B, C, dan D bersifat resistance, kecuali SN3, SN5, SN6, SN8, SN9, SN11, SN14, SN16, dan SN23 intermediate terhadap obat D. Karakterisasi bakteri dilakukan terhadap isolat bakteri terpilih (SN6, SN11, SN19, SN24, dan SN26) secara morfologi yang selanjutnya di uji biokimia dengan hasil Pseudomonas putida (SN6), P. anguilliseptica (SN11), Aeromonas sobria (SN19), A. caviae (SN24), dan P. pseudoalcaligenes (SN26). Common carp (Cyprinus carpio) is one of aquaculture product that have economic value. Intensive and super intensive system have improved carp production. However, this condition  caused disease problems in fishes. The Efforts to control bacterial diseases in fish culture, at the moment still rely on chemical treatments. The aims of this research were to determine the susceptibility of the bacterial isolation to the different marketed drugs. Bacteria were isolated from  20 common carp sample from Kedung Ombo and Magelang and obtained from liver, kidney, and fish wound growth in the GSP media. In vitro study using diffusion susceptibility test was apllied at bacterial density 108 CFU/mL in100 µL  TSA.  The bacteria was spread by L glass evenly prior to the disk placement that previously being soaked in the various drugs test. The bacterial isolation gained 29 isolates. Further test demonstrated that various marketed drugs (A, B, C, and D) were resistance to isolated bacteria except isolates SN3, SN5, SN6, SN8, SN9, SN11, SN14, SN16, and SN23 were intermediates to drug D. Identification of isolates (SN6, SN11, SN19, SN24, and SN26) revealed 5 species namely Pseudomonas putida (SN6), P. anguilliseptica (SN11), Aeromonas sobria (SN19), A. caviae (SN24), and P. pseudoalcaligenes (SN26).
PENGARUH PERENDAMAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP KELULUSHIDUPAN IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) YANG DIINFEKSI Aeromonas hydrophila Ardulanisa, Ridha; Prayitno, Slamet Budi; Haditomo, Alfabetian Harjuno Condro
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.548 KB)

Abstract

Aeromonas hydrophila merupakan bakteri opportunis yang sering menyebabkan penyakit pada ikan air tawar, salah satunya pada ikan tawes. Ekstrak buah mengkudu mengandung senyawa antibakteri yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan penyakit yang disebabkan oleh  A. hydrophila pada ikan tawes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perendaman ikan tawes yang diinfeksi A. hydrophila dengan ekstrak buah mengkudu. Ikan tawes yang digunakan sebanyak 120 ekor dengan panjang rata-rata 7,23±0,98 cm/ekor yang diinfeksi bakteri A. hydrophila sebanyak 0,1 mL secara intramuscular dengan kepadatan bakteri 106 CFU/mL. Hewan uji dilakukan pengobatan dengan perlakuan yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan tersebut yaitu perlakuan A (0 mg/L), B (15.000 mg/L), C (30.000 mg/L) dan D (45.000 mg/L) dan tiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Perendaman menggunakan ekstrak buah mengkudu dengan metode short bath selama 20 menit dilakukan setelah gejala klinis dari A. hydrophila telah muncul. Hasil penelitian menunjukkan perendaman ekstrak buah mengkudu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap gejala klinis dan kelulushidupan ikan tawes. Gejala klinis pasca penyuntikan A. hydrophila yang menunjukkan adanya warna tubuh memudar, opacity, haemorage pada permukaan tubuh serta tukak dan mulai mengalami pemulihan pasca perendaman ekstrak buah mengkudu yaitu berenang aktif, haemorage pada tubuh memudar, tukak pada tubuh mulai menutup. Kelulushidupan terbaik (70%) terlihat pada dosis 15.000 mg/L dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang masing-masing yaitu 30.000 mg/L (53,33%), 45.000 mg/L (50%) dan 0 mg/L (30%). Konsentrasi ekstrak buah mengkudu 14.000 mg/L merupakan konsentrasi optimal untuk mengobati ikan tawes yang diinfeksi bakteri A. hydrophila. Aeromonas hydrophila is an opportunistic bacterial that often causes disease in freshwater fish, and one of them is on the java barb. Noni fruit extract contains antibacterial compounds that can be used an alternative treatment for diseases caused by A. hydrophila in the java barb. This study were aims to determine the immersed effect of noni fruit extract  to combat A. hydrophila. Java barb used were 120 fish with average length 7,23 ± 0,98 cm/fish infected with A. hydrophila as much as 0,1 mL intramuscularly with density of 106 CFU / mL. The experimental animals were treated in the treatment by using Completely Randomized Design (CRD). The treatments A (0 mg / L), B (15,000 mg / L), C (30,000 mg / L) and D (45,000 mg / L) and each treatment was replicated 3 times. Immersed with noni fruit extract was carried on by short bath method for 20 minutes immersed was done when clinical signs of A. hydrophila appeared. The results demonstrated that the used of noni fruit extract exhibited real effect (P<0.05) againts clinical symptoms and survival rate of java barb. Clinical symptoms in post injection of A. hydrophila that indicate the existence of a body color fades,  opacity, haemorage on the surface of the body also the ulcer and began to suffer submergence post crash noni fruit extracts namely active swim, body haemorage is faded, ulcers on the body begins to shut down. The results also demonstrated the best survival rate (70%) at concentration of 15,000 mg/L compared with the other treatments which each 30,000 mg/L (53.33%), 45,000 mg/L (50%) and 0 mg/L (30%). Concentration 14.000 mg/L of noni fruit extract is optimal concentration to treat java barb infected bacteria A. hydrophila.

Page 2 of 31 | Total Record : 304