cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
pusbullhsr@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
BULETIN PENELITIAN SISTEM KESEHATAN
ISSN : 14102935     EISSN : 23548738     DOI : https://doi.org/10.22435/hsr.v23i2.3101
hasil-hasil penelitian, survei dan tinjauan pustaka yang erat hubungannya dengan bidang sistem dan kebijakan kesehatan
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 21 No 4 (2018)" : 8 Documents clear
UNIT COST RUMAH SAKIT DAN TARIF INA-CBGS: Lestari Handayani; Suharmiati Suharmiati; Niniek Lely Pratiwi
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.103 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.45

Abstract

Various comments either support or rejection made by the hospital since the introduction of INA-CBGs tariff of the National Health Insurance (JKN) in January of 2014. Some hospitals complained about the unfairness of tariff s that are considered inconsistent with the real cost of health services. INA-CBGs tariff s are subject to regulations. reviewed at least every two years. The Government evaluates and revises the tariff s determined based on Unit cost (UC) calculations and takes into account various aspects. The results showed that in general UC calculation result with step down method for inpatient and outpatient service at 84 Public Hospital BLU / BLUD is lower than INA-CBGs Tariff . It can be concluded that the implementation of INA-CBG tariff s still meet the sense of justice and can be applied. It is recommended that the tariff review also takes into account the UC change and global / regional / national economic conditions so it should not be done every two years. On the other hand, hospitals need to manage INA-CBGs health services fi nancing effi ciently in order to maintain the quality of service and to meet the patients demand. ABSTRAK Berbagai komentar baik dukungan ataupun penolakan dilontarkan pihak rumah sakit (RS) sejak diberlakukan tarif INACBGs pada tahun 2014 dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sebagian RS mengeluhkan ketidak adilan besaran tarif yang dianggap tidak sesuai dengan biaya riil pelayanan kesehatan. Tarif INA-CBGs sesuai peraturan. ditinjau minimal setiap dua tahun. Pemerintah melakukan evaluasi dan revisi terhadap Tarif yang ditetapkan berdasar atas perhitungan Unit cost (UC) serta memperhitungkan berbagai aspek terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum hasil perhitungan UC dengan metode step down untuk pelayanan rawat inap, dan rawat jalan di 84 RS Umum BLU/BLUD lebih rendah dari Tarif INA-CBGs. Dapat disimpulkan bahwa pemberlakuan tarif INA-CBG masih memenuhi rasa keadilan dan dapat diterapkan. Direkomendasikan agar peninjauan tarif disamping memperhitungkan perubahan UC juga kondisi ekonomi global/regional/nasional sehingga dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan tidak harus dilakukan setiap dua tahun. Di pihak lain. RS perlu mengelola pembiayaan INA-CBGs untuk pelayanan kesehatan secara efi sien agar dapat menjaga mutu pelayanan sesuai harapan masyarakat.
Meningkatnya Risiko Disabilitas Pada Penduduk Dengan Penyakit Tidak Menular: Analisa Lanjut Riskesdas 2013 Isfandari Siti; betty roosihermiatie
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.057 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.221

Abstract

Intersectoral approach is essential to develop program for people with disability in Indonesia. Coordination across ministries are necessary to manage this issue. The planning, provision and monitoring of medical and support services as well as program for population groups with disability may require assessment. Purpose of this study is to assess disability in Indonesia. Methods: performing analysis of disability data from 2013 Indonesian Household Health Survey known as Riskesdas. Level of disability obtained from two main population groups: those with and without non communicable disease (NCD). They then divided by age. The World Health Organization Disability Assessment Schedule II (WHODASII) was used to measure disability. Results: contribution of NCD on disability is obvious among older age indicated by higher proportion of disability with NCD. While risk of disability among younger age is unclear, since disability with NCDproportion is lower than disability without NCD. Probably risk of disability among younger age is other than NCD. None of the groups had members with extreme disability on their global WHO-DASII scores. The analysis identifi es target groups for each stakeholder to develop program for people with disability to reach their maximum potential. Abstrak Penanganan penduduk dengan disabilitas membutuhkan keterlibatan lintas kementerian. Diperlukan informasi besar masalah penduduk dengan disabilitas di Indonesia. Analisa bertujuan mengetahui besaran masalah. Metode: analisa deskriptif univariat dan bivariat data disabilitas Riskesdas 2013 untuk memperoleh Informasi disabilitas seluruh penduduk. Selanjutnya dilakukan analisa besaran disabilitas pada penduduk dengan dan tanpa Penyakit Tidak Menular (PTM). Kelompok ini kemudian digolongkan menurut umur. Instrumen The World Health Organization Disability Assessment Schedule II (WHO-DASII) digunakan untuk mengukur disabilitas. Hasil: 18% penduduk Indonesia mengalami disabilitas. Informasi lebih rinci 8,2% mengalami kesulitan ringan, 6,8% kesulitan sedang dan 3% kesulitan berat. Kontribusi PTM terhadap disabilitas terlihat jelas pada kelompok usia 45 tahun atau lebih ditunjukkan dengan lebih tingginya proporsi disabilitas dengan PTM. Sedangkan risiko disabilitas pada kelompok usia sebelum 45 tahun bukan PTM, karena proporsidisabilitas dengan PTM lebih rendah.
PERSPEKTIF MASYARAKAT TENTANG AKSES PELAYANAN KESEHATAN Hario Megatsari; Agung Dwi Laksono; Ilham Akhsanu Ridlo; Mohammad Yoto; Arsya Nur Azizah
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.031 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.231

Abstract

Access to health services is often seen only from the provider perspective, while from the community side as a user is less noticed. Improving the quality of health services access requires a complete perspective on two diff erent sides. This research is designed descriptively qualitative. Data were collected by Focus Group Discussion (FGD), in-depth interview and observation. The research was conducted in Malang Regency in June-August 2018. The study results showed health services access generally the community believes that there are still perceived defi ciencies. Especially on the aspect of physical access, due to poor facilities and infrastructure. In addition, social access was also considered inadequate, because there were still health workers who served with less friendly. This study concludes that people still feel access to physical and social aspects is still diffi cult. It should be recommended to the local government for eff orts to improve physical access, and the Health Offi ce to disseminate health information about the rights of patients to the community. Abstrak Akses pelayanan kesehatan seringkali dilihat hanya dari perspektif pemberi pelayanan saja, sementara akses dari sisi masyarakat sebagai pengguna kurang terperhatikan. Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dari sisi akses memerlukan perspektif yang lengkap dari dua sisi yang berbeda. Penelitian ini didesain secara deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam dan pengamatan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Malang pada bulan Juni–Agustus 2018. Hasil penelitian menunjukkan aksesibilitas pelayanan kesehatan yang ada, secara umum masyarakat berpendapat bahwa masih ada kekurangan yang dirasakan. Terutama pada aspek akses secara fisik, dikarenakan sarana dan prasarana yang kurang baik. Selain itu akses secara sosial juga dirasa kurang, karena masih ada tenaga kesehatan yang melayani dengan kurang ramah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat masih merasa akses dari aspek fisik dan sosial masih sulit. Perlu direkomendasikan pada pemerintah daerah setempat untuk upayaperbaikan akses secara fi sik, dan Dinkes untuk mendiseminasikan informasi kesehatan mengenai hak pasien kepada masyarakat.
HUBUNGAN USIA, JENIS KELAMIN DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA BALITA DI INDONESIA Syajaratuddur Faiqah; Ristrini Ristrini; Irmayani Irmayani
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.004 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.260

Abstract

Anemia is a condition where haemoglobin is below the normal value. Anaemia is often meet at children and pregnant women. Many factors cause anaemia i.e. iron, deficiency of folic acid and vitamin B12, Babies who are born prematurely or have a low birth weight . The aim of this research was to know correlation between age, sex, birthweight with anemia. This study is a part of Basic health research (Riskesdas) 2013 data. The study population was children under five years old, who were respondents Riskesdas 2013, analysis used in this study is the Chi-Square test. The results showed that 194,668 children, the highest anemia at the age of 12-24 months 36,1%, female gender 57,9%, low birth weight 20,6%, prevalence anemia 20,4%. Based on bivariate analysis it is known that the related variables (p <0.05) with the incidence of anemia were age and sex (p = 0.0001). Variables unrelated to anemia are birthweight. There is a significant relationships between age and sex with the incidence of anemia among children in Indonesia, it needs to be counseling on the parents of children to provide adequate nutrition so that it can prevent the incidence of anemia in infants, especially at the age of 12-24 months with female sex. Abstrak Anemia adalah suatu kondisi di mana hemoglobin berada di bawah nilai normal. Anemia sering ditemukan pada anak-anak dan wanita hamil. Banyak faktor yang menyebabkan anemia yaitu kekurangn zat besi, defisiensi asam folat dan vitamin B12, bayi yang lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara Usia, Jenis kelamin dan berat badan lahir dengan anemia pada balita. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun, yang menjadi responden Riskesdas 2013, analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square.Penelitian menunjukkan dari 194,668 balita, yang mengalami anemia tertinggi pada usia 12 – 24 bulan yaitu 36,1%, jenis kelamin perempuan yaitu 57,9%, berat badan lahir rendah sebanyak 20,6%, prevalensi anemia 20,4%. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang berhubungan (p < 0,05) dengan kejadian anemia adalah usia dan jenis kelamin (p = 0,0001). Variabel yang tidak berhubungan dengan anemia adalah berat badan lahir. Ada hubungan yang signifikan antara usia dan jenis kelamin dengan kejadian anemia pada balita di Indonesia, perlu dilakukan penyuluhan pada orang tua balita memberikan asupan nutrisi yang adekuat sehingga dapat mencegah kejadian anemia pada balita terutama pada usia 12 – 24 bulan dengan jenis kelamin perempuan.
Gambaran Pelayanan Klinik Sanitasi Terhadap Pasien Penyakit Berbasis Lingkungan (PBL) di Puskesmas Gucialit dan Puskesmas Gambut Mugeni sugiharto; Rika Sertiana Oktami
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.604 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.638

Abstract

Sanitation clinic is an innovative health promotion program that is useful to tackle environmental-based diseases. Sanitation clinic activities such as counseling, home care and health interventions. This study aims to know of sanitation clinic activities at Gucialit and Gambut Public Health Center in tackling environment-based illness (PBL). Descriptive research type, using secondary data from sanitation clinic and health profi le of district health offi ce of Lumajang and Banjar 2014-2016, accompanied by indepth interview on information. Sanitation clinic activities obtained at Gucialit and Gambut Public Health Center such as counseling, home care and health intervention are going well. The internal referral system functions optimally, so patient visits at sanitation clinics increase. The existence of sanitation clinics in the Gucialit and Gambut Public Health Centers is very benefi cial in overcoming environmental-based diseases. Every Public health centers is important to carry out sanitation clinics, to support promotive services in tackling environment-based diseases. Abstrak Klinik sanitasi merupakan inovatif program promosi kesehatan yang bermanfaat untuk menanggulangi penyakit berbasis lingkungan. Kegiatan klinik sanitasi seperti konseling, kunjungan rumah (home care) dan intervensi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan klinik sanitasi di Puskesmas Gucialit dan Puskesmas Gambut dalam menanggulangi penyakit berbasis lingkungan. Jenis penelitian deskriptif, menggunakan data sekunder laporan klinik sanitasi dan Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Banjar tahun 2014–2016, disertai indepth interview pada informan. Kegiatan klinik sanitasi yang diperoleh di Puskesmas Gucialit dan Puskesmas Gambut seperti konseling, pada tindak lanjut (home care) dan intervensi kesehatan berjalan dengan baik. Sistem rujukan internal berfungsi optimal,sehingga kunjungan pasien di klinik sanitasi meningkat. Keberadaan klinik sanitasi di Puskesmas Gucialit dan Gambut sangat bermanfaat menanggulangi penyakit berbasis lingkungan. Setiap Puskesmas penting untuk melaksanakan klinik sanitasi, untuk mendukung pelayanan promotif dalam menanggulangi penyakit berbasis lingkungan.
Kebugaran Jasmani menurut instrument GPAQ dibandingkan dengan VO2max pada wanita umur 25 sampai 54 tahun Olwin Nainggolan; Lely Indrawati; Julianty Pradono
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.463 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.752

Abstract

The Global Physicall Activity Questionnaire (GPAQ) is the most commonly used tool for measuring physical activity in surveys. Receiver Operating Analysis (ROC) is performed to see the GPAQ instrumen's diagnostic ability to physical activity with VO2max as a comparison. The aims of study is to determine the distribution of METs minutes / weeks of each activity domain, cut off point METs, area under the curve (AUC), sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value of GPAQ instrumen measurement with gold standard VO2max. Examination of fitness level using a bicycle static (ergocycle) with astrand method. Research subjects were women aged 25 to 54 years as many as 117 people in Central Bogor District. It is descriptive research with cross sectional design. The measurement of physical activity is done by interview using GPAQ instrumen version 2 which consists of 16 questions on 3 domains of activities ie work, travel and recreation. The results showed that all respondents did not have heavy category activity either job or recreation domain. Average METs score with moderate job domain 4271,69 ± 2874,34; travel domain 1058 ± 1730; medium category recreation domain with METs value of 181.23 ± 471,594 and the overall average total METs were 5511.11 ± 3440.48. Cut off point value of GPAQ instrumen is 4,668 / week; sensitivity = 50,0; specificity = 43,3; a positive predictive value of 75.9%; negative predictive value of 29.3%. The concluded that the average value of METs for each domains over estimate activity, the level of physical activity using GPAQ instrumen is not accurate and there is no correlation between the level of physical activity with GPAQ instrumen compared with fitness V02max with P = 0.451. An alternative instrumen for the assessment of physical activity in a population-based survey is required. Abstrak Instrumen Global Physicall Activity Questionnaire (GPAQ) adalah tools yang paling sering digunakan untuk mengukur aktifitas fisik dalam survei yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan. Analisis Receiver Operating (ROC) dilakukan untuk melihat kemampuan diagnostik instrumen GPAQ terhadap aktifitas fisik dengan nilai VO2max sebagai pembanding. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran nilai METs menit/minggu setiap domain aktifitas, nilai cut off point METs, luas daerah di bawah kurva (AUC), sensitifitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif dari pengukuran GPAQ dengan gold standard pemerikaan VO2max. Pemeriksaan tingkat kebugaran menggunakan sepeda statis (ergocycle) dengan metoda astrand. Subyek penelitian adalah wanita umur 25 sampai dengan 54 tahun sebanyak 117 orang di Kecamatan Bogor Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan uji diagnostik dengan disain potong lintang. Pengukuran aktifitas fisik dilakukan dengan wawancara secara terstruktur menggunakan instrumen GPAQ versi 2 yang terdiri dari 16 pertanyaan pada 3 domain aktifitas yaitu pekerjaan, perjalanan dan rekreasi. Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden tidak memiliki aktifitas kategori berat baik domain pekerjaan maupun rekreasi. Rata-rata nilai METs dengan domain pekerjaan level sedang 4271,69±2874,34; domain perjalanan 1058±1730; domain rekreasi kategori sedang dengan nilai METs 181,23±471,594 dan nilai rata-rat total keseluruhan METs adalah 5511,11±3440,48. Nilai cut off point instrumen GPAQ sebesar 4.668/minggu, sensitifitas=50,0; spesifisitas=43,3; nilai prediksi positif 75,9%; nilai prediksi negatif 29,3%. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata METs tiap domain aktifitas over estimate, tingkat aktifitas fisik menggunakan instrumen GPAQ tidak akurat dan tidak ada korelasi antara tingkat aktifitas fisik dengan instrumen GPAQ dibandingkan dengan kebugaran V02max dengan P=0.451. Perlu alternatif instrumen lain untuk penilaian aktifitas fisik dalam survei berbasis populasi diluar instrumen GPAQ.
Hambatan Akses ke Puskesmas pada Lansia di Indonesia Agung Dwi Laksono; zainul Khaqiqi Nantabah; Ratna Dwi Wulandari
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.595 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.887

Abstract

The elderly are one of the most vulnerable groups with very high dependency rates. This condition has the potential to cause other problems for the caregiver or his family. The elderly also has the potential to suffer from catastrophic diseases that have costly consequences. This research is a further analysis of Riskesdas 2013 data, that presented in descriptive quantitative. The results showed that elderly people living in urban as well as rural areas have a tendency of moderate access barrier to Puskesmas. There are still 15% of very poor elderly people who have major access barrier to Puskesmas. This study concludes that although elderly access to Puskesmas is quite good, but the access of very poor elderly is still need more attention. The government needs to provide basic health care facilities in more rural areas. The government also needs to realize a National Health Insurance with tax-based funding, to ensure universal coverage regardless of the ability to pay the community. Abstrak Lansia adalah salah satu kelompok rentan yang memiliki angka ketergantungan sangat tinggi. Kondisi ini berpotensi menimbulkan masalah lain bagi yang merawat atau keluarganya. Lansia juga berpotensi menderita penyakit katastropik yang menimbulkan konsekuensi biaya yang mahal. Penelitian ini merupakan analisis lanjut data Riskesdas 2013, yang disajikan secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang tinggal di perkotaan maupun perdesaan mempunyai kecenderungan hambatan akses sedang untuk ke Puskesmas. Masih ada 15% lansia sangat miskin yang memiliki hambatan besar ke Puskesmas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meski akses lansia ke Puskesmas sudah cukup baik, tetapi akses lansia yang sangat miskin masih perlu mendapat perhatian lebih. Pemerintah perlu menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar di wilayah perdesaan yang lebih banyak. Pemerintah juga perlu mewujudkan sebuah Jaminan Kesehatan Nasional dengan pendanaan berbasis pajak, untuk memastikan cakupan secara universal dengan tanpa menghiraukan kemampuan membayar masyarakat.
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI PUTRI PESANTREN X YOGYAKARTA Eka Denis Machfutra; Annita Noor; Asropi Asropi; Riantina Luxiarti; Nur Fatihah Mutmainah
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1940.631 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.930

Abstract

Pesantren X, a place for female Islamic student’s living in from many districts in Indonesia, has a lot of health issues both personal hygiene and environmental health. Room sanitation as a part of wide environment at Pesantren X was determined by student’s daily activity and their behaviours from one to another. This study aims to identify the conditions of female student’s room as well as their behaviour. This is a qualitative study. The data were collected by in-depth interviews with fi ve female Islamic students. The observation was conducted to describe conditions in female student’s room and surrounded environment. Female Islamic students have a risk to disease transmissions such as scabies, severe acute respiratory infection and other disease symptoms. This study indicated female students’ rooms were densely populated, one room occupied by 12 girls. Moreover, they also had not been taught on how to keep their rooms and beds neat and clean. They thought that Pesantren life is to live what it is. This implied an attitude of ignorance by female Islamic studentsin maintaining the rooms cleanliness. Those attitudes and behaviours have to be changed by Pesantren’s teacher by giving them good examples. By this, students would know, have strong will, and do a hygiene and healthy lifestyle. Abstrak Pesantren X, sebagai tempat berkumpulnya para santri dari berbagai daerah di Indonesia, memiliki banyak sekali problematika kesehatan, mulai dari kebersihan diri hingga kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan di dalam kamar ditentukan oleh kebiasaan sehari-hari santri serta perilaku antara santri satu dengan santri lainnya. Hal tersebut berisiko akan terjadinya sakit dan penyakit, diantaranya kudis, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan berbagai macam gejala penyakit. Studi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kamar serta kebiasaan santri putri di dalam kamar mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data wawancara mendalam dan pengamatan (observasi) terhadap 5 (lima) orang santri, di kamar dan ruang-ruang yang bersifat umum. Hasil studi ini menunjukkan bahwa kamar santri putri dalam keadaan padat karena setiap kamar dihuni oleh 6–8 orang. Santri memiliki kebiasaan meninggalkan kamarnya dalam keadaan tidak rapi atau berantakan. Selain itu, santri juga belum pernah diajarkan tata cara membersihkan dan menata tempat tidur dan sprei. Santri beranggapan bahwa hidup pesantren itu hidup apa adanya. Hal tersebut menyiratkan sikap semau gue atau tidak peduli dalam hal kebersihan dan kerapian kamar. Oleh karena itu. sikap dan kebiasaan tersebut perlu diubah. Perilaku dapat diubah dengan adanya keteladanan dari pengelola pesantren agar santri putri tahu, mau dan mampu hidup bersih dan sehat .

Page 1 of 1 | Total Record : 8