cover
Contact Name
Fidrayani
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
psga@uinjkt.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender
ISSN : 14122324     EISSN : 26557428     DOI : 10.15408/harkat
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender is published by the Center for Gender and Child Studies (Pusat Studi Gender dan Anak) LP2M, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. the journal has been issued two times a year. Harkat invites scholarly articles on gender and child studies from multiple disciplines and perspectives, including religion, education, psychology, law, social studies, etc.
Arjuna Subject : -
Articles 120 Documents
PENCEGAHAN, PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK DAN REMAJA Ulfah Farida Kustanty
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(2), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2524.817 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i2.12817

Abstract

Abstract. This article is motivated by violence that occurs in children and adolescents who can negatively influence if not sought and anticipated factors that influence it. In general, this article aims to identify and analyze the prevention, protection and treatment of violence against children and adolescents. Violence is an act committed by a person or a number of people who are strongly positioned to a person or a number of people who are weak (weak/weak), whose means of strength, both physically and non-physically deliberately committed to cause suffering to the object of violence. What makes children vulnerable to violence are: unharmed families, parents who abuse addictive substances or suffer mental disorders, neglect or neglect, inappropriate or aggressive behavior in the classroom, fail or be less accountable to schools, limited social skills and join friends who use alcohol or drugs or participate in other risky behaviors. Actions that can be done include: Preventive action, educative action, curative action and rehabilitative action. In this issue the role of parents, community, and government is very important to make children and adolescents physically and mentally healthy and able to live in society appropriately.Abstrak. Artikel ini dilatarbelakangi oleh kekerasan yang terjadi pada anak dan remaja yang dapat berpengaruh negatif jika tidak dicari dan diantisipasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum artikel ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pencegahan, perlindungan dan penanganan kekerasan terhadap anak dan remaja. Kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat (merasa kuat) kepada seseorang atau sejumlah orang yang berposisi lemah (dipandang lemah/ dilemahkan), yang dengan sarana kekuatannya, baik secara fisik maupun non-fisik dengan sengaja dilakukan untuk menimbulkan penderitaan kepada obyek kekerasan. Yang menyebabkan anak rentan menjadi korban kekerasan adalah : keluarga yang tidak harmonis, orang tua yang menyalahgunakan zat adiktif atau menderita gangguan mental, pengabaian atau penelantaran, perilaku tak pantas atau agresif di kelas, gagal atau kurang bertanggung jawab pada sekolah, kecakapan sosial yang terbatas dan ikut teman yang menggunakan alkohol atau narkoba atau ikut serta dalam perilaku yang beresiko lainnya. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah : tindakan Preventif, tindakan edukatif, tindakan kuratif dan tindakan rehabilitatif. Dalam permasalahan ini peran orang tua, masyarakat, dan Pemerintah sangatlah penting untuk menjadikan anak dan remaja sehat fisik dan mental dan dapat hidup di masyarakat dengan sewajarnya. 
KONSEP PENDIDIKAN ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT BETAWI mahmudah fitriyah Z.A
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(1), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5729.907 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i1.10401

Abstract

Abstract. The topics of education always interest to be discused. Indonesia as a developing country should be vigorous in paying attention to the problems of the children as the nation's next generation, especially in the field of education. Economic demands that are not balanced with the ease of getting education are interesting to be discussed as well. Educational facilities and infrastructure are growing rapidly. Nonetheless, there are some of our society who think that education is not important. Moreover, if education associated with women, there are plenty of our society who think that girls do not need a higher education. These phenomena are often heard in our society. The reluctance for going to school or college is a problem that has not been answered yet up to now. The story of campus life around them does not have an impact on their mindset about education. Hence, this research aimed to investigate the problem. This research is conducted by using qualitative method with observation and interview. This research is expected to gather data about the concept of education for girls on Betawi society. The innitial background of this research is that there is a presumption that the Betawi society who have a desire to work quickly but ‘lazy to school’ become interesting to be studied. In addition, they live adjacent to the campus then why their mindset remains unchanged?. Abstrak. Pembicaraan tentang pendidikan selalu menjadi hal yang menarik. Indonesia sebagai negara berkembang seharusnya gencar dalam memperhatikan persoalan anak bangsa sebagai generasi penerus bangsa khususnya dalam bidang pendidikan. Tuntutan ekonomi yang tidak seimbang dengan mudahnya mendapatkan pendidikan menjadi satu hal yang menarik. Fasilitas mencakup sarana dan prasarana pendidikan berkembang dengan pesat. Tapi, disayangkan masih ada sebagian masyarakat kita yang menganggap pendidikan bukanlah hal penting. Apalagi jika dikaitkan dengan perempuan, masih banyak masyarakat kita yang menganggap anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Apalagi sampai jenjang perguruan tinggi. Fenomena ini begitu sering terdengar di masyarakat kita. Keengganan untuk bersekolah lanjut atau ke perguruan tinggi menjadi suatu tanda tanya yang tidak pernah terjawab sampai saat ini. Hingar-bingarnya kehidupan kampus di sekitar mereka ternyata tidak berdampak pada pola pikir mereka tentang pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu melakukan pengamatan dan percakapan langsung. Penelitian ini diharapkan dapat mengumpulkan data tentang konsep-konsep pendidikan bagi anak perempuan pada masyarakat Betawi. Dugaan awal penelitian ini adalah, masyarakat Betawi yang kecenderungan ingin cepat bekerja, tapi ‘malas sekolah’ menjadi menarik untuk diteliti, apalagi tempat tinggal mereka yang berdekatan dengan dunia kampus, mengapa pola pikir mereka tetap tidak berubah?. 
KEKERASAN TERHADAP ANAK OLEH ORANG TUA YANG STRESS Lulu'il Maknun
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender, 12 (2), 2016
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2243.496 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v12i2.7565

Abstract

Kekerasan terhadap anak (child abuse) tanpa disadari kerap dilakukan oleh orang tua. Padahal orang tua mengemban tugas sebagai pelindung dan utamanya mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Lebih menyedihkan lagi sebuah survey mengungkapkan bahwa orang tua perempuan (ibu) 60% lebih sering melakukan kekerasan terhadap anak dibanding orang tua laki-laki (ayah).  Ada beberapa faktor yang melandasi mengapa orang tua, khususnya ibu melakukan tindak kekerasan terhadap anak, di antaranya; faktor stress, trauma masa lalu dll. Akibat dari tindak kekerasan tersebut dapat berupa fisik maupun psikis bahkan kematian. Akibat yang paling berbahaya adalah trauma jangka panjang, yang dikhawatirkan berpotensi untuk mengulangi tindak kekerasan yang dialami ketika masih kecil kepada anak mereka setelah menjadi orang tua. Hukum perundang-undangan menindak tegas pelaku kekerasan yang terbukti bersalah, walaupun itu adalah orang tua kandung sendiri. Beberapa rekomendasi dimunculkan untuk menghentikan kekerasan terhadap anak.
KEMITRAAN HUBUNGAN GENDER DALAM KELUARGA SEBAGAI PENANGKAL GERAKAN RADIKALISME E. Ervi Siti Zahroh Zidni
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender, 13(1), 2017
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.388 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v13i1.7717

Abstract

Gerakan radikalisme kian marak terjadi, menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk orang tua, diperlukan adanya kerjasama antara suami istri dalam tarbiyatul awlad. Mendidik dan membesarkan bukan hanya dibebankan kepada ibu sebagai madrastul ula namun juga harus dibebankan kepada ayah. Kerjasama antara ayah ibu dalam mendidik anaknya akan menjadi lebih efektif dalam menangkal faham radikalisme, mengingat gerakan tersebut menjadi sangat massif saat ini. Gerakan-gerakan dan doktrin anti Pancasila yang ingin mengubah nya menjadi syari’at Islam atau Negara Islam menjadi ancaman besar bagi bangsa Indonesia. Bahkan adanya doktrin penghormatan terhadap Bendera Merah Putih adalah perbuatan syirik atau menyekutukan Allah, kini sudah tersebar luas, sehingga mengakibatkan para generasi muslim Indonesia menjadi ragu untuk menghormati lambing Negara sendiri, adanya kekeliruan antara makna menghormati dan menyembah, maka hal ini adalah salah satu tugas ayah dan ibu untuk melakukan control terhadap apa saja yang dipelajari dan diserap oleh anak-anak.
GAYA HIDUP REMAJA DI KOTA MANADO: SUATU KAJIAN FENOMENOLOGIS Ruth S. Umbase
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (2), 2015
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3745.128 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v11i2.10436

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis gaya hidup remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan yaitu Metode Kualitatif jenis fenomenologis. Penelitian ini telah dilakukan pada tahun 2014 pada remaja di Kota Manado. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan  remaja di Kota Manado memiliki gaya hidup modern dengan lima kategori yaitu gaya hidup remaja modern yang mencakup (1) modern dan religius; (2) modern agak religius cenderung sekuler; (3) modern - sekuler dan hedonis; (4) modern - sangat sekuler dan hedonis; (5) modern – sangat sekuler dan hedonis-anarkhis; Gaya hidup tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor determinan baik internal maupun eksternal. Faktor internal mencakup tingkat kematangan usia, fisik dan psikis serta tingkat kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual; sedangkan eksternal mencakup pola pengasuhan orang tua/keluarga, lingkungan, pola pergaulan, pola adopsi nilai budaya popular (popular culture), kondisi sosial ekonomi, media sosial/media massa, sekularisme dan sistem pendidikan formal. Oleh sebab itu disarankan kepada semua pihak yang bertanggungjawab untuk menangani masalah-masalah remaja agar segera melakukan tindakan-tindakan preventif dan kuratif sehingga dapat mencegah dan mengeliminir gaya hidup yang menjurus pada pola perilaku menyimpang dan dapat merugikan banyak pihak.   
CHARACTER BUILDING PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE PARENTING DI LINGKUNGAN KELUARGA Neng Sri Nuraeni
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender, 12(1), 2016
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3204.266 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v12i1.7581

Abstract

Pendidikan sejak usia dini kepada anak-anak merupakan salah satu cara untuk membentuk karakter dan kepribadian anak untuk masa yang akan datang. Anak – anak yang memiliki kecerdasan yang baik biasanya akan memiliki karakter yang baik pula. Setiap orang tua pasti ingin anaknya kelak dapat berguna dan memiliki masa depan yang baik. Masa depan yang baik akan bisa tercapai jika anak diberikan pembelajaran tata krama dan juga kemandirian yang tepat. Kebiasaan – kebiasaan yang baik akan membantu anak – anak untuk bisa hidup dengan baik dan sehat. Anak anak sejak masa bayi hingga usia prasekolah memiliki lingkungan tunggal, yaitu keluarga. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika dikatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak - anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan dalam keluarga, sejak dari bangun tidur hingga saat tidur kembali, anak-anak  menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan terutama keluarga. Sehingga pendidikan dalam keluarga merupakan inti dan fondasi dari upaya pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan dalam keluarga yang baik akan menjadi fondasi yang kokoh bagi upaya upaya pendidikan selanjutnya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Berbagai macam cara akan dilakukan oleh orang tua untuk bisa membimbing anaknya ke arah yang baik. salah satu cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dirumah adalah dengan menerapkan metode Parenting.  Akhir-akhir ini munculnya istilah Parenting menjadi paradigma baru untuk para orang tua dalam mendidik anak serta menumbuhkan karakter pada anak. Pada dasarnya metode parenting tersebut adalah salah satu cara mendidik anak, yang erat kaitannya dengan konsep pendidikan.
KEHARMONISAN KERJA PARA PEREMPUAN PERKASA PEMBUAT GENTING SOKKA KEBUMEN DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN KEDAMAIAN (PEACE EDUCATION) Azam Syukur Rahmatullah
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (1), 2015
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3419.208 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.10427

Abstract

Membangun keharmonisan kerja yang berbasis keadilan gender tidaklah mudah. Memerlukan kesadaran dan kesepakatan bersama oleh para pekerja, baik pekerja laki-laki maupun pekerja perempuan untuk menuju “satu tujuan” yakni tujuan kedamaian dan ketenangan dalam kerja. Kondisi yang demikian telah dicontohkan oleh para pekerja di area pembuatan genting Sokka Kebumen, yang berupaya menciptakan keharmonisan kerja terutama kepada para pekerja perempuan dengan menggunakan pendekatan pendidikan kedamaian (peace education). Wujud upayanya adalah dengan memaksimalkan peranan paguyuban. Sebab paguyuban menjadi media perekat hubungan sosial yang tinggi antara para pekerja. Selain itu ada upaya keras dari para perempuan pekerja itu sendiri untuk melestarikan budaya harmonisasi kerja yang sejatinya sudah berjalan turun-temurun, yakni dengan cara Pertama, inkulkasi nilai keharmonisan kerja kepada anak yang selalu diterapkan di rumah. Kedua, penteladanaan nilai, yang ditunjukkan langsung oleh para perempuan pekerja pembuat  genting dengan cara membawa anak-anak mereka ke lokasi kerja. Ketiga, Pengembangan budaya empati kepada anak-anak mereka. 
KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA Fenita Purnama
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender, 12 (2), 2016
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3450.516 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v12i2.7570

Abstract

Menurut Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) Jawa Tengah, pada awal hingga pertengahan 2014 tercatat korban kasus kekerasan terhadap perempuan berjumlah 386 perempuan. Dari ratusan korban itu, terdapat enam orang meninggal dunia karena kasus kekerasan dalam pacaran (KDP).  LRC-KJHAM Jawa Tengah menyatakan kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah tersebar di 31 kabupaten dan kota. Kasus paling banyak terjadi di Kota Semarang dengan 117 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan dalam pacaran pada remaja di Kota Semarang. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan tipe Explanatory Research dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah sampel penelitian adalah 260 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara  variabel frekuensi pacaran (nilai p = 0,001), self esteem (nilai p = 0,041), self image (nilai p = 0,000), dan persepsi tentang peran gender (nilai p = 0,048) dengan kekerasan dalam pacaran . Pada analisis multivariat, secara bersama-sama ada pengaruh frekuensi pacaran, self image, self esteem, dan persepsi tentang peran gender terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja Kota Semarang. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kekerasan dalam pacaran adalah self image (OR 3,330). Saran dalam penelitian ini adalah Bagi Instansi terkait baik Dinas Pendidikan maupun sekolah dapat memberikan pendidikan dan penyuluhan mengenai peningkatan self image, self esteem, dan persepsi tentang peran gender guna mencegah kekerasan dalam pacaran.
PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN PESANTREN: KAJIAN FEMINISME ISLAM Masthuriyah Sa’dan
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(2), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4963.411 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i2.12812

Abstract

 Abstract. Exit of the Beijing Platform For Action (BPFA) on gender equality mainstreaming was incorporated into development policy during the fourth world women's conference in Beijing in 1995 so Abdurrahman Wahid declared Presidential Instruction number 19 December 2000. 9 of 2000 on gender mainstreaming in national development. This is where the islamic boarding school  is required to be able to respond to the dynamics of the era along with the development of modernization and globalization, so that islamic boarding school  can answer the issue of gender equality discourse that goes into the boarding booths. This paper wants to answer how the strategy and implementation of  Gender Mainstreaming in islamic boarding school  education. This review is literature review using feminist approach and gender analysis in Islam. After the review, the authors found that the strategy for realizing gender mainstreaming in islamic boarding school  education is to re-design the gender perspective teaching curriculum and the implementation of Gender Mainstreaming is through the main stakeholders of islamic boarding school  namely Kyai, Nyai, Ustadzah and ustadz.Abstrak. Dikeluarkannya Beijing Platform For Action (BPFA) tentang gender mainstreaming (PUG) kesetaraan gender masuk dalam kebijakan pembangunan pada saat konferensi perempuan dunia keempat di Beijing tahun 1995 sehingga Presiden Abdurrahman Wahid pada tanggal 19 desember 2000 mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional. Disinilah pesantren dituntut untuk mampu merespon dinamika zaman seiring berkembangnya arus modernisasi dan globalisasi, sehingga pesantren mampu menjawab persoalan wacana kesetaraan gender yang masuk ke dalam bilik-bilik pesantren. Tulisan ini ingin menjawab bagaimana strategi dan implementasi PUG dalam pendidikan pesantren. Kajian ini adalah kajian pustaka dengan menggunakan pendekatan feminis dan analisa gender dalam Islam. Setelah dilakukan kajian, penulis menemukan bahwa strategi untuk mewujudkan PUG dalam pendidikan pesantren adalah melakukan re-desain kurikulum pengajaran berprespektif gender dan implementasi PUG adalah melalui pemangku utama pesantren yaitu Kyai, Nyai, Ustadzah dan ustadz. 
ADVOKASI PELAYANAN KESEHATAN BAGI BURUH PEREMPUAN nurkhayati nurkhayati
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(1), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3010.691 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i1.10397

Abstract

Abstract. Employment development as integral part of national development based on Pancasila and the 1945 Constitution, is held in order development human completely and development the entire Indonesian community for improve dignity, respect and self-esteem of workers and manifest the society whose prosperous, fair, affluent physically and spiritually. Given the importance of the role of laborers in development, especially in the production process, it is naturally that protection, maintenance and development for the welfare of laborers, especially women laborers, should be carried out. Because the laborer position is very weak in compare with the bussinesmen. The position of weak laborer requires the bussiness men to give away social protection guarantee to their laborers. Social guarantee is the right of entire citizen including permanent foreigners. Violations of the implementation of social guarantee means violations of human rights (HAM). This is in line with the mandate of the 1945 Constitution that has been amended namely article 28 letters d (1 and 2),  letter h (3), and article 34 (2); state that the country protects every citizens and entitled on protection from all kinds of danger, intimidation and equal treatment in carrying out their life. In fact, not all companies giving socal guarantee for their laborers, especially women laborers. In which many women laborers are still catagorized as single even though they are the backbone of the family,—because of having unemployed husband or as single parent. Thus, real action in form of advocacy is needed to change the company’s policies. Advocacy is a powerful way to bring positive changes and empower people in their lives.Abstrak. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan materiil maupun spriritual. Mengingat pentingnya peranan buruh dalam pembangunan khususnya dalam proses produksi, sudah sewajarnya dilakukan perlindungan, pemeliharaan dan pengembangan terhadap kesejahteraan buruh khususnya buruh perempuan, karena posisi buruh yang sangat lemah jika dibandingkan dengan posisi pengusaha. Posisi buruh yang lemah mengharuskan pengusaha untuk memberikan perlindungan jaminan sosial terhadap para pekerjanya. Jaminan sosial merupakan hak setiap warga negara bahkan termasuk warga negara asing yang menetap. Pelanggaran terhadap pelaksanaan jaminan sosial berarti pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM). Hal ini sejalan dengan amanat UUD 45 yang telah diamandemen yaitu pasal 28 huruf d (1 dan 2) dan huruf h (3) juga pasal 34 (2); pasal-pasal tersebut menjelaskan bahwa negara melindungi setiap warganya dan berhak atas perlindungan dari segala macam bahaya, intimidasi dan perlakukan yang sama dalam menjalankan hidupnya. Dalam pelaksanaan dilapangan, tidak semua perusahaan melaksanakan jaminan sosial bagi para buruhnya, terutama buruh perempuan. Dimana banyak buruh perempuan yang masih dikategorikan lajang padahal mereka adalah tulang punggung keluarga, baik karena suami yang tidak bekerja maupun sebagai single parent. Sehingga dibutuhkan tindakan nyata dalam bentuk advokasi untuk merubah kebijakan perusahaan tersebut. Advokasi adalah cara ampuh untuk membawa perubahan positif dan memberdayakan orang dalam kehidupan mereka. 

Page 5 of 12 | Total Record : 120