cover
Contact Name
Dr. Nani Radiastuti
Contact Email
n_radiastuti@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
alkauniyah@uinjkt.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
AL KAUNIYAH
ISSN : 19783736     EISSN : 25026720     DOI : 10.15408/kauniyah
Core Subject : Science,
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi (p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720) is an Open Access Journal published by Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, and established since 2007. Since 2016 Al-Kauniyah has established a collaboration with the Association of Lecturer in Biology and Biology Education throughout the State Islamic Higher University (PTKIN) in Indonesia. Until 2015, Al-Kauniyah covered environmental biology solely, but since 2016 the journal has been extended to cover the entire field of biological science (bioscience). By publishing biannually, on April and October, Al-Kauniyah is intended to communicate original researches and current issues on the subject of biology. Since volume 9 issue 1 April 2016, Al-Kauniyah had been changes the layout. This journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines. Manuscripts can be submitted to AL-KAUNIYAH
Arjuna Subject : -
Articles 299 Documents
Akumulasi Logam Timbal (Pb) Pada Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) Dengan Aplikasi Pupuk Mikoriza Etyn Yunita; Dasumiati Dasumiati; Azizah Mei Widyastuti; Irzal Irda
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 16, No 2 (2023): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v16i2.35282

Abstract

 AbstrakPencemaran tanah oleh logam timbal (Pb) merupakan salah satu bentuk pencemaran yang sangat berbahaya bagi mahluk hidup. Salah satu tanaman bioakumulator penyerap logam berat di lingkungan adalah tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh aplikasi pupuk mikoriza terhadap akumulasi Pb pada akar, batang, dan daun serta pertumbuhan tanaman bayam. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan dosis pupuk mikoriza, yaitu 0 g, 5 g, 10 g, dan 15 g per polybag. Jumlah Pb yang diaplikasikan ke media tanam adalah 5 ppm per polybag. Akumulasi Pb tertinggi terdapat pada tanaman bayam dengan perlakuan 5 g pupuk mikoriza. Rata-rata akumulasi Pb di akar, batang, dan daun pada perlakuan ini berturut-turut adalah 103,57 ppm; 36,67 ppm; dan 8,60 ppm. Pertumbuhan tanaman bayam pada perlakuan 5 g pupuk mikoriza lebih baik dari perlakuan lainnya, yaitu memiliki rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun tertinggi pada minggu ke-4 (9,7–12,5 cm dan 6,9–8,6 helai). Aplikasi pupuk mikoriza dapat meningkatkan akumulasi Pb pada akar, batang, dan daun serta meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam pada dosis 5 g per polybag.AbstractSoil pollution by lead (Pb) is a form of pollution that is very dangerous for living creatures. One of the bioaccumulator plants that absorb heavy metals in the environment is spinach (Amaranthus tricolor L.). The aim of this research was to analyze the effect of mycorrhizal fertilizer application on Pb accumulation in roots, stems and leaves as well as spinach plant growth. This research used a completely randomized design (CRD) with treatment doses of mycorrhizal fertilizer, namely 0 g, 5 g, 10 g, and 15 g per polybag. The amount of Pb applied to the planting media is 5 ppm per polybag. The highest Pb accumulation was found in spinach plants treated with 5 g of mycorrhizal fertilizer. The average accumulation of Pb in roots, stems and leaves in this treatment was 103.57 ppm; 36.67 ppm; and 8.60 ppm. The growth of spinach plants in the 5 g mycorrhizal fertilizer treatment was better than the other treatments, namely having the highest average plant height and number of leaves in the 4th week (9.7-12.5 cm and 6.9-8.6 pieces). Application of mycorrhizal fertilizer can increase Pb accumulation in roots, stems and leaves and increase the growth of spinach plants at a dose of 5 g per polybag. 
Efek Pemberian Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa acuminata x balbisiana) Terhadap Kulit Mencit (Mus musculus) yang Terpapar Sinar Ultraviolet Gres Maretta; Ika Fitriya; Ramadhani Eka Putra; Untia Kartika Sari Ramadhani
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 16, No 2 (2023): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v16i2.24320

Abstract

 AbstrakPendedahan kulit secara langsung oleh sinar ultraviolet dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan pada kulit. Kerusakan kulit tersebut umumnya disebabkan oleh keberadaan radikal bebas dan hal ini dapat dicegah dengan antioksidan. Kulit pisang Kepok (Musa acuminata x balbisiana) mengandung senyawa flavonoid dapat bekerja sebagai antioksidan sehingga memberikan efek proteksi terhadap radiasi ultraviolet. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan ketebalan epidermis dan menghitung jumlah melanosit pada kulit mencit (Mus musculus) yang dipaparkan sinar ultraviolet selama 14 hari dengan dosis 60 menit per hari. Bagian kulit terpapar diolesi dengan sediaan ekstrak kulit pisang Kepok 1,5% (P1), ekstrak kulit pisang Kepok 5% (P2), ekstrak kulit pisang Kepok 10% (P3), ekstrak propolis 1,5 % sebagai kontrol positif (K+), dan kontrol negatif tanpa adanya penambahan sediaan ekstrak (K-). Pengamatan perubahan struktur kulit mencit dilakukan secara mikroskopik. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak kulit pisang Kepok 1,5% (P1) paling baik untuk menghambat penebalan epidermis dengan rata-rata ketebalan epidermis 98 μm dan produksi melanosit pada kulit mencit (Mus musculus), yaitu 8,3.AbstractExposure to the skin directly by ultraviolet rays in the long term can cause damage to the skin. The presence of free radicals generally causes skin damage, and antioxidants can prevent it. Kepok banana peel (Musa acuminata x balbisiana) contains flavonoid compounds that can work as antioxidants, protecting against ultraviolet radiation. This study observed the thickness of the epidermis and counted the number of melanocytes in the skin of mice (Mus musculus) exposed to ultraviolet light for 14 days at a dose of 60 minutes per day. The exposed skin was smeared with 1.5% Kepok banana peel extract (P1), 5% Kepok banana peel extract (P2), 10% Kepok banana peel extract (P3), 1.5% propolis extract as a positive control (K+), and negative control without adding extract preparations (K-). Observation of changes in the structure of the mice's skin was carried out microscopically. The results showed that administering 1.5% (P1) Kepok banana peel extract was the best for inhibiting epidermal thickening with an average epidermal thickness of 98 μm and melanocyte production in mouse skin (Mus musculus), namely 8.3.
Short Communication: Morphophysiological Response to Partial Submergence and Water Deficit in North Sulawesi Local Rice Song Ai Nio; Christine J.R. Kakanga; Marlince Koda; Daniel Peter Mantilen Ludong
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 16, No 2 (2023): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v16i2.23776

Abstract

Flood and drought are two disasters that resulted in crop failure, including rice production. The objective of this study was to evaluate the morphophysiological characteristics of North Sulawesi local rice (Oryza sativa L.) cultivars as response to partial submergence and water deficit at the vegetative phase based on plant height, number of leaves, root length and volume, and leaf total chlorophyll concentration. The factorial experiment in Completely Randomized Design consisted of four rice cultivars (Superwin, Ombong, Temo, and Burungan) and three treatments (well-watered, partial submerged, and water deficit). The treatments commenced at four-fully-expanded leaf stage for 14 days. Plant height and leaf number were recorded on day 0 (before the treatments commenced), 7, and 14 after treatments. The length and volume of roots as well as total chlorophyll were recorded at 14 days after treatment. Root length was potential indicator of partial submergence and water deficit as it was higher under partial submergence and water deficit than well-watered. Root volume was potential indicator of partial submergence as it was larger under partial submergence than water deficit and well-watered. The partial submergence and water deficit tolerance of North Sulawesi local rice should be further evaluated based on the other characteristics.AbstrakKebanjiran dan kekeringan merupakan bencana alam yang mengakibatkan kegagalan panen, termasuk produksi beras. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakterisitik morfofisiologis pada padi (Oryza sativa L.) lokal Sulawesi Utara sebagai respons terhadap kebanjiran dan kekeringan pada fase vegetatif berdasarkan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang, dan volume akar serta kandungan klorofil daun. Percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap ini menggunakan empat kultivar padi (Superwin, Ombong, Temo, dan Burungan) serta tiga perlakuan (diairi, digenangi, dan tidak diairi). Perlakuan dimulai pada saat tanaman mempunyai empat daun yang berkembang penuh selama 14 hari. Tinggi tanaman dan jumlah daun diamati pada hari ke-0 (sebelum perlakuan dimulai), hari ke-7, dan 14 setelah perlakuan. Panjang dan volume akar serta kandungan klorofil daun diukur pada 14 hari setelah perlakuan. Panjang akar merupakan indikator yang potensial untuk kebanjiran dan kekeringan karena panjang akar saat kebanjiran dan kekeringan lebih besar daripada diairi. Volume akar merupakan indikator yang potensial untuk kebanjiran karena volume akar saat kebanjiran lebih besar daripada saat kekeringan dan diairi. Toleransi padi lokal Sulawesi Utara terhadap kebanjiran dan kekeringan perlu dievaluasi lebih lanjut berdasarkan karakteristik lainnya.
Growth And Lipid Accumulation of Chaetoceros calcitrans After Phosphorus And Light Intensity Optimization Rizal Maulana Hasby; Ismi Farah Syarifah; Opik Taufiqurrohman
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 16, No 2 (2023): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v16i2.30316

Abstract

AbstractGrowth and lipid content of Chaetoceros calcitrans are greatly influenced by environmental factors. The aims of this study to optimize phosphorus concentrations and light intensity on the growth and lipid accumulation of C. calcitrans. This study used N:P:light intensity concentration from the previous research, namely 441:36.2 µM:2,500 lux (12:1:2,500 lux). Concentrations of P were then optimized to 36.2 µM, 27.5 µM, 18.1 µM, 9.05 µM (1; 0.75; 0.5; 0.25) and light intensity to 2,500; 3,000; 3,500; 4,000 lux. C. calcitrans was cultured in medium f/2 guillard, the initial density was 6 x 105 cells/mL. Sampling for lipid analysis was conducted in exponential, stationary, and the end of stationary phase by centrifugation, whereas lipid was extracted using the Bligh and Dyer method, and dried lipids were analyzed using gas chromatography-GC. The highest lipid content found at the late stationary phase of the N:P concentrations and light intensity 12:0.5:(4,000 lux), there was 15.46 ± 0.53%-dw with the highest cell density of 5.5 ± 5.56 x 106 cells/mL. The analysis result showed that palmitoleic acid (C16:1) was the highest fatty acid produced by each optimization. Nutritional deficiency and high light intensity were triggers for of C. calcitrans to accumulate lipids, and influence the fatty acid profile of C. calcitrans.AbstrakPertumbuhan dan kandungan lipid Chaetoceros calcitrans sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimasi konsentrasi fosfor dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan akumulasi lipid C. calcitrans. Penelitian ini menggunakan hasil konsentrasi N:P:intensitas cahaya dari penelitian sebelumnya, yaitu 441:36.2µM:2,500 lux (12:1:2,500 lux). Konsentrasi P kemudian dioptimasi menjadi 36,2 µM, 27,5 µM, 18,1 µM, 9,05 µM (1; 0,75; 0,5; 0,25), dan intensitas cahaya menjadi 2.500; 3.000; 3.500; 4.000 lux. C. calcitrans dikultur dalam medium f/2 guilard, densitas awal 6 x 105 sel/mL. Pengambilan sampel untuk analisis lipid dilakukan pada fase eksponensial, stasioner, dan akhir stasioner dengan sentrifugasi, sedangkan lipid diekstraksi menggunakan metode Bligh dan Dyer, lipid kering dianalisis menggunakan kromatografi gas-GC. Kandungan lipid tertinggi terdapat pada fase akhir stasioner konsentrasi N:P dan intensitas cahaya 12:0,5:(4,000 lux), yaitu sebesar 15,46 ± 0,53%-dw dengan kerapatan sel tertinggi 5,5 ± 5,56 x 106 sel/mL. Hasil analisis menunjukkan bahwa asam palmitoleat (C16:1) merupakan asam lemak tertinggi yang dihasilkan oleh masing-masing optimasi. Kekurangan nutrisi dan intensitas cahaya yang tinggi menjadi pemicu C. calcitrans. mengakumulasi lipid, dan mempengaruhi profil asam lemak C. calcitrans.
Rambutan Fruit Peel Extract Reduces Abnormal Sperm Morphology in Male Wistar Rats with Obesity Iqlima Luthfiya; Oktania Sandra Puspita; Yudhi Nugraha; Fahri Fahrudin
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 16, No 2 (2023): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v16i2.25729

Abstract

AbstractObesity is an accumulation of excessive fat tissue in the body. Excessive fat tissue in the body lead to infertility by increased Reactive Oxygen Species (ROS) and decrease the hormone balance regulation, those things can be affected the process of spermatogenesis, especially sperm morphology. Rambutan peel was known as a source of antioxidants because it has phenolic compounds, so it has a protective effect on free radicals. The research purpose knew the effect of Rambutan Peel Extract (RPE) (Nephelium lappaceum) on abnormal sperm morphology of Wistar rats (Rattus novergicus) percentage induced with a High-Fat Diet (HFD). This study uses True experimental post control group design for this research on 30 male Wistar rats. Samples were divided into 5 groups. Group 1: induced HFD only, Group 2: only given RPE at a dosage of 30 mg/kilogram Body Weight (kg BW), Group 3, 4, and 5: induced HFD and RPE at dosage of 15 mg/kg BW, 30 mg/kg BW, and 60 mg/kg BW feed using sonde. The data were analysed using ANOVA One Way. The result showed that RPE has decreased the abnormal sperm morphology of male Wistar rats at dose of 15 mg/kg BW. This is the first study that observe the effect of RPE administration to sperm morphology of obese and non-obese group of rats, with larger rats’ population, several doses of the RPE extract, and longer time to complete one cycle of rat spermatogenesis.AbstrakObesitas diartikan sebagai akumulasi jaringan lemak berlebihan yang ada di dalam tubuh. Jaringan lemak yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan regulasi hormonal dan terbentuknya Reactive Oxygen Species (ROS). Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi proses spermatogenesis sehingga dapat menyebabkan infertilitas, terutama pada morfologi sperma. Ekstrak Kulit Rambutan (EKR) diketahui memiliki efek sebagai antioksidan dikarenakan memiliki senyawa fenolik, senyawa tersebut dapat menangkal radikal bebas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian EKR (Nephelium lappaceum) terhadap persentase morfologi abnormal sperma tikus Wistar (Rattus novergicus) yang diinduksi dengan Pakan Tinggi Lemak (PTL). Penelitian ini menggunakan desain True experimental post control group design pada 30 ekor tikus. Sampel dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok 1: hanya diberi PTL, Kelompok 2: hanya diberikan EKR dengan dosis 30 mg/kilogram Berat Badan (kgBB), Kelompok 3, 4 dan 5: diinduksi dengan PTL dan EKR dengan dosis 15 mg/kgBB, 30 mg/kgBB, dan 60 mg/kgBB. Pemberian PTL dan EKR dilakukan menggunakan sonde. Data dianalisis menggunakan uji ANOVA One Way. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EKR dapat menurunkan jumlah morfologi abnormal pada kelompok dengan induksi PLT, dengan dosis yang paling efektif 15 mg/kgBB. Studi ini adalah yang pertama dalam mencari tahu efek pemberian RPE tehadap morfologi spermatozoa pada kelompok tikus obesitas dan tidak obesitas, dengan populasi tikus yang lebih besar, beberapa dosis ekstrak RPE, dan waktu yang lebih lama agar dapat menyelesaikan satu siklus spermatogenesis tikus.
Tinjauan Biosorpsi Logam Berat Pb dan Cd Oleh Jamur Makro Noverita Noverita; Nuniek Ina Ratnaningtyas; Endang Sukara; Nuraeni Ekowati; Sri Lestari
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 16, No 2 (2023): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v16i2.24569

Abstract

AbstrakKeberadaan logam berat perlu ditanggulangi, salah satunya dengan cara biosorpsi. Biosorpsi merupakan salah satu metode remediasi yang paling tepat digunakan dalam menanggulangi pencemaran logam berat. Proses secara efisien dapat menyerap logam berat terlarut bahkan logam berat yang ada dalam larutan kompleks yang sangat encer. Jamur makro merupakan contoh biosorben yang dapat digunakan dalam biosorpsi. Pemanfaatan jamur makro sebagai biosorben sangat tepat dilakukan karena keanekaragaman jenisnya tinggi, cepat tumbuh dengan kemampuan metabolisme yang beragam pada berbagai senyawa organik dan anorganik, mudah didapatkan, lebih aman karena tidak menyebabkan korosi atau menghasilkan bahan berbahaya, teknologinya sederhana, perawatannya mudah dan produk akhir dapat didaur ulang, serta dapat mengakumulasi logam berat dengan kosentrasi tinggi. Jenis-jenis jamur makro yang sudah digunakan dalam biosorpsi logam berat di beberapa negara antara lain Agaricus bisporus, Auricularia polytricha, Calocybe indica, Ganoderma carnosum, Flammulina velutipes, Fomes fasciatus, dan Volvariella volvacea. Sementara itu, penelitian penggunakan jamur makro di Indonesia dalam biosorpsi logam berat sangat terbatas yakni pada jenis Phanerochaete chrysosporium, Omphalina sp., dan Pholiota sp. Mengingat tingginya keanekaragaman jamur makro di Indonesia, maka potensi biosorpsi logam berat khususnya Pb dan Cd oleh jamur makro sangat berpeluang untuk diteleti lebih lanjut.AbstractHeavy metals can accumulate in seawater, sediments and in the marine biota that live in them, eventually entering the food chain which is very dangerous to health. The presence of these heavy metals needs to be overcome, one of which is by means of biosorption. Biosorption is one of the most appropriate remediation methods used in tackling heavy metal pollution. The biosorption process can efficiently absorb dissolved heavy metals and even heavy metals present in very dilute complex solutions. Macro fungi are examples of biosorbents that can be used in biosorption. Utilization of macro fungi as biosorbents is very appropriate because of the high diversity of species, fast growing with diverse metabolic abilities on various organic and inorganic compounds, easy to obtain, strong morphology, safer because they do not cause corrosion or produce harmful materials, simple technology, easy maintenance and the final product can be recycled, can accumulate heavy metals with high concentrations. The types of macro fungi that have been used in the biosorption of heavy metals in several countries include Agaricus bisporus, Auricularia polytricha, Calocybe indica, Ganoderma carnosum, Flammulina velutipes, Fomes fasciatus, and Volvarella volvacea. Meanwhile in Indonesia, research on the use of macro fungi in heavy metal biosorption is very limited to the Phanerochaete chrysosporium, Omphalina sp. and Pholiota sp. Considering the high diversity of macro fungi in Indonesia, the potential for biosorption of heavy metals, especially Pb and Cd by macro fungi, is very likely to be investigated further.
Varanus salvator As an Indicator of Turtle Nesting Season at Ngagelan Beach, Alas Purwo National Park (TNAP), Indonesia: A Conservatiom Effort Siti Roudlotul Hikamah; Hariyanto Hariyanto; Nia Kurniawan
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 16, No 2 (2023): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v16i2.26962

Abstract

AbstractVarious turtle conservation efforts continue to be carried out, including protecting the eggs from predators. The study aimed to describe the behavior of turtles laying eggs using Varanus salvator as an indicator. The research was conducted at Ngagelan Beach, Alas Purwo National Park (TNAP), and around the Semi Natural Turtle Hatchery (PPSA), Banyuwangi, Indonesia. The research was conducted from January to December 2019. The type of research is quantitative and qualitative. The study results indicated that Varanus salvator visited this area only during the turtle nesting season. Lepidochelys olivacea dominates the types of turtles that land in TNAP. 1,056 L. Olivacea, 6 Chelonia mydas, Eretmochelys imbricata, and Dermochelys coriacea landed only one animal to lay eggs. Landing occurs from April to August, with peak landing in June. Varanus salvator was found roaming the area starting April, peaking in the second week of August and decreasing in October. Differences in landing time and arrival behavior of Varanus salvator are related to the incubation period of 40–50 days of turtle eggs. The smell of turtle eggs and dead hatchlings beckons V. salvator to this area. This behavior is because Varanus salvator has a strong sense of smell, detected by frequent tongue flicking.AbstrakBerbagai upaya konservasi penyu terus dilakukan, salah satunya melindungi telur dari pemangsa. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan perilaku penyu bertelur menggunakan Varanus salvator sebagai indikator serta upaya konservasii. Penelitian dilakukan di Pantai Ngagelan, Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), dan di sekitar Penangkaran Penyu Semi Alami (PPSA), Banyuwangi, Indonesia. Penelitian dilakukan bulan Januari-Desember 2019. Jenis penelitian adalah kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kulitatif dan korelasi. Hasil penelitian menginformasikan bahwa V. salvator mengunjungi daerah ini hanya pada musim penyu bertelur; mereka melakukan perjalanan ke daerah lain ketika bukan musim penyu bertelur. Lepidochelys olivacea mendominasi jenis penyu yang mendarat di TNAP. Sebanyak 1.056 L. Olivacea, 6 Chelonia mydas, Eretmochelys imbricata, dan Dermochelys coriacea masing-masing hanya satu satwa mendarat untuk bertelur. Pendaratan terjadi pada bulan April hingga Agustus, puncak pendaratan pada bulan Juni. V. salvator ditemukan berkeliaran di daerah ini mulai bulan April, memuncak pada minggu kedua Agustus dan menurun bulan Oktober. Perbedaan waktu pendaratan dan perilaku kedatangan V. salvator berkaitan dengan masa inkubasi telur penyu berkisar antara 40–50 hari. Bau telur penyu dan tukik mati mengundang V. salvator ke kawasan ini. Perilaku ini karena V. salvator memiliki indera penciuman yang kuat, terdeteksi oleh lidah yang sering dijentikkan.
Malay Apple (Syzygium malaccense) Fruit Calendar: A Case in Central Java Pudji Widodo; Elly Proklamasiningsih
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 16, No 2 (2023): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v16i2.23872

Abstract

 AbstractMalay apple (Syzygium malaccense) is a kind of popular fruit tree originally from Indo-Malayan-Region or South East Asia. There are many environmental factors affecting the flowering time, infrutescence number, fruit size, and fruit number, such as fruit position on the spur, spur size, fruit number set on the spur, and the date of flowering. The objectives of this study were to find out the fruit production during dry and wet seasons, so that fruit calendar can be determined.  The method used in this study was survey and observation on Malay apple trees in Banyumas, Purbalingga, and Kebumen from 2018 to 2021. The results of this study showed that June, July, and August when the precipitation was the lowest, the fruit number is the highest, and fruit size is the smallest (145–175 mL). On the other hand, when the precipitation was high (September-April), the fruit was the largest (180–500 mL).  Fruit harvest time might change every year depending on climatic factors such as average daily temperature and precipitation. There is no specific harvest time for Malay apples. The implementation of the results of this research is that we do not need to predict when the Malay apple harvest season will be, because the harvest time can be at any time.AbstrakJambu bol (Syzygium malaccense) merupakan salah satu jenis pohon buah-buahan populer yang berasal dari Wilayah Indo-Malayan atau Asia Tenggara. Banyak faktor lingkungan yang memengaruhi waktu berbunga, jumlah bunga, ukuran buah, dan jumlah buah, seperti posisi buah pada tajuk, ukuran tajuk, jumlah buah tiap dompol, dan tanggal berbunga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi buah pada musim kemarau dan musim hujan, sehingga dapat ditentukan kalender buah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dan observasi pada pohon jambu bol di Banyumas, Purbalingga, dan Kebumen dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2021. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada bulan Juni, Juli, dan Agustus curah hujan paling rendah, jumlah buahnya paling tinggi, dan ukuran atau volume buahnya relatif  paling kecil (145–175 mL). Sebaliknya, ketika curah hujan rata-rata tinggi (September-April), buahnya berukuran besar, dengan volume 180–500 mL. Waktu panen buah dapat berubah setiap tahun tergantung pada faktor iklim seperti suhu harian rata-rata dan curah hujan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada waktu yang spesifik untuk waktu panen jambu bol. Implementasi dari hasil penelitian ini adalah bahwa kita tidak perlu memprediksi kapan musim panen jambu bol, karena waktu panen bisa kapan saja.
Fish Community Structure The Dry Season in The Cipeles River, Sumedang Regency, West Java Province, Indonesia Ayi Yustiati; Rostika Rostika; Ibnu Bangkit Bioshina Suryadi; Titin Herawati
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 16, No 2 (2023): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v16i2.30665

Abstract

AbstractCipeles River is a sub-watershed of the Cimanuk River that flows in Sumedang Regency, Indonesia. The upstream is located in Sukasari District and flows into Tomo District. This study aimed to determine the fish community structure in the Cipeles River during the dry season. This research was conducted from September to December 2020 using field observation methods and purposive sampling techniques at three stations (Station 1 at 6°48′59.5″S and 108°01′22.5″E; Station 2 at 6°48′56.2″S and 108°01′32.3″E; and Station 3 at 6°47′3.7″S and 108°05′44″E) data analysis employed descriptive-comparative. Parameters observed are abundance, diversity, dominance, uniformity, community structure, and water quality. The results showed that from 566 caught fish the diversity index is low with a value of 0.86–0.89, a moderate dominance index with a value of 0.55–0.62, and a low uniformity index of 0.16–0.17. Based on the three index values, it can be concluded that the fish community structure the dry season in the Cipeles River is categorized as depressed, caused by the high influence of total suspended solids that have exceeded the water quality threshold value for fisheries (according to regulation of the Government of the Republic of Indonesia Number 22 of 2021 on Spatial Management) with concentrations ranging from 67 mgL-1 to 74 mgL-1.AbstrakSungai Cipeles merupakan sub DAS dari Sungai Cimanuk yang mengalir di Kabupaten Sumedang, Indonesia. Hulunya terletak di Kecamatan Sukasari dan mengalir ke Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas ikan di Sungai Cipeles pada musim kemarau. Penelitian dilakukan pada bulan September hingga Desember 2020 dengan menggunakan metode pengamatan lapangan dan teknik purposive sampling pada tiga stasiun (Stasiun 1 di 6°48′59.5″LS dan 108°01′22.5″BT, Stasiun 2 di 6°48′56.2″ S dan 108°01′32.3″BT, dan Stasiun 3 di 6°47′3.7″LS dan 108°05′44″E). Analisis data menggunakan deskriptif-komparatif. Parameter yang diamati adalah kelimpahan, keragaman, dominasi, keseragaman, struktur komunitas, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 566 ikan yang ditangkap indeks keragamannya rendah dengan nilai 0,86–0,89, indeks dominansi sedang dengan nilai 0,55–0,62, dan indeks keseragaman rendah 0,16–0,17. Berdasarkan ketiga nilai indeks tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur komunitas ikan pada musim kemarau di Sungai Cipeles dikategorikan tertekan, disebabkan oleh tingginya pengaruh total padatan tersuspensi yang telah melebihi nilai ambang batas kualitas air untuk perikanan (menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penataan Ruang) dengan konsentrasi berkisar antara 67 mgL-1 sampai dengan 74 mgL-1.