cover
Contact Name
Brigitta Laksmi Paramita
Contact Email
brigitta.laksmi@uajy.ac.id
Phone
+6282329549978
Journal Mail Official
journal.biota@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari No. 44, Sleman, Yogyakarta 55281, Indonesia
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati
ISSN : 25273221     EISSN : 2527323X     DOI : doi.org/10.24002/biota
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati merupakan jurnal ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian, kajian-kajian pustaka dan berita-berita terbaru tentang ilmu dan teknologi kehayatian (biologi, bioteknologi dan bidang ilmu yang terkait). Biota terbit pertama kali bulan Juli 1995 dengan ISSN 0853-8670. Biota terbit tiga nomor dalam satu tahun (Februari, Juni, dan Oktober).
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 3 (2016): October 2016" : 12 Documents clear
Hidrolisis Secara Enzimatis Protein Bungkil Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum) Menggunakan Bromelain Restiani, Ratih
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 1, No 3 (2016): October 2016
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.636 KB) | DOI: 10.24002/biota.v1i3.1226

Abstract

Nyamplung mengandung minyak yang cukup tinggi sehingga membuatnya potensial untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biofuel. Proses ekstraksi minyak dari biji nyamplung menghasilkan limbah padat dalam bentuk bungkil biji nyamplung yang masih memiliki kandungan protein dan belum optimal pemanfaatannya. Salah satu alternatif untuk mengolah protein dalam bungkil menjadi produk yang lebih bernilai adalah melalui hidrolisis secara enzimatis menggunakan bromelain. Bromelain adalah kelompok sistein endoprotease yang memiliki spesifisitas pemotongan yang cukup luas terhadap berbagai residu asam amino meliputi arginin, lisin, tirosin, dan fenilalanin sehingga aplikasi bromelain dalam hidrolisis protein bungkil biji nyamplung diharapkan dapat menghasilkan derajat hidrolisis (DH) yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan protein dalam bungkil biji nyamplung, dan menentukan pengaruh konsentrasi enzim serta waktu hidrolisis terhadap DH hidrolisat protein. Metode penelitian terdiri dari 2 tahapan yaitu : 1) analisis proksimat bungkil biji nyamplung dan 2) analisis DH hidrolisat protein menggunakan bromelain dengan variasi konsentrasi enzim (2, 6 dan 10)% (b/v), waktu hidrolisis (0, 30, 60, 120, 180 dan 240) menit pada pH 7 dan temperatur 450C. Hasil menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi enzim sebesar 10% dengan aktivitas enzim yang terukur (27,04 U/gr substrat) menghasilkan DH tertinggi (6,43%) dengan waktu hidrolisis 240 menit.
Perbandingan antara Frekwensi Denyut Jantung Katak (Rana sp.) dengan Frekwensi Denyut Jantung Mencit (Mus musculus) Berdasarkan Ruang Jantung Imam Bachtiar, I Wayan Merta Syachruddin AR; Kusmiyati, Kusmiyati
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 1, No 3 (2016): October 2016
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.54 KB) | DOI: 10.24002/biota.v1i3.1229

Abstract

Hewan poikilotherm dan homeotherm memiliki mekanisme regulasi denyut jantung berbeda. Katak (Rana sp.) dan mencit (Mus musculus) memiliki ruang jantung berbeda, ruang jantung katak sebanyak 3 ruangan dan mencit 4 ruangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan frekwensi denyut jantung katak (Rana sp.) dengan frekwensi denyut jantung mencit (Mus musculus) berdasarkan ruang jantung. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) strain BALB/C dengan berat badan 25 – 30 gr. dalam keadaan sehat, sebanyak 20 ekor dan katak (Rana sp.) dewasa dengan berat badan 25 – 50 gr. sebanyak 20 ekor. Dilakukan pembiusan dan pembedahan pada setiap sampel untuk mendapatkan frekwensi denyut jantung per menit.Hasil penelitian diperoleh mencit memiliki rata-rata denyut jantung 107,90±16,026 per menit, sedangkan denyut jantung rata-rata katak 64,000±8,535 per menit. Perbedaan rata-rata denyut jantung kedua sampel tersebut signifikan (t=11,228; db=38; P<0,01). Ada perbedaan secara signifikan frekwensi denyut jantung katak (Rana sp.) dengan frekwensi denyut jantung mencit (Mus musculus) berdasarkan ruang jantung.Beratbadan katak (Rana sp.) dan mencit (Mus musculus) tidak berhubungan secara signifikan terhadap denyut jantung.
Keanekaragaman Reptil Impor di Yogyakarta Putranto, Dicky Indar; Yuda, Pramana; Zahida, Felicia
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 1, No 3 (2016): October 2016
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.321 KB) | DOI: 10.24002/biota.v1i3.1228

Abstract

Reptil impor banyak diminati karena memiliki variasi warna yang sangat beragam. Penelitian ini mengenai jenis reptil eksotik yang ada di Yogyakarta baik yang dipelihara maupun yang sudah terlepas atau dilepas di alam dan bagaimana pula potensi dampaknya bagi spesies reptil lokal yang ada di Yogyakarta. Penelitian dilakukan di wilayah Kota Yogyakarta dengan melakukan survei di pasar hewan, petshop dan pemelihara reptil. Penelitian telah dilaksanakan dari tanggal 1 Agustus 2013 sampai 30 November 2013. Berdasarkan hasil survei pendataan reptil impor yang dipelihara di Yogyakarta, ditemukan 80 jenis yang terdiri dari satu jenis buaya kerdil (Paleosuchus palpebrosus), 14 jenis kadal (Sauria), 21 jenis ular (Serpentes), dan 44 jenis Kura-kura (Testudines). Reptil impor yang terlepas di alam ditemukan beberapa jenis, yaitu dua ekor Red Eared Slider (Trachemys scripta elegans), tiga ekor Chinese Soft-shelled Turtle (Pelodiscus sinensis) dan satu ekor Corn snake (Pantherophis guttatus). Red Eared Slider yang terlepas di alam dalam jumlah tersebut tidak dapat menimbulkan dampak negatif bagi reptil lokal, tetapi jika dalam jumlah yang banyak kemungkinan akan berpotensi sebagai kompetitor bagi bulus jawa (Amyda cartilaginea) dalam mencari makan. Chinese Soft-shelled Turtle yang terlepas di alam dalam jumlah tersebut kemungkinan akan berpotensi sebagai kompetitor bagi Amyda cartilaginea dalam mencari makan. Corn snake yang hanya satu ekor jika terlepas tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi reptil lokal, tetapi jika jumlahnya terlalu banyak akan menjadi kompetitor bagi ular-ular lokal seperti ular koros (Ptyas korros), ular jali (Ptyas mucosa), ular kopi (Coelognathus flavolineatus), ular lanang sapi (Coelognathus radiatus), dan lain-lain, karena jenis mangsa yang sama.
The Effect of Temulawak Extract on Alkohol Fermentation from Molase Substrate by Saccharomyces cerevisiae Adam Harsono, P. Kianto Atmodjo Birgitta Narindri; Edison, Aan
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 1, No 3 (2016): October 2016
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.796 KB) | DOI: 10.24002/biota.v1i3.1230

Abstract

Temulawak dimanfaatkan untuk meningkatkan nafsu makan dan pelindung hati bagi manusia. Ekstrak Temulawak memiliki potensi sebagai antimikrobia dalam konsentrasi yang besar. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sari temulawak dalam proses fermentasi alkohol dari molase menggunakan Saccharomyces cerevisiae komersial, dan berharap adanya peningkatan konsumsi gula- molase yang diiringi peningkatan alkohol oelah adanya peningkatan nafsu makan khamir. Substrat larutan molase 30% sebanyak 300 ml ditambah sari temulawak pekat (10, 20, 30,40 ml/ per 300 ml) diulang dua kali, kemudian ditambah 1 gram Saccharomyces cerevisiae lalu diinkubasikan dengan kondisi suhu kamar dan karbondioksida ditampung dalam akuades. Parameter yang diukur adalah total sel, pH, kadar gula metode spektrofotometri, kadar karbondioksida secara titrimetri, dan total akolhol metode gas kromatografi setelah tujuh hari fermentasi. Hasil menunjukkan bahwa ada perubahan yangbtidak signifikan pada total sel khamir, pH dan residu gula, sedangkan perubahan yang nyata pada produksi karbodioksida (meningkat sampai tiga kali lipat), dan alkohol ( menurun sampai 3%) pada pada penambahan sari temulawak 20 dan 40ml. Simpulannya sari temulawak tidak membunuh Saccharomyces cerevisiae dan menyebabkan perubahan fermentasi alkohol akibat penambahan sari temulawak, namun tidak ada pola yang jelas.
Pengaruh Kombinasi Ekstrak Kirinyuh (Chromolaena odorata) dan Sirih (Piper betle L) dalam Pengendalian Penyakit Vibriosis pada Udang Yulianti, Baso Manguntungi Ali Budhi Kusuma; Yunianti, Asmawati
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 1, No 3 (2016): October 2016
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.476 KB) | DOI: 10.24002/biota.v1i3.1231

Abstract

Udang merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perikanan Negara Indonesia. Produksi hasil budidaya udang diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Akan tetapi yang banyak terjadi adalah masih tingginya jumlah kematian udang akibat penyakit vibriosis dimana sebagian besar disebabkan oleh serangan bakteri Vibrio sp. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui potensi kombinasi antara ekstrak daun kirinyuh sebagai antibakteridan ekstrak daun sirih yang mengandung senyawa antiseptik sebagai formula obat untuk penyakit vibriosis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengekstraksi daun kirinyuhdan sirihdengan menggunakan ekstraktor soxhlet kemudian diuji secara in vitro, dan in vivo dengan terlebih dahulu melakukan uji patogenesitas pada tubuh udang dengan metode perendaman kemudian udang dipelihara dalam sebuah akuarium mini seperti simulasi tambak yang telah diberi kombinasi ekstrak tersebut dengan beberapa perlakuan. Hasil uji in vitro, perbandingan terbaik yang menghasilkan zona hambat terluas yaitu 1:1 sebesar 23 mm sehingga termasuk dalam golongan zat aktif sangat kuat dalam menghambat aktivitas bakteri. Sedangkan dari hasil uji in vivo perbandingan terbaik yang menghasilkan jumlah udang yang bertahan hidup terbanyak dan kematian udang terkecil yaitu 1:1.Pemberian ekstrak daun kirinyuh dan sirih memberikan pengaruh dalam menghambat pertumbuhan Vibrio sp. pada kedua pengujian.
Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Alami Jentik Nyamuk, Cacing Darah (Larva Chironomus sp.) dan Moina sp. terhadap Pertumbuhan Ikan Cupang (Betta splendens) To'bungan, Nelsiani
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 1, No 3 (2016): October 2016
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.935 KB) | DOI: 10.24002/biota.v1i3.1227

Abstract

Ikan Cupang (Betta splendens) merupakan salah satu jenis ikan hias yang digemari di Indonesia. Peminat ikan ini bertambah seiring perkembangan teknologi dan pemasaran, baik secara online maupun offline. Pemilihan pakan yang kurang tepat menyebabkan pertumbuhan ikan yang tidak sesuai dengan usia ikan. Salah satu alternatif makanan yang biasa dipakai adalah pakan alami berupa jentik nyamuk, cacing darah (Larva Chironomus sp.) dan Moina sp. Penelitian ini mengkaji efektifitas pakan alami tersebut terhadap pertumbuhan ikan Cupang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan 3 perlakuan, dan setiap perlakuan memiliki 3 ulangan. Sampel tiap perlakuan adalah 5 ekor ikan Cupang betina usia 3 bulan. Pemeliharaan selama 4 minggu, dengan pengukuran biomassa ikan setiap minggu. Parameter tambahan adalah pH, suhu dan oksigen terlarut (DO). Perbedaan jenis pakan alami tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan ikan Cupang Pertumbuhan biomassa ikan Cupang dengan pakan jentik nyamuk adalah 2,04 gram, pakan Cacing darah (Larva Chironomus sp.) 2,15 gram dan dengan pakan alami Moina sp. 1,9 gram. pH air pada kisaran 6-7, sementara suhu pada 26-27oC dan DO 4,06-7,54ppm.
Hidrolisis Secara Enzimatis Protein Bungkil Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum) Menggunakan Bromelain Ratih Restiani
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 1, No 3 (2016): October 2016
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v1i3.1226

Abstract

Nyamplung mengandung minyak yang cukup tinggi sehingga membuatnya potensial untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biofuel. Proses ekstraksi minyak dari biji nyamplung menghasilkan limbah padat dalam bentuk bungkil biji nyamplung yang masih memiliki kandungan protein dan belum optimal pemanfaatannya. Salah satu alternatif untuk mengolah protein dalam bungkil menjadi produk yang lebih bernilai adalah melalui hidrolisis secara enzimatis menggunakan bromelain. Bromelain adalah kelompok sistein endoprotease yang memiliki spesifisitas pemotongan yang cukup luas terhadap berbagai residu asam amino meliputi arginin, lisin, tirosin, dan fenilalanin sehingga aplikasi bromelain dalam hidrolisis protein bungkil biji nyamplung diharapkan dapat menghasilkan derajat hidrolisis (DH) yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan protein dalam bungkil biji nyamplung, dan menentukan pengaruh konsentrasi enzim serta waktu hidrolisis terhadap DH hidrolisat protein. Metode penelitian terdiri dari 2 tahapan yaitu : 1) analisis proksimat bungkil biji nyamplung dan 2) analisis DH hidrolisat protein menggunakan bromelain dengan variasi konsentrasi enzim (2, 6 dan 10)% (b/v), waktu hidrolisis (0, 30, 60, 120, 180 dan 240) menit pada pH 7 dan temperatur 450C. Hasil menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi enzim sebesar 10% dengan aktivitas enzim yang terukur (27,04 U/gr substrat) menghasilkan DH tertinggi (6,43%) dengan waktu hidrolisis 240 menit.
Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Alami Jentik Nyamuk, Cacing Darah (Larva Chironomus sp.) dan Moina sp. terhadap Pertumbuhan Ikan Cupang (Betta splendens) Nelsiani To'bungan
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 1, No 3 (2016): October 2016
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v1i3.1227

Abstract

Ikan Cupang (Betta splendens) merupakan salah satu jenis ikan hias yang digemari di Indonesia. Peminat ikan ini bertambah seiring perkembangan teknologi dan pemasaran, baik secara online maupun offline. Pemilihan pakan yang kurang tepat menyebabkan pertumbuhan ikan yang tidak sesuai dengan usia ikan. Salah satu alternatif makanan yang biasa dipakai adalah pakan alami berupa jentik nyamuk, cacing darah (Larva Chironomus sp.) dan Moina sp. Penelitian ini mengkaji efektifitas pakan alami tersebut terhadap pertumbuhan ikan Cupang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan 3 perlakuan, dan setiap perlakuan memiliki 3 ulangan. Sampel tiap perlakuan adalah 5 ekor ikan Cupang betina usia 3 bulan. Pemeliharaan selama 4 minggu, dengan pengukuran biomassa ikan setiap minggu. Parameter tambahan adalah pH, suhu dan oksigen terlarut (DO). Perbedaan jenis pakan alami tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan ikan Cupang Pertumbuhan biomassa ikan Cupang dengan pakan jentik nyamuk adalah 2,04 gram, pakan Cacing darah (Larva Chironomus sp.) 2,15 gram dan dengan pakan alami Moina sp. 1,9 gram. pH air pada kisaran 6-7, sementara suhu pada 26-27oC dan DO 4,06-7,54ppm.
Keanekaragaman Reptil Impor di Yogyakarta Dicky Indar Putranto; Pramana Yuda; Felicia Zahida
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 1, No 3 (2016): October 2016
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v1i3.1228

Abstract

Reptil impor banyak diminati karena memiliki variasi warna yang sangat beragam. Penelitian ini mengenai jenis reptil eksotik yang ada di Yogyakarta baik yang dipelihara maupun yang sudah terlepas atau dilepas di alam dan bagaimana pula potensi dampaknya bagi spesies reptil lokal yang ada di Yogyakarta. Penelitian dilakukan di wilayah Kota Yogyakarta dengan melakukan survei di pasar hewan, petshop dan pemelihara reptil. Penelitian telah dilaksanakan dari tanggal 1 Agustus 2013 sampai 30 November 2013. Berdasarkan hasil survei pendataan reptil impor yang dipelihara di Yogyakarta, ditemukan 80 jenis yang terdiri dari satu jenis buaya kerdil (Paleosuchus palpebrosus), 14 jenis kadal (Sauria), 21 jenis ular (Serpentes), dan 44 jenis Kura-kura (Testudines). Reptil impor yang terlepas di alam ditemukan beberapa jenis, yaitu dua ekor Red Eared Slider (Trachemys scripta elegans), tiga ekor Chinese Soft-shelled Turtle (Pelodiscus sinensis) dan satu ekor Corn snake (Pantherophis guttatus). Red Eared Slider yang terlepas di alam dalam jumlah tersebut tidak dapat menimbulkan dampak negatif bagi reptil lokal, tetapi jika dalam jumlah yang banyak kemungkinan akan berpotensi sebagai kompetitor bagi bulus jawa (Amyda cartilaginea) dalam mencari makan. Chinese Soft-shelled Turtle yang terlepas di alam dalam jumlah tersebut kemungkinan akan berpotensi sebagai kompetitor bagi Amyda cartilaginea dalam mencari makan. Corn snake yang hanya satu ekor jika terlepas tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi reptil lokal, tetapi jika jumlahnya terlalu banyak akan menjadi kompetitor bagi ular-ular lokal seperti ular koros (Ptyas korros), ular jali (Ptyas mucosa), ular kopi (Coelognathus flavolineatus), ular lanang sapi (Coelognathus radiatus), dan lain-lain, karena jenis mangsa yang sama.
Perbandingan antara Frekwensi Denyut Jantung Katak (Rana sp.) dengan Frekwensi Denyut Jantung Mencit (Mus musculus) Berdasarkan Ruang Jantung I Wayan Merta Syachruddin AR Imam Bachtiar; Kusmiyati Kusmiyati
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 1, No 3 (2016): October 2016
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v1i3.1229

Abstract

Hewan poikilotherm dan homeotherm memiliki mekanisme regulasi denyut jantung berbeda. Katak (Rana sp.) dan mencit (Mus musculus) memiliki ruang jantung berbeda, ruang jantung katak sebanyak 3 ruangan dan mencit 4 ruangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan frekwensi denyut jantung katak (Rana sp.) dengan frekwensi denyut jantung mencit (Mus musculus) berdasarkan ruang jantung. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) strain BALB/C dengan berat badan 25 – 30 gr. dalam keadaan sehat, sebanyak 20 ekor dan katak (Rana sp.) dewasa dengan berat badan 25 – 50 gr. sebanyak 20 ekor. Dilakukan pembiusan dan pembedahan pada setiap sampel untuk mendapatkan frekwensi denyut jantung per menit.Hasil penelitian diperoleh mencit memiliki rata-rata denyut jantung 107,90±16,026 per menit, sedangkan denyut jantung rata-rata katak 64,000±8,535 per menit. Perbedaan rata-rata denyut jantung kedua sampel tersebut signifikan (t=11,228; db=38; P<0,01). Ada perbedaan secara signifikan frekwensi denyut jantung katak (Rana sp.) dengan frekwensi denyut jantung mencit (Mus musculus) berdasarkan ruang jantung.Beratbadan katak (Rana sp.) dan mencit (Mus musculus) tidak berhubungan secara signifikan terhadap denyut jantung.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 3 (2023): October 2023 Vol 8, No 1 (2023): February 2023 Vol 7, No 3 (2022): October 2022 Vol 7, No 2 (2022): June 2022 Vol 7, No 1 (2022): February 2022 Vol 6, No 3 (2021): October 2021 Vol 6, No 2 (2021): June 2021 Vol 6, No 1 (2021): February 2021 Vol 5, No 3 (2020): October 2020 Vol 5, No 2 (2020): June 2020 Vol 5, No 1 (2020): February 2020 Vol 4, No 3 (2019): October 2019 Vol 4, No 2 (2019): June 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 3, No 3 (2018): October 2018 Vol 3, No 2 (2018): June 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 2, No 3 (2017): October 2017 Vol 2, No 2 (2017): June 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 1, No 3 (2016): October 2016 Vol 1, No 2 (2016): June 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 19, No 1 (2014): February 2014 Biota Volume 19 Nomor 1 Tahun 2014 Biota Volume 13 Nomor 2 Tahun 2014 Vol 18, No 2 (2013): June 2013 Vol 18, No 1 (2013): February 2013 Biota Volume 18 Nomor 1 Tahun 2013 Vol 17, No 3 (2012): October 2012 Vol 17, No 2 (2012): June 2012 Vol 17, No 1 (2012): February 2012 BIOTA Volume 17 Nomor 3 Tahun 2012 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 15, No 3 (2010): October 2010 Vol 15, No 2 (2010): June 2010 Vol 15, No 1 (2010): February 2010 Vol 14, No 3 (2009): October 2009 Vol 14, No 2 (2009): June 2009 Vol 14, No 1 (2009): February 2009 Vol 13, No 3 (2008): October 2008 Vol 13, No 2 (2008): June 2008 Vol 13, No 1 (2008): February 2008 Vol 12, No 3 (2007): October 2007 Vol 12, No 2 (2007): June 2007 Vol 12, No 1 (2007): February 2007 Vol 11, No 3 (2006): October 2006 Vol 11, No 2 (2006): June 2006 Vol 11, No 1 (2006): February 2006 Vol 10, No 3 (2005): October 2005 Vol 10, No 2 (2005): June 2005 Vol 10, No 1 (2005): February 2005 Vol 9, No 3 (2004): October 2004 Vol 9, No 2 (2004): June 2004 Vol 9, No 1 (2004): February 2004 Vol 8, No 3 (2003): October 2003 Vol 8, No 2 (2003): June 2003 Vol 8, No 1 (2003): February 2003 More Issue