cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan
ISSN : -     EISSN : 25031899     DOI : https://doi.org/10.15294/jtsp
Core Subject : Engineering,
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan (JTSP) is a scientific journal which biannualy published in April and October. We firstly published in 1999 as national journal of Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Negeri Semarang. In 2016, JTSP was indexed in DOAJ with Green Tick critera. And in 2018, JTSP expands its range of article quality and publication through publishing English-language articles.
Arjuna Subject : -
Articles 27 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil " : 27 Documents clear
TINGKAT KENYAMANAN JALUR PEDESTRIAN DI KAWASAN SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNA Purnomo, Andi; Setiawan, Moch Fathoni
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The comfortability of access from each region in big cities has led to the rapid increasing of regional mobility.The mobility incude the motorists and also pedestrians. Pedestrian path is a container or space for pedestrian activities and activities to provide services to pedestrians so as to improve the smoothness, safety, and comfort for pedestrians. Convenience is one of the vital values that should be enjoyed by people when doing activities. Pedestrian path in Semarang in Simpang Lima area itself is fairly crowded, and has been laid out in such a way for vendors. Crowd arising from the existence of street vendors sometimes make some people feel less comfortable to pass through. Problems that occur will be observed and analyzed, namely the level of comfort in the pedestrian path in  Simpang Lima area based on user perception. The method used is descriptive qualitative theory describing the pedestrian path and direct observation to the object observed coupled with interviewing some respondents.Kemudahan pencapaian (aksesibilitas) kawasan dari dan ke berbagai wilayah di kota-kota besar, telah menyebabkan meningkatnya mobilitas kegiatan kawasan yang  cukup pesat. Mobilitas yang ada tidak hanya kendaraan bermotor tetapi juga pejalan kaki. Jalur pedestrian merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan kaki melakukan aktivitas dan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Kenyamanan merupakan salah satu nilai vital yang selayaknya harus dinikmati oleh manusia ketika melakukan aktifitas-aktifitas. Di Kota Semarang jalur pedestrian di kawasan Simpang Lima Kota Semarang sendiri merupakan jalur pedestrian yang cukup ramai, dan sudah ditata sedemikian rupa bagi para pedagang kaki lima. Keramaian yang timbul akibat keberadaan pedagang kaki lima terkadang membuat beberapa orang merasa kurang nyaman untuk melaluinya. Permasalahan yang terjadi akan diobservasi lalu dianalisa, yaitu mengenai tingkat kenyamanan jalur pedestrian di kawasan Simpang Lima Kota Semarang berdasarkan persepsi pengguna. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan teori mengenai jalur pedestrian dan melakukan pengamatan langsung ke obyek yang diamati ditambah dengan mewawancarai beberapa responden. 
KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN KETERSEDIAAN ANGKUTAN DI KAWASAN PERUMAHAN BUKIT SENDANGMULYO KOTA SEMARANG Julianto, Eko Nugroho
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The number of housing residents who perform daily activities cause many travel patterns and characteristics of the trip. Means perangkutan has a very important role in order to increase the movement of the population. The purpose of this study was to determine the characteristics of traveling people living in the Mount Housing Sendangmulyo and to determine whether the population needs to be a means perangkutan have been met by the service provider perangkutan. This research uses descriptive research approach percent. Data collection techniques used were: observation, questionnaire and documentation of the number of respondents 307 persons. Respondent was productive age population (working age) and including the middle class. The results showed that respondents who use public transport are those who do not have their own vehicle. Respondents who have their own vehicles rather use it than using a more economical transport, easier and faster to their destination. Users of public transport services is quite difficult and time for the trip is longer because it must wait for transport about 10-15 minutes. Many of them also have to change transport because the destination does not pass route. This shows that the public transport services still do not meet the population needs to travelBanyaknya penduduk perumahan yang melakukan aktivitas  setiap hari menyebabkan banyaknya pola perjalanan dan karakteristik perjalanan. Sarana perangkutan mempunyai peran yang sangat penting demi memperlancar pergerakan penduduk. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik perjalanan penduduk yang tinggal di Perumahan Bukit Sendangmulyo dan untuk mengetahui apakah kebutuhan penduduk akan sarana perangkutan telah terpenuhi oleh pihak penyedia jasa perangkutan. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif prosentase. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: observasi, angket dan dokumentasi dengan jumlah responden 307 orang. Responden adalah penduduk yang berusia produktif (usia kerja) dan termasuk  golongan ekonomi menengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menggunakan jasa angkutan umum adalah mereka yang tidak memiliki kendaraan sendiri. Responden yang memiliki kendaraan sendiri lebih memilih menggunakannya dari pada menggunakan angkutan dengan pertimbangan lebih ekonomis, lebih mudah dan lebih cepat sampai tempat tujuan. Pengguna jasa angkutan umum cukup kesulitan dan waktu untuk perjalanan menjadi lebih lama karena harus menunggu datangnya angkutan sekitar 10 - 15 menit. Banyak pula dari mereka yang harus berganti angkutan karena tempat yang dituju tidak dilewati trayek. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan angkutan umum masih belum memenuhi kebutuhan penduduk dalam melakukan perjalanan
TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI PADA TATA LETAK INTERIOR AREA BACA PERPUSTAKAAN Studi Kasus : Ruang Layanan Referensi Perpustakaan DaerahProvinsi Jawa Tengah Malik, Sutrati Melissa; Setyowati, Erni; Setiabudi, Wahyu
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Space and light are elements that need to be considered in an interior design library. Space Reference Service Central Java Provincial Library during opening hours turn on the lights as an additional light to illuminate the room, this was done because of the condition of the room to maximize the natural light into the room was minimal. This minimal conditions also influenced the layout of the furniture arrangement bookshelf is in the range of openings so that the incoming light is reduced. The purpose of this study was to measure and analyze Level Natural Lighting Interior Layout In Area Read Space Reference Service. The discussion and analysis in this study is quantitative descriptive. Method of Measuring the level of natural lighting in the room is done on a point of reference services Main Measure that is based on the position where the lamp. (Code TU), namely at point Measure Side opening window light in space and outer space, on each plan space services. (Code TUD and TUL) and the Supplementary Measure point in the field of reading the reading table in each room service. (Code TUB). Measuring point is taken at a flat field which is located at the height of 0.75 m or 75 cm above the floor. This flat surface called the working field (Frick, 2008) The results of this study the intensity level of natural light in the space can be further enhanced by optimizing the openings on several sides of the building are not obstructed, Placement Area Read in the reference services optimized by the arrangement of the furniture layout in order to light who entered the area can read more leverage and a standardized 225 lux, furniture layout pattern of structuring a strong influence on a bright light into the space and visual comfort of the space. Results of measurement are mostly located below the minimum threshold standards library reading area that is 225 lux occurs because perletakkan furniture is placed on the side of the light source..Ruang dan cahaya adalah elemen yang perlu dipertimbangkan dalam sebuah rancangan interior Perpustakaan. Ruang Layanan Referensi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah pada jam pelayanan menyalakan lampu sebagai cahaya tambahan untuk menerangi ruangan, hal ini dilakukan karena kondisi ruangan untuk memaksimalkan cahaya alami masuk ke dalam ruangan sangat minim. Kondisi minim ini juga dipengaruhi pengaturan layout perabot rak buku yang berada di jangkauan bukaan sehingga cahaya yang masuk menjadi berkurang. Tujuan penelitian ini adalah  untuk mengukur dan menganalisa Tingkat Pencahayaan Alami Pada Tata Letak Interior Area Baca Ruang Layanan Referensi. Pembahasan dan analisa pada penelitian ini secara kuantitatif deskriptif. Metode Pengukuran tingkat pencahayaan alami pada ruang layanan referensi dilakukan pada Titik Ukur Utama yakni berdasarkan pada posisi letak lampu. (Kode TU), Titik Ukur Samping yakni pada bukaan cahaya jendela dalam ruang dan luar ruang, pada setiap denah ruang layanan. (Kode TUD dan TUL) dan Titik Ukur Tambahan yakni pada bidang baca yakni meja baca pada setiap ruang layanan. (Kode TUB). Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75 m atau 75 cm di atas lantai. Bidang datar ini disebut bidang kerja (Frick,2008).Hasil penelitian ini tingkat intensitas cahaya alami dalam ruang dapat lebih ditingkatkan lagi dengan mengoptimalkan bukaan di beberapa sisi bangunan yang tidak terhalang, Penempatan Area Baca di ruang layanan referensi dioptimalkan dengan penataan layout perabot agar cahaya yang masuk sampai ke area baca dapat lebih maksimal dan sesuai standar 225 lux, Pola penataan layout perabot berpengaruh terhadap kuat terang cahaya yang masuk ke dalam ruang dan kenyamanan visual pengguna ruang. Hasil pengukuran yang sebagian besar berada di bawah batas minimum standar area baca perpustakaan yakni 225 lux terjadi karena perletakkan perabot diletakkan berada di sisi sumber cahaya. 
BENTUK DAN PROPORSI PADA PERWUJUDAN ARSITEKTUR VERNAKULAR BUGIS Sani, Andi Asrul; Supriyadi, Bambang; Rukayah, R.Siti
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research lifting Vernacular Architectural Bugis with case studies Bola Soba State Watampone as part of the work of Duke ( King ). The issue building design process Bola Soba into focus through all proportions studys components constituent. Base his study , in addition to an understanding of the essence vernacular, the need of understanding also his tectonics, tradition ( build ) Architecture Bugis and rules proportion.the feel aesthetics in architecture is based on the elements and principles of design that can be explained rationally one of which is the principle of proportion. Leaning on his study approach: all characteristics of vernacular ( Bugis ) , visual and numerical portrait (measurement dimension ) objects. Images are visual and numerical reference database for reconstruction  groups object to the graphic data and figures. Analysis of calculation of the ratio  proportion to his assisted Software Microsoft Excel and SPSS ( Statistical Product and Service Solution). The findings of this research form the basic of the ratio of the amount used as a reference for comparison of the parts of the building detail in the building in the city of Bola Soba in Watampone. Proportion 1 : 1.23 with Sulapa Appa element and is believed to be the final findings as the basic for the size calculation of the proportion of the building Bola Soba. Implications of the findings could be early reference ( hypothesis ) , that the work of vernacular architecture Bugis embodiment has a basic size its design. Reference process is certainly still need to be explored with further research, including the work of other vernacular which created by the Duke / King Bugis. In historically, kingdom Bugis had been a formidable kingdom in his day which civilization has its own form of architecture heritage building. There are four great kingdoms that became the Bugis area is the kingdom of Luwu, kingdom of Bone, the kingdom of Soppeng and Wajo.Penelitian ini mengangkat Arsitektur Vernakular Bugis dengan studi kasus Bola Soba Kota Watampone sebagai wujud karya kalangan Bangsawan (Raja).Persoalan proses perancangan bangunan Bola Soba menjadi fokus telaah melalui ke-proporsi-an komponen-komponen pembentuknya.Dasar telaahnya, selain pemahaman tentang esensi ke-vernakular-an, perlu pemahaman pula sisi ke-tektonika-annya, tradisi (membangun) Arsitektur Bugis dan kaidah proporsi.Rasa estetika dalam arsitektur didasarkan pada elemen –elemen dan prinsip-prinsip perancangan yang bisa dijelaskan secara rasional salah satunya adalah prinsip proporsi. Pendekatan studinya bersandar pada : ke-ciri-an vernakular (Bugis), potret visual dan numerik (pengukuran dimensi) obyek. Potret visual dan numerik merupakan database rujukan untuk me-rekonstruksi-kan gugus obyek ke data grafis dan angka. Analisis perhitungan rasio ke-proporsi-annya dibantu perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS (Statistical Product and Service Solution). Temuan penelitian ini berupa besaran rasio dasar yang digunakan sebagai acuan perbandingan bagian-bagian detail bangunan dalam bangunan Bola Soba di Kota Watampone.Proporsi 1:1,23 dengan elemen Sulapa Appa menjadi temuan akhir dan diyakini sebagai dasar ukuran perhitungan proporsi dalam bangunan Bola Soba.Implikasi temuannya bisa menjadi referensi awal (hipotesis), bahwa perwujudan karya arsitektur vernakular Bugis memiliki dasar ukuran dalam proses perancangannya.Referensi ini tentunya masih perlu didalami dengan penelitian lanjutan, termasuk karya vernakular lain yang dikreasi oleh kalangan Bangsawan/Raja Bugis.Secara historis,kerajaan Bugis pernah menjadi kerajaan yang tangguh di zamannya memiliki peradaban tersendiri berupa peninggalan Arsitektur Bangunan.Ada empat kerajaan besar yang menjadi wilayah Bugis yaitu Kerajaan Luwu,Kerajaan Bone,Kerajaan Soppeng dan Wajo. This research lifting Vernacular Architectural Bugis with case studies Bola Soba State Watampone as part of the work of Duke ( King ). The issue building design process Bola Soba into focus through all proportions studys components constituent. Base his study , in addition to an understanding of the essence vernacular, the need of understanding also his tectonics, tradition ( build ) Architecture Bugis and rules proportion.the feel aesthetics in architecture is based on the elements and principles of design that can be explained rationally one of which is the principle of proportion. Leaning on his study approach: all characteristics of vernacular ( Bugis ) , visual and numerical portrait (measurement dimension ) objects. Images are visual and numerical reference database for reconstruction  groups object to the graphic data and figures. Analysis of calculation of the ratio  proportion to his assisted Software Microsoft Excel and SPSS ( Statistical Product and Service Solution). The findings of this research form the basic of the ratio of the amount used as a reference for comparison of the parts of the building detail in the building in the city of Bola Soba in Watampone. Proportion 1 : 1.23 with Sulapa Appa element and is believed to be the final findings as the basic for the size calculation of the proportion of the building Bola Soba. Implications of the findings could be early reference ( hypothesis ) , that the work of vernacular architecture Bugis embodiment has a basic size its design. Reference process is certainly still need to be explored with further research, including the work of other vernacular which created by the Duke / King Bugis. In historically, kingdom Bugis had been a formidable kingdom in his day which civilization has its own form of architecture heritage building. There are four great kingdoms that became the Bugis area is the kingdom of Luwu, kingdom of Bone, the kingdom of Soppeng and Wajo.
PENERAPAN KONSEP HIJAB PADA RUMAH TINGGAL PERKOTAAN Azizah, Ronim
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research identified the housing design which implement the hijab concept with limited square land. According to this limitation, the housing design will be minimalist. In general, a house consist of rooms for settlement function such as living room, bedroom, bathroom and kitchen. This general room arrangement leads to an unclear division of public and private zone. Therefore, architecture functions as a tool to accommodate human activity and hijab in housing design to implement Islam ideology that manage human live-hood.  Through this fusion of architecture and hijab arrangement, the Islamic housing design can be created. this research is using descriptive method which identified the extend of hijab concept implementation in urban housing design with limited square lot. Data analysis use several parameters (1) Physical hijab such as room arrangement, wall, door and window and (2) non physical hijab such as the users activity or behavior. the result shows that hijab concept in urban housing design consist of (1) physical hijab such as room arrangement that divide public and private zone and (2) non physical hijab such as behavior or etiquette of visiting which implementing Islamic culture.Penelitian ini menjelaskan tentang desain rumah tinggal yang menerapkan konsep hijab  meskipun dengan luas lahan yang terbatas. Dengan keterbatasan luas lahan tersebut maka rancangan rumah tinggal berupa rumah  minimalis. Secara umum rumah tinggal terdiri atas ruang-ruang standar untuk berhuni yaitu ruang tamu, ruang tidur, km/wc dan dapur. Dengan tata ruang yang standar tersebut maka terjadi pemisahan yang tidak jelas antara zona publik dan zona privat. Oleh karena itu maka arsitektur berfungsi untuk mewadahi aktivitas dan hijab sebagai ajaran yang mengatur tata kelakukan menurut ajaran islam. Dengan adanya perpaduan tatanan arsitektur dan tatanan hijab maka model rumah tinggal islami dapat diwujudkan. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif  yaitu mengkaji sejauhmana penerapan konsep hijab pada rumah tinggal di perkotaan dengan luas lahan yang terbatas.  Analisis data menggunakan parameter: (1) hijab fisik berupa tata ruang, dinding, pintu, dan jendela  dan (2) hijab non fisik berupa perilaku atau aktifitas pengguna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep hijab pada rumah tinggal di perkotaan terdiri atas: (1) hijab fisik berupa tata ruang yang memisahkan zona publik dan privat dan (2) hijab non fisik berupa perilaku atau adab bertamu yang menerapkan budaya islam. 
ANALISIS KARAKTERISTIK PERJALANAN PRIMER TRUK ANGKUTAN BARANG DI JAKARTA Studi Kasus : Terminal Angkutan Barang Pulo Gebang dan Tanah Merdeka Riyadi, Afief; ., Nahry; Burhan, Helen
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study is aimed to analyze the characteristic of primary trip (point to point) of freight trucks in Tanjung Priok area, particularly the ones who use Tanah Merdeka Freight Terminal and  Pulo Gebang Freight terminal as their transit point. The analysis is intended  to get the overview of truck productivity, and then use it for further improvement on city logistic system. Trip productivity is related to the activities of “moving” and “stay”. Hence, trip productivity is described by the speed indicator to represent the trucks on moving, and time indicator to represent the stay condition. The Travel Diary Survey shows that the portion of idle time is bigger than the one of movement time (52.15% and 52.21% are idle times for Pulo Gebang and Tanah Merdeka, respectively), where the biggest portion of the idle time occurred at the industry and factoy area for loading unloading acitivities. Improvement can be made by improving the scheduling system of load /unload in factory/industry and port area,  and reducing the congestion. They are expected to reduce the truck cycle time up to 19.80% per trip.Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa karakteristik perjalanan primer (point to point)  dari truk angkutan barang  di kawasan Tanjung Priok, dengan memilih angkutan yang menggunakan  Terminal Angkutan Barang (TAB) Tanah Merdeka dan TAB Pulo Gebang sebagai tempat perhentian sementaranya.  Analisa terhadap karakteristik ini ditujukan untuk mendapat gambaran tentang produktivitas angkutan barang serta menggunakannya sebagai bahan untuk memperbaiki logistik kota yang ada saat ini. Produktivitas perjalanan angkutan barang sangat terkait dengan kegiatan “bergerak” dan “diam”. Oleh karenanya, produktivitas digambarkan oleh indikator  kecepatan  untuk kondisi truk bergerak dan  indikator waktu untuk kondisi truk dalam keadaan diam.  Melalui Travel Diary Survey diperoleh kesimpulan bahwa persentase waktu diam truk ternyata lebih lama dibandingkan waktu bergeraknya (52.15% untuk TAB Pulo Gebang dan 52.21% untuk TAB Tanah Merdeka), dimana porsi terbesar waktu diam  terjadi di area pabrik atau industri untuk melakukan bongkar muat. Upaya perbaikan dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem penjadwalan bongkar muat di pabrik maupun pelabuhan serta pengurangan kemacetan, yang kesemuanya dapat mengurangi waktu siklus truk hingga 19,80% per perjalanan dari waktu eksisting.
FAKTOR- FAKTOR UTAMA PEMBENTUK PREFERENSI MASYARAKAT MENYIKAPI PELEBARAN JALAN H.M. SUWIGNYO TERHADAP PROSPEK ASET PRIBADI Hidayat, Muhammad; Kurniadi, Fery
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The broadening of H.M. Suwignyo Street have triggered the street corridor expansion. The propertys owners take benefit from the increasing of asset value. They will have choices to manage and determine preferences for the asset. This study was aimed to find out the prominent factors that determine assets owner preferences toward street broadening consequences. In first phase, analysis is performed qualitatively to construct the quantitative instruments for next research. Data are gathered from observation and semi-structured interview to informans. Data are categorised and codified  with the result as initial hypotheses, which indicate community preferences to employ the property asset. The result showed that the social strata of assets owner; asset tangible and intangible value comprehension; economic motif; gentrification; and the intervening factor/ government role are the prominent factors.Pelebaran jalan H.M. Suwignyo memicu perkembangan pesat di koridor jalan tersebut. Pemilik rumah dan lahan merasakan manfaat dengan kian meningkatnya nilai aset mereka. Mereka akan dihadapkan kepada pilihan-pilihan didalam pengelolalaannya dan akan disikapi secara berbeda oleh pemilik aset sesuai dengan pilihan dan apa yang lebih disukai (preferensi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor utama pembentuk preferensi Pemilik Aset terkait dampak pelebaran jalan H.M. Suwignyo. Pada tahap pertama, analisis dilakukan secara kualitatif untuk mengembangkan instrumen kuantitatif di penelitian selanjutnya. Data diambil dengan cara observasi dan wawancara semi terstruktur terhadap beberapa informan. Selanjutnya akan dikategorikan dan dikodifikasi sedemikian rupa sehingga di dapat konstruksi masalah (hipotesis awal) terkait dengan fenomena pilihan masyarakat dalam mendayagunakan aset propertinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stratafikasi sosial pemilik aset; pengetahuan terhadap nilai tangible dan intangible aset, tingkat pemanfaatan aset untuk motif ekonomi; gentrifikasi; dan intervening factor / peran Pemerintah adalah faktor-faktor utama pembentuk preferensi masyarakat.
EVALUASI GEOTEKNIK KELONGSORAN LERENG 23 JANUARI 2014 DI PERUMAHAN TRANGKIL SEJAHTERA GUNUNGPATI SEMARANG Cahyo A, Hanggoro Tri; Nugroho, Untoro; Widodo, Aris
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Trangkil Housing Welfare and the New Trangkil - Sukorejo Village, District Gunungpati Semarang experiencing heavy rains triggered landslide Continuous Semarang City area since Wednesday (22/01/2014) until Thursday (01/23/2014). Successive landslides occurred early Thursday until 07.30. For 15 years Trangkil Sejahtera housing residents live, the worst avalanche of new events happening this time. Seven houses in Trangkil Sejahtera RT 3 RW 10 damaged by the landslide that occurred. While in New Trangkil Housing RT 6 RW 10, 32 houses were severely damaged and even some of them to the ground. The sliding slope in Housing Trangkil Sejahtera and Trangkil New - Village Sukorejo, District Gunungpati Semarang on January 23, 2014 is one of many landslide in a residential area in the district Gunungpati Semarang declared as landslide prone areas by the Directorate of Environmental Geology, Bandung. It is necessary for geotechnical evaluation to support the effectiveness of the slope reinforcement design selection, the necessary understanding of the physical and mechanical properties of soil based on soil test series. Barrow unfavorable, changes in land use, drainage systems are poorly integrated and rain triggered avalanches are the main factors causing the landslide. These four factors are interrelated core is Trangkil Sejahtera Housing Gunungpati Semarang infrastructure is not well prepared to anticipate landslides.Perumahan Trangkil Sejahtera dan Trangkil Baru – Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati Semarang mengalami kelongsoran yang dipicu hujan deras yang  terus mengguyur wilayah Kota Semarang sejak Rabu (22/1/2014) hingga Kamis (23/1/2014). Longsor secara beruntun terjadi Kamis dini hari sampai pukul 07.30. Selama 15 tahun Perumahan Trangkil Sejahtera ditinggali warga, peristiwa longsor terparah baru terjadi kali ini. Tujuh rumah di Trangkil Sejahtera RT 3 RW 10 rusak akibat kelongsoran yang terjadi. Sedangkan di Perumahan Trangkil Baru RT 6 RW 10, 32 rumah mengalami rusak parah bahkan beberapa di antaranya rata dengan tanah. Terjadinya kelongsoran lereng di Perumahan Trangkil Sejahtera dan Trangkil Baru – Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati Semarang pada tanggal 23 Januari 2014 merupakan satu dari sekian banyak kejadian longsor pada daerah pemukiman di Kecamatan Gunungpati Semarang yang dinyatakan sebagai daerah rawan longsor oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi geoteknik untuk menunjang efektivitas pemilihan desain perkuatan lereng, diperlukan pemahaman tentang sifat fisik dan mekanis dari tanah berdasarkan serangkaian pengujian tanah. Timbunan tanah yang kurang baik, perubahan tata guna lahan, sistem drainase yang kurang terintegrasi dan terjadinya hujan pemicu longsoran adalah faktor utama penyebab terjadinya kelongsoran. Keempat faktor tersebut saling berkaitan yang intinya adalah Perumahan Trangkil Sejahtera Gunungpati Semarang tidak dipersiapkan secara baik infrastrukturnya untuk mengantisipasi bencana longsor.
PROSPEK PUBLIC SPACE PADA KAMPUNG SUSUN SEBAGAI RUANG INTERAKSI SOSIAL, EKONOMI DAN PENGEMBANGAN ILMU DI AREA BANTARAN SUNGAI Mulyandari, Hestin; Bhayusukma, Muhammad Yani
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Commercial buildings in the city of Yogyakarta is growing rapidly and removing settlements outside the city of Yogyakarta. Some settlements reject commercial buildings, besides there is a plan of Ministry of public housing about the proposed location of settlements in the city of Yogyakarta to serve flats to maintain residential land and provide homes for low-income people. This study aims to explore the needs of the needs of the public space for children, adults, and the elderly. This study uses research methods - explorative search were the findings of the survey location, land use policy along the riverbank, and the use of public spaces in the building. RW 07 Jetis Harjo has become one of the targeted land for flats. Components of flats should enter "public space" that is used for public facilities together, and has designed the research team include: corridors, workshops, parking areas (motorcycles, bicycles, tricycles and  angkringan), banquet facilities, warehouses, open space, post of Code information that comes with this famous hawker centers and entertainment stage, childrens playground (out door), where gardening and farming, planting space, business space, drying rooms, creative space including space of music (band). The expectations of the public space of flats can strengthen the social structure of society, by institutional structures and solidarity in society, and understanding the values of a new life in solving the problems of life.Bangunan komersial di Kota Yogyakarta tumbuh dengan pesat dan mendesak permukiman untuk bergeser ke luar ring Kota Yogyakarta. Namun beberapa permukiman menolak dengan tegas alih fungsi lahan tersebut, selain itu terdapat rencana dari Kemenpera tentang usulan lokasi permukiman di Kota Yogyakarta untuk dijadikan Rumah Susun dan/atau Kampung Susun untuk mempertahankan lahan permukiman dan menyediakan rumah tinggal bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi kebutuhan ruang bersama agar dapat memenuhi kebutuhan ruang publik untuk anak-anak, dewasa, dan lansia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian - eksploratif dengan penelusuran temuan-temuan pada hasil survey lokasi, kebijakan pemanfaatan lahan bangunan di bantaran sungai, dan penggunaan ruang-ruang publik dalam bangunan. Wilayah RW 07 Jetis Harjo menjadi salah satu lahan yang dibidik untuk perencanaan kampung susun milik seperti halnya rusunami. Komponen kampung susun harus memasukkan “public space” yang digunakan untuk fasilitas umum bersama, dan sudah dirancang tim peneliti antara lain: selasar/koridor, bengkel kerja, ruang parkir bersama (sepeda motor, sepeda, becak, dan gerobak angkringan), ruang serbaguna, gudang bersama, Ruang Terbuka Hijau (RTH)/ taman tepian Sungai Code, pos informasi wisata yang dilengkapi dengan angkringan pusat jajanan dan panggung hiburan, tempat bermain anak (out door), tempat berkebun dan beternak, ruang bercocok tanam, ruang usaha, ruang jemur bersama, ruang kreasi termasuk ruang bermusik (band). Harapan dari ruang publik kampung susun dapat memperkuat struktur sosial masyarakat, dengan membangun struktur kelembagaan maupun solidaritas di dalam masyarakat, dan memahamkan nilai-nilai kehidupan baru dalam menyelesaikan permasalahan hidup. 
TINGKAT KENYAMANAN JALUR PEDESTRIAN DI KAWASAN SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNA Purnomo, Andi; Setiawan, Moch Fathoni
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v17i2.6902

Abstract

The comfortability of access from each region in big cities has led to the rapid increasing of regional mobility.The mobility incude the motorists and also pedestrians. Pedestrian path is a container or space for pedestrian activities and activities to provide services to pedestrians so as to improve the smoothness, safety, and comfort for pedestrians. Convenience is one of the vital values that should be enjoyed by people when doing activities. Pedestrian path in Semarang in Simpang Lima area itself is fairly crowded, and has been laid out in such a way for vendors. Crowd arising from the existence of street vendors sometimes make some people feel less comfortable to pass through. Problems that occur will be observed and analyzed, namely the level of comfort in the pedestrian path in  Simpang Lima area based on user perception. The method used is descriptive qualitative theory describing the pedestrian path and direct observation to the object observed coupled with interviewing some respondents.Kemudahan pencapaian (aksesibilitas) kawasan dari dan ke berbagai wilayah di kota-kota besar, telah menyebabkan meningkatnya mobilitas kegiatan kawasan yang  cukup pesat. Mobilitas yang ada tidak hanya kendaraan bermotor tetapi juga pejalan kaki. Jalur pedestrian merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan kaki melakukan aktivitas dan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Kenyamanan merupakan salah satu nilai vital yang selayaknya harus dinikmati oleh manusia ketika melakukan aktifitas-aktifitas. Di Kota Semarang jalur pedestrian di kawasan Simpang Lima Kota Semarang sendiri merupakan jalur pedestrian yang cukup ramai, dan sudah ditata sedemikian rupa bagi para pedagang kaki lima. Keramaian yang timbul akibat keberadaan pedagang kaki lima terkadang membuat beberapa orang merasa kurang nyaman untuk melaluinya. Permasalahan yang terjadi akan diobservasi lalu dianalisa, yaitu mengenai tingkat kenyamanan jalur pedestrian di kawasan Simpang Lima Kota Semarang berdasarkan persepsi pengguna. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan teori mengenai jalur pedestrian dan melakukan pengamatan langsung ke obyek yang diamati ditambah dengan mewawancarai beberapa responden. 

Page 1 of 3 | Total Record : 27


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol 25, No 1 (2023): April 2023 Vol 24, No 2 (2022): Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 24, No 1 (2022): Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 23, No 2 (2021): Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 23, No 1 (2021): Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 22, No 2 (2020): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 22, No 1 (2020): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 21, No 2 (2019): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 21, No 1 (2019): Jurnal Teknik SIpil & Perencanaan Vol 20, No 2 (2018): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 20, No 1 (2018): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 19, No 2 (2017): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 19, No 1 (2017): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 19, No 1 (2017): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 18, No 2 (2016): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 18, No 2 (2016): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 18, No 1 (2016): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 18, No 1 (2016): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 17, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 17, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 16, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 16, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 16, No 1 (2014): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 16, No 1 (2014): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 15, No 1 (2013): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 15, No 1 (2013): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 14, No 2 (2012): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 14, No 2 (2012): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 14, No 1 (2012): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 14, No 1 (2012): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 13, No 2 (2011): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 13, No 2 (2011): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 13, No 1 (2011): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 13, No 1 (2011): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 12, No 1 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 12, No 1 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 11, No 2 (2009): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 11, No 2 (2009): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 11, No 1 (2009): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 11, No 1 (2009): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 10, No 2 (2008): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 10, No 2 (2008): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 10, No 1 (2008): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 10, No 1 (2008): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 2 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 9, No 2 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 9, No 1 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 9, No 1 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 8, No 2 (2006) More Issue