cover
Contact Name
Indri Seta Septadina
Contact Email
indri.andriansyah@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
rulanadnindya.md@fk.unsri.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. ogan ilir,
Sumatera selatan
INDONESIA
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Published by Universitas Sriwijaya
ISSN : 24067431     EISSN : 26140411     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya with registered number ISSN 2406-7431 (Print) and ISSN 2614-0411 (Online), is a scientific journal managed by Faculty of Medicine Universitas Sriwijaya, Indonesia. It publishes original research articles and reviews in Biomedical Sciences, Medicine (Neurology, Cardiovascular, Respiratory, Gastrointestinal, Urogenital, Endocrine and Metabolism, Integument, Mental Health, Obstetry and Gynecology, Ophtalmology, ENT, Musculusceletal) and Public Health Medicine.
Arjuna Subject : -
Articles 484 Documents
Angka Kejadian Delayed Speech Disertai Gangguan Pendengaran pada Anak yang Menjalani Pemeriksaan Pendengaran di Bagian Neurootologi IKTHT-KL RSUP Dr.Moh. Hoesin Sarah Novi Lia Sari; Yuli D Memy; Abla Ghanie
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Delayed Speech adalah keterlambatan proses bicara seorang anak dibandingkan dengan proses bicara anak seusianya. Delayed Speech merupakan masalah utama yang sebagian besar diakibatkan oleh gangguan pendengaran.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi delayed speech dan pemeriksaan pendengaran yang sesuai pada anak dengan gangguan pendengaran  di Bagian  Neurootologi Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher (IKTHT-KL) RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2010-Maret 2012.Penelitian deskriptif obser-vasional dengan menggunakan data sekunder berupa hasil timpanometri, OAE dan BERA di Klinik subdivisi Neurotologi bagian THT-KL Periode Januari 2010-Maret 2012. Deskripsi meliputi distribusi usia, jenis kelamin, derajat gangguan pendengaran, gambaran OAE dan penyebab gangguan pendengaran. Sampel penelitian adalah 513 pasien. Terdapat 452 pasien delayed speech yang disertai gangguan pendengaran. Prevalensi pada periode Januari 2010 hingga Maret 2012 adalah 88,4%. Distribusi jenis kelamin laki-laki 343 pasien (66,9%) dan perempuan 170 pasien (33,1%). Pasien berusia 0-1 tahun sebanyak 36 pasien (7%),  lebih dari 1-2 tahun sebanyak 142 (27,7%),  lebih 2-3 tahun sebanyak 128 pasien,  lebih dari 3-4 tahun sebanyak 71 pasien (13,8%),lebih dari 4-5 tahun sebanyak 43 pasien (8,4%), lebih dari 5-6 tahun sebanyak 36 (7%) dan lebih dari 6 tahun adalah sebanyak 57 (11,1%). Gangguan bilateral didapatkan sebanyak 71,2%, dan unilateral sebanyak 17,2%. Distribusi derajat gangguan pendengaran telinga kanan: tuli sangat berat sebanyak 38,4%, tuli sedang berat sebanyak 19,5%, tuli ringan sebanyak 24,2%, pendengaran normal sebanyak 17,9%. Gambaran OAE pass pada telinga kanan sebanyak 41,5%, OAE refer sebanyak  52,8% dan OAE pass dengan gambaran BERA abnormal mulai derajat sedang adalah sebanyak 5,6%.  Gambaran OAE pass telinga kiri adalah 47,1%,  refer 48,5%, dan OAE pass dengan gambaran BERA abnormal mulai derajat sedang adalah sebanyak 4,2%. Derajat gangguan pendengaran telinga kiri: tuli sangat berat sebanyak 18,7%, tuli sedang berat sebanyak 48,6%, tuli ringan sebanyak 17,2%, pendengaran normal sebanyak 15,6%. Predisposisi TORCH dan infeksi intrauterin sebanyak 7,6%, obat-obatan sebanyak 8,8%, lahir SC sebanyak 15,2%, hiperbilirubinemia sebanyak 6,2%, asfiksia sebanyak 8,2%, riwayat infeksi postnatal 20,5%, trauma kepala 13,8%, dan perdarahan telinga  2,5%. Prevalensi delayed speech disertai gangguan pendengaran adalah 88,3% dan pemeriksaan BERA memerlukan penunjang lain seperti OAE dalam menegakkan diagnosa gangguan pendengaran
Status Gizi Anak Kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Sungaililin Vita Seprianty; R.M. Suryadi Tjekyan; M. Athuf Thaha
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banyak masalah kesehatan yang terjadi pada anak sekolah dasar, tapi yang paling sering terjadi adalah masalah keseimbangan gizi.  masalah gizi dapat ditunjang oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, pendidikan orangtua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan keluarga. penilaian status gizi secara antropometri dilakukan untuk mengetahui keadaan gizi anak, sehingga masalah gizi dapat ditatalaksana sesegera mungkin. Penelitian ini menggunakan rancangan survei deskriptif dengan studi cross sectional. Dari 151 siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Sungaililin, diambil 122 siswa sebagai sampel. Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus 2013 sampai Januari 2014. Data dari orang tua siswa dikumpulkan melalui kuesioner, sedangkan data status gizi mahasiswa dikumpulkan melalui penilaian antropometri yang sesuai dengan standar WHO 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 122 siswa, 94 siswa (77,0%) memiliki status normal gizi, 9 siswa (7,4%) gizi buruk, 9 siswa (7,4%) di gizi kurang, 8 siswa (6,6%) gizi lebih, dan hanya 2 siswa (1,6%) obesitas. Gizi buruk, gizi kurang, kelebihan gizi, dan obesitas masih ditemukan pada siswa sekolah dasar kelas III.
The Different of Protein Intake Between Chronic Renal Failure Patients with Malnutrition and Not Malnutrition in Hemodialysis Unit at dr. Abdul Moeloek Hospital Bandar Lampung Dian Isti Angraini
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Chronic renal failure patients undergoing hemodialysis are at risk of malnutrition, especially protein energy malnutrition. Adequate protein intake in hemodialysis patients aims to compensate for the loss of protein due to the hemodialysis process and to fullfill of basic physiological functions of the body. Malnutrition can increase the risk of morbidity and mortality. This study aims to determine the differences between the mean intake of protein in hemodialysis patients are malnourished and not malnourished. This study is an observational analytic with cross sectional design, in 43 patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis in hemodialysis installation dr. H. Abdoel Moeloek in October to December 2013, taken with consecutive sampling technique. Malnutrition was the underweight status based on assessment of body mass index (BMI). Protein intake was obtained by the method of assessment of food consumption using semiquantitative food frequency questionnaire quesionaire (SQ-FFQ) that explores history of the patient ate during the last week. The results showed that subjects who were malnourished as much as 16.3%, and less protein intake was 36.5%. The mean intake of protein malnourished subjects (54 grams / day) lower than in subjects who are not malnourished (60.4 g / day). There were no differences between the mean protein intake was statistically significant between the groups malnourished and not malnourished (p = 0.163). Conclusion: there are no differences between the mean protein intake was statistically significant in subjects who are malnourished or not malnourished.
Perbandingan Efektifitas Krim Urea 10% dan Krim Niasinamid 4% pada Xerosis Usia Lanjut R.M. Suryadi Tjekyan
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Xerosis usia lanjut merupakan salah satu karakteristik penuaan kulit dan menjadi dermatosis yang sering ditemukan pada pasien usia lanjut. Terdapat perubahan fisiologik terkait usia berupa penurunan natural moisturizing factor (NMF) dan lipid stratum korneum. Krim urea sering digunakan untuk pengobatan xerosis daripada krim niasinamid. Pada studi terdahulu, krim niasinamid dilaporkan dapat memperbaiki fungsi sawar kulit. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan efektivitas krim urea 10% dan krim niasinamid 4% pada xerosis usia lanjut berdasarkan overall dry skin score (ODS) dan nilai hidrasi kulit. Pada studi tersamar ganda ini, subjek secara random dibagi menjadi dua kelompok pengobatan: 33 subjek menerima pengobatan krim urea 10% dan 33 lainnya menerima krim niasinamid 4% selama empat pekan pengobatan. Anamnesis;penilaian (ODS) dan pengukuran hidrasi kulit dilakukan pada semua subjek pada tungkai bawah bagian anterior pada saat baseline, pekan ke-2 dan pekan ke-4 setelah pengobatan. Overall dry skin score (ODS) pekan ke-2 dan ke-4 masing-masing kelompok, menurun secara signifikan daripada saat baseline (p=0,000) namun perbandingan antara dua kelompok tersebut didapatkan tidak berbeda secara bermakna (p>0,05). Nilai hidrasi kulit pada pekan ke-2 dan ke-4 untuk tiap kelompok didapatkan meningkat secara bermakna daripada saat baseline (p=0,000) namun perbandingan antara dua kelompok tersebut tidak didapatkan perbedaan bermakna (p>0,05).Angka kesembuhan untuk kelompok niasinamid lebih tinggi daripada kelompok urea namun hal ini tidak didapatkan perbedaan secara bermakna (p>0,05). Efektivitas dibagi menjadi kurang, sedang dan baik. Kelompok urea lebih banyak mempunyai efektivitas kurang daripada niasinamid. Sebaliknya, kelompok niasinamid mempunyai efektivitas sedang dan baik lebih banyak daripada kelompok urea. Tidak terdapat perbedaan efektivitas bermakna antara kedua kelompok tersebut. Kesimpulan penelitian ini adalah krim niasinamid sama efektif dengan krim urea dan dapat dignakan untuk mengobati xerosis usia lanjut.
Faktor Risiko pada Dermatitis Atopik Noviyanti Eliska; M. Athuf Thaha; Chairil Anwar
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit kronik berulang yang paling sering ditemukan semasa awal bayi dan anak. Prevalensi kejadian DA pada anak terus meningkat dari tahun ke tahun, serta belum adanya data mengenai karateristik faktor resiko DA pada anak di Departemen IKKK RSUP MH Palembang 2011-2013. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik faktor risiko pada DA di Departemen IKKK RSUP MH Palembang. Faktor risiko yang diteliti adalah usia, jenis kelamin, riwayat atopi personal, riwayat atopi keluarga. Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif yang menggunakan rekam medik di Departemen IKKK RSUP MH Palembang tahun 2011-2013. Ada 53 kejadian DA yang ditemukan pada penelitian ini. Berdasarkan usia pasien, DA ditemukan 43,4% pada usia 0-3 tahun, 18,8% pada usia 4-6 tahun, 9,4% pada usia 7-9 tahun, 15,1% pada usia 10-13 tahun, dan 13,2% pada usia 14-16 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, DA ditemukan pada 50,9% pasien laki-laki dan 49,1% pasien perempuan. DA ditemukan pada pasien dengan riwayat atopi rihinitis alergi (5,4%), alergi makanan (3,7%), kongjungtivitis alergi (1,9%), asma (5,7%), RA+AM (5,4%), RA+asma (5,7%), RA+asma+AM (1,9%), RA+KA (1,9%), RA+KA+AM (1,9%), dan tidak ada riwayat (58,5%). Berdasarkan riwayat atopi keluarga, dermatitis atopi (20,7%), rhinitis alergi (11,3%), asma (18,9%), asma+KA (1,9%), RA+asma (1,9%), tidak ada riwayat (41,5%). DA paling banyak pada usia 0-3 tahun dan laki-laki. Riwayat atopi personal paling banyak dimiliki adalah rhinitis alergi. Riwayat atopi keluarga yang paling banyak dimiliki adalah DA.
Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) untuk Pencegahan Kanker Serviks Desby Juanda; Hadrians Kesuma
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Kelompok berisiko untuk terjadinya kanker serviks adalah wanita di atas usia 30 tahun yang memiliki banyak anak dan dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi yang masih kurang. Kebiasaan gonta ganti pasangan seksual merupakan salah satu faktor utama penularan virus HPv penyebab kanker serviks ini terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk deteksi kanker serviks pada kelompok  beresiko menggunakan pemeriksaan skrining kanker serviks melalui metode IVA (Inspeksi Visual Asam asetat). Ditemukan 1 orang (3%) dari subjek penelitian 30 orang dengan positif IVA pada hasil pemeriksaan serviks inspekulo. Sedangkan 5 orang (16%) mengalami keluhan seperti keputihan dan gatal pada alat kelamin. Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan pada pasien dengan IVA Positif untuk memastikan adanya lesi yang mengarah pada keganasan agar penatalaksanaan dapat dilakukan dengan segera
Uji Aktivitas Antidislipidemia In Vivo Fraksi Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) pada Tikus Galur Wistar yang diinduksi Diet Tinggi Lemak Nini Irmadoly; Frandy Wirajaya; Shelvia Chalista; Felicia Ivanty Fam; Ha Sakinah Se
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dislipidemia merupakan faktor resiko berbagai penyakit yang masih menjadi masalah besar di Indonesia. Daun salam (Eugenia polyantha) terbukti dapat digunakan sebagai antidislipidemia.Untuk mengetahui fraksi apakah yang berpengaruh terhadap aktivitas antidislipidemia dilakukan penelitian eksperimental secara in vivo dengan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL), hasil yang didapatkan adalahFraksi etil asetat ekstrak daun salam menurunkan kadar trigliserida serum secara bermakna (p=0,033) dan fraksi n-heksan ekstrak daun salam meningkatkan kadar HDL serum secara bermakna (p=0,030).     Kata kunci: Dislipidemia, Fraksi ekstrak daun salam, In vivo
Pola Kuman dan Resistensi Antibiotik di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RS. Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 Sari Sari; Yulia Iriani; R.M. Suryadi Tjekyan
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mayoritas pasien Pediatric Intensive Care Unit (PICU) mendapatkan terapi antibiotik secara empirik. Pemilihan terapi empirik membutuhkan data pola kuman dan resistensi antibiotik sebagai data klinis untuk menentukan terapi antibiotik yang tepat pada pasien PICU.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola kuman dan resistensi antibiotik dari hasil kultur darah, urin dan sekret bronkus pasien Pediatric Intensive Care Unit Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode Januari-Juni 2013. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan 219 pasien di PICU dari Januari-Juni 2013. Data diperoleh dari rekam medis dan register Laboratorium Mikrobiologi Klinis RSMH Palembang. Dari 219 spesimen kultur darah, urin dan sekret ETT  didapatkan kultur darah (14%), kultur urin (70.1%) dan kultur sekret ETT (94.3%) yang positif. Mikroorganisme terbanyak dari spesimen kultur darah adalah Staphylococcus aureus (3.7%), Enterococcus aeroginosa (2.8%) dan Acinetobacter calcoaciticus (1.9%), kultur urin (29.9%) adalah Klebsiella Pneumonia (9.1%), Escherichia coli (7.8%) dan Enterococcus faecalis (3.9%) dan kultur sekret ETT (94.3%) adalah Acinetobacter calcoaciticus (34.3%). Dari 26 antibiotik yang telah diujikan terhadap semua bakteri gram positif dan gram negatif masih sensitif terhadap amikasin (100%). Bakteri gram negatif sensitif terhadap gentamisin (100%).  Pseudomonas spp dan Enterobacterspp sensitif terhadap kloramfenikol (100%). Bakteri gram positif sensitif terhadap vankomisin (100%). Bakteri gram negatif sensitif terhadap fosfomisin dan meropenem. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua antibiotik yang digunakan di PICU dapat dijadikan sebagai terapi empirik karena adanya perbedaan  sensitivitas terhadap bakteri yang diujikan.
Peranan CAG Repeat Gen Androgen Receptor Pada Hipospadia Ziske Maritska
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hipospadia adalah suatu kelainan kongenital genital pria yang sering ditemukan. Ada banyak faktor risiko yang dianggap berkontribusi dalam pembentukan hipospadia, diantaranya adalah faktor genetik. Temuan-temuan seperti adanya familial clustering pada sekitar 10% kasus hipospadia, dan juga bahwasanya hipospadia merupakan salah satu tanda klinis dari beberapa sindroma atau penyakit genetik tertentu makin memperkuat dugaan bahwa faktor genetik memainkan peranan penting dalam kejadian hipospadia. Proses perkembangan urethra pria sendiri melibatkan suatu proses molekuler yang kompleks dengan banyak sekali gen-gen yang terlibat didalamnya. Salah satu gen yang dianggap sebagai kandidat gen yang banyak berperan dalam proses perkembangan urethra pria sekaligus proses diferensiasi seksual pria adalah gen Androgen Receptor (AR). Gen AR diketahui memainkan peranan dalam memediasi kerja hormon androgen; suatu hormon yang sangat diperlukan dalam proses diferensiasi seksual pria. Salah satu karakteristik dari gen AR yang diduga mempengaruhi terjadinya hipospadia adalah CAG repeat yang terletak di ekson pertama dari gen tersebut. Beberapa studi terdahulu mendapatkan adanya hubungan antara aktivitas transkripsi gen AR dengan pemanjangan CAG repeat.
Sitopatologi Eksfoliatif Mukosa Oral sebagai Pemeriksaan Penunjang di Kedokteran Gigi Indah Puti Rahmayani Sabirin
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sitopatologi eksfoliatif bertujuan untuk melihat keadaan sel terdeskuamasi baik yang normal maupun yang mengalami perubahan patologis. Pada prinsipnya secara fisiologis, sel-sel permukaan terus menerus terdeskuamasi karena jaringan tubuh terus mengalami pembaruan. Tingkat deskuamasi yang terjadi tergantung pada jenis dan lokasi jaringan, fungsi jaringan, dan kapasitas metabolisme sel. Metode sitologi eksfoliatif dapat dilakukan di jaringan lunak rongga mulut seperti mukosa bukal, labial, lidah, serta palatal dan gingival. Tujuan dari sitopatologi eksfoliatif mukosa oral adalah membantu mendiagnosis lesi-lesi di rongga mulut yang tidak terdiagnosis dengan pemeriksaan klinis saja dan membutuhkan hasil yang cepat dan non-invasif dibanding biopsi bedah. Dilakukan pengambilan sel-sel dengan cara mengerok/scraping atau menyikat/brushing mukosa oral untuk mengambil sel-sel yang masih kontak dengan jaringan atau yang sudah terdeskuamasi. Alat dan bahan yang diperlukan adalah spatel kayu atau sikat, kaca objek, alkohol 70-95% untuk fiksasi, dan pewarnaan Papanicolaou. Keuntungan dari sitopatologi eksfoliatif pada mukosa oral adalah memperoleh hasil pemeriksaan penunjang yang mudah, cepat, dan tidak menimbulkan luka yang luas. Seperti halnya pemeriksaan histopatologis, interpretasi dari sampel sitopatologi eksfoliatif yang telah diambil juga harus dilakukan oleh ahlinya.

Page 2 of 49 | Total Record : 484


Filter by Year

2014 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 10, No 3 (2023) Vol 10, No 2 (2023) Vol 10, No 1 (2023) Vol 9, No 3 (2022) Vol 9, No 2 (2022) Vol. 9 No. 1 (2022): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 9, No 1 (2022) Vol 8, No 3 (2021) Vol. 8 No. 3 (2021): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol. 8 No. 2 (2021): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 8, No 2 (2021) Vol 8, No 1 (2021) Vol. 8 No. 1 (2021): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 7, No 3 (2020) Vol. 7 No. 3 (2020): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol. 7 No. 2 (2020): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 7, No 2 (2020) Vol 7, No 1 (2020) Vol. 7 No. 1 (2020): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol. 6 No. 3 (2019): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 6, No 3 (2019) Vol 6, No 2 (2019) Vol. 6 No. 2 (2019): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 6, No 1 (2019) Vol. 6 No. 1 (2019): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 5, No 3 (2018): Oktober 2018 Vol. 5 No. 3 (2018): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 5, No 3 (2018) Vol. 5 No. 2 (2018): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 5, No 2 (2018) Vol 5, No 1 (2018) Vol. 5 No. 1 (2018): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol. 4 No. 3 (2017): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 4, No 3 (2017) Vol 4, No 2 (2017) Vol. 4 No. 2 (2017): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol. 4 No. 1 (2017): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 4, No 1 (2017) Vol 3, No 1 (2016): Januari 2016 Vol 3, No 3 (2016) Vol. 3 No. 3 (2016): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol. 3 No. 2 (2016): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 3, No 2 (2016) Vol. 3 No. 1 (2016): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 3, No 1 (2016) Vol 2, No 3 (2015): OKTOBER 2015 Vol 2, No 3 (2015) Vol. 2 No. 3 (2015): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 2, No 2 (2015) Vol. 2 No. 2 (2015): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol. 2 No. 1 (2015): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi Vol 2, No 1 (2015) Vol 1, No 1 (2014): Oktober 2014 Vol 1, No 1 (2014) Vol. 1 No. 1 (2014): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi More Issue