cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpptp06@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Tentara Pelajar No. 10 Bogor, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 1410959x     EISSN : 25280791     DOI : -
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (JPPTP) adalah media ilmiah penyebaran hasil penelitian/pengkajian inovasi pertanian untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah.Jurnal ini memuat hasil penelitian/pengkajian primer inovasi pertanian, khususnya yang bernuansa spesifik lokasi. Jurnal diterbitkan secara periodik tiga kali dalam satu tahun.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue " Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004" : 10 Documents clear
USAHATANI PADI BERBASIS AGRIBISNIS DI SENTRA PRODUKSI KABUPATEN BANGGAI, SULAWESI TENGAH Sarasutha, IGP.; Hutahaean, Lintje; H. Anasiru, Rahmat; S.Lalu, Margaretha
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banggai District is one of rice producing centers in Central Sulawesi pointed toward the agribusiness baserice producing center in the Batui Integrated Economic Development Zone (Kapet). Share of agriculture sector inGRDP of Banggai district was 52.03 percent or higher than that in South Sulawesi GRDP (43.37%). However,agricultural resources in Banggai district have not been exploited optimally. Rice agribusiness system is expected toutilize resources integrally from input provision to marketing. The study is aimed at : (1) to get data and informationof rice farming agribusiness-oriented rice farming, (2) to understand roles of each sub system in agribusiness system,and (3) to assess effectiveness of rice policy on rice farmers’ income in Banggai district. PRA and survey methodswere implemented to collect primary data from farmers and traders, while secondary data were collected from relatedgovernment institutes. Data were analyzed using descriptive method and input-output analysis of farming system. Thestudy showed that (1) rice farming had both comparative and competitive advantages and was possible to become apotential commodity in Batui Kapet, (2) each subsystem of agribusiness system played important role, and (3) ricepolicy was effective as shown by strong price correlation between those of farm gate and traders or the farmers hadstrong bargaining position. To support agribusiness-base rice farming, it needs to enhance total agriculturalmachineries, such as tractors, threshers, and rice milling units (RMUs), managed by private sector through soft credit.Key words : rice, rice farming, agribusiness Kabupaten Banggai adalah salah satu wilayah penghasil padi di Sulawesi Tengah yang diarahkan menjadipusat produksi padi berbasis agribisnis dalam suatu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Batui.Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB kabupaten Banggai (52,03 %) lebih besar dibanding provinsi SulawesiTengah (43,37 %). Namun, potensi sumberdaya pertanian di Kabupaten Banggai belum dimanfaatkan secara optimal.Sistem agribisnis padi diharapkan dapat mengubah pemanfaatan sumberdaya secara parsial menjadi terpadu mulai daripenyiapan sarana produksi sampai dengan pemasaran hasil. Tujuan pengkajian ini adalah untuk: (1) mendapatkandata dan informasi usahatani padi berbasis agribisnis, (2) mengetahui peran setiap subsistem dalam sistem agribisnis,(3) mengetahui efektivitas kebijakan perberasan terhadap pendapatan petani di Kabupaten Banggai. PRA dan Survaidilakukan selama empat tahun untuk mengumpulkan data primer dari petani dan pedagang responden, sedangkan datasekunder diperoleh dari instansi terkait. Analisis data menggunakan cara deskriptif dan analisis input-outputusahatani. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa: (1) usahatani padi memiliki keunggulan komparatif dan kompetitifsehingga dapat menjadi komoditas unggulan di KAPET Batui, (2) peran setiap subsistem dalam sistem agribisniscukup baik, dan (3) kebijakan perberasan cukup efektif untuk meningkatkan pendapatan petani karena korelasi hargadi tingkat petani dengan harga di tingkat pengecer/konsumen dan posisi tawar petani cukup kuat. Implikasi kebijakanyang diperlukan di masa datang pada lokasi ini untuk mendukung usahatani padi berbasis agribisnis adalahmeningkatkan jumlah peralatan dan mesin pertanian untuk usahatani padi seperti traktor, alat perontok (thresher), danpenggilingan gabah atau rice milling unit (RMU) yang dikelola oleh swasta yang mendapat pinjaman atau kreditlunak.Kata kunci: padi, usahatani padi, agribisnis
SKALA USAHATANI PADI DI BEBERAPA LOKASI LUMBUNG PANGAN DI SUMATRA SELATAN Hutapea, Yanter; Bamualim, Abdullah
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The study aimed to determine break even points and minimum scales of economy of rice farming in severalrice producing centers in South Sumatra. Survey was conducted from August to October 2002 through interviewingfarmers’ households in Sido Makmur village, Belitang Subdistrict, Ogan Komering Ulu (OKU) District; Sirah PulauPadang Village, Sirah Pulau Padang Subdistrict, Ogan Komering Ilir (OKI) District; and Telang Jaya Village,Pembantu Muara Telang Subdistrict, Musi Banyuasin (MUBA) District. Respondents sampling was carried out usinga stratified random method on rice barn and non rice barn groups. Each group of each village consisted of 20 farmers.Thus, total respondents were 120 farmers. Results of the study revealed that break even points were 635 kg, 804 kg,and 724 kg of rice production in OKU, OKI, and MUBA Districts, respectively. Minimum scales of economy of ricefarming in OKU, OKI, and MUBA districts were 0.25 ha, 0.37 ha, and 0.33 ha, respectively. The farmers did notinterest with existence of food barns by delaying rice sale due to insignificant price difference between storage andsale.Key words: rice farming, minimum scale of economy, rice barn Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan impas dan skala minimum usahatani padi di beberapalokasi yang ada lumbung pangan di Sumatra Selatan. Survei dilakukan pada Bulan Agustus-Oktober 2002 denganmewawancarai rumah tangga petani di Desa Sido Makmur, Kecamatan Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu(OKU); Desa Sirah Pulau Padang, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), dan DesaTelang Jaya, Kecamatan Pembantu Muara Telang, Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA). Pengambilan sampeldilakukan secara acak berlapis yaitu pada kelompok lumbung pangan dan bukan lumbung pangan masing-masingsebanyak 20 petani sehingga secara keseluruhan dibutuhkan sampel sebanyak 120 petani. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa Secara agregat titik impas tercapai pada produksi beras sebesar 635 kg di Kabupaten OKU, dan804 kg di Kabupaten OKI serta 724 kg di Kabupaten MUBA. Skala minimum usahatani padi di Kabupaten OKUseluas 0,25 ha, di Kabupaten OKI seluas 0,37 dan di Kabupaten MUBA seluas 0,33 ha. Pada keberadaan lumbungpangan, harga belum merupakan suatu hal yang menarik bagi petani untuk melakukan kegiatan tunda jual karena tidakada perbedaan harga yang menyolok pada saat menyimpan dengan saat menjual.Kata kunci : usahatani padi, skala minimum, lumbung pangan
TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA Plutella xylostella DENGAN INSEKTISIDA DAN AGENSIA HAYATI PADA KUBIS DI KABUPATEN KARO Winarto, Loso; Nazir, Darmawati
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plutella xylostella is the main pest of cabbage crops and it could cause harvest loss around 50 to 100 percentif no pesticides application. Most farmers in Karo District control the pest using various pesticides with highconcentration rates and short control interval that leads to high pesticide residual in cabbage crops and lowering exportcompetitiveness. The study was conducted in Karo District in 2001. P. xylostella was controlled using biologicalagents, namely Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana, farmers’ practice (using pesticides), control (no treatment).The assessment was carried out using demonstration plots. There were 18 participating farmers divided into 3 groups.Each group comprised 4,000 m2 of land including border plants and each group functioned as replication. Areas oftreatment plots were 650 m2 each, but those of control were 250 m2 each. Distance among treatment plots was 1.5meters, and distance between border and treatment plants was 1.5 meters. The results showed that B. thuringiensis, B.bassiana, and farmers’ practice could contain P. xylostella’s attack. Before treatments were carried out the populationof P. xylostella were 0.6, 0.8, and 0.6 larva per plant, and after treatments the population became 0 larva/plant.Population at control plots after treatment was 21.7 larva/plant. Leaves damage on 64 days after treatments was 0percent, while that of control was 74.35 percent. Yield of B. thuringiensis treatment was the highest (67,250 kg/ha),while those of B. bassiana and control were 66,000 kg/ha and 6,000 kg/ha, respectively. B. thuringiensis treatmentgained highest income of Rp 33,052,200 with B/C ratio of 2.36, followed by B. bassiana treatment (Rp 32.,128,800,and B/C ratio of 2.28), insecticides treatment (Rp 24,095.700, and B/C ratio of 1.39), and control (Rp 5,964,000, andB/C ratio of -0.59).Key words: cabbage, Plutella xylostella, Bacillis thuringiensis, Beauveria bassiana Dalam usahatani kubis masalah utama yang dihadapi petani adalah serangan hama. Salah satu hama utamakubis adalah Plutella xylostella. Serangan hama ini dapat mengakibatkan kehilangan hasil 50–100 persen apabila tidakdikendalikan. Pada umumnya petani Kabupaten Karo mengendalikan hama tersebut dengan menggunakan pestisidayang beraneka ragam dengan konsentrasi tinggi dan interval penyemprotan yang terlalu dekat, sehingga dapatmenimbulkan efek residu serta mengurangi harga saing ekspor. Untuk mengurangi adanya efek residu insektisida,maka BPTP Sumatra Utara telah melakukan pengkajian di Kabupaten Karo pada tahun 2001, mengenai pengendalianhama P. xylostella dengan agensia hayati menggunakan bakteri Bacillis thuringiensis, Beauveria bassiana, perlakuanpetani (insektisida ) dan kontrol (tanpa perlakuan). Pengkajian dilakukan dengan sistem demplot di lahan petani yangdiikuti 18 koperator, yang dibagi menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok seluas 4.000 m2 termasuk tanamanpinggiran, tiap kelompok sebagai ulangan. Luas petak tiap perlakuan 650 m2 , kecuali kontrol 250 m2 , jarak antarperlakuan 1,5 m, jarak tanaman pinggiran dengan perlakuan 1,5 m. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlakuanB. thuringiensis, B. bassiana dan perlakuan petani dapat menekan P. xylostella, sebelum aplikasi populasi larvamasing-masing mencapai 0,6 ; 0,8 ; dan 0,6 . Tetapi setelah aplikasi perlakuan yang ke 4 populasi larva P .xylostellamenjadi 0 larva/tanaman, perlakuan kontrol masih mencapai 21,7 larva/tanaman. Intensitas kerusakan daun saat 64hari setelah tanam (hst) masing–masing perlakuan 0 persen, kecuali perlakuan kontrol mencapai 74,35 persen.Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan B. thuringiensis (67.250 kg/ha), B.bassiana (66.000 kg/ha), sedangkanperlakuan kontrol hanya mencapai 6.000 kg/ha. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa pendapatan tertinggiadalah B.thuringiensis Rp 33.052.200 dengan B/C ratio 2,36 diikuti oleh B.bassiana Rp 32.128.800 dengan B/C ratio2,28; Insektisida Rp 24.095.70 dengan B/C 1,39 dan kontrol (tanpa perlakuan) Rp 5.964.000 dengan B/C ratio –0,59.Kata kunci : kubis, Plutella xylotella, Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana
ANALISIS EFISIENSI EKONOMIS USAHATANI KENTANG DI KAYU ARO KABUPATEN KERINCI, JAMBI , Edison; , Suharyon; Hendayana, Rachmat
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of the factors determining agricultural development achievement is abilities of farmers in allocating theirproduction inputs efficiently. This study was carried out in Kayu Aro, Subdistrict, Kerinci District, Jambi Province,with collaboration with Jambi University. Data were analyzed using Cobb-Douglass production function. The resultsshowed that farmers practiced their best as indicated by high yields of potato. However, inputs utilization was notapplied efficiently shown by relatively high index of efficiency, namely more than one, for almost all variables.Economic efficiency of land was 2.96 ha, and those of labor, seed, and pesticides were 247.36 man working days,834.62 kgs, and 35.84 liters, respectively, with average yield of 14.608 tons/ha.Key words: potato, production inputs, efficiency, Kayu Aro Keberhasilan program pembangunan sector pertanian antara lain ditentukan oleh keberhasilan masyarakattani dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga diperoleh produksi dan pendapatan yangtinggi. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Jambi, Tahun 2002. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomis penggunaan faktor-faktor produksi pada tingkat produksikentang dengan keuntungan maksimum. Penelitian ini merupakan kerjasama Universitas Jambi dengan BPTP.Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas. Hasil penelitianmemperlihatkan bahwa umumnya petani contoh telah berusaha bekerja secara maksimal yang ditunjukkan dengantingginya produksi kentang. Tetapi secara statistik ternyata penggunaan faktor produksi tidak semuanya dilakukansecara efisien, ini ditunjukkan dengan relatif tingginya indeks efisiensi (lebih besar dari satu) untuk hampir semuavariabel. Efisiensi ekonomis dari lahan dicapai pada luas 2,96 ha, tenaga kerja 247,36 HKSP, penggunaan bibitsebanyak 834,62 kg, penggunaan obat-obatan sebanyak 35,84 liter dengan produksi 14,608 ton per hektar.Kata kunci : kentang, faktor produksi, efisiensi, Kayu Aro
MASALAH DAN ALTERNATIF PENGENDALIAN PENYAKIT JERUK KEPROK SOE DI NUSA TENGGARA TIMUR Murdolelono, B.; , Yusuf; Bora, C.Y.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keprok Soe citrus is one of the potential agricultural commodities of East Nusa Tenggara Province.Production and yield of Keprok Soe currently are still relatively low due to disease attack. This study was carried outin 2000 in North Central Timor and South Central Timor Districts aimed at assessing types of diseases and diseasescontrol practiced by farmers. Locations of study consisted of three villages randomly selected. Data were collectedusing RRA approach, questionnaires, and direct field observation. The results showed that: (1) Phytophthora sp.,Diplodia sp, and sporosis virus were the most important diseases of the Keprok Soe citrus plantation and thosediseases affected 13.3 percent of the citrus trees; (2) farmers’ incomes gained from Keprok Soe citrus farms variedfrom Rp 613,000 to Rp 875,000 per year with average ownership of 98 trees per household and productive trees of33.8 percent; (3) spread of citrus diseases was probably due to low inputs application and inappropriate farmers’practice, namely without application of fertilizer and pesticide, and no irrigation. Some important measures to take tocontrol the diseases are: (1) improving citrus farming technology using simple introduced farming technology,applying low production inputs, and utilizing existing local inputs; (2) conducting extension through dissemination ofleaflets, brochures, and posters; (3) enhancing citrus plantation in non-endemic areas with agro ecosystems similar tothe citrus producing areas; and (4) using Cleropatra, Taiwanica, and Citromello clones as the rootstocks tolerant toPhytophthora sp and Diplodia sp diseases.Key words: Keprok Soe citrus, disease, control alternative, East Nusa Tenggara Jeruk keprok Soe merupakan komoditas unggulan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Produksi danproduktivitas jeruk keprok Soe saat ini masih rendah yang disebabkan serangan penyakit. Penelitian dilaksanakanpada tahun 2000 di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan yang bertujuan untuk mengetahuijenis-jenis penyakit dan teknologi pengendalian penyakit oleh petani. Lokasi penelitian terdiri dari tiga desa yangpemilihannya dilakukan secara acak. Pengumpulan data dilakukan melalui RRA, kuisioner dan pengamatan langsungdi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Phytophthora sp, Diplodia sp dan virus sporosis merupakanpenyakit terpenting pada tanaman jeruk keprok Soe dan kematian tanaman akibat penyakit mencapai 13,3 persen, (2)pendapatan petani dari usahatani jeruk keprok Soe berkisar antara Rp. 613.000 sampai 875.000 per tahun, sementarakepemilikan pohon jeruk 98 pohon per KK dan jumlah pohon produktif hanya 33,8 persen, (3) perkembanganpenyakit jeruk kemungkinan dipicu oleh penggunaan input teknologi yang rendah dan teknologi budidaya jeruk yangdilakukan petani sangat sederhana, yakni ditandai dengan tanpa pemupukan, tanpa pestisida dan tanpa pengairan.Beberapa upaya penting dalam pengendalian penyakit jeruk adalah: (1) melakukan perbaikan teknologi budidayajeruk dengan introduksi teknologi budidaya yang sederhana, menggunakan input produksi yang rendah danmenggunakan bahan-bahan lokal yang mudah didapat, (2) melakukan penyuluhan yang didukung bahan-bahanpenyuluhan seperti liflet, brosur atau poster, (3) melakukan pengembangan jeruk pada daerah nonendemik denganagroekosistemnya mirip dengan daerah sentra produksi jeruk, serta (4) menggunakan batang bawah yang toleranterhadap penyakit Phytophthora sp dan Diplodia sp seperti Cleopatra, Taiwanica dan Citromello 4475..Kata kunci: jeruk Keprok Soe, penyakit, alternatif pengendalian, Nusa Tenggara Timur
PERSPEKTIF PENGEMBANGAN AGRIBISNIS MARKISA DI KABUPATEN SOLOK, SUMATRA BARAT B, Buharman; Mala, Yanti; Afdi, Edial
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sweet passion fruit (Passiflora liguralis) plants grow well in Solok district highland. Productive area of theplantation is 3,825 ha with total production of 49,577 tons or equal to Rp 81,802 billions. Passion fruit agribusinessdevelopment in the future considers four aspects of (1) production technology, (2) post harvest, (3) financialfeasibility, and (4) land potential for development. First, two high-yielding varieties of Gumanti and Super Solindahave better characteristics of higher yields, size and quality of fruits, shelf life, and higher selling prices compared tothe variety of ordinary violet flower commonly planted by the farmers. Second, the fruits not qualified for fresh fruitsat household scale could be processed into juice and syrup. Both varieties with certain harvested maturity level andpackaging have longer shelf life for long distance transportation. Third, the farm business was financially feasible asshown by NPV of Rp 26,977,900, B/C ratio of 3.46, and IRR of 40 percent with economic plantation period of 10years. Fourth, there are 10,218 ha of land available for expansion of the plantation in the two main producing subdistricts. In addition, the farmers have planted passion fruit plants in some sub districts in the other highland areas. Allof those aspects are promising, but the policy makers have to pay attention to the aspects of competitive advantageand land conservation. Integrating farm practice improvement, product processing, market enhancement, and landexpansion becomes very strategic in passion fruit agribusiness development as part of regional development.Key words: passion fruit, agribusiness development Markisa manis berkembang baik di wilayah dataran tinggi Kabupaten Solok. Secara ekonomis dari luasareal produktif 3.825 ha dengan produksi 49.577 ton, setara Rp 81.802 milyar/tahun. Perspektif peluangpengembangan agribisnis markisa ke depan, dapat ditinjau dari empat aspek, yaitu: (1) teknologi produksi (2) pascapanen, (3) kelayakan finansial, dan (4) potensi lahan untuk pengembangan. Pertama, dua varietas unggul Gumantidan Super Solinda mempunyai keunggulan berupa daya hasil, ukuran dan mutu buah, daya simpan, serta harga juallebih tinggi dibanding varietas bunga ungu biasa yang banyak diusahakan petani. Selain varietas, teknik pembibitan,dan perbaikan budidaya telah dilakukan. Kedua, untuk buah yang tidak memenuhi syarat sebagai buah meja, dalamskala rumah tangga dapat diolah menjadi jus dan sirup, sedangkan untuk transportasi jarak jauh pada tingkatkematangan panen dan kemasan tertentu daya tahan bisa lebih lama. Ketiga, dari aspek usahatani, budidaya yangdilakukan petani layak secara finansial dengan kriteria NVP=Rp 26.977.900; B/C=3,46; dan IRR>40% dengan umurekonomis 10 tahun. Keempat, pada dua kecamatan sentra produksi utama, terdapat potensi lahan untuk pengembanganseluas 10.218 ha. Selain itu, markisa juga telah dikembangkan oleh masyarakat pada beberapa kecamatan wilayahdataran tinggi lainnya. Semua aspek tersebut sangat mendukung, namun demikian tingkat keunggulan kompetitif sertaaspek konservasi lahan untuk pengembangan perlu mendapat perhatian. Keterpaduan dalam perbaikan budidaya,pengolahan produk, perluasan pasar dan areal menjadi sangat strategis untuk pengembangan agribisnis markisasebagai bagian dari pengembangan wilayah.Kata kunci : markisa, pengembangan, agribisnis
UJI TEKNOLOGI PEMBUATAN SIRUP MARKISA SKALA RUMAH TANGGA Dewayani, Wanti; Muhammad, Hatta; , Armiati; Nappu, M. B.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aimed at assessing quality of passion fruit juice and profitability level through application ofintroduced processing technology compared to existing farmers’ technology. The study was conducted in Cikorovillage, Gowa district, since April to December 2000. There were 24 sample farmers divided into two groups. Thefirst group applied introduced technology, while the other group practiced existing technology. Each group had threereplications of experiments and each group treated 6,000 pieces of passion fruits. Passion fruit juice of each group wasexamined chemically and using organoleptic test. Results comparison of the two groups was carried out using t-test.The results showed that (1) passion fruit juice processed using introduced technology had better quality, namelystronger flavor, higher contents of acid and vitamin C, and no coagulation during one-month storage; (2) applicationof introduced processing technology resulted in higher profit than that of existing technology, namely Rp,464,520(B/C ratio of 1.38 and R/C ratio of 2.38) compared to Rp 1,762,670 (B/C ratio of 1.08 and R/C ratio of 2.08).Key words: juice, Passiflora edulis, household, processing technology Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui mutu sari buah dan keuntungan yang diperoleh dengan penerapanteknologi yang diperbaiki dan teknologi petani dalam pembuatan sirup markisa skala rumah tangga. Pengkajiandilaksanakan di Kelurahan Cikoro, Kabupaten Gowa pada bulan April hingga Desember 2000, melibatkan 24 petaniyang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama membuat sari buah markisa melalui penggunaan teknologiintroduksi, sedangkan kelompok lainnya menggunakan teknologi petani. Kegiatan pembuatan sirup markisa darimasing-masing teknologi tersebut diulang tiga kali. Sirup markisa dari kedua kelompok tersebut diuji secara kimiadan organoleptik serta dibandingkan dengan menggunakan uji t. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa : (1) mutu saribuah yang dihasilkan dengan teknologi introduksi memiliki beberapa keunggulan, yaitu aroma yang lebih kuat,kandungan asam dan vitamin C lebih tinggi, dan tidak terjadi pengendapan selama sebulan dalam penyimpanan; (2)penggunaan teknologi introduksi memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi petani,yaitu masing-masing sebanyak Rp. 2.464.520 (B/C ratio 1,38 dan R/C ratio 2,38) dan Rp. 1.762.670,- (B/C ratio 1,08dan R/C ratio 2,08) dari pengolahan 6000 buah markisa.Kata kunci : juice, Passiflora edulis, rumah tangga, teknologi pengolahan
PENGARUH PENGGUNAAN KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUAH SALAK BALI Trisnawati, W.; , Rubiyo
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bali Salacca (snake’s skin fruit) (Salacca edulis Reinw) is one of the exotic fruits. The fruit is easilydamaged if it is not properly handled since harvesting up to marketing. It is possible to lengthen its shelf-life throughappropriately post harvest and packaging handling. The research was carried out in Telaga village, Sibetan Subdistrict,Karangasem District on August 2001. The fruits, either detached from or still attached with their bunch, were packedinside wrapping-paper and bamboo boxes (besek). Fruits storage lasted for 15 days and observations were conductedon 3rd , 6th , 9th , 12th , and 15th days. Results of analysis of variance showed that contents of vitamin C, total acid, pH andtotal soluble solid (TSS) were significantly different (P<0.1). The longer the storage the less the contents of vitamin Cand total acid, and the greater the contents of water and starch would be. Organoleptic tests on aroma and sweetnesswere weak to fairly strong up to 6th day. Texture and taste preference tests were dislike to common. Bamboo box gavethe best result in which it can maintain fruits freshness until 12th day and scoring showed from dislike to common.Key words : snake’s skin fruit, packaging, storage, organoleptic test Buah salak (Salaca edulis Reinw) termasuk salah satu jenis buah-buahan tropis yang merupakan komoditasyang mudah rusak bila tidak ditangani secara hati-hati mulai dari saat panen sampai buah tersebut siap dipasarkan.Untuk menghindari kerusakan ini dapat diupayakan dengan cara penanganan pasca panen dan pengemasan yang dapatmemperpanjang masa simpan buah. Penelitian ini dilakukan di Dusun Telaga Kecamatan Sibetan KabupatenKarangasem pada bulan Agustus 2001. Pengemasan buah dengan menggunakan karton ataupun besek dalam bentuksalak pipil atau tandan diharapkan dapat memperpanjang masa simpan buah. Penyimpanan dilakukan selama 15 haridengan pengamatan pada hari ke-3, 6, 9, 12 dan 15. Hasil sidik ragam kadar vitamin C, total asam, pH dan TPT (totalpadatan terlarut) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,1). Semakin lama penyimpanan terjadi penurunan kadarvitamin C, total asam sedangkan kadar air semakin meningkat dan kadar pati turun. Penilaian organoleptik terhadaparoma, rasa manis adalah lemah sampai agak kuat pada penyimpanan selama 6 hari. Penilaian tekstur dan kesukaanrasa dari tidak suka sampai biasa. Penggunaan wadah besek dalam bentuk tandan memberikan hasil yang terbaikdimana mampu mempertahankan kesegaran buah selama 12 hari dan penilaian panelis dari tidak suka sampai biasa.Kata kunci : salak, kemasan, penyimpanan, uji organoleptik
PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI DI LAHAN KERING DI KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENG, BALI , Suprapto
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This assessment was conducted in dry land of Patas village, Gerokgak Sub District, Buleleng District, from1999 to 2001. It began with Participatory Rural Appraisal approach, water reservoir demonstration and adaptiveresearch on reservoir water use for some corn varieties, and integrated farming system. The PRA approach showedthat farmers faced many constraints, such as lack of capital, lack of information on new technology, water shortageespecially in dry season, and unknown new corn varieties including easily-fallen stalks of Arjuna variety prior toharvest period. The results of adaptive research on reservoir water use on some corn varieties showed that Bismavariety produced high yield between 4.8 to 5 tons/ha of dried grain. Bisma variety also showed highest yield inadaptive research on integrated farming system with its yield of 4.650 kg/ha, profit of Rp 3,899,500, and B/C ratio of2.04. This farming system assessment was able to improve average farmers’ incomes from Rp 2,012,422/ha in 1999(before the assessment was carried out) to Rp 5,717,635/ha or an average increase of 184 percent. Bisma corn varietyhas been adopted by the farmers in almost all districts in Bali. The farmers in Bali Province also began adoptingtechnology water reservoir and its utilization for farming system on dry land.Key words : dry land, water reservoir, corn farming income Pengkajian dilaksanakan di lahan kering Desa Patas Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng dari tahun1999 sampai dengan 2001. Pengkajian dimulai dengan mengadakan study PRA (Participatory Rural Apraisal),pembuatan percontohan embung (water reservoir), Uji Adaptasi pemanfaatan air embung terhadap beberapa varietasJagung, pola tanam dan sistem usahatani terpadu. Hasil yang diperoleh dari PRA, banyak kendala-kendala yangdihadapi petani antara lain kurangnya permodalan,kurangnya informasi teknologi yang diterima petani, kekuranganair terutama pada musim kemarau dan kurang dikenalnya varietas- varietas baru termasuk kendala tanaman jagungvarietas Arjuna yang roboh (pada saat tanaman belum masak). Uji adaptasi pemanfaatan air embung terhadapbeberapa varietas jagung , Bisma memberikan hasil yang cukup tinggi berkisar 4,8 ton sampai dengan 5 ton / hapipilan kering. Pada uji adaptasi pola tanam jagung, pola introduksi dengan menggunakan varietas Bisma pada lahanpetani memberikan hasil dan keuntungan paling tinggi dibandingkan pola yang lain dengan hasil 4,650 kg/hakeuntungan Rp 3.899.500,- B/C rasio 2,04. Pengkajian sistem usahatani terpadu dapat meningkatkan pendapatanpetani dari pendapatan tahun 1999 (sebelum pengkajiaan dilakukan) Rp 2.012.422 menjadi Rp 5.717.635 ataumeningkat 184 persen. Pola tanam jagung Bisma telah diadopsi hampir di semua kabupaten di Bali. Pemanfaatan danpembuatan embung dan Sistem usahatani di lahan kering sudah mulai diadopsi oleh masyarakat di lahan kering diProvinsi Bali.Kata kunci : lahan kering, embung, pendapatan usahatani
BEBERAPA TEKNIK ANALISIS DALAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN Ketut Sadra Swastika, Dewa
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agricultural commodities should be produced efficiently. Otherwise, our agricultural products will not becompetitive with those of other countries, both in international and domestic markets. Efficient farming is possiblethrough adoption of improved technology. The Assessment Institutes of Agricultural Technology (AIATs) in eachprovince are the regional units of the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD) givena mandate to provide local farmers with an appropriate technology in their respective regions. To meet their mandate,AIATs conduct activities of research and assessments on local specific agricultural technologies based on bio-physicaland socio-economic circumstances of the farmers. Before transferring the technology to the farmers, all technologiesshould be first evaluated in terms of their technical and financial feasibilities using the appropriate tools of analyses.This article offers some techniques of analyses to be used by researchers at the AIATs. Those techniques are PartialBudget analysis, Gains and Losses of technological change, Long Term Investment Analysis, Linear Programming,Regression, and Correlation.Key words : techniques of analyses, efficiency, feasibility, technology Aspek efisiensi usahatani merupakan pertimbangan utama dalam pengembangan suatu komoditas pertanian,karena di era globalisasi hanya produk yang dihasilkan secara efisien yang dapat bersaing di pasar bebas. Usahataniyang efisien hanya dapat dihasilkan melalui penerapan teknologi tepat guna. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP) merupakan unit Badan Litbang di daerah yang bertugas menyediakan teknologi tepat guna bagi petani.Sebelum dikembangkan di tingkat petani, semua teknologi yang dikaji harus dievaluasi kelayakan teknis danfinansialnya. Tulisan ini menyajikan beberapa tehnik analisis dari yang sederhana sampai agak kompleks. Tehniktehnikyang disajikan adalah Analisis Anggaran Parsial, Analisis Evaluasi Perubahan Teknologi, Analisis KelayakanInvestasi Jangka Panjang, Analisis Linear Programing (LP), serta Analisis Regresi dan Korelasi. Melalui tulisan ini,diharapkan peneliti di BPTP dapat memanfaatkan tehnik-tehnik analisis ini untuk mengevaluasi kelayakan teknologiyang dikaji, sebelum dikembangkan pada tingkat usahatani yang lebih luas.Kata kunci : teknik analisis, efisiensi, kelayakan, teknologi

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2004 2004


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021 Vol 24, No 2 (2021): Juli 2021 Vol 24, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 23, No 3 (2020): November 2020 Vol 23, No 2 (2020): Juli 2020 Vol 23, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 22, No 3 (2019): November 2019 Vol 22, No 2 (2019): Juli 2019 Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 21, No 3 (2018): November 2018 Vol 21, No 2 (2018): Juli 2018 Vol 21, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 20, No 3 (2017): November 2017 Vol 20, No 2 (2017): Juli 2017 Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 19, No 3 (2016): November 2016 Vol 19, No 2 (2016): Juli 2016 Vol 19, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 18, No 3 (2015): November 2015 Vol 18, No 2 (2015): Juli 2015 Vol 18, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 17, No 3 (2014): November 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 16, No 3 (2013): November 2013 Vol 16, No 2 (2013): Juli 2013 Vol 16, No.1 (2013): Maret 2013 Vol 15, No 2 (2012): Juli 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 More Issue