cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Forum Penelitian Agro Ekonomi
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 02164361     EISSN : 25802674     DOI : -
Forum penelitian Agro Ekonomi (FAE) adalah media ilmiah komunikasi penelitian yang berisi review, gagasan, dan konsepsi orisinal bidang sosial ekonomi pertanian, mencakup sumber daya, agribisnis, ketahanan pangan, sosiologi, kelembagaan, perdagangan, dan ekonomi makro.
Arjuna Subject : -
Articles 395 Documents
Metode Alternatif Penentuan Tingkat Hasil dan Harga Kompetitif: Kasus Kedelai Masdjidin Siregar
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1999): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v17n1.1999.66-73

Abstract

EnglishA particular food crop may be deemed competitive if the crop provides farmers with a level of net returns that at least equals to the net returns from competing food crops. Competitive net returns can be reached by increasing yield level or by increasing output price level. Yield and output price levels that result in competitive net returns may be called respectively competitive yield and competitive output price. The computation of competitive yield and competitive output price is useful to see the competitiveness or the possibility of area changes of a particular crop under study. The computational methods have been initiated by Manwan et al (1990). However, the computational method regarding competitive yields suffers from shortcoming since it does not consider that, given unchanged technology and prices, an increase in yields requires an increase in costs. In order to reduce the weakness, this paper offers an alternative method. The alternative method is based on the assumption that, if the net return of a particular crop increases from (NRk0) to (NRj0), then the total variable cost should be multiplied by (NRk0/(NRj0)). Although the assumption has no convincing theoretical basis, the method is obviously better than the previous one. The application of the new method indicates that soybean can compete with corn even if soybean yield decreases by 30 percent. It should be noted that the data used in the analysis are from provincial level of Java. To have better results, one should apply similar analysis using data from district level or sub-district level by agro-ecological zones. IndonesianSuatu tanaman pangan dikatakan dapat bersaing dengan tanaman pangan lainnya kalau tanaman tersebut dapat memberikan tingkat penerimaan bersih paling sedikit sama dengan tingkat penerimaan bersih dari tanaman pangan pesaing. Jika tingkat penerimaan dari tanaman kedelai lebih rendah dari tingkat penerimaan dari tanaman jagung misalnya, maka daya saing kedelai dapat ditingkatkan dengan peningkatan hasil kedelai atau peningkatan harga kedelai. Salahsatu metode penghitungan tingkat hasil atau harga kompetitif digunakan oleh Manwan dkk (1990). Tetapi metode penghitungan tingkat hasil kompetitif tersebut mengandung kelemahan karena metode tersebut tidak mempertimbangkan bahwa, kalau teknologi dan harga-harga tidak berubah, peningkatan hasil memerlukan peningkatan biaya. Untuk mengatasi kelemahan itu, makalah ini menawarkan metode alternatif yang didasarkan pada asumsi bahwa peningkatan penerimaan bersih dari (NRk0) ke (NRj1) memerlukan biaya peubah total sebesar (NRk1/(NRj0) kali lipat. Hasil penggunaan metode alternatif ini terhadap Data Struktur Ongkos BPS menunjukkan bahwa kedelai dapat bersaing dengan tanaman jagung meskipun hasil kedelai turun 30 persen. Perlu dicatat bahwa data BPS tersebut merupakan data rataan tingkat provinsi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, metode tersebut sebaiknya digunakan pada data tingkat kabupaten atau kecamatan menurut keadaan agroekosistem.
Perubahan Pendapatan Rumahtangga Transmigran di Delta Upang Sumatera Selatan: Kasus Desa Purwosari dan Purwodadi Abunawan Mintoro; nFN Sajogyo; nFN Iman
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 1 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v6n1.1988.18-25

Abstract

IndonesianPendapatan rumahtangga transmigran pada tahun 1976/77 rata-rata berkisar antara Rp 126.082, - atau ekuivalen 1189 kg beras sampai Rp 147.910,- atau ekuivalen 1395 kg beras. Pendapatan tertinggi didapat oleh rumahtangga transmigran umum, terendah pada rumahtangga transmigran Bugis (swakarsa). Tahun 1985/86 pendapatan rumahtangga rata-rata berkisar antara Rp 580.732,- atau ekuivalen 1936 kg beras sampai Rp 780.525,- atau ekuivalen 2602 kg beras. Pendapatan terendah didapat oelh rumahtangga transmigran umum dan tertinggi oleh transmigran swakarsa Jawa - Bali. Pada tahun 1985/86 tercatat 25 persen rumahtangga transmigran umum dan transmigran swakarsa Jawa - Bali berada di bawah garis kemiskinan (ukuran kemiskinan pendapatan/orang/tahun setara 240 kg beras). Seratus persen transmigran Bugis berada di atas garis kemiskinan. Peningkatan pendapatan rumahtangga dari tahun 1976/1977 sampai dengan 1985/1986 diwanai oleh peningkatan pendapatan dari peternakan terutama transmigran swakarsa Jawa - Bali yaitu meningkat 44 kali lebih besar dan transmigran Bugis sebesar 55 kali. Sebagai daerah pemukiman yang baru transmigran umum memerlukan kepemimpinan sosial terutama pada tahun pertama datang dan waktu sesudah subsidi pangan dari pemerintah ("jatah hidup") habis. Sistem pemasaran petani kecil (gurem) di pedesaan Jawa dengan sistem warung desa dilakukan di Delta Upang. Dengan cara tersebut petani (produsen) mendapatkan bagian lebih dari 50 persen harga jual eceran komoditi pertanian yang dijual.
Karakteristik Petani dan Pemasaran Gula Aren di Banten Benny Rachman
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 27, No 1 (2009): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v27n1.2009.53-60

Abstract

EnglishThe Arenga pinnata palm trees do not only produce sap but also multipurpose products, such as edible fruits, building materials, fibers, and wax. Palm sugar agribusiness development copes with both technical and non technical constraint, e.g. low-skilled farmers, low yield, and less value added. To improve farmer’s capacity there are some steps to take, namely: (a) technical and management training, (b) provision of improved seed and processing unit equipments, (c) institutional and marketing empowerment, and (d) implementing better aren farming system. Furthermore, to increase farmer’s bargaining position it is essential to strengthen farmers’ groups through collective marketing system with farmers’ groups association, as well as farmers’ skill enhancement.IndonesianAren, Arenga pinnata merupakan tanaman serbaguna yang tidak hanya menghasilkan nira tetapi juga buah aren, bahan bangunan, ijuk dan sapu. Pengembangan agribisnis gula aren di Banten masih menghadapi hambatan teknis dan non teknis, seperti rendahnya keterampilan petani, rendahnya hasil produksi dan nilai tambah. Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah operasional yaitu : (a)  pelatihan teknis dan manajemen, (b) penyediaan bibit, sarana dan prasarana pengolahan, (c) penguatan kelembagaan dan pemasaran, dan (d) penerapan budidaya aren secara  sistematis. Untuk meningkatkan posisi tawar petani dapat ditempuh melalui pemberdayaan kelompok tani aren dengan mewujudkan sistem pemasaran secara kolektif dengan koperasi atau Gabungan Kelompok tani (Gapoktan), disertai dengan peningkatan keterampilan petani.
Pelembagaan Perilaku Pangan dan Gizi Endang Lestari Hastuti
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1995): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v13n2.1995.1-16

Abstract

IndonesianPerilaku pangan dan gizi sangat berpengaruh terhadap kecukupan pangan masyarakat, yang merupakan hasil akhir pembangunan yang diharapkan. Berbagai faktor berpengaruh terhadap perilaku pangan dan gizi, baik yang bersifat ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan perilaku pangan dan gizi dapat dilakukan pada tingkat mikro (individu) dengan melakukan training dan sosialisasi, menengah (grup atau kelompok) dengan perubahan adat/kebiasaan dan norma masyarakat, dan makro (masyarakat) dengan memperkenalkan teknologi dan perilaku pangan yang baru. Peranan kader gizi, tokoh masyarakat, ibu rumah tangga sangat penting di dalam pelembagaan pangan dan gizi. Selain itu pemberian "reward atau penghargaan" dan legitimasi masyarakat merupakan faktor yang dapat lebih memperkuat proses pelembagaan.
Perubahan Struktural dalam Pembangunan Perkotaan Iwan Nugroho; Budi Triyono
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1999): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v17n2.1999.51-59

Abstract

EnglishUrban growth in developing countries show an undesired symtoms. To anticipate the backwardness, urban areas have been driven strongly to increase demand of goods and services for all over national interest. As result, the existing urban is not only matter of spatial as well as economic structural changes, but also performing social and environmental implications. It can be seen in Bogota with an dualism pattern of its social system, the existence of the spatial separation between rich people in the northern and the poor in south and west. The similar phenomenon have been also found in Indonesia. Jakarta have developed very quickly supported by increasing in manufacture and finance sectors, yielding an outstanding economic gains and revenues for the people. However, beyond these conditions there are an unavoidable significant cost that commonly appear as environment quality deterioration. Recommended policies are (1) To improve urban economic productivity which integrated into regional and rural development (2) To increase productivity of urban poor people through improvement of social infrastructure and widening employment, (3) To avoid environment degradation as well as others consequences around poor people areas, and (4) To build an equal perception about urban development and related problems among stakeholders: government, private sectors, and people. IndonesianPertumbuhan daerah kota di negra berkembang menunjukan gejala yang tidak di harapkan.untuk mengantisipasi kondisi keterbelakangan ini, daerah perkotaan haurus di dorong secara kuat untuk meningkatkan permintaan terhadap barang dan pelayanan untuk seluruh kepentingan nasional. permasalahan kota yang telah di hadapi bukan hanya persoalan keruangan dan perubahan struktur ekonomi saja, tapi juga pembentukan implikasi sosial dan lingkungan. hal ini dapat di lihat di Bogota dengan pola dualisme sistem sosialnya, adanya pemisahan ruang antara masyarakat kaya di daerah utara dan masyarakat miskin di daerah selatan dan barat. Fenomena serupa juga di temukan di Indonesia. Jakarta yang berkembang secara cepat dengan dukungan sektor manufaktur dan keuanga, mencapai kondisi ekonomi dan pendapatan yang baik. Bagaimanapun, di balik kondisi tersebut, ditemukan biaya yang tak terhindarkan secara nyata, yang umum muncul berupa penurunan kualitas lingkungan. Beberapa kebijaksanaan direkomendasikan adalah: (1) Meningkatkan produktivitas ekonomi wilayah kota yang terintegrasi ke dalam pembangunan regional dan pedesaan, (2) Meningkatkan produktivitas kelompok miskin perkotaan melalui perbaikan infrastruktur sosial dan perluasan kesempatan kerja, (3) Menghindari perusakan lingkungan serta konsekwensi lainnya di sekitar wilayah masyarakat miskin, dan (4) Membangun persepsi yang seimbang terhadap pembangunan kota dan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengannya: pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Respons Petani Kedelai di Jawa Terhadap Perubahan Harga Benny Rachman
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 1 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v6n1.1988.44-49

Abstract

IndonesianKajian ini menggunakan data sekunder yang menelaah deskripsi pengembangan kedelai nasional dan secara khusus menganalisis secara simultan aspek produksi, permintaan dan penawaran kedelai di pedesaan Jawa. Penemuan menarik dari telaahan ini ialah perubahan harga beras memberi pengaruh yang relatif kecil (nilai elastisitas silang -0,35), sedangkan perubahan pendapatan memberi pengaruh positip (nilai elastisitas pendapatan 0,39) terhadap permintaan kedelai. Di lain pihak luas lahan yang digunakan untuk tanaman kedelai di Jawa telah melampaui batas optimal. Implikasinya adalah peningkatan produksi kedelai nasional hendaknya ditekankan pada peningkatan usaha intensifikasi di Jawa, sedangkan usaha perluasan areal diarahkan untuk daerah di luar Jawa.
Kajian Kritis terhadap Pelaksanaan Pembangunan Perdesaan di Indonesia Erizal Jamal
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v26n2.2008.92-102

Abstract

EnglishThe main problem of rural development in Indonesia is related with coordination among the main actors and the focus of activities. In this paper, the main problem of rural development in Indonesia based on the experience of China in the previous program and rural development is examined. In some part of the paper,  analysis was focused on the Rural Agribussines Development Program (PUAP), an initiative program of Ministry of Agricultural for poverty alleviation and rural development. Similar with the previous program in rural development that initiated by the government, PUAP is a top down project approach; most of the initiative come from the central goverment. The mechanism of project decision is dominated by the goverment role and structure, and less of rural community initiative. The maximum impact of the PUAP project is an entry point for agricultural development in rural areas. IndonesianSalah satu persoalan pokok dalam pembangunan perdesaan  di Indonesia adalah kurang adanya koordinasi antar berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut serta  fokus kegiatan yang kurang begitu jelas. Tulisan ini mencoba menelaah beberapa persoalan mendasar dalam pembangunan perdesaan di Indonesia, beranjak dari pengalaman yang pernah ada dan perbandingan dengan  pola pendekatan yang digunakan oleh China dalam pembangunan perdesaannya. Kajian ini pada beberapa bagian menelaah pendekatan yang digunakan Departemen Pertanian dalam pembangunan perdesaan melalui pendekatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan mulai tahun 2008 dalam kerangka Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). PUAP merupakan program terobosan Departemen Pertanian dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan. Sebagaimana program sejenis yang pernah dilaksanakan sebelumnya, program ini lebih dominan sebagai suatu upaya terpusat dalam menata pembangunan pertanian dan perdesaan di Indonesia. Dalam pendekatan semacam ini, mekanisme pelaksanaan sangat tergantung pada struktur birokrasi, sehingga pengambilan keputusan banyak dilakukan oleh pengelola dari kalangan pemerintah diberbagai level. Masyarakat perdesaan masih sering diposisikan sebagai objek. Berdasarkan kondisi ini sangat sulit diharapkan program ini dapat mencapai hasil maksimal bagi upaya peningkatan pendapatan petani dalam waktu singkat. Hasill maksimal yang mungkin dapat diharapkan dari pelaksanaan program ini adalah sebagai entry point dan perekat seluruh program Departemen Pertanian  dalam pembangunan perdesaan.
Profil Sosial Ekonomi Penerapan Padi Sebar Langsung di Indonesia A. Husni Malian
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1995): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v13n2.1995.55-69

Abstract

IndonesianKelangkaan tenaga kerja pertanian pada daerah penyangga industri di Jawa dan sentra produksi padi di luar Jawa merupakan salah satu penyebab pelandaian produksi padi di Indonesia. Salah satu alternatif jangka pendek yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah ini adalah pengembangan teknologi padi sebar langsung yang meningkatkan efisiensi tenaga kerja. Keunggulan komparatif padi sebar langsung dibandingkan dengan sistem tanam pindah adalah menurunkan curahan tenaga kerja, meningkatkan hasil dan kualitas gabah, menigkatkan penerimaan usahatani serta meningkatkan intensitas tanam. Sedangkan tingkat penerimaan yang diperoleh dari setiap pencurahan tenaga kerja memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan upah di sektor industri. Untuk pengembangan teknologi ini prioritas hendaknya diberikan kepada daerah persawahan irigasi di Jawa denga upah tenaga kerja yang bersaing dengan sektor industri, serta daerah persawahan irigasi bukaan baru dan pasang surut di luar Jawa yang mengalami kelangkaan tenaga kerja.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat hasil usahatani padi sawah di wilayah Perum Otorita Jatiluhur nFN Erwidodo
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1984): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v3n1.1984.44-57

Abstract

IndonesianDari data agregat, wilayah Perum Otorita Jatiluhur yang memang selama ini dikenal sebagai lumbung padi di Jawa Barat, memperlihatkan perkembangan yang cukup menggembirakan baik ditinjau dari perkembangan luas tanam intensifikasi, luas panen maupun produksi padi. Dari data usahatani yang dikumpulkan dari beberapa desa di wilayah ini terlihat keragaan yang tidak begitu menggembirakan baik dari sistem panca usaha yang diterapkan maupun dari tingkat hasil dan pendapatan petani. Data yang diperoleh juga memperlihatkan keragaan yang cukup besar diantara petani responden. Dalam tulisan ini berhasil diungkapkan beberapa faktor yang menentukan keragaman hasil padi sawah. Luas persil garapan yang memang merupakan proksi dari skala usaha dan tingkat penggunaan pupuk anorganik merupakan faktor yang berpengaruh positif dan nyata terhadap tingkat hasil. Disamping itu peubah kondisi irigasi, penggunaan varietas, kondisi wilayah, kegiatan pemberantas hama dan penyakit yang dinyatakan dalam peubah boneka juga ternyata memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat hasil. Untuk kasus petani dengan total luas garapan lebih dari setengah hektar tingkat pendidikan petani juga ternyata menentukan keragaman dari tingkat hasil. Dalam penggunaan tenaga kerja pada lahan sawah irigasi, hasil analisa memperlihatkan bahwa elastisitas produksi dari tenaga kerja luar keluarga ternyata lebih besar daripada elastisitas produksi dari tenaga kerja dalam keluarga. Selanjutnya secara lebih spesifik untuk setiap jenis lahan berdasarkan kondisi irigasinya, diajukan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan petani.
Gejala Pergeseran Kelembagaan Upah pada Pertanian Padi Sawah Sri Hery Susilowati
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v23n1.2005.48-60

Abstract

EnglishTechnology causes changes in agricultural production and institutional systems. In term of working-relation institution, a change from in-kind (bawon and kedokan) payment system to cash (daily and contract) system is more efficient to the land owners in reducing harvesting costs. However, daily and contract payments could raise moral hazard carried out by the workers in terms of working intensity and quality. An alternative implemented by the land owners to control moral hazard is through establishment of patron-client relation with permanent workers.  IndonesianTeknologi telah menyebabkan perubahan  pada sistem produksi maupun tatanan kelembagaan pertanian. Dalam kelembagaan hubungan kerja pertanian, perubahan sistem pengupahan dari sistem bawon dan kedokan ke sistem pengupahan tetap, baik harian maupun borongan, dipandang oleh pemilik lahan merupakan cara yang lebih efisien dalam mengurangi biaya panen. Namun, pada dasarnya sistem pengupahan harian dan borongan memberi peluang buruh tani untuk melakukan kecurangan (moral  hazard)  baik dalam intensitas jam kerja maupun kualitas kerja. Salah satu strategi yang dilakukan pemilik lahan untuk menekan munculnya moral hazard adalah dengan membangun hubungan patron-client dengan buruh tani melalui penggunaan buruh langganan dan buruh tetap.

Page 1 of 40 | Total Record : 395


Filter by Year

1982 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2021): Forum penelitian Agro Ekonomi : In Press Vol 39, No 1 (2021): Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 36, No 1 (2018): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 35, No 2 (2017): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 35, No 1 (2017): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 34, No 1 (2016): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 33, No 1 (2015): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 32, No 1 (2014): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 31, No 2 (2013): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 31, No 1 (2013): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 30, No 1 (2012): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 29, No 2 (2011): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 29, No 1 (2011): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 27, No 2 (2009): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 27, No 1 (2009): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 22, No 1 (2004): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 21, No 2 (2003): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 21, No 1 (2003): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 19, No 2 (2001): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 19, No 1 (2001): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 18, No 1-2 (2000): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1999): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1999): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 16, No 2 (1998): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 16, No 1 (1998): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 15, No 1-2 (1997): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 14, No 2 (1996): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 14, No 1 (1996): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1995): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 13, No 1 (1995): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1994): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1994): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 10, No 2-1 (1993): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1993): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 9, No 2-1 (1992): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1991): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 8, No 1-2 (1990): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1989): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1989): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 2 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 1 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 5, No 1-2 (1987): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 4, No 2 (1986): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 4, No 1 (1985): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 3, No 2 (1984): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1984): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 2, No 2 (1983): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1983): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 1, No 2 (1983): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1982): Forum Penelitian Agro Ekonomi More Issue