ABSTRAKRosela (Hibiscus sabdariffa L) merupakan tanaman penghasil serat alam yang dapat digunakan sebagai bahan baku kertas (pulp) berkualitas. Pengembangan rosela di lahan podsolik merah kuning (PMK) memberikan harapan yang menjanjikan. Permasalahan yang dihadapi di lahan PMK sangat komplek, terutama mengenai tingkat kesuburan tanahnya. Perbaikan lahan melalui penambahan kapur dan bahan organik serta pemakaian galur-galur introduksi rosela yang tahan terhadap deraan lingkungan di lahan PMK merupakan langkah yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut. Kapur (CaCO3) yang berasal dari kapur pertanian dapat meningkatkan pH, menetralisir pengaruh Al dan Fe serta menaikkan nilai basa dalam tanah. Dosis kapur di lahan PMK Kalimantan Selatan cukup 1,5 ton/ha. Disamping itu khasiat kapur pertanian mempunyai daya susul/residu dari tahun kedua sampai dengan tahun ketiga. Bahan organik yang bersumber dari blotong dan kotoran unggas memiliki kemampuan yang sama dengan CaCO3 walaupun sifatnya agak lamban. Keistimewaan bahan organik dapat memperbaiki sifat kimia tanah, akibat dari aktivitas mikroorganisme. Penggunaan bahan organik untuk memperbaiki sifat kimia lahan PMK diperlukan sekitar 3 - 5 ton/ha. Disamping itu, galur-galur introduksi rosela yang tahan terhadap keracunan Al dan Fe di lahan PMK yaitu Hs 53a, Thay 146-H dan CPI 115357. Tingkat produksi serat kering rosela di lahan PMK setelah diperbaiki kondisinya berubah dari 1 ton/ha Menjadi 2,649-2,870 ton/ha. Disamping itu, penerapan pola tumpang sari rosela + jagung akan meningkatkan pendapatan petani dari Rp 5.400.000 menjadi Rp 7.858.000 atau sebanyak Rp 2.458.000/ha. Hasil studi yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa pemberdayaan lahan podsolik merah kuning melalui pengembangan tanaman rosela, disertai dengan perbaikan sifat-sifat kimia tanah dan penerapan pola tanam tumpang sari, rosela + jagung akan mampu memperbaiki pendapatan petani di Kalimantan Selatan.Kata kunci: Rosela, Hibiscus sabdariffa L., podsolik merah kuning, perbaikan lahan, produksi, Kalimantan Selatan ABSTRACTDevelopment of Yellow Red Podzolic Land for Roselle Plantation in South KalimantanRoselle (Hibiscus sabdariffa L.) is a fiber crop that can produce raw material for paper industry (pulp). The development of roselle in yellow red podzolic land is potential. However, the problems in yellow red podsolic land is also complicated, particularly the soil infertility. Soil improvement through application of lime (CaCO3), organic materials, and utilization of roselle promising lines which are resistant to YRP soil are good to solve the problems. The lime (CaCO3) derived from agriculture lime can increase soil pH, netralizer Al and Fe, and increase basa value of the soil. The dosage of lime for YRP soil in South Kalimantan is 1.5 tons/ha. Besides, the lime has residual effect for three years. The organic material which are derived from blotong and chicken manure have the same effect with that of CaCO3 but slower. The advantage of organic material is they improve. The soil chemical characteristics, as the results from microorganism activities. It needs 3-5 tons organic materials per ha to improve the soil chemical characteristics. The roselle promising lines which are resistant to Al and Fe are Hs 53a, Thay 146-H, and CPI 115 357. The production of dry fiber in the YRP soil after the condition is improved increased from 1 ton/ha up to 2.65-2.87 tons/ha. Beside, intercropping roselle with maize increased farmers’ income from Rp 5,400,000 to Rp 7,858,000 or Rp 2,458,000/ha. The results of the studies that have been conducted showed that the utilization of YRP soil for roselle platnation implemented with the improvement of soil chemical characteristics, intercropping roselle and maize can increase farmes’ income in South Kalimantan.Key word: Roselle, Hibiscus sabdariffa L., Yellow Red Podzolic, soil improvement, production, South Kalimantan.