cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. kudus,
Jawa tengah
INDONESIA
ADDIN
ISSN : 08540594     EISSN : -     DOI : -
ADDIN is an international journal published by Research Center of State Institute for Islamic Studies (IAIN) Kudus, Central Java, Indonesia. ADDIN is an academic journal published twice a year.
Arjuna Subject : -
Articles 430 Documents
Model Penafsiran Hasan Hanafi *, Mubasyaroh
ADDIN Vol 2, No 2 (2010): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Al Quran berbicara dengan bahasa dunia supaya dapat difahami oleh semua orang dan tidak ada jalan bagi mereka untuk beralasan bahwa bahasa Al Quran ialah tidak benar dan literaturnya asing bagi manusia. Guna memahami isi dan kandungan al-Qur’an dibutuhkan ilmu tafsir. Studi tentang metodologi tafsir masih terbilang baru dalam khazanah intelektual umat Islam. Ia baru dijadikan sebagai obyek kajian tersendiri jauh setelah tafsir berkembang pesat. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika metodologi tafsir tertinggal jauh dari kajian tafsir itu sendiri. Metodologi tafsir dapat diartikan sebagai pengetahuan mengenai cara yang ditempuh dalam mengkaji dan menelaah al-Qur’an. Secara historis setiap penafsiran telah menggunakan satu atau lebih metode penefsiran al-Qur’an. Diantara penafsir tersebut adalah Hasan Hanafi dengan menampilkan coraknya yang jelas. Kata Kunci: Penafsiran tematik, Hasan Hanafi, al-Qur’an
SASTRA DAN AL-QURAN (Dosen STAIN Kudus), Muflihah
ADDIN Vol 3, No 2 (2011): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Al-Qur’an merupakan sebuah karya yang memiliki nilai estetik tinggi. Ia menjadi sumber inspirasi bagi para sastrawan Arab. Kedatangannya membuat revolusi yang tidak hanya kepada dataran, ketauhidan, keimanan, tingkah laku, sikap dan lain sebagainya, tetapi pengaruhnya bahkan sampai kepada batas-batas yang tidak dapat mereka duga. Kesombongan akan keunggulan sastra terutama di bidang puisi menjadi lemah di depan keperkasaan al-Qur’an. Kontribusi al-Qur’an dapat memberi warna yang berbeda dalam kehidupan sosial, agama, ekonomi, politik dan budaya Arab, di mana semua itu tercermin dalam karya-karya sastra mereka yang mengandung nilai-nilai qur’ani. Satra Arab, puisi menjadi lebih pesat dalam perkembangannya daripada bentuk satra Arab yang lain diakibatkan dari kebiasaan mereka yang mengunggulkan interaksi dengan lisan daripada tulisan. Semakin tinggi nilai estetika dalam syair mereka, maka semakin tinggi pula harkat dan martabatnya.
Konsep Pendidikan Multikultral Dalam Islam Mustaqim, Muhamad
ADDIN Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keragaman adalah suatu keniscayaan yang tak terbantahkan. Namun sejarah telah mencatat bahwa berbagai konflik sosial antar umat manusia seringkali muncul atas dasar perbedaan tersebut. Pendidikan adalah wahana untuk mampu membekali manusia menjadi manusia yang beradab dan sempurna. Melalui pendidikan multikultural, diharapkan akan mampu membekali manusia untuk bersikap inklusif dan toleran. Sadar bahwa perbedaan adalah anugrah dan hazanah keragaman yang menuntut kita untuk saling menghargai dan menghormati. Sehingga misi risalah islam sebagai rahmat bagi semesta alam akan dapat terwujud. Kata kunci: pendidikan, multikultural, Islam
Menakar Perbaikan Kinerja Guru Melalui Classroom Action Research (Dosen STAIN Kudus), Kisbiyanto
ADDIN Vol 3, No 2 (2011): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kata Kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Kinerja Guru Penelitian tindakan kelas atau classroom action research merupakan penelitian yang khusus dilaksanakan oleh pendidik untuk memperbaiki kinerja mengajarnya. Penelitian tindakan kelas mempunyai prosedur yang khusus pula, yaitu menggunakan langkah aksi dan refleksi sehingga hasil suatu penerapan pembelajaran bisa diamati peningkatan efektifitasnya. Penelitian tindakan kelas terasa kurang diminati guru pada masa lampau, dan kurang diyakini akan bisa memperbaiki kinerja guru. Namun, akhir-akhir ini dunia pendidikan di Indonesia sangat mendorong penelitian tindakan kelas, di samping mudah, juga sangat bermanfaat untuk para guru
The Living Quran Potret Budaya Tahfidz Al-Quran di Nusantara Atabik, Ahmad
ADDIN Vol 2, No 2 (2010): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studi living Qur’an merupakan kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran al-Qur’an atau keberadaan al-Quran di sebuah komunitas muslim tertentu. Dari sana pula akan terlihat respons sosial (realitas) komunitas muslim untuk membuat hidup dan menghidup-hidupkan al-Qur’an melalui sebuah interaksi yang berkesinambungan. Living Qur’an sebenarnya bermula dari fenomena Qur’an in everyday life, yakni makna dan fungsi alQuran yang riil dipahami dan dialami masyarakat muslim. Berbeda dengan studi al-Quran yang objek kajiannya berupa tekstualitas alQur’an maka studi living Qur’an memfokuskan objek kajiannya berupa fenomena lapangan yang dijumpai pada komunitas muslim tertentu. Diantara living Qur’an yang terdapat pada komunitas muslim nusantara adalah budaya atau menghafal (tahfidz) Al-Qur’an. Tradisi ini merupakan salah satu dari sekian banyak fenomena umat Islam dalam menghidupkan atau menghadirkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mengkhatamkannya, yang bisa ditemukan di lembaga-lembaga keagaman seperti pondok pesantren, majlis-majlis ta’lim dan sebagainya. Tradisi ini oleh sebagian umat Islam Indonesia telah begitu membudaya bahkan berkembang terutama dikalangan santri, sehingga tradisi ini telah membentuk suatu entitas budaya setempat. Keyword: Living Qur’an, tahfidz Al-Qur’an, sosial-budaya, dan
‘ADAH MUHAKKAMAH, SINERGI AGAMA DAN BUDAYA, UPAYA MENUJU KEARIFAN LOKAL
ADDIN Vol 4, No 1 (2012): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mensinergikan antara agama dengan budaya memerlukan piranti dukung di antaranya kita kenal dengan istilah ‘adah muhakkamah yang merupakan tradisi sosial dan sumber hukum. Semua itu bertujuan untuk memantapkan keberagamaan kita ditengah kehidupan dan ditengah budaya yang beragam. Kajian ini mencoba memotretnya dengan pendekatan referensi kitab pesantren dengan harapan mampu memberikan nuansa baru esensi ‘adah muhakkamah secara utuh sekaligus memunculkan fenomena bagaimana jika tradisi masyarakat bertentangan dengan syara’, bahkan esensi syara’ tertutup oleh adat itu sendiri, apakah ada nilai tawar atau apakah ada jalan lain dalam menyelesaikannya. Untuk itu kaedah ‘adah muhakkamah sangat membutuhkan kepiawaian kita semua dalam memahami budaya dan pesan agama secara tekstual maupun kontekstual, yang ujung- ujungnya menciptakan pesan Islam yang humanis, adaptif, dan membumi. Kata kunci: kearifan lokal dan tradisi lokal Islami
MENGUKUHKAN MORAL INDIVIDU UNTUK MEMANIFESTASIKAN NILAI-NILAI PRIMORDIAL AGAMA DEMI TERCAPAINYA ASAS KERAGAMAN DALAM PERBEDAAN S.Fil.I., M.A., Mas’udi
ADDIN Vol 3, No 2 (2011): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

As state and nation, Indonesia was unique demography for contributed the humanism. The variants of religiosity were existed in domain of Indonesian archipelago shown as best phenomenon of human tolerance. Though the diversity made one kind of Indonesian socialites’, but egalitarianism principle blow up as priority. Furthermore, according to this analysis the philosophy of “united we stand, and divided we fall” make Indonesian constitution. To project humanity doctrines, the founding fathers of Indonesian religiosity make morality as dominant aspect. Morality will make Indonesian constitution due all consolidation humanist and tolerance. The relation between generations to the other will contribute the Indonesian nationality. Really, morality from generations to generations used to exist to make Indonesian constitution rights on internationally constitution. Truly, to make best relation between generations to the other have to project the good governance and good education. Key words: morality, unity, tolerance, egalitarianism, primordial religion
MENGUNDUH PEMBERITAAN KORAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Rosyid, Moh.
ADDIN Vol 3, No 1 (2011): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sumber informasi masa kini tidak hanya mengandalkan buku, jurnal, media audio, audio visual, dan dunia maya. Tetapi dapat memanfaatkan pemberitaan media massa yang berupa majalah, buletin, koran, dsb. Naskah ini memotret manfaat pemberitaan koran yang dikliping sebagai sumber dan media pembelajaran sejarah. Hal ini dengan dalih, mengurangi kebosanan peserta didik jika hanya belajar (sejarah) mengandalkan buku ajar juga meyakinkan peserta didik bahwa dinamika kehidupan yang dituangkan dalam pemberitaan koran dapat dijadikan sumber inspirasi menapaki masa depan. Pertimbangannya berdasarkan temuan United States Agency forInternational Development (USAID), kurang lebih sepertiga pelajaran yang diobservasi di kelas jenjang tingkat dasar hingga perguruan tinggi (PT) masih didominasi model ceramah. Hal itu berdampak proses belajar tak berjalan kreatif, tak efektif, dan tak menyenangkan. Metode pembelajaran sejarah di sekolah harus diubah/disesuaikan, jika tak inovatif, tak menyenangkan, dan membosankan peserta didik maka animo menjadi sejarawan semakin jauh harapan. Siswa tak hanya menghafalkan isi buku teks sejarah, tetapi perlu pula mengikuti dinamika kekinian, agar pemahaman terhadap latar belakang sejarah menjadi luas. Mata pelajaran sejarah harus disampaikan dengan cara yang lebih menyenangkan dan tak harus secara konvensional di kelas. Metode pembelajaran meliputi pembelajaran aktif (active learning), pembelajaran berpusat pada anak (child-centered learning), dan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning). Berbekal fasilitas dengan model langganan (abonemen) koran menunjang proses pembelajaran. Hal yang dapat dipetik, peserta didik terbiasa membaca dan mengidentifikasi pemberitaan koran. Dipilihnya koran dengan pertimbangan terbitnya harian dan pemberitaannya dinamis dan variatif. Dengan metode kliping koran diharapkan peserta didik tak jenuh dengan sumber yang monoton, sekaligus kliping didokumentasikan untuk bahan bacaan publik. Kata Kunci: Pembelajaran Sejarah dan Kliping
Posisi Al-Quran Dalam Struktur Dan Sumber Ilmu Islam Mufid, Fathul
ADDIN Vol 2, No 2 (2010): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam, termasuk di dalamnya sebagai dasar ilmu Islam. Ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur’an tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu keagamaan saja tetapi jugaterdapat ilmu-ilmu secara umum. Ilmu-ilmu Islam yang terkandung di dalam Al-Qur’an memang tidak dijelaskan secara rinci, tetapi bersifat universal, selalu berlaku untuk umum dan tidak terikat dengan ruang dan waktu. Jika di dalam Al-Qur’an hanya tertulis secara global, maka penjelasannya bisa dicari di dalam Sunnah atau lewat penelitian di lapangan, baik yang bersifat memperkokoh ataupun memerinci. Oleh sebab itu, Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai rumusan teori, dalam arti Al-Qur’an dijadikan sebagai paradigma. Paradigma Al-Qur’an berarti suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas sebagaimana Al-Qur’an memahaminya. Di dalam menguak keilmuan Islam yang terkandung di dalam Al-Qur’an, kita juga harus melihat konteks ayat saat turun, karena pada saat ayat tersebut turun pasti ada intervensi budaya, sehingga wahyu adalah Ijtihad Tuhan bagi manusia. Maksudnya adalah solusi yang sifatnya temporer yang tidak tunggal sebagai instrumen untuk membangun kebajikan di bumi. Al-Qur’an merupakan undang-undang abadi bagi umat manusia, tidak disimpangkan, diganti, dilompati dan tidak pula tercecer ketika diterapkan. Al-Qur’an senantiasa relevan untuk masa-masa keIslaman yang berbeda. Al-Qur’an memerlukan penjelasan, dia sangat butuh terhadap Sunnah Nabi SAW ketimbang kebutuhan Sunnah terhadap Al-Qur’an. Demikian pula untuk membuktikan grand concept dalam Al-Qur’an sangat dibutuhkan penelitian lapangan. Kata Kunci: Al-Qur’an, Ilmu Islam, Sumber Ilmu, Struktur Ilmu, Ilmu Pengetahuan.
MENGEMBANGKAN NALAR PLURAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA BERBASIS MASYARAKAT PLURALISTIK-MULTIKULTURAL (STAIN Kudus), Ulya
ADDIN Vol 4, No 2 (2012): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Satu sisi, kondisi plural merupakan sebuah keniscayaan dan menjadi hukum alam yang telah ditetapkan oleh Tuhan sejak diciptakannya manusia dan dunia seisinya. Manusia dan dunia sendiri berhubungan secara fungsional. Manusia membutuhkan dunia sebagai wahana untuk mengaktualisasikan dirinya. Persentuhan manusia dengan dunia inilah yang kemudian kondisi plural yang niscaya inheren dengan sifat multicultural (beragam budaya). Berhadapan dengan kondisi plural-multikultural, karakter manusia bias dipetakan menjadi 4(empat), yaitu : eksklusif, inklusif, plural, dan interpenetrasi. Pada sisi yang lain, pendidikan agama adalah sebuah aktivitas dalam rangka membangun perilaku manusia dalam mengaktualisasikan diri di dunia, baik sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, dan makhluk social, sehingga mereka mau dan mampu berbuat sesuai dengan nilai-nilai agama (religius) dan nilai-nilai kemanusiaan (humanis), termasuk dalam kehidupan yang niscaya plural dan multicultural. Disinilah pendidikan agama memikul beban dan tanggung jawab yang tak ringan. Pendidikan agama yang selama ini hanya “berorientasi dan selalu melihat diri sendiri” sehingga bernalar eksklusif serasa tidak kompatibel tatkala harus berhadapan dengan kondisi plural multicultural. Dari pemikiran ini maka pendidikan agama harus disempurnakan orientasinya, yang tidak hanya “melihat diri sendiri” tetapi juga harus “melihat orang lain”. Mengembangkan nalar plural dalam pendidikan agama yang berbasis masyarakat pluralistic-multikultual patut dipertimbangkan. Key words: Nalar plural, pendidikan agama, pluralistic, multicultural.

Page 4 of 43 | Total Record : 430