cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. kudus,
Jawa tengah
INDONESIA
AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
ISSN : 23388544     EISSN : 24772046     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2015)" : 20 Documents clear
Dakwah Fardiyah Alfian, Muhammad Ivan
AT-TABSYIR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v3i1.1656

Abstract

Dakwah merupakan hal yang wajib bagi setiap muslim dan muslimah. Dakwah bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Bagi mereka yang konsentrasi penuh dalam dakwah, bisa melakukannya secara langsung, sementara lainnya bisa dakwah secara tidak langsung. Cara dan media dakwah sangat luas dan mencakup semua aspek kehidupan. Seorang guru, pedagang, pengusaha dan profesi yang lainnya dapat pula dijadikan sebagai wasilah untuk berdakwah dan menjadikan profesi tersebut sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dakwah fardiyah memiliki beberapa karakteristik di antaranya berupa kesinambungan dengan menjauhi hal-hal yang menyulitkan. Keberhasilan dalam dakwah fardiyah sangat bertumpu kepada uswah dan qudwah, hikamh serta tidak lupa beristi’anah memohon pertolongan kepada Allah sebelum dan sesudahnya.
Dakwah Melalui Televisi Zaini, Ahmad
AT-TABSYIR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v3i1.1642

Abstract

Dakwah Islam pada dasarnya merupakan perilaku muslim dalam menjalankan Islam sebagai agama dakwah, yang dalam prosesnya melibatkan  unsur  da’i,  pesan  dakwah,  metode  dakwah,  media dakwah, mad’u (sasaran dakwah) dalam tujuannya melekat cita-cita ajaran Islam yang berlaku sepanjang zaman dan di setiap tempat. Sedang  tujuan  utama  dakwah  adalah  mewujudkan  kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah swt. yakni dengan menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhoi oleh Allah swt. sesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing. Di era modern seperti sekarang ini sudah menjadi keharusan bagi juru dakwah untuk memanfaatkan segala teknologi yang ada untuk mempermudah pencapaian tujuan dakwah dan sasaran dakwah. Tanpa memanfaatkan media-media yang ada, dakwah tidak akan mengalami kemajuan.  Salah  satu  media  komunikasi  yang  dapat  digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah atau ajaran Islam kepada khalayak umum adalah televisi. Televisi digunakan sebagai dakwah karena memiliki beberapa keunggulan yaitu: pertama, keunggulan dan ciri khas yang dilahirkan televisi terutama dalam hal kedekatannya dengan kehidupan sehari-hari. Televisi merupakan produk kultural yang unik. Bentuk-bentuk pemberitaan, perbincangan, visualisasi dan dramatisasi yang dikembangkan oleh televisi melahirkan suatu kultur publik yang sama sekali berbeda dari yang pernah ada sebelumnya. Kedua, sebagai media audio visual (dengar pandang) keunggulan televisi terletak pada daya persuasinya yang sangat tinggi, karena khalayak dapat melihat gambar hidup dan suara sekaligus. Bahkan suara dan gambar hidup itu dapat diterima oleh khalayak pada saat sebuah peristiwa tabligh atau khutbah yang sedang terjadi, melalui liputan secara langsung. Ketiga, televisi memiliki daya jangkau (converage) yang sangat luas dalam menyebarluaskan pesan secara cepat dengan segala dampaknya dalam kehidupan individu dan masyarakat.
Membangun Komunikasi Edukatif Muchith, M. Saekan
AT-TABSYIR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v3i1.1657

Abstract

Komunikasi merupakan alat yang sangat vital bagi keberlangsungan hidup umat manusia. Tanpa komunikasi yang baik, manusia akan kesulitan membangun peradabannya, atau bahkan tidak akan bias. Karena dalam kehidupan social, komunikasi menjadi bagian dari rukunya. Oleh karenanya komunikasi menjadi kebutuhan pokok dalam kelangsungan hidup manusia sekaligus dalam membangun peradabannya. Dalam membangun peradaban diperlukan sebuah komunikasi edukatif, bukan sekedar komunikasi biasa. Komunikasi edukatif adalah pola komunikasi yang dilakukan kepada pihak pihak lain yang didasarkan atas semangat untuk meraih kemanfaatan secara individual dan sosial dengan tetap memperhatikan asas kepantasan, ketepatan dan kearifan. Dalam banyak ayat al-qur’an maupun Hadits Nabi menunjukkan betapa pentingnya komunikasi, maka komunikasi edukatif  sangat tepat dijadikan metode dakwah khususnya di era teknologi dan semakin berkembangnya dinamika masyarakat yang menyebabkan banyaknya problem kehidupan masyarakat
Media Massa dan Dampak Pemberitaan Rosyid, Moh
AT-TABSYIR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v3i1.1643

Abstract

Dinamika kehidupan masyarakat dunia menjadi bahan baku bagi wartawan untuk diberitakan. Akan tetapi, bila pemberitaan itu menyangkut ajaran agama atau pemahaman dalam ajaran agama yang salah tayang, maka muncul reaksi dari pemeluk agama. Dalam Islam, menayangkan jati diri secara fisik diri Nabi SAW merupakan pantangan. Apalagi penayangan dilakukan oleh majalah yang karakternya bernuansa mendiskriminasikan agama dan tokoh agama. Dampaknya, benar atau salah penayangan tersebut ditafsiri tindakan pelanggaran bagi pemeluk agama. Imbas lanjutannya, penayang dan media yang menayangkan dijadikan sasaran tembak. Bila disimak, Redaktur Charlie Hebdo melakukan upaya pemberitaan dengan mengangkat cover karikatur Nabi SAW sebagai upaya melawan arus, sehingga direspon dengan tindakan kekerasan yang menelan korban jiwa. Hal ini perlu dijadikan pelajaran bagi redaktur media lain, baik cetak maupun lainnya agar mewaspadai untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Namun realitanya, tayangan hal serupa dilakukan pula oleh redaktur selain Charlie Hebdo pada waktu beriringan sehingga kesan riil yang dipahami publik muslim bahwa upaya penayangan dengan tujuan melawan pakem. Perlawanan terhadap pakem dapat dikategorikan pelanggaran terhadap kode etik jurnalistik. Akan tetapi, satu hal yang harus dipahami bahwa melakukan pembunuhan atau tindakan kekerasan tanpa melalui prosedur hukum yang benar, tidak dibenarkan oleh agama apa pun, meskipun pihak yang diserang melakukan kesalahan.
Dakwah Islamiyah dengan Pendekatan Sufistik Mufid, Fathul
AT-TABSYIR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v3i1.1658

Abstract

Dakwah Islamiyah yang semestinya diharapkan mampu memberikan solusi berbagai masalah hidup saat ini,   ternyata lebih dipahami hanya sekedar memenuhi perintah  secara normatif, sehingga  dirasa kurang menyentuh ajaran Islam secara substantif. Dakwah Islamiyah mengalami   reduksi sebagai pola pendekatan ritual, simbol-simbol, dan memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat, serta belum menyentuh pada ranah penghayatan agama. Akibatnya, nilai-nilai wahyu   terpisah dari pribadi umat Islam yang lebih mengandalkan kekuatan rasional semata. Keadaan ini menimbulkan kecenderungan keberagamaan yang tidak memiliki dimensi Ilahiyah. Oleh sebab itu, alternative dakwah sufistik  menjadi penting bagi dakwah Islamiyah untuk dilihat kembali sebagai bagian integral dari  ajaran Islam, karena dalam dakwah sufistik, ranah  IQ (żaka‘aqli), EQ (żaka żihni), dan SQ (żaka qolbi) merupakan komponen-komponen yang dikembangkan secara harmonis. Pengertian sufistik  adalah hal-hal yang berkenaan dengan ilmu tasawuf. Istilah sufistik mengacu kepada sifat, seperti pemikiran sufistik yang berarti pemikiran yang bernuansa tasawuf yang tujuan puncaknya adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan menggunakan pendekatan hati, bukan logika. Hal ini karena tasawuf berpandangan bahwa kebenaran yang dihasilkan oleh akal dan penalaran adalah sangat terbatas, sedangkan kebenaran yang diperoleh melalui ma’rifah adalah segala-galanya, karena diperoleh melalui penglihatan mata hati yang mendapat sinar Ilahi. Dakwah sufistik adalah model dakwah yang bisa membuat mad’u memiliki sifat-sifat mulia, bukan sekedar kognisi, tetapi lebih pada ranah afeksi atau aspek kesadaran. Tujuan  dakwah sufistik tidak hanya sebatas kearifan individual atau melakukan ritual-ritual mistik dan cenderung lebih mengedepankan hubungan terhadap Tuhan dan Rasulnya, tetapi juga, yang terpenting, mengedepankan kesalehan secara universal atau sosial
Membangun Solidaritas Sosial Melalui Dakwah Mujadalah Farihah, Irzum
AT-TABSYIR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v3i1.1644

Abstract

Perbedaan pandangan di masyarakat baik ideologi maupun keimanan tidak pernah bisa dielakkan, hal tersebut seing menjadi permasalaha pelik di masyarakat seagama maupun antar agama. Kerukunan dan saling memahami selalu diharapkan,  oleh  karenanya  komunikasi dan dialog adalah salah satu proses interaksi antar individu maupun kelompok tersebut untuk membangun kerukunan dan solidaritas sosial yang selama ini sering tidak diperhatikan di masyarakat, yang pada akhirnya memunculkan konflik. Oleh karena itu, apabila proses dakwah sebagai suatu bentuk komunikasi yang khas dihubungkan dengan terjadinya interaksi, maka peranan dakwah merupakan landasan pokok bagi terwujudnya suatu interaksi sosial yang di dalamnya terbentuk norma-norma tertentu sesuai dengan pesan-pesan dakwah itu sendiri. Al-Qur’an sendiri sudah menyampaikan dalam Surat an-Nahl ayat 125, di mana terdapat tiga metode dakwah dan salah satunya adalah mujadalah bi allati hiya ahsan. Dari metode inilah akan terjadi komunikasi dua arah dalam penyampaian syiar Islam. Tentunya, Islam sudah mengingatkan dengan cara yang Ihsan
Implementasi Nilai Kenabian dalam Penyiaran Islam Yuliyatun, Yuliyatun
AT-TABSYIR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v3i1.1659

Abstract

Penyiaran Islam hakikatnya sebagai media pengembangan dakwah. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan karakter penyiaran Islam yang hendaknya dibangun di atas dasar nilai-nilai kenabian (nubuwah). Nilai-nilai kenabian yang tercakup dalam empat sifat kenabian, yakni shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah merupakan prinsip nilai yang harus menjadi pedoman bagi setiap penyelenggaraan penyiaran Islam. Penyiaran Islam yang beroperasi di atas nilai-nilai kenabian akan memberikan efek pencerahan dan pendidikan bagi masyarakat untuk memahami sebuah nilai kebenaran yang harus diperjuangkan dalam berbagai kondisi. Ada pesan-pesan mulia yang dapat disampaikan dalam setiap event penyiaran menjadi kekhasan penyiaran Islam. Penyiaran Islam bukanlah sebuah upaya propaganda agama, tetapi sebuah upaya penyebarluasan nilai-nilai ajaran yang bersifat universal yang dapat diterima oleh seluruh umat manusia dan akan memberi manfaat bagi kehidupan manusia yang diliputi kedamaian dan toleransi beragama serta bermasyarakat
Dakwah dalam Kondisi Konflik Perspektif Teori Sosiologi Supriyadi, Ahmad
AT-TABSYIR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v3i1.1655

Abstract

Dakwah merupakan panggilan setiap orang Islam karena telah diperintahkan oleh al-Qur’an. Al-Qur’an memandang bahwa ucapan yang terbaik adalah ucapan yang menyeru kepada Allah, beramal shaleh, mengatakan yang haq dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Kegitan tersebut tidaklah mudah untuk mencapai tujuan. Supaya dakwah mampu mencapai pada sasaran dan tujuan, seorang da’i perlu menguasai ilmu tentang kemasyarakatan atau sosiologi, sebab yang menjadi sasaran dakwah adalah masyarakat dalam kondisi konflik, karena itu diperlukan pendekatan teori sosiologi untuk menganalisis. Para ahli telah membangun dua teori dalam melihat fenomena masyarakat yaitu teori konflik dialektik dan fungsional konflik. Bagaimana langkah dakwah dalam kondisis konflik perspektif  teori sosiologi?   Lewis A. Coser dan Ralp Dahrendorf  yang mencetuskan teori konflik fungsional dan konflik dialektik mengatakan bahwa masyarakat itu berwajah dua, disatu sisi ada keteraturan dalam masyarakat melalui berjalannya masing- masing fungsi dalam suatu masyarakat, tetapi di sisi lain juga terdapat konflik dalam suatu masyarakat, karena itu dakwah dalam teori konflik fungsional dan konflik dialektik merupakan dua teori yang sama-sama menekankan pada objek bahwa dalam suatu masyarakat terdapat konflik. Peranan teori-teori tersebut dalam aktifitas dakwah bagi umat Islam adalah sebagai pijakan yang mampu mempengaruhi materi dalam menyampaikan pesan dalam berdakwah dan sekaligus merupakan  obyek  kajian  dalam  berdakwah.  Materi  dakwah  di daerah dalam kondisi konflik lebih menekankan pengaktifan fungsi- fungsi sosial sehingga konflik bisa selesai, sedangkan masyarakat yang sedang konflik perlu pemahaman-pemahaman tentang kebersamaan, ketentraman dan perdamaian, sehingga obyek kajian yang selalu disampaikan lebih menekankan hal itu.
Media Tradisional Vs Media Online Farida, Farida
AT-TABSYIR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v3i1.1660

Abstract

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memiliki identitas personal sekaligus identitas sosial, yang menjadikan manusia memiliki keunikan dalam berkomunikasi ketika berinteraksi di lingkungan secara langsung maupun secara tidak langsung. Berbagai media dalam komunikasi baik tradisional (majalah, radio, televisi) maupun media modern (online) adalah memudahkan manusia untuk menyampaikan pesan agar terbentuk kelompok dengan kesamaan pemahaman dan melakukan berbagai aktivitas untuk memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan. Komunikasi yang efektif akan mewujudkan keharmonisan kehidupan karena timbulnya kondisi saling menghormati dan saling membantu dalam menyelesaikan masalah. Namun sebaliknya, akan menimbulkan konflik bahkan saling menghilangkan aspek-aspek kemanusiaan. Oleh karena itu, setiap manusia perlu memahami bahwa media tradisional maupun modern dalam berkomunikasi yang digunakan memiliki fungsi untuk memudahkan jalinan silaturrahim antar sesama manusia di seluruh dunia karena keterbatasan jarak dan waktu. Namun perlu diketahui ketika menggunakan media tradisional maka berita maupun pesan tersampai akan membutuhkan waktu, sedangkan penggunaan media online maka akan dengan cepat pesan atau berita diterima namun ada kesempatan untuk menyembunyikan bahasa non verbal. Sebagai manusia yang memiliki kecerdasan, maka berkomunikasi membutuhkan  integrasi antara  apa  yang  dipikirkan  dengan yang dirasakan serta dilakukan yang tidak menyinggung manusia lain, sehingga tercapailah tujuan komunikasi
Mewujudkan Dakwah Antar Budaya dalam Perspektif Islam Ahmad, Nur
AT-TABSYIR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v3i1.1639

Abstract

Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Manusia secara fisik hampir tak memiliki perbedaan yang mencolok antara satu dengan yang lainnya. Kemudian dakwah merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus terhadap objek dakwah. Dari masa ke masa kegiatan  dakwah  selalu  mengalami  perubahan-perubahan  sesuai dengan kondisi budaya  dan  situasi lingkungan. Dakwah menjadi tugas setiap muslim dalam pengertian yang sederhana dalam skala mikro sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya. Namun dalam pengertian dakwah secara ideal dan makro, baik yang dilakukan oleh individu terkhusus oleh kelompok dakwah harus dilakukan dengan menguasai berbagai aspek, baik metode, materi, media dan menguasai sasaran dakwah. Munculnya permasalahan dalam dakwah semakin kompleks, apalagi pada zaman yang modern seperti sekarang ini. Para da’i dituntut harus bisa mengetahui  gambaran dakwah atau uraian yang mengandung berbagai keterangan, informasi, dan data yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun suatu rencana kegiatan dakwah secara sistematis dan terinci tentang daerah atau  batasan  geografis  yang  nantinya  akan  mewujudkan  dakwah antar budaya oleh sang da’i. Oleh karenanya dibutuhkan aktivitas dakwah agar senantiasa mampu mewujudkan dakwah antar budaya saling rukun, saling menghormati dan menghargai diantara sesama serta mampu menjalin hidup yang toleran dengan kearifan budaya yang ada. Dakwah antar budaya merupakan sebagai proses dakwah yang mempertimbangkan keragaman budaya antar subjek, objek dakwah serta keragaman penyebab terjadinya gangguan interaksi pada tingkat intra dan antarbudaya agar pesan dakwah dapat tersampaikan dengan tetap terpelihara situasi dan kondisi dengan damai

Page 1 of 2 | Total Record : 20