cover
Contact Name
Dedi Mulyadi
Contact Email
d3dimulya@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
riset.geotek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan
ISSN : 01259849     EISSN : 23546638     DOI : -
Core Subject : Science,
RISET (Indonesian Journal of Geology and Mining) welcomes article submissions dealing with Geology; Applied Geophysics; Mining.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 2 (2009)" : 6 Documents clear
TIPE AIR UNTUK PENENTUAN ALIRAN AIRTANAH VERTIKAL DI CEKUNGAN JAKARTA Dadan Suherman; Sudaryanto Sudaryanto
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 2 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1065.082 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.26

Abstract

ABSTRAK Pengambilan airtanah yang berlebihan menunjukkan bahwa dari tahun-ketahun di beberapa tempat telah mengalami penurunan kualitasnya, dan mengalirnya airtanah dari akuifer tidak tertekan ke akuifer tertekan. Analisis mengenai fenomena tersebut dilakukan dengan cara membandingkan tipe air dari kedua akuifer tersebut. Untuk keperluan itu, telah dilakukan penelitian  airtanah di 20 lokasi yang tersebar di wilayah DKI Jakarta. Pengambilan conto airtanah terdiri dari 15 conto dari akuifer tidak tertekan, 12 conto pada akuifer tertekan atas, dan sembilan conto dari akuifer tertekan bawah. Hasil analisis kimia dengan metode spektrofometri serapan atom (AAS), volumetri, dan turbidimetri menunjukkan bahwa tipe airtanah pada akuifer 1, 2, dan 3, bertipe MgCl2, CaCl2, NaCl, , Na2SO4, NaHCO3, NaMix, dan Ca(HCO3)2. Tipe air NaCl mengindikasikan bahwa di  Tongkol, Ancol, Marunda, Slipi dan Cempaka Putih telah dipengaruhi oleh garam, tipe ini banyak didapatkan pada akuifer 1. Sedangkan tipe anion bikarbonat banyak terdapat pada akuifer 2 dan akuifer 3.  Masing-masing  akuifer umumnya memperlihatkan tipe airtanah yang berbeda, hasil ini memberikan indikasi bahwa di lokasi penelitian tidak terjadi aliran airtanah secara vertikal.
PENCEMARAN AIR PERMUKAAN DAN AIRTANAH DANGKAL DI HILIR KOTA CIANJUR M. Rachman Djuwansah; Ade Suriadarma; Dadan Suherman; Anna Fadliah Rusydi; Wilda Naily
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 2 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1066.195 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.27

Abstract

ABSTRAK Air permukaan dan airtanah dangkal pada sumur-sumur gali di sepanjang ruas-ruas sungai yang melintasi kota Cianjur ke arah hilir telah dianalisis untuk mengetahui tingkat pencemarannya.  Air Permukaan dan Airtanah dangkal di Hilir kota Cianjur telah mengalami pencemaran pada tingkat yang berbeda. Pada air permukaan pencemaran ditandai dengan kandungan BOD tinggi sehingga  air tidak dapat langsung dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum, tetapi masih dapat dimanfaatkan sebagai air irigasi dan perikanan. Proses pemurnian kembali air di daerah studi tampaknya tidak akan terjadi karena jumlah rata-rata limbah yang masuk secara acak lebih besar daripada daya pulih aliran di daerah tersebut.  Gejala pencemaran Nitrogen telah tampak pada air tanah dangkal, tetapi air masih dapat digunakan sebagai sumber air minum. Untuk mengantisipasi memburuknya keadaan di masa mendatang, perlu mulai difikirkan untuk mengelola sumberdaya air daerah ini dengan pendekatan hidrologi urban.
PORE SIZE DISTRIBUTION AND FLOW CHARACTERISTICS IN A FORESTED HEADWATER CATCHMENT Kasdi Subagyono; Tadashi Tanaka
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 2 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.677 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.23

Abstract

ABSTRACT It is obvious in recent publications that pores and pores size distribution play an important role in flow generation, yet the study of dynamic behavior of the effects of pores and pores size distribution on flow characteristics is somewhat rare. As micro pores, mezzo pores and macro pores are various in the soil, the distribution as well as characteristics of those pores are the major factor of flow characteristics in the soils. Pores size distribution was determined considering the volumetric water content at each matric head defined from soil water characteristics curves. Mathematically, pores size distribution is calculated using formula of r = 0.15/h, where r is radius of the pore and h is matric head. The flux of water was determined by installing tensiometer and piezometer in a transect across the hillslope and riparian zone.  The results showed that the different of those between hillslope and riparian provides insight that the effects of pores and pores size distribution varies with hydrological zone.  In riparian zone, flows are highly affected by micropores (R2 = 0.49), mezopores (R2 = 0.26) and total porosity (R2 = 0.28), while in hillslope side only micropore is dominant. The relationship between pores size distribution and water flow suggested that in hillslope side the flow was dominated by slow flow as micro pores has affected, while in riparian zone the rapid flow was more obvious as mezopores and total porosity have affected.
AIR TAWAR DI PULAU KECIL TERUMBU KARANG DERAWAN: MASALAH DAN ADAPTASI TERHADAP KENAIKAN MUKA AIR LAUT Wahyoe S. Hantoro; Sapri Hadiwisastra; Edy M. Arsadi; A. Masduki; A.Y. Airlangga; Suyatno Suyatno; Engkos Kosasih
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 2 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2393.288 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.28

Abstract

ABSTRAK Pulau Derawan merupakan bagian dari gugusan pulau terumbu karang yang tumbuh di tinggian atau substrat dari endapan pasir dan lempung di perairan lepas pantai estuari Sungai Berau. Sejumlah pemboran yang dibuat di jalur tengah di gosong pasir dan Pulau Derawan memperlihatkan suatu urutan pengendapan pulau terumbu karang yang mengalami perulangan perubahan muka laut serta dengan ciri pengendapan seiring kenaikan cepat muka laut sejak zaman es terakhir (14.000 th). Data tersebut, menempatkan gugusan pulau ini pada kemungkinan terjadinya penurunan tektonik. Hal ini juga dipertegas oleh data seismik pantul dangkal dari kawasan disekitarnya. Memperhatikan skenario kenaikan muka laut global 1 cm/tahun, Derawan dan gugusan pulau terumbu karang halang di perairan dan estuari Berau sesungguhnya saat ini berada pada ancaman serius dengan berbagai konsekuensinya. Ancaman tersebut salah satunya adalah akan sangat berkurangnya ketersediaan air tawar pulau yang hanya diperoleh dari air meteorik. Naiknya muka air laut akan menaikkan muka air asin yang di atas mana bertengger lensa air tawar yang akan segera menipis. Saat ini berdasar pengukuran, lapisan air tawar mempunyai tebal tidak merata sekitar 2-4 m. Langkah awal mengatasi masalah ini adalah melakukan upaya pengaturan pemakaian air tawar sehingga selalu seimbang neracanya serta mengusahakan memperhalus sedimen yang menjadi tempat air tawar terkumpul sehingga dapat menghalangi masuknya air asin dari formasi dibawahnya maupun langsung dari arah samping (pantai) ketika pasang naik paling tinggi. Upaya ini dapat dilakukan dengan penanaman jenis pohon tertentu yang sudah diuji kemampuan dan perilakunya namun juga terhindar dari dampak kelebihan evapotranspirasi. 
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAS KREO TERHADAP DEBIT PUNCAK DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH Puguh Dwi Raharjo
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 2 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1973.78 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.24

Abstract

ABSTRAK Alih fungsi penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi akan cenderung meningkatkan nilai koefisien aliran permukaan yang akan berpengaruh terhadap debit puncak. DAS Kreo merupakan DAS yang berada  di daerah Semarang yang telah mengalami perubahan penggunaan lahan. Tujuan dalam penelitian ini adalah menguji kemampuan dan ketelitian teknik penginderaan jauh untuk penyadapan data mengenai karakteristik fisik dan morfometri DAS guna estimasi debit puncak serta mengevaluasi pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap debit puncak dengan menggunakan metode rasional. Perubahan luasan Penggunaan lahan yang signifikan yang dapat mempengaruhi volume air larian  adalah lahan sawah yang pada tahun 1992 seluas 24,89 km2 menjadi 15,47 km2 pada tahun 1999. Pemukiman desa seluas 13,29 km2 pada tahun 1992 menjadi 20,42 km2 pada tahun 1999. Dalam perbandingan hidrograf terjadi peningkatan nilai puncak banjir. Berdasarkan perbandingan antara debit sungai maksimum dengan debit sungai minimum pada tahun 1992 sebesar 240,74 dan pada tahun 1999 sebesar 393,25 sehingga terjadi peningkatan yang juga disertai dengan peningkatan  penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap debit puncak
POTENSI LIKUIFAKSI AKIBAT GEMPABUMI BERDASARKAN DATA CPT DAN N-SPT DI DAERAH PATALAN BANTUL, YOGYAKARTA Eko Soebowo; Adrin Tohari; Dwi Sarah
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 2 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2341.473 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.25

Abstract

ABSTRAK Gempabumi dapat menimbulkan bahaya likuifaksi yang dapat merusakkan bangunan dan sarana infrastruktur khususnya di wilayah perkotaan di Indonesia. Investigasi  geoteknik bawah permukaan telah dilakukan di daerah Patalan, Bantul, Yogyakarta, untuk mendapatkan gambaran susunan lapisan tanah dan kekuatannya, menentukan kedalaman dan ketebalan lapisan tanah yang berpotensi likuifaksi dan penurunan lapisan tanah akibat likuifaksi. Analisis potensi likuifaksi dilakukan menggunakan data CPT (cone penetration test) dan N-SPT (standard penetration test), dengan mempertimbangkan nilai percepatan getaran tanah maksimum (p.g.a) sebesar 0,25g, magnitudo gempabumi sebesar 6,2 SR dan muka airtanah setempat. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa lapisan tanah lepas selama gempabumi terdiri dari pasir lanauan dan lanau pasiran pada kedalaman antara 0,2  - 12,8 m. Analisis potensi likuifaksi mengindikasikan bahwa ketebalan lapisan tanah yang berpotensi terlikuifaksi bervariasi antara 0,2 m dan 5,2 m, Sedangkan penurunan total lapisan tanah terutama terkonsentrasi di wilayah bagian tengah yang terletak di jalur Patahan Opak dengan besaran antara 0,21 cm hingga 12,98 cm Zona likuifaksi dan penurunan ini berada pada lapisan sedimen bagian atas yang mengisi pada cekungan Bantul di sekitar Patahan Opak.

Page 1 of 1 | Total Record : 6