cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
IJEE (Indonesian Journal of English Education)
ISSN : 23561777     EISSN : 24430390     DOI : -
Core Subject : Education,
IJEE (Indonesian Journal of English Education) is a peer-reviewed journal of English Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The journal aims at improving the quality of research on the area of English education which is issued twice in a year.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "IJEE (INDONESIAN JOURNAL OF ENGLISH EDUCATION)| VOL. 8 | NO.1 | 2021" : 10 Documents clear
Fostering Students’ Grammatical Competence Through Flipped Classroom Firdausa Fadhilah; Ratna Sari Dewi; Zaharil Anasy; Ismalianing Eviyuliwati; Syauki Syauki
IJEE (Indonesian Journal of English Education) IJEE (INDONESIAN JOURNAL OF ENGLISH EDUCATION)| VOL. 8 | NO.1 | 2021
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ijee.v1i1.20744

Abstract

ABSTRACTThis study aims to identify whether Flipped Classroom strategy can enhance students’ grammatical competence. EFL students still found difficulties in understanding and mastering grammar despite its central role in learning a new language. As we are living in the digital era, we can optimize digital tools in teaching and learning to assist students and teachers. Furthermore, students nowadays are tech-savvy, so it would not be very difficult to integrate technology into classroom. The participants of this research were the tenth grade students at SMAN 4 Tangerang Selatan. Classroom Action Research (CAR) was implemented as the research design with two cycles which comprised three meetings in each cycle. The cycle consisted of planning, acting, observing, and reflecting. The instruments used were test, questionnaire, observation, and researcher’s field note. The results showed that 77.14% of students passed the minimum criterion score; further, the results among pre-test, post-test 1, and post-test 2 significantly increased. These findings indicate that Flipped Classroom have the potential to improve students’ grammatical competence.   ABSTRAKStudi ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi gramatikal siswa melalui strategi Flipped Classroom dan untuk mengetahui bagaimana strategi tersebut meningkatkan kompetensi gramatikal siswa.   Siswa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL) masih mengalami kesulitan untuk memahami dan menguasai tata bahasa meskipun peran sentralnya dalam belajar bahasa.  Karena kita hidup di era digital, kita dapat mengoptimalkan alat digital dalam proses belajar-mengajar untuk membantu siswa dan guru.  Selain itu, siswa saat ini sudah paham teknologi sehingga tidak terlalu sulit untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam kelas. Melihat fenomena ini, oleh sebab itu, penelitian telah dilaksanakan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X di SMAN 4 Tangerang Selatan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan sebagai desain penelitian dengan dua siklus yang terdiri dari 3 pertemuan di setiap siklusnya. Instrumen yang digunakan adalah tes, angket, observasi, dan catatan lapangan peneliti.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa 77,14% siswa dinyatakan lulus kriteria ketuntasan minimal (KKM).  Hasil pre-test, post-test 1, dan post-test 2 meningkat secara signifikan yang menunjukkan bahwa Flipped Classroom dapat meningkatkan kompetensi gramatikal siswa.
Indonesian Culture Influence Towards English Directive Acts Used by Senior High School Students Tamara Becce Tenridinanti; Indawan Syahri; Maribel Casinto Abalos; Rini Susanti
IJEE (Indonesian Journal of English Education) IJEE (INDONESIAN JOURNAL OF ENGLISH EDUCATION)| VOL. 8 | NO.1 | 2021
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ijee.v1i1.20127

Abstract

ABSTRACTIn uttering the English language, especially English directive acts, Indonesian people do not deliver it directly, but they convey it long-winded. It is influenced by the Indonesian culture that tends to convolute in explaining something which is different from the English-speaking culture that speaks straight to the point. The objectives of the study were to identify the common types of directive illocutionary acts and to describe how the Indonesian culture is represented in English illocutionary acts made by the students of SMA Negeri 10 Palembang. The method of the study was descriptive-qualitative. The data was collected from twenty-six participants of SMA Negeri 10 Palembang through the role-play technique. Results of this study showed eight common types of English directive acts: commanding, requesting, suggesting, forbidding, questioning, permitting, encouraging, and wishing. Besides, the resemblance between the Indonesian culture and illocutionary acts has an interconnection shown in culture transfer. In this this study in particular, questioning was the most dominant directive act, and this is because Indonesian people tend to ask first before uttering straight to the point and suggesting was the second most dominant whereas requesting was the least dominant.   ABSTRAKDalam pengucapan bahasa Inggris khususnya bahasa Inggris directive act, orang Indonesia tidak menyampaikannya secara langsung, tetapi menyampaikannya dengan bertele-tele. Hal tersebut dipengaruhi oleh budaya Indonesia yang berbelit-belit dalam menjelaskan sesuatu yang berbeda dengan budaya Inggris yang berbicara langsung ke intinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis ilokusi direktif yang umum dan mendeskripsikan bagaimana kemiripan budaya Indonesia dalam ilokusi bahasa Inggris yang dibuat oleh siswa SMA Negeri 10 Palembang. Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan pada dua puluh enam peserta SMA Negeri 10 Palembang melalui peragaan role play. Studi ini menunjukkan delapan jenis tindakan direktif bahasa Inggris yang umum seperti memerintah, meminta, menyarankan, melarang, mempertanyakan, mengizinkan, mendorong, dan berharap. Selain itu, kemiripan budaya Indonesia dengan ilokusi memiliki keterkaitan yang terlihat dalam transfer budaya. Dari penelitian ini, bertanya sangat dominan karena masyarakat Indonesia cenderung bertanya terlebih dahulu sebelum berbicara langsung ke pokok permasalahan. Dominasi kedua menunjukkan, dan yang terakhir meminta.  
Indonesian Learners’ Self-directed Learning and Resilience in Online English Classes: Assessing Interaction with L2 Achievement Adaninggar Septi Subekti
IJEE (Indonesian Journal of English Education) IJEE (INDONESIAN JOURNAL OF ENGLISH EDUCATION)| VOL. 8 | NO.1 | 2021
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ijee.v1i1.20681

Abstract

ABSTRACTThe present study was conducted to find the relationship between English for Academic Purposes (EAP) learners’ Self-directed Learning (SDL) and their achievement as measured with their EAP class grades as well as the relationship between these grades and their resilience. This study used a survey as the method of data collection and 157 learners who were enrolled in EAP online classes willingly participated in the study. Results of Pearson’s correlation and Regression analysis showed that learners’ SDL was very weakly associated with their grades (r (155) = .01, p > .05), with their SDL being unable to predict their ultimate achievement (R2 = .000). This study further found a very weak negative relationship between learners’ resilience and their grades (r (155) = -.02, p > .05). Learners’ resilience was not a predictor for their grades either (R2 = .000). As the present study is an exploratory study of the issue in question in the Indonesian context of English as a foreign language (EFL), it is suggested that further studies be conducted to establish more conclusive findings on the predictive power of learners’ SDL and resilience towards their English learning achievement. ABSTRAKStudi ini bertujuan menginvestigasi hubungan antara Self-directed Learning (SDL) pembelajar kelas Bahasa Inggris untuk tujuan akademik (EAP) dan pencapaian belajar di kelas Bahasa Inggris serta hubungan antara pencapaian belajar tersebut dengan ketahanan (resilience) mereka. Studi ini menggunakan metode survei dan sebanyak 157 pembelajar di kelas EAP bermoda daring berpartisipasi dalam studi ini. Studi ini menemukan bahwa SDL pembelajar berkorelasi sangat lemah dengan pencapaian belajar (r (155) = .01, p > .05) dan bahwa SDL tidak mampu memprediksi pencapaian belajar (R2 = .000). Studi ini juga menemukan bahwa ketahanan pembelajar berkorelasi sangat lemah dengan pencapaian belajar (r (155) = -.02, p > .05) dan tidak mampu memprediksi pencapaian belajar (R2 = .000). Karena studi ini termasuk studi awal dalam kajian SDL dan ketahanan pembelajar dalam kaitannya dengan pencapaian belajar pada konteks pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia, terkait dengan hasil studi ini, disarankan dilakukan studi-studi lain dalam konteks Indonesia. Studi-studi ini dapat dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih solid terkait besar kecilnya kemampuan SDL dan ketahanan pembelajar dalam memprediksi pencapaian belajar mereka dalam Bahasa Inggris.
The Benefits of Reading Aloud for Children: A Review in EFL Context Jennet Senawati; Ni Komang Arie Suwastini; I Gusti Agung Sri Rwa Jayantini; Ni Luh Putu Sri Adnyani; Ni Nyoman Artini
IJEE (Indonesian Journal of English Education) IJEE (INDONESIAN JOURNAL OF ENGLISH EDUCATION)| VOL. 8 | NO.1 | 2021
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ijee.v1i1.19880

Abstract

ABSTRACTAlthough reading aloud is an old teaching strategy, its relevance has been vouched by research from time to time. The present study aimed to critically review experts' opinions and results of previous research on the definition and characteristics of reading aloud and its benefits for young children in the EFL contexts by employing George’s (2008) model of literature review. The review revealed that the teacher plays the most crucial role in reading aloud, acting as the bridge between the text and the student's comprehension. A good design of reading aloud demands the teacher’s competence in choosing the text to meet the students’ interest and level; planning the tempo of the reading and the pauses to pose questions and comments; and making connections with the text and the children. Reading aloud benefits children’s English regarding their vocabulary, pronunciation, comprehension, listening skills, reading skills, speaking skills, communicative skills, and motivation, literacy, and critical thinking skills. These results imply that reading aloud is still relevant to be implemented nowadays because of the benefits it brings to children’s English. ABSTRAKMeski sering dianggap metode lama, membaca nyaring memberi banyak manfaat. Artikel ini bertujuan untuk melakukan kajian kritis terhadap pendapat ahli dan penelitian terdahulu mengenai pengertian, ciri khas, serta manfaat membaca nyaring, dengan mengikuti model penelitian kajian pustaka George (2008). Diungkapkan bahwa guru menjadi penentu kesuksesan kegiatan membaca nyaring sebagai jembatan yang menghubungkan siswa dengan teks yang dibaca. Kegiatan membaca nyaring bergantung pada kemampuan guru untuk memilih teks yang sesuai dengan minat dan kemampuan siswa, serta merancang proses pembacaan terkait tempo dan penempatan jeda untuk memberi komentar, bertanya, maupun membuat kaitan-kaitan antara teks dan siswa. Ahli dan penelitian terdahulu berpendapat bahwa kegiatan membaca nyaring berkontribusi secara positif terhadap siswa terkait pembentukan kosakata, pelafalan, pemahaman, keterampilan mendengar, membaca, berbicara, dan berkomunikasi, serta motivasi, literasi, dan kemampuan berpikir kritis berkomunikasi mereka. Jadi, membaca nyaring sangat relevan diimmplementasikan pada jaman sekarang karena kegiatan ini sangat positif untuk perkembangan Bahasa Inggris siswa.
Students’ Voices on Lecturers’ Written Corrective Feedback (WCF) in Their Writing Tasks Adrefiza Adrefiza; Didin Nuruddin Hidayat; Fortunasari Fortunasari
IJEE (Indonesian Journal of English Education) IJEE (INDONESIAN JOURNAL OF ENGLISH EDUCATION)| VOL. 8 | NO.1 | 2021
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ijee.v1i1.17701

Abstract

ABSTRACTAlthough studies on Written Corrective Feedback (WCF, hereafter) have been increasingly prevalent in the last few years, inquiries on how advisory students perceive the lecturers’ feedback on their writing tasks have been likely scarce, especially in Indonesian Higher Education Institutions (HEIs) contexts. This study examines the students’ perception and evaluation of the lecturers’ WCF in response to errors and inaccuracies in their academic writing tasks. Through an online survey questionnaire distributed to 46 respondents via email, the results show that the majority of students appreciated any forms of feedback from the lecturers. Their writing skills in four aspects (grammar, vocabulary, organization, and mechanics) also improved significantly through an enhancement of their self-directed learning. Following the analysis model by one of previous studies, the results showed that the students preferred direct WCF to the Indirect one (58.7 %: 15.2 %), while the “Praise” category was given the highest rate with an average score of (4.06). “Criticism”, on the other hand, was the lowest one with an average score of only (2.3) in the evaluation. It is recommended that lecturers always avoid unclear, vague, aggressive, thoughtless, and inappropriate feedback to improve students’ writing skills and performance. ABSTRAKMeskipun studi tentang Umpan Balik Korektif Tertulis (WCF, selanjutnya) semakin lazim dalam beberapa tahun terakhir, namun, diskusi tentang penilaian mahasiswa terhadap umpan balik dosen terkait tugas menulis mereka sangat terbatas, terutama dalam konteks Lembaga Pendidikan Tinggi Indonesia (PT). Penelitian ini mengkaji persepsi dan evaluasi mahasiswa terhadap WCF dosen dalam merespon kesalahan dan ketidaktepatan dalam tugas menulis akademik mahasiswa. Melalui kuesioner survei online yang dibagikan kepada 46 responden melalui email, hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa mengapresiasi segala bentuk umpan balik dari dosen. Keterampilan menulis mereka dalam empat aspek (tata bahasa, kosakata, organisasi, dan mekanik) juga meningkat secara signifikan melalui peningkatan pembelajaran mandiri mereka. Mengacu kepada model analysis dari salah satu penelitian terdahulu, ditemukan bahwa penggunaan WCF Langsung lebih disukai oleh siswa daripada penggunaan Tidak Langsung (58,7%: 15,2%), sedangkan kategori “Pujian” diberikan nilai tertinggi dengan nilai rata-rata (4,06). Sementara, “Kritik” adalah yang paling rendah dengan skor rata-rata hanya (2,3) dalam evaluasi. Disarankan agar dosen selalu memberikan semangat, namun hindari umpan balik yang tidak jelas, kabur, agresif, ceroboh, dan tidak tepat untuk meningkatkan kemampuan menulis dan prestasi mahasiswa.
English Teachers’ Perspectives on Challenges, Suggestions, and Materials of Online Teaching amidst the Global Pandemic Novrika Nartiningrum; Arif Nugroho
IJEE (Indonesian Journal of English Education) IJEE (INDONESIAN JOURNAL OF ENGLISH EDUCATION)| VOL. 8 | NO.1 | 2021
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ijee.v1i1.17886

Abstract

ABSTRACTMaintaining undisrupted learning during this pandemic becomes a challenge for teachers all over the world. In Indonesia, the practices of open online learning are not yet to be implemented. Online learning in Secondary school Year 7-9 level goes as far as internet-assisted learning or blended learning. Thus, previous research has not examined teachers' perspectives on full online learning as implemented during the Covid-19 pandemic. Considering this situation, EFL Secondary school Year 7-9 teachers’ perspectives, as one of the essential aspects of online learning, lack investigation. Therefore, the present study offers 20 EFL Secondary school Year 7-9 teachers’ insights regarding challenges, suggestions, and teaching materials needed during the Covid-19 outbreak. Drawing on qualitative data collected by means of self-written reflections and semi-structured interviews, the findings informed that poor internet signal disrupts the teaching process. Thus, the teachers suggest that maintaining a stable internet connection should become a priority. Then, easy access to online applications and websites is deemed necessary by teachers as material sources for online teaching. The results of this study contribute to the literature of English language teaching in response to the present-day phenomenon about online learning, particularly in Secondary school Year 7-9 level. ABSTRAKMempertahankan pembelajaran tanpa gangguan selama pandemic ini menjadi tantangan bagi para guru di seluruh dunia. Di Indonesia, praktik pembelajaran online terbuka masih belum diterapkan. Pembelajaran online di Sekolah Menengah tingkat 7-9 masih sejauh pembelajaran dengan bantuan internet atau pembelajaran campuran. Dengan demikian, penelitian sebelumnya belum mengkaji perspektif guru tentang full online learning sepertin yang diterapkan selama pandemi Covid-19. Mempertimbangkan situasi ini, perspektif guru EFL Sekolah Menengah Kelas 7-9, sebagai salah satu aspek penting dari pembelajaran online, belum diselidiki. Oleh karena itu, penelitian ini menawarkan perspektif dari 20 guru 20 EFL Sekolah Menengah Kelas 7-9 tentang tantangan, saran dan bahan pengajaran yang dibutuhkan selama wabah Covid-19. Berdasarkan data kualitatif yang dikumpulkan melalui refleksi yang ditulis sendiri dan wawancara semi-terstruktur interviews, temuan menginformasikan bahwa sinyal internet yang buruk mengganggu proses pengajaran. Oleh karena itu, para guru menyarankan bahwa menjaga koneksi internet yang stabil harus menjadi prioritas. Kemudian, aplikasi dan website online yang mudah diakses dianggap dibutuhkan oleh guru sebagai sumber materi pembelajaran online. Hasil penelitian ini berkontribusi pada literatur pengajaran Bahasa Inggris dalam menanggapi fenomena pembelajaran online saat ini, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Kelas 7-9.
Enhancing ELT Classroom Using Moodle E-Learning During the Pandemic: Students’ and Teachers’ Voices Arlischa Ardinengtyas; Arifin Nur Himawan
IJEE (Indonesian Journal of English Education) IJEE (INDONESIAN JOURNAL OF ENGLISH EDUCATION)| VOL. 8 | NO.1 | 2021
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ijee.v1i1.20220

Abstract

ABSTRACTThe Covid-19 pandemic that started at the end of December 2019 has brought tremendous impacts on education in Indonesia and worldwide. Responding to this situation, the ministry of education appeals to some educational institutions to conduct online learning during the pandemic. SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta is one of the schools which consistently adhered to the regulation by maintaining the learning process through Moodle-based E-Learning. This phenomenological study is designed to explore students’ and teachers’ perceptions toward the implementation of Moodle E-Learning in ELT during the pandemic. The semi-structured interview was conducted to twenty students and three teachers to get the data based on their beliefs, perceptions, experiences, and perspectives toward the phenomenon. Results of this study show that the use of Moodle E-Learning brings benefits to the ELT Classroom. It builds students’ learning interest and contributes to the enhancement of technological and pedagogical aspects in ELT. Comprehensive material and learning sources are beneficial to expand students’ autonomous learning and problem-solving skills. Further, maximizing Moodle E-Learning features such as discussion forum and teleconference can bridge the demand of blended learning. Thus, Moodle E-Learning is a recommended platform for conducting online learning especially during the pandemic. ABSTRAKPenyakit pandemik (COVID-19) yang terjadi pada akhir Desember 2019 membawa dampak yang luar biasa bagi pendidikan Indonesia. Menaggapi situasi tersebut, Kementerian Pendidikan menghimbau beberapa institusi pendidikan untuk melakukan pembelajaran online selama pandemik terjadi. SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah yang konsisten menaati regulasi dengan tetap menjaga proses pembelajaran melalui Moodle E Learning Based. Penelitian ini dirancang di bawah studi fenomenologi untuk mengeksplorasi resepsi siswa dan guru terhadap penerapan Moodle E-Learning di ELT selama penyakit pandemi. Wawancara semiterstruktur di lakukan terhadap dua puluh siswa dan tiga guru untuk mendapatkan data yang tidak terbatas berdasarkan keyakinan resepsi, pengalaman, dan perspektif mereka terhadap fenomena tersebut. Penggunaan Moodle E-Learning membawa beberapa manfaat bagi kelas ELT. Hasil penelitian ini menunjukn bahwa penggunaan Moodle E-Learning meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu memberikan konstribusi pada beberapa peningkatan aspek teknologi dan pedagogis di ELT. Materi yang komprehensif, dan sumber belajar bermanfaat untuk mengembangkan pembelajaran otonom siswa dan ketrampilan memecahkan masalah memaksimalkan fitur Moodle E-Learning seperti forum diskusi dan telekonferensi dapat menjembatani permintaan blended learning. Dengan demikian, Moodle E-Learning adalah platform yang direkomendasikan untuk melakukan pembelajaran online.   
Classroom Management in EFL Speaking Class: Strategies and Challenges Safrul Muluk; Habiburrahim Habiburrahim; Teuku Zulfikar; Saiful Akmal; Nasriyanti Nasriyanti; Muhammad Safwan Safrul
IJEE (Indonesian Journal of English Education) IJEE (INDONESIAN JOURNAL OF ENGLISH EDUCATION)| VOL. 8 | NO.1 | 2021
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ijee.v1i1.20146

Abstract

ABSTRACTThis research was designed to investigate the strategies used and challenges faced by lecturers in managing EFL speaking classes. The researchers used both classroom observation and semi-structured interviews in collecting the data. The participants of this research were three EFL lecturers teaching English Speaking classes at the English Department of Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia. These lecturers were selected purposively; all of them were those assigned to teach the speaking class. Insights of the lecturers on their experiences in managing speaking classes were investigated to examine strategies and challenges they faced. The findings suggest that the lecturers utilized several strategies such as setting the classroom, determining seating arrangements, fostering discipline, applying certain speaking activities, and providing interesting topics to discuss. The data also indicated that the lecturers faced challenges in managing their teaching. Issues such as lack of equipment or teaching media to support speaking activities, students’ lacked self-confidence, and lack of vocabulary were among the challenges faced by the lecturers.  ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mendapat informasi tentang strategi dan tantangan yang dihadapi dosen di dalam mengelola kelas. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara semi-terstruktur. Sumber data atau partisipan dalam penelitian ini adalah 3 dosen yang mengajar kelas Speaking di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Para partisipan itu direkrut mengunakan teknik purposive sampling, dimana partisipan yang terlibat adalah yang sudah mengajar speaking selama beberapa semester. Hasil obssrevasi dan wawancara diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa strategi dosen di dalam mengelola kelas, diantaranya: menyusun tempat duduk sedimikian rupa, menegakkan disiplin, mengunakan berbagai teknik pembelajaran speaking, dan memberikan topik yang menarik untuk didiskusikan. Penelitian ini juga memperoleh beberapa temuan yang berhubungan dengan tantangan dosen, diantaranya, tidak mencukupi fasilitas yang memadai yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran speaking, kurangnya rasa percaya diri dari mahasiswa itu sendiri, dan tidak memadainya kosa kata yang dikuasai mahasiswa juga merupakan tantangan tersendiri dalam pengelolaan kelas speaking.
Teaching Practice during the Pandemic Outbreak: Perceptions of Pre-Service English Teachers Eka Fajar Rahmani
IJEE (Indonesian Journal of English Education) IJEE (INDONESIAN JOURNAL OF ENGLISH EDUCATION)| VOL. 8 | NO.1 | 2021
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ijee.v1i1.19890

Abstract

ABSTRACTCurrent studies report that a teaching practice program is important for pre-service teachers of English in providing real teaching experiences at school. However, since the Covid-19 outbreak, all school activities are transferred to online delivery mode, which led to teaching practice implementation to be conducted online. This transference must cause pre-service teachers to have different teaching practice experiences. Therefore, the study aims to discover pre-service teachers' perceptions regarding their teaching practice experience during the pandemic. This research was conducted to 114 seventh-semester students of the English Education Department of FKIP Pontianak. The methodology was a mixed-method where the quantitative procedure was first done, followed by the qualitative procedure. The data were gathered through questionnaires and interviews. The results indicated that the online teaching practice program brought various experiences resulting in “satisfying” and “unsatisfying” perceptions. In detail, more than 50% of participants agreed that despite the challenging situations they faced during the practice, they found the online teaching practice program beneficial, especially in providing broad teaching insights and experience. Hence, despite limitations to its ways of implementation, teaching practice program tends to shape positive teaching mindset and attitudes for pre-service teachers. ABSTRAKStudi saat ini melaporkan bahwa program praktik mengajar penting bagi calon guru Bahasa Inggris dalam memberikan pengalaman mengajar yang nyata di sekolah. Namun, sejak merebaknya wabah Covid-19, seluruh kegiatan sekolah dialihkan secara online, sehingga pelaksanaan praktik mengajar dilakukan secara online. Pemindahan ini harus menyebabkan para calon guru memiliki pengalaman praktik mengajar yang berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi calon guru tentang pengalaman praktik mengajar mereka selama pandemi. Penelitian ini dilakukan terhadap 114 mahasiswa semester tujuh pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Pontianak. Metodolog yang digunakan adalah metode penelitian campuran di mana prosedur kuantitatif dilakukan pertama kali, diikuti oleh prosedur kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program praktik mengajar online memberi berbagai pengalaman yang menghasilkan persepsi “memuaskan” atau “tidak memuaskan”. Secara rinci, lebih dari 50% peserta setuju bahwa meskipun menghadapi situasi menantang selama praktik, mereka menemukan program praktik mengajar online bermanfaat, terutama dalam memberikan wawasan dan pengalaman mengajar yang luas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terlepas dari cara pelaksanaannya, program praktik mengajar selalu membentuk pola pikir dan sikap mengajar yang positif kepada guru prajabatan.
An Analysis of Students’ Reading Interest during Learning From Home amidst the Covid-19 Pandemic Sri Utami; Jumaidi Nur
IJEE (Indonesian Journal of English Education) IJEE (INDONESIAN JOURNAL OF ENGLISH EDUCATION)| VOL. 8 | NO.1 | 2021
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ijee.v1i1.17157

Abstract

ABSTRACTThis study aimed to analyze students’ reading interest during the learning-from-home policy in the Covid-19 pandemic time, and it was conducted at the English Department of the University of Kutai Kartanegara in Tenggarong. This descriptive study employed a qualitative approach with a survey design that involved 79 students from the second, fourth, and sixth semesters as participants. The data were obtained through a questionnaire and interview, and they were then analyzed descriptively. Results of this study showed that during the learning-from-home policy students liked to read anything but lecture materials. They argued that reading was tedious and difficult. They preferred reading fiction to reading non-fiction and preferred reading online to reading offline. They read 15-30 minutes a day and only read 1-3 books within five months of learning from home. Their reading materials came from online and offline sources, from websites, and print books by using smartphones. The type of material that was mostly read was novels especially romantic ones. This study suggests that teachers should present lecture materials in such a way that students would be interested in reading them for certain reasons academically or personally.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis minat baca siswa selama belajar dari rumah pada waktu pandemi Covid-19, dan dilakukan di Jurusan Bahasa Inggris Universitas Kutai Kartanegara di Tenggarong. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan studi deskriptif jenis survei yang melibatkan 79 mahasiswa semester dua, empat, dan enam sebagai partisipan. Data diperoleh melalui angket dan wawancara, kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi dan persentase, serta dalam bentuk naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa suka membaca apa saja kecuali materi perkuliahan selama belajar dari rumah. Mereka berpendapat bahwa membaca itu membosankan dan sulit. Mereka lebih suka membaca fiksi daripada membaca non-fiksi dan lebih suka membaca online daripada membaca offline. Mereka membaca 15-30 menit sehari dan hanya membaca 1-3 buku dalam waktu lima bulan belajar dari rumah. Sumber bacaan mereka berasal dari online dan offline, dari Website dan buku cetak dengan menggunakan smartphone. Jenis materi yang paling banyak dibaca adalah novel terutama novel romance. Studi ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai alasan mengapa fenomena tersebut terjadi.

Page 1 of 1 | Total Record : 10