cover
Contact Name
Arum Budiastuti
Contact Email
arumbudi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
up2dfibunair@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Mozaik Humaniora
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 24428469     EISSN : 2442935X     DOI : -
Mozaik Humaniora is a journal that focuses on the scope of humanities and accepts articles on cultural studies, linguistic and literary studies, as well as philology and historical studies.
Arjuna Subject : -
Articles 171 Documents
Identity, Place, and Difference: An Autoethnography Suna Xie
MOZAIK HUMANIORA Vol. 16 No. 1 (2016): MOZAIK HUMANIORA VOL. 16 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.444 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v16i1.10231

Abstract

Identity is a process of becoming, and is thus fluid. The construction of identity is often influenced by many factors, including the place s/he lives in. Identity has always been a work in progress, a process of self-making, adapting and renewing based on different social positions one is placed into voluntarily or obligatory. Being a female from Shanxi province and Chinese, the author feel that these gendered, place located and ethnically classified positions form a key part of her identity shaped by the many places she has lived, both inside and outside China. This paper will be an investigation on how each place, with its own distinct geographical location as well as its political social and cultural dynamic, shaped the author’s identity as a person today, as well as the process of her struggle to negotiate with these multifaceted subject positions as represented by these places. Taking autoethnography as a method of research, the study utilized the author’s reconstructed memories, photographs, and some personal writing she has produced during her time living in places discussed in this article as source materials. This autoethnographic account showed that the experience of living in marginalised positions in different places has enabled the interpretation the social inequality and political injustices from a different perspective. The reflective account helps to understand the existing discourses on Chinese diaspora and realize how the discourses cannot do justice to the complex subjectivities of diasporic experiences.
Pemberdayaan Waria Seniman Ludruk da Penanggulangan HIV/AIDS Maimunah Maimunah; Santi Martini; Aribowo Aribowo
MOZAIK HUMANIORA Vol. 16 No. 1 (2016): MOZAIK HUMANIORA VOL. 16 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.933 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v16i1.10225

Abstract

Komunitas waria seniman ludruk selama ini berada pada posisi yang termarginalkan dalam program penanggulangan HIV/AIDS. Mereka jarang dilibatkan dalam program pemberdayaan pemerintah karena dianggap bukan termasuk populasi kunci. Akan tetapi, realitas menunjukkan bahwa ketika tanggapan sepi, sebagian waria seniman menjadi pekerja seks komersial. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pentingnya meningkatkan feminine skills waria seniman karena program penanggulangan HIV/AIDS di kalangan waria tidak akan berhasil tanpa kemandirian secara ekonomi. Dalam bingkai penelitian kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan para seniman waria Ludruk Irama Budaya dan Karya Budaya di Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ludruk Karya Budaya menjadi contoh yang baik dalam memberikan kesejahteraan pada para anggotanya. Beberapa inovasi on-stage yang telah mereka lakukan adalah manajemen pemasaran yang mengombinasikan pola tradisional dan modern seperti nyebeng, sepelen, dan tedean. Mereka juga melakukan inovasi cerita dengan menekankan unsur komedi. Pola pemasaran juga mengandalkan media internet terutama melalui website dan blog sehingga para penggemar mengetahui jadwal pementasan dengan mudah. Hal ini belum dilakukan oleh Ludruk Irama Budaya di Surabaya yang mengalami persoalan internal serius yang mengancam keberlanjutan kelompok ludruk tobongan tertua ini. Inovasi Off-stage yang selama ini dilakukan para waria seniman untuk tetap mandiri secara ekonomi adalah melalui penguatan keterampilan feminin (feminine skills) seperti menjahit, salon, dan wirausaha sehingga mereka mandiri secara ekonomi.
Peran Pondok Pesantren dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi di Jawa Timur pada Abad ke-20 Muhamad Nafik Hadi Ryandono
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 2 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1110.703 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i2.10934

Abstract

Pondok pesantren merupakan pusat pendidikan agama Islam yang berkembang selama berabad-abad. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lingkungan pesantren memberi beberapa dampak terhadap perubahan social, budaya, politik dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran pondok pesantren terhadap pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat dalam perspektif sejarah. Ruang lingkup eksplorasi mencakup kondisi sosial ekonomi pondok pesantren berdasarkan kompetensi dan keahlian, perkembangan jumlah santri, lamanya berdiri, sumber pendanaan, dan amal usaha. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif diskriptif, dengan obyek penelitian yaitu 17 pondok pesantren di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pondok pesantren berdasarkan kompetensi dan keahlian, jumlah santri, dan usia pondok pesantren dan amal usaha telah mampu memberikan sumbangsih nyata dalam perjalanan dan pembangunan masyarakat. Sumbangsih tersebut berwujud pemberdayaan sosial ekonomi di lingkungan pondok pesantren dan pembangunan nasional. Keberhasilan pemberdayaan sosial ekonomi tanpa meninggalkan kearifan lokal dan karakter budaya Indonesia dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ajaran Islam secara menyeluruh.
Praktik Sistem Keamanan Swakarsa pada Masa Pascakolonial di Jawa Timur Arya W. Wirayuda; Koko Srimulyo
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 2 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1049.862 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i2.10928

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana sistem keamanan yang diorganisasi secara informal bekerja di Jawa Timur, dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari sejarah panjang Indonesia pascakolonial. Artikel ini menggunakan metode sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tulisan tentang sistem keamanan swakarsa sebenarnya telah disinggung oleh beberapa peneliti, akan tetapi pembahasan yang secara lebih khusus mengeksplorasi peristiwa di Jawa Timur masih kurang. Artikel ini menunjukkan bahwa sistem keamanan swakarsa menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia memberlakukan sistem yang secara normatif tidak hanya tergantung kepada hukum negara yang positif dan detail, melainkan juga kesepakatan kesepakatan informal antarmasyarakat dan aparatur negara untuk membuat situasi masyarakat lebih kondusif. Sepanjang periode tersebut, sebagian masyarakat Jawa Timur percaya bahwa sistem keamanan swakarsa yang hampir tidak pernah tertulis dengan jelas merupakan modal penting bagi pembentukan keteraturan di masyarakat. Dinamika sistem ini menunjukkan bahwa banyak golongan masyarakat yang berkepentingan, baik secara politis maupun tidak, memfasilitasi pemerintah untuk memegang pengaruh. Sistem keamanan swakarsa pada gilirannya menginspirasi pembentukan pamswakarsa yang memiliki kecenderungan lebih militeristis. Tulisan ini menunjukkan bahwa topik historiografi tentang sistem keamanan masyarakat perlu ditinjau secara lebih dalam.
Studi Etnografi tentang Nilai-Nilai dan Simbolisasi Tradisi Seblang Olehsari untuk Mencegah Kerawanan Pangan Meirina Hapsah; Siti Mufaidah; Inriza Yuliandari; Susy Katikana Sebayang
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 2 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.636 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i2.10935

Abstract

Walaupun pembangunan di Indonesia mengalami peningkatan, masih ada wilayah di Indonesia yang tergolong dalam status rawan pangan atau waspada rawan pangan. Ketersediaan bahan pangan, keterbatasan akses dan penggunaan bahan pangan menjadi tiga faktor penyebab kerawanan pangan. Salah satu faktor tersebut mungkin berakar dari budaya masyarakat yang tidak mendukung. Namun sebaliknya, mungkin juga terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam budaya yang dapat dikembangkan untuk mencegah kerawanan pangan. Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi dikenal sebagai tradisi yang dilaksanakan untuk mensyukuri hilangnya penyakit, gagal panen dan kerawanan pangan yang pernah terjadi di wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis simbolisasi dan nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Seblang Olehsari yang dapat digunakan dalam upaya pencegahan kerawanan pangan di kawasan ini ataupun di wilayah lain di Indonesia yang memiliki budaya serupa. Penelitian ini menggunakan motode etnografi dengan pendekatan kualitatif menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi. Wawancara mendalam dilakukan pada 12 informan kunci yang terdiri dari pelaku tradisi seblang, warga desa (petani dan ibu rumah tangga), dan budayawan tradisi Seblang. Hasil penelitian berupa informasi mengenai cara pandang masyarakat melihat seblang Olehsari dan Simbolisasi di dalam seblang olehsari yang berhubungan dengan kerawanan pangan. Terdapat 4 simbolisasi utama dalam ritual Seblang yang berhubungan dengan kerawanan pangan, yaitu anjuran bercocok tanam, kesuburan, perlindungan dan keanekaragaman pangan. Berbagai simbolisasiyang berhubungan dengan kerawanan pangan dapat menjadi pesan penting untuk intervensi pencegahan kerawanan pangan, misalnya menggiatkan bercocok tanam, melindungi dan merawat tanaman dan dorongan untuk mendiversifikasi pangan dan mengkonsumsi bahan pangan non-beras seperti yang digelar pada ritual Seblang.
Konseptualisasi Metafora dalam Rubrik Opini Kompas Tahun 2018: Kajian Semantik Kognitif Baiq Haula; Tajudin Nur
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 2 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.192 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i2.10929

Abstract

Penelitian ini berjudul “Konseptualisasi Metafora dalam Rubrik Opini Kompas Tahun 2018: Kajian Semantik Kognitif”. Pembahasannya diorientasikan pada kajian semantik kognitif dengan tujuan mendeskripsikan jenisjenis metafora dan skema citra. Sumber data dalam penelitian ini diambil dari rubrik opini Kompas tahun 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, sedangkan teori yangdiacu dalam penelitian ini adalah semantik kognitif, berkaitan dengan jenis-jenis metafora yang dikemukakanoleh Lakoff dan Johnson (1980) serta teori tentang skema citra yang dikemukakan oleh Cruse dan Croft(2004). Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam rubrik opini Kompas tahun 2018ditemukan 3 jenis metafora, yaitu (1) metafora struktural sebanyak tiga data, (2) metafora orientasionalsebanyak empat data, dan (3) metafora ontologis sebanyak delapan data. Skema citra yang tergambarkan darijenis metafora tersebut sebanyak lima macam, yaitu skema citra identitas (identity) sebanyak satu data, ruang(space) sebanyak satu data, kekuatan (force) sebanyak dua data, wadah (container) sebanyak dua data, dankeadaan (excistence) sebanyak enam data. Selain itu, berdasarkan sebaran data penjenisan metafora yangditemukan umumnya adalah metafora ontologis, sedangkan skema citra yang banyak ditemukan adalah skemacitra keadaan (excistence).
Abstraksi dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia Ilmiah dan Implikasinya bagi Penulisan Artikel Berbahasa Inggris Ni Ketut Mirahayuni
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 2 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.473 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i2.10936

Abstract

Ragam bahasa Inggris ilmiah tulis bercirikan tingkatan abstraksi tinggi sebagai sarana kebahasaan untuk membangun teori. Abstraksi ditandai dengan fenomena penominalan yang mengubah pembahasaan pengalaman yang kongruen menjadi suatu entitas abstrak sehingga dapat diklasifikasi sebagai suatu objek. Studi ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik abstraksi dalam bahasa Indonesia ilmiah tulis melalui analisa struktur frasa nomina kompleks dalam teks ilmiah berbahasa Inggris dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan berfokus pada struktur frasa nomina kompleks dalam bahasa Inggris dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Studi ini melibatkan 35 kalimat dalam bahasa Inggris yang memiliki struktur frasa nomina kompleks dan padanannya dalam bahasa Indonesia, yang diseleksi secara purposive dari teks ilmiah berbahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Dalam studi ini ditemukan beberapa strategi membangun dan mempertahankan tingkatan abstraksi dalam bahasa Indonesia, antara lain dengan mempertahankan struktur frasa dalam bahasa Inggris dan menggunakan bentuk nomina pinjaman. Menariknya, studi ini juga menemukan bahwa sebagian besar data menunjukkan penurunan tingkatan abstraksi dalam kalimatkalimat bahasa Indonesia, artinya, (sebagian) struktur frasa nomina kompleks diuraikan menjadi klausa. Implikasi bagi penulisan ilmiah dalam bahasa Inggris adalah bahwa penulisan dan/atau penerjemahan teks ilmah dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris perlu mempertimbangkan peningkatan taraf abstraksi demi mencapai dan memenuhi konvensi kebahasaan dalam bahasa Inggris ilmiah tulis.
Historiografi dan Identitas Ulu di Sumatera Selatan Dedi Irwanto
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 2 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.155 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i2.10930

Abstract

; "> Kajian ini suatu usaha untuk merekonsepsikan makna ulu sebagai sebuah identitas masyarakat di pedalamanSumatera Selatan dengan menelaah kembali pada sumber-sumber tulisan tentangnya pada masa lampau.Diyakini bahwa studi tentang identitas lokal merupakan suatu refleksi kecil dari sebuah identitas nasional.Dalam realitas kehidupan sehari-hari, terutama di masa lampau, identitas ulu ini dianggap setara, bahkan tidakjarang diposisikan dibawah identitas ilir. Studi historiografi ini dilakukan dengan menganalisis kembalisumber-sumber kolonial dan juga lokal yang mengkaji tentang dunia ulu tersebut. Berdasarkan hal tersebutakan dilihat konsep-konsep apa yang ada dalam perspektif agama, politik, ekonomi dan budaya tentang uludari tulisan-tulisan tersebut. Perspektif apa yang mendominasi dan menjadi penguat dalam konsep ulutersebut. Mengapa tulisan-tulisan yang ada dapat menjadi sebuah penanda dari identitas ulu tersebut, sehinggaterlihat konsep ulu seperti apa, baik dalam kepala dan pikiran penulis asing dan juga penulis lokal. Sejarahnasional terkait erat dengan legitimasi negara dan identitas nasional, demikian sejarah lokal akan terkaitdengan legitimasi dan identitas sebuah kelokalan yang ada, maka dengan merekonsepsikan kembali konsepulu, akan dapat dilacak identitas ulu tersebut seperti apa. Beberapa fakta tulisan asing dan lokal sendirimenunjukkan bahwa ada usaha penyetaraan terhadap other identitas yang menjadi dikotominya, Ilir. Namun,ternyata ada juga narasi yang justru menjadi “pelemah” dari usaha penyetaraan tersebut, sehingga identitasyang terlihat konsep ulu dalam jangka waktu yang lama selalu dibawah hegemoni konsep ilir.
Pendidikan Domestik dan Konstruksi Peran Perempuan Indian Amerika Inferior dalam The School Days of an Indian Girl dan The Wide Spread Enigma of Blue Star Woman Karya Zitkala-Sa Olga Rorintulus
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 2 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (721.814 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i2.10937

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan konstruksi peran perempuan Indian Amerika inferior dalam masyarakat kulit putih melalui pendidikan domestik bagi anak-anak perempuan Indian Amerika di akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 seperti terefleksi dalam karya sastra Zitkala-Sa, The School Days of an Indian Girl and The Widespread Enigma of Blue Start Woman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengumpulkan data-data kualitatif melalui tehnik penelitian kepustakaan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sastra feminisme yang mengaplikasikan teori feminisme liberal tentang gender. Hasil analisa menunjukkan bahwa pendidikan domestik bagi anak-anak perempuan Indian Amerika merupakan suatu konstruksi gender yang menanamkan budaya patriarki masyarakat kulit putih yang memposisikan peran perepuan Indian Amerika inferior dalam masyarakat kulit putih Amerika di akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 seperti terefleksi dalam karya-karya Zitkala-Sa.
Alat-alat Kesantunan Kritik dalam Masyarakat Jawa Surabaya: Kajian Pragmatik Edy Jauhari
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 2 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.069 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i2.10931

Abstract

Kritik merupakan tindak tutur yang rawan mengancam muka. Oleh karena itu, diperlukan alat-alat kesantunan untuk menurunkan kadar ancaman tersebut. Artikel ini bermaksud mengkaji alat-alat kesantunan kritik dalam masyarakat Jawa Surabaya. Data dikumpulkan melalui Discourse Completion Test (DCT), yakni metode elisitasi yang wujudnya seperti kuesioner. DCT ini disebar kepada informan untuk mendapatkan pengisian. Pengisi DCT (informan) adalah para pegawai yang bekerja di lingkungan kantor pemerintah di wilayah Surabaya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam masyarakat Jawa Surabaya, khususnya di dalam ranah perkantoran, terdapat berbagai macam bentuk linguistik yang sering digunakan sebagai alat untukmemperlunak daya sengat kritik. Bentuk-bentuk linguistik tersebut di antaranya berupa modifier, penggunaan pasif bentuk di- untuk persona kedua, serta penggunaan pronomina persona pertama inklusif.

Page 7 of 18 | Total Record : 171