cover
Contact Name
Arum Budiastuti
Contact Email
arumbudi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
up2dfibunair@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Mozaik Humaniora
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 24428469     EISSN : 2442935X     DOI : -
Mozaik Humaniora is a journal that focuses on the scope of humanities and accepts articles on cultural studies, linguistic and literary studies, as well as philology and historical studies.
Arjuna Subject : -
Articles 171 Documents
Pembatalan Sewa Tanah di Vorstenlanden Tahun 1823: Kasus Kontra Lex Rei Sitae Harto Juwono Harto Juwono
MOZAIK HUMANIORA Vol. 13 No. 2 (2013)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v13i2.3844

Abstract

AbstrakPersewaan tanah menjadi bagian penting dari perkembangan sejarah di Vorstenlanden. Fenomena ini telah berlangsung sejak dekade kedua abad XIX. Sepanjang sejarahnya, proses persewaan tanah pernah dihentikan, yaitu ketika Gubernur Jenderal G.A.G.P. Baron van der Capellen mengeluarkanStaatsblad tahun 1823 no. 6 yang melarang orang-orang Eropa menyewa tanah di wilayah kekuasaan raja-raja Jawa. Peristiwa yang dianggap berperan bagi terjadinya Perang Diponegoro ini merupakan akibat dari penerapan dua sistem hukum yang berbeda pada objek dan dalam konteks yang sama, yaitu hukum positif dan hukum adat. Namun, dalam historiografi Indonesia, kondisi tersebut selalu dikaji melalui pendekatan sejarah politik dan ekonomi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mencermati konteks yang berbeda dari pendekatan politik melalui pendekatan hukum. Dengan melalui metode sejarah, penelitian ini mengungkapkan bahwa ketika hukum positif dan hukum adat diterapkan bersamaan di lokasi dan pada objek yang sama, subjek maupun objek hukum akan kehilangan pedoman dalam pengambilan tindakan yang dianggap sah. Akibatnya, benturan tidak dapat dihindari dan mengakibatkan pengingkaran terhadap keabsahan keputusan yang diambil oleh pihak yang berwenang. Ketika keputusan pembatalan ini dikeluarkan, banyak orang menganggap pemerintah kolonial Hindia Belanda melakukan pelanggaran bukan hanya kewenangan raja Jawa melainkan juga terhadap aturan hukum yang berlaku. Pandangan itu memberikan dasar legal bagi keterlibatan banyak pemilik tanah pribumi dalam perlawanan Diponegoro.Kata kunci: hukum kolonial, sewa tanah, Vorstenlanden
REDUPLIKASI BAHASA ROTE DIALEK DENGKA: KAJIAN MORFOLOGI GENERATIF Efron Erwin Yohanis Loe, Prof.Dr. Ni Luh Loe
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 1 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.546 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i1.6589

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan menjelaskan proses reduplikasi dengan kaidahnya dalam bahasa Rote dialek Dengka. Adapun masalah penelitian yang dianalisis dalam proses pembentukan kata reduplikasi, yaitu: bagaimanakah proses reduplikasi bahasa Rote dialek Dengka?. Masalah penelitian, di atas dianalisis secara terperinci dengan pendekatan teori morfologi yang mutakhir, yaitu teori morfologi generatif yang dipelopori oleh Aronoff, yakni “Word-Based Morphology”(1979). Sesuai dengan kebutuhan analisis dan kaidah proses pembentukan kata reduplikasi dalam bahasa Rote dialek Dengka, dibuatlah satu teori modifikasi dengan mengacu pada teori utama untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam menganalisis proses pembentukan kata reduplikasi serta dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif di mana penjelasan rumusan masalah dengan menggunakan kata-kata dan bukan berdasarkan pada data statistik. Proses pengumpulan data dengan menggunakan metode simak dan metode cakap. Sementara teknik pengumpulan data menggunakan teknik yang ada dalam metode simak dan metode cakap. Teknik-teknik dalam metode simak, yaitu: teknik sadap, teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam dan teknik catat. Teknik-teknik dalam metode cakap, yaitu: teknik pancing, teknik cakap semuka, teknik cakap tansemuka, teknik rekam dan catat. Temuan dalam penelitian ini ditemukan tiga jenis proses reduplikasi, yaitu: 1) reduplikasi penuh, 2) reduplikasi sebagian, dan 3) reduplikasi penuh khusus kata kerja.
Pemaknaan Finalis Putri Muslimah Indonesia terkait Konstruksi Kecantikan Islami dalam Kontes Putri Muslimah Indonesia Rizka Kurnia Ayu
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 2 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.963 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i2.5372

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pemaknaan finalis Putri Muslimah Indonesia akan makna kecantikan Islami dikaitkan dengan posisi mereka sebagai pemeluk agama Islam sekaligus peserta dalam kontes kecantikan Islami. Melalui pendekatan kualitatif dengan memanfaatkan teori resepsi diketahui bahwa finalis Putri Muslimah Indonesia menempatkan diri mereka sebagai  Negotiated Dominant Hegemonic, dimana Finalis Putri Muslimah Indonesia menerima secara penuh dan terbuka pada  makna kecantikan bentukan acara Putri Muslimah Indonesia yang memandang bahwa kecantikan Islami adalah kombinasi antara agamis dan modis. Keduanya adalah modal kecantikan Islami yang tidak boleh dipisahkan. Kontes kecantikan Islami dianggap oleh finalis tersebut sebagai ajang yang dapat mendongkrak rasa percaya diri mereka untuk setara bahkan merasa lebih baik dindingkan  dengan perempuan di kontes kecantikan non Islami lainnya. Kontes kecantikan Islami adalah semacam verifikasi yang menghapus rasa minder mereka bahwa mereka adalah perempuan yang juga tetap bisa cantik dengan pemakaian atribut keagamaan.  Terlepas dari fakta bahwa pemaknaan finalis yang demikian ini justru mencerabut kecantikan islami dari esensi awalnya, finalis tersebut tetap meyakini bahwa kecantikan islami bentukan Putri Muslimah Indonesia lebih paralel dengan era ini dibandingkan dengan kecantikan Islami menurut ulama Islam.
How is Meaning Constructed in Indonesian Expressions? Deli Nirmala
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 1 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (902.446 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i1.9886

Abstract

Makna diperoleh tidak hanya dari melabeli tetapi juga mengonstruksi. Dengan melabeli, makna diperoleh dari komponen semantis yang secara konvensional telah disepakati oleh penuturnya. Namun, dengan mengonstruksi, makna diperoleh dengan konseptualisasi yang terefleksikan dalam kata atau ungkapan lainnya. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan suatu bukti kreativitas manusia dalam mengonstruksi makna dalam bahasa Indonesia. Konseptualisasi terwujud dalam bentuk dasar kata, reduplikasi, afiksasi, dan bentuk pasif. Selain itu, konseptualisasi terbukti juga dalam pengalaman yang merasuk dalam tubuh serta proses tergabungnya berapa konsep untuk membentuk konsep baru. Hasil analisis menunjukkan bahwa konseptualisasi terjadi ketika pengguna menjelaskan konsep abstrak dengan konsep konkret dan dengan konseptualisasi terjadi adanya perubahan makna karena adanya penambahan dan perluasan makna kata atau ungkapan.
Arsitektur Rumah Tradisional Suku Kajang di Provinsi Sulawesi Selatan Erni Erawati Lewa
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 1 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.426 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i1.9887

Abstract

Suku Bugis-Makassar menganggap rumah tidak hanya sebagai tempat tinggal untuk melakukan aktivitas. Dalam pandangan kosmologis masyarakat Bugis-Makassar, rumah adalah mikrokosmos dan merupakan replika makrokosmos, yang terdiri atas tiga tingkatan, yakni dunia atas, dunia tengah, dan dunia bawah. Berdasarkan status sosialnya, rumah masyarakat Bugis-Makassar dibedakan atas Saoraja (Bugis)/Ballak Lompoa (Makassar) yang diartikan sebagai istana, dan Bola (Bugis)/Ballak (Makassar) yang diartikan sebagai rumah bagi masyarakat biasa. Dari segi makna, rumah merupakan lambang keberhasilan seseorang, dan identitas lapisan sosial yang diwujudkan dalam bentuk fisik dan gaya serta hiasan beraneka ragam, rumah juga dianggap sebagai simbol dari nilai budaya masyarakat. Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung, tetapi juga mempunyai fungsi sosial, ekonomi, religi dan lain sebagainya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode induktif, dan pengolahan data secara kualitatif. Metode induktif berusaha untuk melihat gejala-gejala khusus yang terdapat pada arsitektur rumah tradisional Kajang untuk menarik simpulan secara umum. Pengolahan data kualitatif dilakukan berdasarkan kualitas dari data yang ditemukan di setiap rumah. Arsitektur dan orientasi rumah tradisional Kajang secara keseluruhan memiliki bentuk dan orientasi yang sama, baik dari segi bahan, ukuran, denah ruangan, bentuk rumah dan fungsi ruangannya, sehingga tidak tampak tanda-tanda pelapisan sosial.
Portraying Literacy in Dolly Lane, a Red Light District (RDL): Qualitative Content Analysis on the Narratives Produced by Dolly Teenagers Kartika Nuswantara, Eka Dian Savitri
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 1 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1786.89 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i1.9888

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menemukan bukti bagaimana habitus dari Gang Dolly dapat memengaruhi seseorang yang telah tumbuh dan hidup di lingkungan sekitar. Narasi digunakan sebagai media untuk memperoleh data. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana habitus telah mampu memengaruhi disposisi dan skema kognitif seseorang ke dalam cerita yang mereka ceritakan. Analisis konten digunakan untuk mendekati data yang berasal dari narasi. Ada 14 narasi yang dihasilkan oleh 14 remaja dari lingkungan Gang Dolly. Di antara narasi-narasi itu, hanya dua yang mampu menunjukkan bagaimana habitus yang kuat dari para perawi berpengaruh pada cerita yang mereka tulis dalam narasi. Makalah ini mengungkapkan bahwa habitus, yang sangat kuat, akan dapat terus-menerus diungkapkan melalui tema dan kata-kata yang terpilih ketika kemudian mereka diminta untuk menulis kisah mereka. Temuan ini mengklaim bahwa ideologi literasi adalah perlakuan yang tepat bagi para remaja untuk hidup bebas dari prostitusi. Oleh karena itu, membina Kampung Literasi Dolly dapat diharapkan untuk menyelamatkan remaja di Kampung Dolly dari praktik prostitusi.
Pandangan Penutur Bahasa Jawa terhadap Cacar: Kajian Etnolinguistik Ari Wulandari; Marsono Marsono; Suhandono Suhandono
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 1 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.453 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i1.9883

Abstract

Cacar merupakan salah satu penyakit dalam kehidupan orang Jawa. Cacar dianggap sebagaipenyakit alamiah. Penderita diisolasi selama pengobatan dan diberikan obat-obatan sesuai denganramuan untuk obat cacar. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan klasifikasi penyakit cacar danpengobatan tradisionalnya. Berdasarkan klasifikasi dan pengobatan tradisional terhadap cacar akandiketahui cara pandang orang Jawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik denganrancangan penelitian kualitatif. Istilah cacar yang dibahas sangat tergantung konteks cacar dalambahasa Jawa. Pengumpulan data dengan cara partisipasi observasi dan wawancara. Bahasa Jawamemiliki setidaknya 13 leksikon cacar. Klasifikasi cacar dalam bahasa Jawa terdiri dari level 0 UniqueBeginner, level 1 Life Form, level 2 Generic, level 3 Specific, dan level 4 Varietal. Klasifikasi danpengobatan tradisional cacar oleh orang Jawa berasal dari pemikiran dan pandangannya. Orang Jawamemandang cacar berhubungan dengan kehidupan dan kematian seseorang, menganggap cacarsebagai masalah semua kalangan, nama cacar sesuai dengan cirinya agar mudah diingat, sakit bukanhal yang perlu dikeluhkan, dan setiap penyakit selalu ada obatnya. Hal itu disebabkan oleh karakterorang Jawa yang prêmati „teliti‟, tanggon „teguh‟, wêgig „mampu mengatasi masalah‟, mugên„berkonsentrasi‟, mumpuni „menguasai berbagai hal‟, dan adaptif atau terbuka terhadap hal-hal baru.
Cultural Event Management in Promoting Siak as the “Truly Malay” for Strengthening Local Economy and Revitalizing Malay Culture Noor Efni Salam
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 1 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.854 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i1.9889

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan acara budaya yang diadakan oleh masyarakat lokal Siak Sri Indrapura. Ini juga menyelidiki keterlibatan lebih lanjut dan kepedulian pariwisata dalam mempromosikan Siak sebagai “Truly Malay.” Penelitian ini juga mengeksplorasi upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperluas jaringan dan mempromosikan acara budaya sebagai daya tarik lokal, baik dalam lingkup lokal dan internasional, sambil memperkuat ekonomi lokal dan merevitalisasi budaya Melayu. Menggunakan pendekatan komunikasi dan budaya, penelitian kualitatif ini menemukan beberapa acara budaya di Siak: Festival Siak Bermadah, Ghatib Benghanyut, dan wisata olahraga seperti Tour de Siak. Semua acara ini memberdayakan masyarakat lokal dan menarik perhatian dunia. Studi ini juga menemukan bahwa peran pemerintah dalam mempromosikan acara-acara ini tercermin dalam bentuk publikasi di media komunikasi dan / atau peningkatan sumber daya manusia dan instrumen pendukung lainnya. Sementara untuk masyarakat lokal, ada peningkatan ekonomi kreatif dan upaya yang mengarah pada revitalisasi budaya Melayu
Pola Antenatal Care dan Health Seeking Behavior Ibu Hamil Suku Mbojo, Bima, Nusa Tenggara Barat Atik Triratnawati
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 1 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.851 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i1.9884

Abstract

Angka kematian ibu yang tinggi di Indonesia berdampak pada kegagalan tujuan MDG’s butir 5, yaitu penurunan angka kematian ibu sampai 50%. Penurunan angka kematian ibu adalah salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan menyangkut ANC. Tulisan ini mengkaji bagaimana pola Ante Natal Care (ANC) dan Health Seeking Behavior (HSB) ibu hamil di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Pengumpulan data dengan focus group discussion, observasi, dan wawancara ibu usia reproduksi di Desa Jati Baru, Kota Bima. Pendekatan gender digunakan guna memahami relasi dan akses perempuan terkait pola ANC dan perilaku pencarian penyembuhan ibu hamil. Ibu hamil rutin memeriksakan kehamilan di posyandu, poskesdes, puskesmas, tetapi tidak semua ibu hamil bersalin dengan bidan melainkan sando. Sando dipilih karena berbagai alasan: turun-temurun atau sudah tradisi, privasi terjaga, kehamilan normal, murah, mudah ditemui, dan dekat. Sebaliknya, apabila kehamilan tidak normal, penolong persalinan yang dipilih adalah bidan/dokter. Jika mengalami gangguan kesehatan, mereka menemui sando untuk mendapatkan pijat, sedangkan ke Puskesmas/bidan/dokter guna mendapat pertolongan dari ahlinya.
Penyusunan Sejarah Kota Berbasis Kawasan Cagar Budaya di Kota Surabaya, Makassar, dan Yogyakarta Purnawan Basundoro
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 1 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (850.336 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i1.9890

Abstract

Penelitian ini merupakan perpaduan penelitian lapangan dan arsip kawasan cagar budaya dan bangunan yang bertujuan untuk merekonstruksi latar belakang sejarah kota-kota di Indonesia. Penelitian dilakukan di tiga kota, yaitu Surabaya, Makassar, dan Yogyakarta dengan pertimbangan bahwa kota-kota tersebut memiliki karakteristik sejarah yang berbeda. Penelitian arsip dilakukan di antaranya di Perpustakaan dan Badan Dokumentasi Kota Surabaya, Badan Perpustakaan dan Dokumentasi Provinsi Jawa Timur, Perpustakaan Nasional Jakarta, Arsip Nasional Indonesia di Jakarta, Perpustakaan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta, Pers Museum Surakarta, Kantor Arsip Makassar, Museum La Galigo Makassar, Museum Benteng Rotterdam Makassar, dan Museum Kota Makassar. Hasilnya menunjukkan bahwa kawasan cagar budaya, bangunan, dan benda umumnya mengacu pada sejarah tematik latar belakang historis kota-kota tersebut di masa lalu. Kota Surabaya memiliki karakter yang kuat sebagai kota perdagangan dan industri. Selain itu, ia juga memiliki sektor pemerintahan dan pendidikan sebagai karakter utama. Kota Makassar memiliki karakter yang kuat sebagai pusat pemerintahan lama dengan konflik internal mereka, dan sebagai kota pelabuhan. Kota Yogyakarta didirikan dari sisa-sisa konflik internal Kerajaan Mataram. Kota Yogyakarta telah berkembang menjadi pusat otoritatif tradisional dengan pengaruh budaya Jawa yang sangat kuat. Selama era kolonialisme, kota ini menjadi arena pertempuran simbolis antara Belanda dan pihak Kerajaan.

Page 5 of 18 | Total Record : 171