cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Articles 141 Documents
PENINGKATAN KADAR ALKOHOL, ASAM DAN POLIFENOL LIMBAH CAIRAN PULP BIJI KAKAO DENGAN PENAMBAHAN SUKROSA DAN RAGI st sabahan nur; Andi Ralle
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 13, No 1 (2018): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.707 KB) | DOI: 10.33104/jihp.v13i1.3823

Abstract

Pemanfaatan kakao saat ini masih terbatas pada biji dan kulit kakao, sedangkan pulp kakao belum banyak dimanfaatkan, padahal limbah cairan pulp dapat mencapai 15-20% dari berat biji kakao yang difermentasi. Limbah cairan pulp kakao mengandung alkohol, asam malat, asam sitrat, asam asetat dan polifenol  yang merupakan beberapa contoh zat kimia yang bersifat allelopat, yaitu dapat menghambat perkecambahan benih, oleh karena itu pulp kakao yang merupakan limbah perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida pra tumbuh dan pasca tumbuh. Penelitian bertujuan mengetahui efektifitas  penambahan ragi dan sukrosa dalam meningkatkan kadar alkohol, Asam dan polifenol cairan pulp biji kakao. Penelitian dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dua faktor. Faktor pertama  ragi tape terdiri atas: 0,5% dan 1%, faktor ke dua sukrosa terdiri atas: 0%, sukrosa 1%, 2%, dan 3%. Sukrosa dan ragi ditambahkan pada awal fermentasi biji kakao dengan cara dicampurkan pada biji kakao  selanjutnya  difermentasi selama 3  hari. Cairan pulp yang mengalir keluar dari kotak fermentasi ditampung dalam Waskom. Parameter yang diamati: kadar alkohol, total asam, asam asetat, asam sitrat dan polifenol. Hasil penelitian menunjukkan, terjadi pengaruh interaksi antara ragi dan sukrosa terhadap kadar alkohol, total asam, asam asetat, asam sitrat dan  polifenol.. Penambahan ragi 1% dengan sukrosa 2% menghasilkan total asam 65,25%, kadar polifenol 885,72 ppm, sedangkan pada sukrosa konsentrasi 3% menghasilkan polifenol 1031,84 ppm.
KARAKTERISTIK ZAT WARNA ANTOSIANIN DARI BIJI KAKAO NON- FERMANTASI SEBAGAI SEDIAAN ZAT WARNA ALAM Alfrida Lullung Sampebarra
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 13, No 1 (2018): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.551 KB) | DOI: 10.33104/jihp.v13i1.3880

Abstract

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi zat warna antosianin dari biji kakao non- fermantasi sebagai sediaan zat warna alami. Ekstraksi zat warna antosianin menggunakan pelarut etanol dengan dua jenis asam yaitu asam asetat dan asam oksalat  masing – masing  pada pH 3. Hasil penelitian menunjukkan larutan hasil ekstraksi teridentifikasi sebagai larutan berwarna merah. Penggunaan prelarut etanol dengan asam asetat memberikan hasil ekstrak yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan asam oksalat, dalam hal kadar antosianin (4,499 %), aktivitas antioksidan (91,92%), intensitas warna (0,430).
STUDI TEKNO EKONOMI PENGOLAHAN SERBUK ARANG CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI CARBON BLACK DARI CANGKANG KELAPA SAWIT UNTUK SKALA USAHA KECIL DAN MENENGAH Zainal Abidin Nasution; Harry P Limbong; Siti Salamah Nasution
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 13, No 1 (2018): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.313 KB) | DOI: 10.33104/jihp.v13i1.3674

Abstract

Arang cangkang kelapa sawit diperoleh  dengan metode penyangraian. Cangkang kelapa sawit disangrai pada  kuali besi di udara terbuka. Proses penyangraian dinyatakan selesai dilaksanakan apabila  tidak  ada lagi  asap  yang keluar (pada suhu sekitar 3480C). Randemen arang  cangkang  kelapa  sawit  hasil  penyangraian, rata-rata  adalah   38,20  %. Arang  cangkang  kelapa   sawit   ditumbuk  dan diambil  bubuknya  lolos ayakan  200 mesh ( 74 mikron),  siap  dijadikan  filler  dalam  pembuatan  vulkanisat  karet, yang  digunakan  sebagai  bahan  baku  untuk  pembuatan   barang-barang  dari  karet ataupun keperluan lain sesuai dengan spesifikasinya.Dari  studi teknik ekonomi dalam skala Usaha Kecil dan Menengah ,tentang pengolahan serbuk arang cangkang kelapa sawit sebagai  Carbon  Black    dapat  diketahui  sebagai berikut :Randemen bahan baku  = 38,20 %Kapasitas produksi  carbon  black  = 300 kg/hariJumlah hari kerja  (setelah dikurangi dengan hari Minggu dan hari hari libur nasional ) = 283  hari/tahunJam kerja per hari rata rata : 8 jamJadwal kerja per hari = 08.00 – 16.00 ( istirahat  1 jam)Pengelola sekaligus pemilik usaha : 1 (satu) orangSekretaris kantor : 1 (satu) orangTenaga kerja harian lepas : 3 (tiga) orangProduksi = 90.000 kg/tahun serbuk arang cangkang kelapa sawit sebagai Carbon BlackJumlah Investasi = Rp. 253.500.000,-Biaya produksi (1 tahun) = Rp.527.421.047,-Biaya tidak tetap ( 1 tahun) = Rp.312.051.047,-Biaya tetap ( 1 tahun)  =  Rp.214.470.000,-Harga jual serbuk arang cangkang kelapa sawit sebagai Carbon Black (sesuai dengan hasil perhitungan)  =  Rp.7.730,-  per kg,Laba  kotor  per  tahun  =  Rp. 128.855.953Laba bersih per tahun  dengan  pajak pajak 12 %  =  Rp. 113,393.238,-Pengembalian  Investasi  (Return  On Investment - ROI) =   5   tahunKapasitas Produksi Pada Batas Tidak Untung - Tidak Rugi (Break  Event  Point   - BEP) =  62,47  %Jumlah  Produksi Pada Skala BEP =  187,40  kg/hari
PENGEMBANGAN PROSEDUR OPERASIONAL BAKU PROSES PRODUKSI JAGUNG MARNING Gemah Delti; Salengke Salengke; Rindam Latief
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 13, No 2 (2018): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.722 KB) | DOI: 10.33104/jihp.v13i2.4132

Abstract

Produk yang diteliti adalah prosedur operasional baku untuk produksi jagung marning dan analisis ekonomi dari keripik jagung ketan. Saat ini, IKM Makmur Bersama tidak memiliki SOP yang merupakan hambatan bagi keberlanjutan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Prosedur Operasional Baku (POB) untuk proses produksi jagung marning dan untuk menganalisis kelayakan industri keripik jagung ketan dalam hal aspek tekno ekonomi. Metode pengumpulan data adalah deskriptif kuantitatif dan studi kepustakaan. Data digunakan untuk memformulasikan POB dan menganalisis aspek tekno ekonomi untuk produk keripik jagung ketan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan POB untuk produksi jagung marning penting untuk keamanan produk dan keberlanjutannya. Untuk itu, penelitian ini telah memformulasikan POB yang dapat digunakan sebagai panduan dalam proses produksi. Hasil analisis ekonomi pada kelayakan keripik jagung ketan menunjukkan bahwa produk ini layak secara ekonomi.
RANCANGAN INSTALASI REGULATOR OTOMATIS UNTUK TUNGKU PENYANGRAIAN KOPI DAN KAKAO Justus Elisa Loppies; Medan Yumas; Endang Sri Rejeki
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 13, No 2 (2018): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.206 KB) | DOI: 10.33104/jihp.v13i2.4337

Abstract

Ringkasan.  Penyangraian  merupakan salah satu tahapan dalam proses pengolahan kopi dan kakao, tujuannya adalah untuk memperoleh hasil sangrai bji kopi dan kakao dengan citarasa dan aroma khas. Umumnya proses penyangraian menggunakan sistem pembakaran onvensional yang tidak efisien dan tidak terkontrol sehingga berdampak pada produk akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instalasi regulator otomatis untuk tungku penyangraian biji-bijian khusus untuk kopi dan kakao. Model tungku bakar yang dikembangkan terdiri dari tiga bagian utama yaitu sistem perapian, sistem pengendali bahan bakar dan sistem pengendali suhu. Ketiga bagian ini terkonstruksi dalam suatu sistem dan bekerja secara terintegrasi untuk menghasilkan suatu sistem pembakaran yang terkontrol pada berbagai level suhu dalam suatu proses penyangraian. Hasil percobaan  tanpa bahan penyangrai menunjukkan bahwa tungku penyangraian dengan sistem regulator otomatis dapat beroperasi secara konsisten pada suhu 100 – 220 0C dengan bias suhu 1 – 3 0C. Aplikasi pada proses penyangraian biji kopi 10 kg selama 9 – 40 menit menunjukkan stabilitas dan konsistensi pada suhu 160, 180, 200 dan  220 0C (bias 2 – 3 0C) dengan kadar air masing-masing 4,15 ; 2,31; 1,86 dan 1,27 % . Penyangraian biji kakao selama 45 menit pada suhu 120 dan 140 0C (bias 1 0C)  memiliki kadar air masing-masing 3,15 dan 2,89 % . Hasil sangrai memiliki warna, citarasa dan aroma khas. Efisiensi energi sekitar 50 % dibanding konsumsi energi pada proses penyangraian konvensional..Kata Kunci : istalasi regulator otomatis, tungku penyangraian, sistem kontrol, biji kopi dan  kakao.
Data Mining Parameter Syarat Tumbuh Optimal Lahan Perkebunan untuk Rule Sistem Pakar Menggunakan Metode C45 dan Forward Chaining Aneke Rintiasti; Raflin Fauzi
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 13, No 2 (2018): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.233 KB) | DOI: 10.33104/jihp.v13i2.4139

Abstract

Ekspor produk non migas Indonesia salah satunya berasal dari industry perkebunan. Industri perkebunan tentunya tidak dapat dipisahkan dengan pengolahan lahan perkebunan Oleh karena itu perlu digali pola dan rule informasi sebagai  pengetahuan pakar dengan inputan parameter-parameter kondisi lahan untuk menentukan tanaman industry yang paling cocok ditanam pada lahan tersebut melalui proses Data Mining. Lahan tanaman Industri yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari lahan cengkeh, lahan kopi robusta, lahan kopi arabika, lahan tebu, lahan kakao dan lahan Teh. Dari setiap tanaman industri digunakan 15 (lima belas) parameter sebagai syarat tumbuh optimal serta sebagai target pencocokan dengan karakteristik lahan dilapangan. Syarat tumbuh dan karakteristik tanah setiap tanaman industry memiliki nilai yang berbeda-beda. Nilai-nilai syarat tumbuh tersebut merupakan data yang akan diolah dalam Data Mining dengan dipetakan kedalam pohon keputusan mengunakan aplikasi WEKA dengan metode C45 dan forward chaining. Pada pohon keputusan ini akan didapatkan rule yang lebih sederhana, sehingga dapat digunakan untuk menyusun pertanyaan dan memberikan jawaban layaknya seorang pakar. Pohon keputusan berhasil didapatkan untuk 6 (enam) tanaman industri dengan Kappa Statistic bernilai 1 yang berarti dapat dipercaya. Pertanyaan yang dihasilkan oleh pohon keputusan telah disederhanakan dari 15 (lima belas) parameter menjadi  hanya 5 (lima) parameter kunci yaitu : intensitas penyinaran, pH tanah, jenis tanah, curah hujan, bulan kering. Parameter kunci ini muncul sesuai dengan tujuan pohon keputusan menyederhanakan rule, karena pakar tidak perlu menanyakan semua parameter untuk mendapatkan kesimpulan.
PEMBUATAN METYIL ESTER (BIODIESL) DARI MINYAK BIJI KAPUK MENGGUNAKAN KATALIS KOH KONSENTRASI RENDAH DENGAN BANTUAN MIKROWAVE Andi Suryanto; Zakir Sabara; Hardi Ismail; Andi Artiningsih; wahyuni daming; Almukmin almukmin
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 13, No 2 (2018): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.529 KB) | DOI: 10.33104/jihp.v13i2.3903

Abstract

Abstrak, Biodiesel dapat dibuat melalui reaksi transesterifikasi minyak nabati seperti minyak jarak pagar dengan metanol. Minyak jarak pagar memiliki peotensi yang lebih besar bila dibandingkan dengan minyak nabati lainnya karena minyak jarak sangat mudah dikembangkan dan tidak terlalu lama.Gelombang mikro dapat digunakan sebagai pemanas yang sangat efektif sehingga tidak memerlukan penggunaan katalis yang banyak. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh penggunaan gelombang mikro pada pembuatan metil ester menggunakan katalis KOH konsentrasi rendah. Perolehaan yield dari minyak biji kapuk dengan katalis KOH pada konsentrasi 0,25 % (b/b), waktu reaksi 5 menit ratio molar 1:12 dengan daya microwave 600 watt. Hasil analisis beberapa parameter terhadap produk biodiesel menunjukkan sudah memenuhi spesifikasi berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI-04-7182-2006).Keyword : biodiesel, transesterifikasi, minyak biji kapuk, microwave.
PENGOLAHAN KAKAO BUBUK DARI BIJI KAKAO FERMENTASI DAN TANPA FERMENTASI SEBAGAI SEDIAAN BAHAN PANGAN FUNGSIONAL Rosniati Kasim; kalsum kalsum
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 13, No 2 (2018): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.433 KB) | DOI: 10.33104/jihp.v13i2.4157

Abstract

Penelitian pengolahan kakao bubuk dari biji kakao fermentasi dan tanpa fermentasi sebagai sediaan bahan pangan fungsional telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui  kandungan senyawa fungsional (polifenol dan asam amino) dari biji kakao fermentasi, tanpa fermentasi, kakao bubuk yang diolah dari biji kakao (fermentasi – sangrai) serta dari biji kakao (tanpa fermentasi - tanpa sangrai). Penelitian  ini terdiri  dari  4 perlakuan  yaitu :   A  (biji kakao fermentasi), B  (biji kakao tanpa  fermentasi),  C (Kakao bubuk tanpa fermentasi – tanpa sangrai), dan D (Kakao bubuk fermentasi – sangrai). Hasil penelitian menunjukkan bahwa  perlakuan biji kakao tanpa fermentasi mempunyai kandungan polifenol  lebih tinggi yaitu 15,09 % dibanding biji kakao fermentasi yaitu 13,95 %. Demikian pula perlakuan kakao bubuk dari (biji kakao tanpa fermentasi – tanpa sangrai)  mempunyai   kandungan    polifenol lebih tinggi yaitu 14,03 % dibanding kakao bubuk dari (biji kakao efermentasi – sangrai)  yaitu 11,60 %. Sedangkan perlakuan biji kakao tanpa fermentasi mempunyai kandungan asam amino  lebih rendah yaitu 8,55 % dibanding biji kakao fermentasi yaitu 9,26 %. Demikian pula perlakuan kakao bubuk dari (biji kakao tanpa fermentasi – tanpa sangrai) mempunyai   kandungan asam amino lebih rendah yaitu 16,81 % dibanding kakao bubuk dari (biji kakao fermentasi – sangrai)  yaitu 21,99 %. Kata Kunci : Biji kakao fermentasi dan tanpa fermentasi, kakao bubuk, polifenol, dan asam amino. 
ANTIOKSIDAN BIJI KAKAO: PENGARUH FERMENTASI DAN PENYANGRAIAN TERHADAP PERUBAHANNYA (ULASAN) Ratri Retno Utami
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 13, No 2 (2018): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.717 KB) | DOI: 10.33104/jihp.v13i2.4062

Abstract

The main cocoa antioxidant compounds are flavanols that consist of monomer (epicatechin and catechin) and oligomers from dimers to decamers (procyanidin), with small quantity of anthocyanin (cyaniding glucoside) and flavonol (quercetin glycoside). Cocoa processing stages that affect antioxidant compounds changes atre fermentation and roasting. Fermentation causes decrease of polyphenol content due to polyphenols diffusion out of the cotyledons, furthermore polyphenols undergo oxidation and condensation. Roasting temperature more than 70oC cause loss of (+)-catechin. During roasting, protein that bounded to the cell wall (cellulose and pectin) undergo Maillard reaction where its products potentially as antioxidants. This study is useful to know the proper of cocoa beans processing so antioxidant content can be maximized.
KARAKTERISTIK DAN CITARASA COKELAT PUTIH DARI LEMAK KAKAO NON DEODORISASI DAN DEODORISASI Sitti Ramlah; Alfrida Lullung Sampe Barra
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 13, No 2 (2018): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.883 KB) | DOI: 10.33104/jihp.v13i2.4188

Abstract

Cokelat putih merupakan satu-satunya cokelat yang menggunakan bahan baku utama lemak kakao. Deodorisasi pada pengolahan lemak kakao  adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak lemak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  karakteristik dan citarasa cokelat putih dari lemak kakao non deodorisasi dan deodorisasi . Formula pengolahan cokelat putih pada penelitian ini mengacu kepada Becket (2009). Cokelat putih pada penelitian ini menggunakan dua jenis lemak kakao yaitu lemak kakao non deodorisasi (A1) dan lemak kakao deodorisasi (A2) dan dibuat dengan dua tingkat kualitas berdasarkan jumlah lemak kakao yang digunakan, yaitu 22 % (B1) dan 30 %(B2). Parameter uji yang digunakan pada penelitian ini adalah : Kadar Air, Kadar Gula, Kadar lemak, Kadar Asam Lemak Bebas (FFA), Titik Leleh , Uji Mikrobiologi, Uji Organoleptik citarasa  (panelis tidak terlatih dan panelis terlatih ), Asam Lemak, Asam Amino.Hasil penelitian Dari hasil penelitian diperoleh bahwa cokelat putih yang diolah dari lemak kakao non deodorisasi mempunyai karakteristik mutu  ;  kadar air 1,46 – 1,52 %, kadar gula 48,25 – 55,76 %, kadar lemak 31,99 -  37,79 %, FFA 1,53 – 1,58 %, titik leleh 42 – 51 oC, sedangkan cokelat putih yang diolah dari lemak kakao deodorisasi mempunyai kadar air 1,62 – 2,73 %, kadar gula 48,84 – 54,85 %, kadar lemak 32,61 – 36,14 %, FFA 1,11 – 1,15 %, titik leleh 40 – 49 oC. Cokelat putih  dari lemak kakao non deodorisasi dan deodorisasi mempunyai tingkat keterterimaan citarasa  kategori “good”.Kata Kunci : Cokelat putih,  non deodorisasi, deodorisasi, karakteristik, citarasa.

Page 4 of 15 | Total Record : 141