cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
MAJALAH BIAM
ISSN : 02151464     EISSN : 25484842     DOI : -
Core Subject : Education,
Majalah BIAM is a print and online journal that is part of the Ministry of Industry and dedicated as a media dissemination of scientific articles focusing on the field of marine products technology, in addition, Majalah BIAM generally receive articles in the field of Natural Materials, Industry, Various Food Products, Essential Oils and the Environment.
Arjuna Subject : -
Articles 156 Documents
PENGEMBANGAN ALAT PRODUKSI KITIN DAN KITOSAN DARI LIMBAH UDANG Leha, Maria Alexanderina
Majalah BIAM Vol 9, No 2 (2013): Majalah BIAM
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (902.013 KB)

Abstract

Penelitian dan pengembangan alat produksi kitin dan kitosan telah dilakukan. Peralatan tersebut menggunakan sistem jaket panas dengan metode transfer panas secara konduksi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penghantar panas secara konduksi lebih baik, dapat menghantarkan panas secara langsung pada proses demineralisasi, deproteinisasi dan deasetilasi. Meningkatkan efektiftas hingga 41,4%, meningkatkan nilai konduktivitas panas hingga 10% dan meningkatkan  rendemen kitin hingga 38% dan kitosan 31,8%. Kualitas dari produk kitosan,  seperti kadar air, kenampakan, derajat deasetilasi, solubility pada CH2COOH 0,5% cocok dengan standar dari negara Jepang dan Korea.
EFISIENSI PENGGUNAAN LARUTAN ALKALI NaOH DALAM PENGOLAHAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA MENJADI SEMIKARAGINAN Loupatty, Voulda D.; Moniharapon, Angciovioletta
Majalah BIAM Vol 10, No 1 (2014): Majalah BIAM
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1147.193 KB)

Abstract

Penelitian  “Efsiensi  Penggunaan  Larutan  Alkali  Dalam  Pengolahan  Rumput  Laut  Euchema  Menjadi Semikaraginan“,  dilakukan  dengan  tujuan  untuk mengkaji  efsiensi  penggunaan  larutan  alkali  dalam  hal  ini NaOH  dalam proses pengolahan semikaraginan. Adapun perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah A = Jenis rumput laut  terdiri dari A1 = Eucheuma cottonii; A2 = Eucheuma spinosum; B = Konsentrasi larutan NaOH  terdiri dari B1 =  0,5N dengan tiga tingkatan perendaman, B11 = Perendaman I (0,5N), B12 = Perendaman II (sisa rendaman I setelah penetapan N), B13 = Perendaman III (sisa rendaman II setelah penetapan N); B2 = 1N dengan tiga tingkatan perendaman, B21 = Perendaman I (1N), B22 = Perendaman II (sisa rendaman I setelah penetapan N), B23 = Perendaman III (sisa rendaman II setelah penetapan N). Parameter yang diuji adalah rendaman, kadar air, kadar abu dan kadar karaginan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan alkali dapat meningkatkan mutu rumput laut, dalam hal ini kadar karaginannya. Konsentrasi alkali (NaOH) terbaik untuk rumput laut jenis Eucheuma cottonii adalah 1N, sedangkan jenis Eucheuma spinosum adalah 0,5N. Disarankan untuk efsiensi penggunaan alkali, maka sisa rendaman I dan II dapat digunakan kembali setelah disaring untuk mendapatkan larutan alkali yang lebih bersih, dan bila perlu dilakukan penambahan konsentrasi alkali untuk menaikan konsentrasi alkali sesuai yang diinginkan.
EKSTRAKTABILITAS PROTEIN IKAN PELAGIS DAN DEMERSAL SELAMA PENYIMPANAN DINGIN Apituley, Daniel AN; Tamaela, Pieter
Majalah BIAM Vol 10, No 1 (2014): Majalah BIAM
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (943.292 KB)

Abstract

Ikan merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang sangat potensial bagi kesehatan, namun, dalam beberapa jam setelah ikan ditangkap, proses kerusakan mulai berlangsung baik oleh aksi biokimiawi maupun aktivitas mikroba. Penanganan dengan suhu dingin adalah metode yang diterapkan untuk menghambat proses kerusakan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ekstraktabilitas protein baik pada ikan pelagis maupun ikan demersal selama penyimpanan dingin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraktabilitas protein baik ikan pelagis maupun ikan demersal mengalami penurunan selama penyimpanan dingin, dimana laju penurunan berlangsung lebih cepat pada ikan pelagis.
SURIMI LIMBAH TUNA LOIN SEBAGAI BAHAN FORTIFIKASI DALAM PEMBUATAN “BAGEA SAGU” Gaspersz, Febe F
Majalah BIAM Vol 10, No 2 (2014): Majalah BIAM
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1351.061 KB)

Abstract

Penelitian Surimi  Limbah  Tuna Loin  Sebagai Bahan Fortifkasi  Dalam Pembuatan “Bagea Sagu” telah dilakukan. Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan yaitu A1 tepung sagu tanpa surimi, A2 1000 gram tepung sagu + 50 gram surimi, A3 1000 gram tepung sagu + 100 gram surimi, A4 tepung sagu 1000 gram +150 gram surimi, A5 1000 gram tepung sagu + 200 gram surimi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan surimi sebagai bahan fortifkasi dalam pembuatan bagea sagu serta meningkatkan nilai gizi dari bagea sagu terutama kandungan  proteinnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa rendemen surimi yang dihasilkan dari 2 kg, limbah dari tuna loin berupa tetelan menghasilkan 800 kg surimi.  kandungan gizi yang di hasikan dari kelima penambahan yaitu kadar protein 3,98% - 6,77%, kadar air  3,7-6,32%, kadar abu 2,73% - 3,50%, kadar lemak 12,76% - 13,87%, kadar karbohidrat 76,83% - 69,54%, nilai energi 438 kkal - 430 kkal. Disimpulkan bahwa perbandingan tepung sagu dan fortifkasi surimi yang terbaik adalah pada perlakuan A5 yaitu memiliki kadar air 6,32%, kadar abu 3,50%, kadar protein 6,77%, kadar lemak 13,87%, terjadi penurunan pada kadar karbohidrat 69,54% dan nilai energi yang di peroleh 430 kkal.
PERBAIKAN GIZI ES KRIM DENGAN PENAMBAHAN KARAGINAN DAN BUAH PEPAYA Hadinoto, Sugeng; Loupatty, Voulda D.
Majalah BIAM Vol 11, No 1 (2015): Majalah BIAM
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (906.772 KB)

Abstract

Produksi es krim dunia pada tahun 2003 mencapai lebih dari satu miliar liter dan dikonsumsi oleh miliaran konsumen per tahun. Komponen es krim secara umum adalah lemak, padatan susu tanpa lemak, gula, bahan penstabil dan pengemulsi. Bahan penstabil pada es krim berfungsi mencegah pembentukan kristal es yang besar dalam produk es krim dan digunakan dalam jumlah yang kecil sehingga pengaruh terhadap nilai gizi pangan dan citarasa dapat diabaikan (Arbuckle 1986). Bahan penstabil yang digunakan pada penelitian ini adalah karaginan yang diekstrak dari rumput laut merah jenis Eucheuma cottonii dan buah pepaya yang banyak mengandung pektin. Selain sebagai penstabil, buah pepaya sengaja ditambahkan untuk memberikan citarasa pepaya yang khas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki nilai gizi es krim dengan penambahan karaginan sebagai pengganti bahan penstabil dan buah pepaya sebagai sumber pektin pada pembuatan es krim. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah penambahan karaginan sebanyak 5 gram dan 7 gram, dan buah pepaya ditambahkan pada konsentrasi 200 gram dan 400 gram.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan K1P1, yaitu penambahan karaginan sebanyak 5 gram dan buah pepaya sebanyak 200 gram merupakan formula yang terbaik dengan nilai gizi sebagai berikut : lemak 4,55%, protein 3,34%, viskositas atau kekentalan 98,77 cp dan Angka Lempeng Total 1,31 x 10 koloni/g.
PENGARUH WAKTU DAN pH FERMENTASI DALAM PRODUKSI BIOETANOL DARI RUMPUT LAUT EUcHEUMA cOTTONII MENGGUNAKAN ASOSIASI MIKROBA (Sacchromyces cerevisiae, Aspergilus Niger dan Zymomonas Mobilis) Dmpeipen, Edward J.; Dewa, Riardi P.
Majalah BIAM Vol 11, No 2 (2015): Majalah BIAM
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2185.56 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu dan pH fermentasi serta menentukan kadar etanol dalam produksi bioetanol dari rumput laut Eucheuma cotonii. Proses hidrolisis yang mengkonversi lignoselulosa dari rumput laut Eucheuma cotonii menjadi bioetanol dilakukan dengan menggunakan asosiasi mikroba Aspergillus niger, Zymomonas mobilis dan Sacchoromyces cerevisiae secara serempak. Metode penelitian dilakukan variasi pH 3,5 ; 4,0 ; 4,5 ; 5,0 dan waktu fermentasi 4, 5, 6, 7, 8 hari. Konsentrasi bioetanol yang diperoleh adalah 5,65% pada kondisi pH 4,5 ; waktu 7 hari dan temperatur 380C.
UMUR OPTIMUM PANEN PISANG KEPOK (Musa paradisiaca, L) TERHADAP MUTU TEPUNG PISANG Radiena, Mozes S.Y.
Majalah BIAM Vol 12, No 2 (2016): Majalah BIAM
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.093 KB)

Abstract

Komoditi pisang merupakan produk  antara  yang  cukup prospektif  dalam  pengembangan  sumber  pangan  lokal selain itu pisang mempunyai sifat mudah rusak dan cepat mengalami perubahan mutu, karena kandungan airnya tinggi dan aktivitas proses metabolismenya meningkat setelah dipanen. Mutu pisang yang baik sangat ditentukan oleh  tingkat  ketuaan  buah  dan  penampakkannya.  Tingkat  ketuaan  buah  berdasarkan  umurnya,  sedangkan penampakan diperoleh dari penanganan pascapanen yang baik. Tingkat umur pisang kepok berpengaruh pada cita rasa tepung dimana semakin bertambah umur pisang, maka tepung yang dihasilkan pun akan terasa manis. Tujuan penelitian  ini adalah untuk mengetahui pengaruh  tingkat umur panen pisang kepok  terhadap kadar gula reduksi  tepung  pisang. Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah Rancangan Acak  Lengkap  (RAL). Hasil  penelitian menunjukkan  bahwa perlakuan  tingkat  umur  panen  pisang  kepok  yang  berbeda  berpengaruh terhadap  kadar  gula  reduksi,  kadar  air  dan warna  tepung. Perlakuan  tingkat  umur  panen  pisang  kepok    yang terbaik adalah  90 hari dengan menghasilkan  mutu tepung terbaik, kadar gula reduksi (17,35 %), kadar air (10,2%) dengan nilai skor 4,06 (warna) putih kekuningan.
PEMETAAN KUALITAS MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra) DI MALUKU Torry, Febry R; Idrus, Syarifuddin
Majalah BIAM Vol 12, No 1 (2016): Majalah BIAM
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.682 KB)

Abstract

Komponen  yang  memiliki  kandungan  cukup  besar  didalam  minyak  kayu  putih  adalah    sineol  dan  dijadikan sebagai  penentu  kualitas  minyak  kayu  putih  dalam  perdagangan.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menentukan kualitas minyak kayu putih hasil penyulingan pada industri kecil skala rumah tangga di Maluku untuk memetakan kualitas  minyak  kayu  putih  di  Maluku.  Pengambilan  sampel  minyak  kayu  putih  dilakukan  disetiap  lokasi penyulingan  dan  wawancara dengan  perajin  untuk  memperoleh  data.  Pengujian  kualitas  minyak kayu  putih menggunakan SNI 06-3954-2001 dan kadar sineol menggunakan GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas minyak kayu putih di Pulau Buru dengan sistem penyulingan masih menggunakan ketel berbahan kayu menghasilkan kadar sineol  tergolong pada  level pertama  (P) dengan kisaran 24-44%. Dari 9  lokasi dijumpai 6 lokasi berkualitas baik dan 3 lokasi telah melakukan pencampuran dengan minyak yang lain dengan kadar sineol 8-16%. Di Seram Bagian Barat kualitas minyak kayu putih sangat baik dengan kadar sineol tergolong pada level pertama  (P)  dan  utama  (U)  dengan  kisaran  24-64%. Dari enam belas lokasi  dijumpai  7  lokasi  yang  masih menggunakan  ketel kayu. Di Maluku Barat Daya (MBD) dan Maluku Tenggara Barat (MTB) kualitas minyak kayu putih sangat baik dengan  kadar  sineol  tergolong pada  level pertama  (P) dan utama  (U) dengan  kisaran kadar sineol 36-60%.
MIKROENKAPSULASI MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG ASAM LEMAK OMEGA-3 MENGGUNAKAN GUM ARAB SEBAGAI BAHAN PELAPIS idrus, syarifuddin
Majalah BIAM Vol 9, No 1 (2013): Majalah BIAM
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1337.229 KB)

Abstract

Minyak ikan yang mengandung asam lemak omega -3 sangat mudah mengalami oksidasi dengan adanya oksigen diudara dan sinar ultra violet. Mikroenkapsulasi merupakan salah satu cara untuk melindungi asam lemak dari terjadi oksidasi. Penelitian ini dilakukan untuk melindungi minyak ikan yang mengandung asam lemak omega-3 dengan enkapsulasi. Minyak ikan diekstraksi adri ikan make/lemuru (sardinella sp.) dan dicampur dengan bahan pengkapsul gum arab. Pencampuran dilakukan pada kondisi vakum   (50-70°C, 5-10 mmHg) dan dikeringkan menggunakan sprydrayer pada 185°C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30% (b/b) penggunaan gumarab (fller) dan 50% (b/b) minyak ikan memberikan stabilitas emulsi mencapai 24 jam. Granule yang dihasilkan dapat dibuat menjadi tablet.
PENINGKATAN MUTU BAGEA SAPARUA DENGAN FORTIFIKASI SURIMI DAN KARAGINAN Kolanus, Joice PM
Majalah BIAM Vol 9, No 2 (2013): Majalah BIAM
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1548.747 KB)

Abstract

Penelitian  ini bertujuan untuk memperoleh  formulasi  terbaik dari  fortifkasi  surimi dan karaginan yang dapat meningkatkan mutu bagea Saparua. Penelitian ini dibagi dalam 3 tahapan kegiatan, yaitu : tahap pembuatan surimi;  pembuatan bagea dengan formulasi surimi (5%, 10%, 15%, dan 20%) dan karaginan (2%, 3%, 4%) serta pengamatan mutu terhadap organoleptik menggunakan skala hedonik, uji kimiawi (proksimat, serat kasar, amilosa, amilopektin) dan fsika (profl tekstur) bagea. Berdasarkan penilaian organoleptik menunjukkan bahwa  fortifkasi  15%  surimi  dan  3%  karaginan  merupakan  formulasi  yang  disukai  panelis  dan  mampu meningkatkan mutu gizi bagea Saparua yaitu mengandung 11,56% protein; 2,48% abu; 7,21% serat kasar; 2,74% kadar  air;  7,33%  lemak;  dan  nilai  profl  tekstur  kekerasan  dan  kerenyahan  berturut-turut  sebesar  4367,90gf dan  2350,77gf.  Kisaran  kadar  amilosa  terendah  sampai  tertinggi  adalah  23,78  sampai  29,48  g/100g.  Kadar amilopektin yaitu antara 40,97 sampai 47,75 g/100g. Bagea Saparua  fortifkasi potensial untuk dikembangkan sebagai  oleh-oleh  khas  daerah  Maluku  Tengah  dan  mampu  memberi  sumbangan  gizi  protein  masyarakat.

Page 3 of 16 | Total Record : 156