cover
Contact Name
buhari
Contact Email
pend.sejarah.fkip@uho.ac.id
Phone
+6285241919232
Journal Mail Official
pend.sejarah.fkip@uho.ac.id
Editorial Address
Kampus Hijau Bumi Tridharma Andounohu Kendari, Sulawesi Tenggara – Indonesia Telp Kantor/HP : 04013127180 / 085241919232
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 25026666     EISSN : 25026674     DOI : https://doi.org/10.36709/jpps
Core Subject : Education, Social,
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO diterbitkan oleh Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. Jurnal ini terbit empat kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus dan November. Terbitan awal Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO yaitu Volume 1 nomor 1 Maret 2016. Tujuan dari adanya publikasi pada jurnal ini adalah untuk menyebarluaskan pemikiran konseptual dan hasil penelitian. Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO merupakan wadah ilmiah untuk mempublikasikan berbagai hasil penelitian mahasiswa, dosen, maupun guru, dengan Ruang lingkup Jurnal memuat tentang kajian Pendidikan Sosial-Budaya khususnya aspek: Pendidikan Sejarah, Etnopedagogik, Kajian Sejarah Lokal, Kajian kearifan lokal sebagai modal pendidikan dan penguatan karakter.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO" : 10 Documents clear
SEJARAH BUDAYA MASYARAKAT BUGIS DI KELURAHAN BOEPINANG KECAMATAN POLEANG KABUPATEN BOMBANA Wawan, andi; M, Aswati
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.12141

Abstract

ABSTRAK: Tujuan utama penelitian ini adalah: (1) Untuk menjelaskan bentuk-bentuk kebudayaan masyarakat suku Bugis di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana, (2) Untuk menjelaskan perkembangan kebudayaan masyarakat suku Bugis di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana, dan (3) Untuk menjelaskan strategi masyarakat suku Bugis dalam mempertahankan kebudayaan di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana. Penelitian menggunakan pendekatan strukturis, dengan menggunakan sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber visiual. Metode penelitaian menggunakan metode sejarah yang terdiri dari 1) pengumpulan sumber (Heuristik), 2) kritik sumber eksternal dan internal, 3) penulisan (historiografi). Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Budaya masyarakat suku Bugis di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana adalah: mappalili, mappedendang, macceratasi, aqiqah, mabbarasani, mappaci, ammateang, marraga, maggasing, mallogo, majjeka, (2) Perkembangan budaya masyarakat suku Bugis di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana makin menurun akibat perkembangan teknologi. (3) Strategi masyarakat suku bugis dalam mempertahankan kebudayaan di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana yakni dengan memberikan pemahaman tentang esensi nilai kearifan lokal, melaksanakan kegiatan budaya secara terus menerus dan berkesinambungan, menumbuhkan rasa percaya diri dan bangga pada masyarakat Boepinang tentang budaya dan adat istiadat bugis, membentuk lembaga adat Bugis di Poleang, memasukan kegiatan Budaya Bugis dalam kurikulum sekolah (Muatan Lokal). Kata Kunci: Sejarah, Budaya, Masyarakat Bugis  ABSTRACT: The main objectives of this study are: (1) To explain the cultural forms of the Bugis tribe in Boepinang Village, Poleang District, Bombana Regency, (2) To explain the cultural development of the Bugis tribe community in Boepinang Village, Poleang District, Bombana Regency, and (3) To explain the strategy of the Bugis people in maintaining culture in the Boepinang Village, Poleang District, Bombana Regency. Research uses a structuralist approach, using written sources, oral sources, and visionual sources. The research method uses the historical method which consists of 1) collection of sources (Heuristics), 2) criticism of external and internal sources, 3) writing (historiography). The results of this study are as follows: (1) The culture of the Bugis tribe community in Boepinang Village, Poleang District Bombana Regency are: mappalili, mappedendang, maceration, aqiqah, mabbarasani, mappaci, ammateang, marraga, maggasing, mallogo, majjeka, (2) cultural development Bugis tribe community in Boepinang Sub-District, Poleang District, Bombana Regency is decreasing due to technological developments. (3) The strategy of the Bugis tribe community in maintaining culture in Boepinang Village, Poleang District, Bombana Regency by providing an understanding of the essence of local wisdom values, carrying out cultural activities continuously and continuously, fostering self-confidence and pride in the Boepinang community about culture and customs. bugis, forming a traditional Bugis institution in Poleang, including Bugis Culture activities in the school curriculum (Local Content). Keywords: History, Culture, Bugis Society
SEJARAH BENTENG LIPU OGENA DI KELURAHAN TAKIMPO KECAMATAN PASARWAJO KABUPATEN BUTON (ABAD XVI-XX) salwiarni, Salwiarni; Jamiludin, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.12073

Abstract

ABSTRAK: Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apa yang melatar belakangi pembangunan benteng Lipu Ogena? (2)  Bagaimana struktur fisik benteng Lipu Ogena? (3) Bagaimana fungsi benteng Lipu Ogena bagi masyarakat Takimpo pada masa lampau dan masa kini? (4) Apa saja peninggalan sejarah yang terdapat didalam benteng Lipu Ogena? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Heuristik (Pengumpulan Sumber), yang dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara dan studi dokumen, (2) Kritik, yang dilakukan melalui kritik eksternal dan kritik internal, (3) Historiografi, yang dilakukan secara sistematis melalui tahap interpretasi, eksplanasi, dan ekspose. Dalam tinjauan pustaka penulis menggunakan konsep kebudayaan, konsep benteng, fungsi benteng dan konsep peninggalan sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang pembangunan benteng Lipu Ogena adalah sangat erat kaitannya dengan strategi pertahanan dan keamanan guna melindungi masyarakat yang bermukim di tempat itu dari segala ancaman musuh. Dalam menghadapi situasi yang demikian sulit, maka penguasa di Lipu Ogena mendirikan benteng Lipu Ogena. (2) Struktur fisik benteng Lipu Ogena merupakan benteng pertahanan yang strategis dengan posisinya yang berada di puncak bukit. Benteng Lipu Ogena berbentuk persegi empat dan memiliki luas 100 x 130 meter persegi, struktur fisik dengan berdinding batu gunung. Namun dataran benteng tidak rata sehingga ketinggian susunan batunya berbeda-beda. Susunan batu tertingginya 5 meter sedangkan susunan batu terendah 2 meter. (3) Fungsi benteng Lipu Ogena pada masyarakat Takimpo pada masa lampau adalah sebagai pusat pertahanan dan keamanan, sebagai tempat pemukiman, pusat pemerintahan dan budaya sedangkan pada masa kini fungsi benteng Lipu Ogena sebagai situs sejarah sekaligus sebagai tempat wisata. (4) Peninggalan sejarah yang terdapat didalam benteng Lipu Ogena yaitu berupa koburu (kuburan), masigi (masjid), lawa (pintu masuk), galampa (rumah adat), parang, tombak, perisai  dan batu yang dahulu digunakan sebagai tempat pelantikan parabela. Kata kunci: Struktur, fungsi, peninggalan, benteng ogenaABSTRACT: The problems raised in this study are as follows: (1) What is behind the construction of the Lipu Ogena fort? (2) What is the physical structure of the Lipu Ogena fort? (3) What is the function of the Lipu Ogena fortress for the people of Takimpo in the past and present? (4) What are the historical relics contained in the Lipu Ogena fortress? The method used in this study is the historical method according to Helius Sjamsuddin with the following steps: (1) Heuristics (Collection of Sources), which are carried out by observation, interview and document study techniques, (2) Criticism, which is carried out through external criticism and internal criticism, (3) Historiography, which is carried out systematically through the stages of interpretation, explanation, and exposure. In literature review, the writer uses the concept of culture, the concept of a fort, the function of the fort and the concept of historical heritage. The results of this study indicate that: (1) The background of the construction of the Lipu Ogena fort is very closely related to the defense and security strategy to protect the people who live in that place from all enemy threats. In dealing with such a difficult situation, the authorities at Lipu Ogena established the Lipu Ogena fortress. (2) The physical structure of the Lipu Ogena fort is a strategic fortress with its position on the hilltop. Lipu Ogena Fortress is rectangular and has an area of 100 x 130 square meters, physical structure with stone walled mountains. But the fort plain is not flat so the height of the stone arrangement varies. The highest stone arrangement is 5 meters while the lowest stone structure is 2 meters. (3) The function of the Lipu Ogena fortress in the Takimpo community in the past was as a center of defense and security, as a place of settlement, a center of government and culture while at present the function of the Lipu Ogena fortress as a historical site as well as a tourist site. (4) Historical relics contained in the Lipu Ogena fortress are in the form of koburu (graves), masigi (mosque), lawa (entrance), galampa (traditional house), machetes, spears, shields and stones that were used as places for parabela inauguration. Keywords: Structure, function, heritage, ogena fort
SEJARAH DESA MADAMPI KECAMATAN LAWA KABUPATEN MUNA BARAT (1999-2017) Selfi, Wa Ode; Hayari, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.12059

Abstract

ABSTRAK: Permasalahan utama dalam penelitian ini ialah: 1) Bagaimana asal usul pemberian nama Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat? 2) Apa latar belakang terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat? 3) Bagaimana proses terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat? 4) Bagaimana perkembangan Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat (1999-2017)? Metode penelitian menggunakan metode penelitian sejarah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pengumpulan sumber (heuristik) yaitu kegiatan peneliti untuk memperioleh data, 2) Kritik sumber (verifikasi) yaitu untuk mengetahui otentitas (keaslian) dan kredibilitas (kebenaran) data yang berhasil dikumpulkan, 3) Penulisan sejarah (historiografi) yaitu, menyampaikan sintesa dalam bentuk kisah sejarah. Dalam kajian pustaka penelitian ini menggunakan konsep dan teori sejarah, konsep desa dan syarat terbentuknya desa, konsep pemerintahan desa, dan konsep perkembangan desa, serta penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Asal usul pemberian nama Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat di ambil berdasarkan hasil kesepakatan dari seluruh lapisan masyarakat, dan juga diilhami dari sebuah peristiwa sejarah pada zaman dulu. 2) Latar belakang terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat merupakan keinginan masyarakat setempat untuk membentuk desa tersendiri. Hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik dalam bidang pemerintahan terutama dalam pelayanan pengurusan administrasi, yang memperkasai terbentuknya Desa Madampi yakni para tokoh adat dan para tokoh masyarakat. 3) Proses terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat merupakan keinginan masyarakat untuk memimpin daerahnya sendiri, yang diprakarsai oleh masyarakat yang tergabung dalam organisasi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), sekarang disebut Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), mengadakan suatu musyawarah untuk membahas bahwa Dusun Madampi layak untuk melakukan satu pemekaran wilayah. 4) Perkembangan Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat (1999-2017) yaitu dapat dilihat dari beberapa bidang seperti: a) Perkembangan bidang politik, b) Perkembangan pelayanan umum, c) perkembangan ekonomi, d) Perkembangan bidang pendidikan, dan e) Perkembangan sarana dan prasarana.Kata Kunci: Asal usul, latar belakang, proses, perkembangan Desa Madapi ABSTRACT: The main problems in this study are: 1) What is the origin of giving the name of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency? 2) What is the background of the formation of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency? 3) What is the process for the formation of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency? 4) How is the development of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency (1999-2017)? The research method uses historical research methods with the following steps: 1) Collection of sources (heuristics), namely the activities of researchers to obtain data, 2) Criticism of sources (verification), namely to determine the authenticity and authenticity of the data collected , 3) Writing history (historiography) that is, conveying synthesis in the form of historical stories. In the literature review, this research uses historical concepts and theories, village concepts and conditions for village formation, village governance concepts, and village development concepts, as well as research relevant to the title of this research. This study shows that: 1) The origin of giving the name of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency was taken based on the agreement of all levels of society, and was also inspired by a historical event in the past. 2) The background of the formation of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency is the desire of the local community to form their own village. This was done because to get better services in the field of government, especially in administrative management services, which strengthened the formation of Madampi Village, namely traditional leaders and community leaders. 3) The process of the formation of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency was the desire of the community to lead their own area, initiated by the people who were members of the Village Community Resilience Institute (LKMD), now called the Community Empowerment Institute (LPM), held a meeting to discuss that Madampi Hamlet is eligible to undertake a regional division. 4) Development of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency (1999-2017), which can be seen from several fields such as: a) Development of the political field, b) Development of public services, c) economic development, d) Development of education, and e) Development facilities and infrastructure. Keywords: Origins, background, process, development of Madapi Village
RITUAL DALAM TRADISI PERTANIAN (GALU) PADA MASYARAKAT DESA BONE TONDO KECAMATAN BONE KABUPATEN MUNA (1979-2017) HARNITA, HARNITA; Anwar, H.; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.12072

Abstract

ABSTRAK: Tujuan utama dalam penelitian ini mengetahui  latar belakang pelaksanaan kegiatan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna, mendeskripsikan ritual-ritual apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna, mendeskripsikan proses kegiatan ritual dalam Tradisi Pertanian pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna dan mendeskripsikan perubahan yang terjadi saat ini dalam proses Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin yang terdiri atas: (1) Heuristik (pengmpulan sumber), (2) Kritik sumber (verifikasi), (3) Historiografi (penulisan sejarah).Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Latar belakang pelaksanaan ritual dalam tradisi pertanian pada masyarakat Desa Bone Tondo adalah dalam bercocok tanam (degalu) masyarakat Desa Bone Tondo memiliki keyakinan bahwa hutan di Muna banyak dihuni oleh makhluk ghaib yang berpotensi mengganggu kehidupan masyarakat. Maka secara intensif masyarakat melakukan hubungan komunikasi dengan melalui upacara yang tradisional yang dimana harus dilakukan sebelum bercocok tanam. Dengan maksud mendapatkan keselamatan dalam kegiatan perladangan terhindar dari marabahaya serta hasil panen yang melimpah. Ritual dilakukan karena adanya pantangan dan larangan yang apabila jika tidak dipatuhi akan menimbulkan dampak negatif. (2) Ritual-Ritual yang dilakukan dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo ritual pembukaan lahan kawasan hutan baru yaitu desolo. Ritual kaago-ago yang dilakukan saat lahan sudah bersih dan siap untuk ditanamkan, ritual dilakukan untuk memindahkan makhluk ghaib, permohonan dan sebagai rasa syukur. Ritual kasambuno wite (deghoti wite) dan ritual kafematai, (3) Proses pelaksanaan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo yaitu semua proses ritual dilakukan pada hari baik yang dipimpin oleh dukun (parika), menyiapkan alat dan bahan (sesajian) yang dibutuhkan tiap-tiap upacara ritual yang akan dilaksanakan. (4) Perubahan yang terjadi saat ini dalam proses pelaksanaan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada masyarakat Desa Bone Tondo, dapat dilihat pada ritual kaago-ago, dimana saat ini sabagian ritual tersebut tidak lagi dijalankan. Perubahan-perubahan lain adalah terkait dengan konsistensi ritual yang sebagian masih ada yang melakukan secara utuh namun ada juga yang hanya menjalankan 2 atau 3 ritual saja. Kata Kunci: latarbelakang, jenis, proses dan perubahan, galu ABSTRACT: The main objective in this study is to find out the background of the implementation of Ritual activities in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, Bone District of Muna District, describing the rituals performed in the implementation of ritual activities in the Agricultural Tradition (Galu) of the Village Community Bone Tondo, Bone District, Muna Regency, describes the process of ritual activities in the Agricultural Tradition of the Bone Tondo Village Community, Bone District Muna District and describes the changes that occur currently in the Ritual process in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, Bone District, Muna Regency. The method used in this study is the historical method according to Helius Sjamsuddin which consists of: (1) Heuristics (collection of sources), (2) Criticism of sources (verification), (3) Historiography (history writing). The results of the study show that: (1 ) The background of ritual implementation in the agricultural tradition of the Bone Tondo Village community is in farming (degalu). Bone Tondo Village community has the belief that the forests in Muna are inhabited by unseen creatures that have the potential to disrupt people's lives. So the community intensively communicates through traditional ceremonies which must be carried out before planting. With the intention of obtaining safety in farming activities to avoid danger and abundant harvests. The ritual is carried out because of restrictions and prohibitions which if not obeyed will cause a negative impact. (2) Rituals carried out in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community in the ritual of opening a new forest area, namely desolo. Kaago-ago rituals are carried out when the land is clean and ready to be planted, rituals are performed to remove supernatural beings, requests and as gratitude. Kasambuno wite rituals (deghoti wite) and kafematai rituals, (3) The process of implementing Rituals in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, namely all ritual processes carried out on a good day led by a shaman (parika), preparing tools and materials (offerings) ) required each ritual ceremony that will be carried out. (4) Changes that occur at this time in the process of carrying out the Ritual in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village community, can be seen in the kaago-ago ritual, where at present the ritual portion is no longer carried out. Other changes are related to the consistency of the ritual, some of which still do the whole, but there are also those who only carry out 2 or 3 rituals. Keywords: Background, type, process and change, galu
PENGARUH ROHIPOLIMBA TERHADAP SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT DESA SANDANG PANGAN KECAMATAN SAMPOLAWA KABUPATEN BUTON SELATAN (1938-2017) Salima, Fitri; BARLIAN, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.12264

Abstract

ABSTRAK: Permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Apa latar belakang munculnya Rohipolimba terhadap sistem kepercayaan masyarakat Desa Sandang Pangan Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan? 2) Bagaimana eksistensi Rohipolimba terhadap sistem kepercayaan masyarakat Desa Sandang Pangan Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan? 3) Apa pengaruh Rohipolimba terhadap sistem kepercayaan masyarakat Desa Sandang Pangan Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan? 4) Apa faktor penyebab terjadinya pergeseran Rohipolimba terhadap sistem kepercayaan masyarakat Desa Sandang Pangan Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Heuristik (Pengumpulan Sumber), 2) Verifikasi (Kritik Sumber), 3) Historiografi (Penulisan Sejarah). Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Latar belakang munculnya Rohipolimba merupakan sistem kepercayaan pra-Islam Dimana masyarakat Buton mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme), adanya pengaruh Hindu dan dalam perkembangan mengalami sinkritisasi antara kepercayaan sebelum Islam dengan kepercayaan setelah Islam masih berlangsung utamanya kepercayaan Reinkarnasi atau Rohipolimba yang berlangsung sejak abad ke-15 M sampai abad ke 19 M. 2) Eksistensi Rohipolimba masyarakat Desa Sandang Pangan mengalami alkuturasi dengan kebudayaan Buton pra-Islam kepercayaan itu terbentuk di bawah pengaruh Hindu dan islam dalam Rohipolimba terkandung dalam sufisme yang dibawah ke Buton dan penyebarannya sampai ke Desa termaksud Desa Sandang Pangan. 3) Pengaruh Rohipolimba masyarakat Desa Sandang Pangan sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat, sehingga masyarakat meyakini dengan adanya kepercayaan ini menjadi sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat sejak dahulu hingga kini. 4) Faktor penyebab terjadinya pergeseran Rohipolimba masyarakat Desa Sandang Pangan yaitu kurangnya pendidikan dan kurangnya pemahaman terhadap agama. Kata Kunci: Pengaruh, Rohipolimba, Sistem Kepercayaan ABSTRACT: The main problems examined in this study are: 1) What is the background of the emergence of Rohipolimba on the community trust system of Sandang Pangan Village, Sampolawa District, South Buton Regency? 2) What is the existence of Rohipolimba on the community trust system of Sandang Pangan Village, Sampolawa District, South Buton Regency? 3) What is the influence of Rohipolimba on the community trust system of Sandang Pangan Village, Sampolawa District, South Buton Regency? 4) What are the factors causing the Rohipolimba shift towards the community trust system in Sandang Pangan Village, Sampolawa District, South Buton Regency? The method used in this study is the historical method according to Helius Sjamsuddin with the following stages: 1) Heuristics (Collection of Sources), 2) Verification (Critical Sources), 3) Historiography (Writing History). The results showed that: 1) The background of the emergence of Rohipolimba is a pre-Islamic belief system where the Butonese know and have beliefs that is worship of ancestral spirits (animism and dynamism), the influence of Hinduism and in the development experiencing synchronization between pre-Islamic beliefs and beliefs after Islam continued its main belief was the Reincarnation or Rohipolimba which lasted from the 15th century AD to the 19th century AD 2) The existence of Rohipolimba Sandang Pangan villagers experienced alkuturation with pre-Islamic Buton culture that belief was formed under the influence of Hinduism and Islam in Rohipolimba contained in Sufism below to Buton and its spread to the village referred to as Sandang Pangan Village. 3) The influence of Rohipolimba in Sandang Pangan Village greatly influences the mindset of the community, so that the community believes that this belief has become a tradition carried out by the community since then until now. 4) Factors causing the shifting Rohipolimba Sandang Pangan Village community is lack of education and lack of understanding of religion. Keywords: Influence, Rohipolimba, Trust Systems
PENGARUH ROHIPOLIMBA TERHADAP SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT DESA SANDANG PANGAN KECAMATAN SAMPOLAWA KABUPATEN BUTON SELATAN (1938-2017) Salima, Fitri; Barlian, Barlian
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.13184

Abstract

ABSTRAK: Permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Apa latar belakang munculnya Rohipolimba terhadap sistem kepercayaan masyarakat Desa Sandang Pangan Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan? 2) Bagaimana eksistensi Rohipolimba terhadap sistem kepercayaan masyarakat Desa Sandang Pangan Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan? 3) Apa pengaruh Rohipolimba terhadap sistem kepercayaan masyarakat Desa Sandang Pangan Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan? 4) Apa faktor penyebab terjadinya pergeseran Rohipolimba terhadap sistem kepercayaan masyarakat Desa Sandang Pangan Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Heuristik (Pengumpulan Sumber), 2) Verifikasi (Kritik Sumber), 3) Historiografi (Penulisan Sejarah). Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Latar belakang munculnya Rohipolimba merupakan sistem kepercayaan pra-Islam Dimana masyarakat Buton mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme), adanya pengaruh Hindu dan dalam perkembangan mengalami sinkritisasi antara kepercayaan sebelum Islam dengan kepercayaan setelah Islam masih berlangsung utamanya kepercayaan Reinkarnasi atau Rohipolimba yang berlangsung sejak abad ke-15 M sampai abad ke 19 M. 2) Eksistensi Rohipolimba masyarakat Desa Sandang Pangan mengalami alkuturasi dengan kebudayaan Buton pra-Islam kepercayaan itu terbentuk di bawah pengaruh Hindu dan islam dalam Rohipolimba terkandung dalam sufisme yang dibawah ke Buton dan penyebarannya sampai ke Desa termaksud Desa Sandang Pangan. 3) Pengaruh Rohipolimba masyarakat Desa Sandang Pangan sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat, sehingga masyarakat meyakini dengan adanya kepercayaan ini menjadi sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat sejak dahulu hingga kini. 4) Faktor penyebab terjadinya pergeseran Rohipolimba masyarakat Desa Sandang Pangan yaitu kurangnya pendidikan dan kurangnya pemahaman terhadap agama. Kata Kunci: Pengaruh, Rohipolimba, Sistem Kepercayaan ABSTRACT: The main problems examined in this study are: 1) What is the background of the emergence of Rohipolimba on the community trust system of Sandang Pangan Village, Sampolawa District, South Buton Regency? 2) What is the existence of Rohipolimba on the community trust system of Sandang Pangan Village, Sampolawa District, South Buton Regency? 3) What is the influence of Rohipolimba on the community trust system of Sandang Pangan Village, Sampolawa District, South Buton Regency? 4) What are the factors causing the Rohipolimba shift towards the community trust system in Sandang Pangan Village, Sampolawa District, South Buton Regency? The method used in this study is the historical method according to Helius Sjamsuddin with the following stages: 1) Heuristics (Collection of Sources), 2) Verification (Critical Sources), 3) Historiography (Writing History). The results showed that: 1) The background of the emergence of Rohipolimba is a pre-Islamic belief system where the Butonese know and have beliefs that is worship of ancestral spirits (animism and dynamism), the influence of Hinduism and in the development experiencing synchronization between pre-Islamic beliefs and beliefs after Islam continued its main belief was the Reincarnation or Rohipolimba which lasted from the 15th century AD to the 19th century AD 2) The existence of Rohipolimba Sandang Pangan villagers experienced alkuturation with pre-Islamic Buton culture that belief was formed under the influence of Hinduism and Islam in Rohipolimba contained in Sufism below to Buton and its spread to the village referred to as Sandang Pangan Village. 3) The influence of Rohipolimba in Sandang Pangan Village greatly influences the mindset of the community, so that the community believes that this belief has become a tradition carried out by the community since then until now. 4) Factors causing the shifting Rohipolimba Sandang Pangan Village community is lack of education and lack of understanding of religion. Keywords: Influence, Rohipolimba, Trust Systems
SEJARAH DESA MADAMPI KECAMATAN LAWA KABUPATEN MUNA BARAT (1999-2017) Selfi, Wa Ode; Hayari, Hayari
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.13179

Abstract

ABSTRAK: Permasalahan utama dalam penelitian ini ialah: 1) Bagaimana asal usul pemberian nama Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat? 2) Apa latar belakang terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat? 3) Bagaimana proses terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat? 4) Bagaimana perkembangan Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat (1999-2017)? Metode penelitian menggunakan metode penelitian sejarah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pengumpulan sumber (heuristik) yaitu kegiatan peneliti untuk memperioleh data, 2) Kritik sumber (verifikasi) yaitu untuk mengetahui otentitas (keaslian) dan kredibilitas (kebenaran) data yang berhasil dikumpulkan, 3) Penulisan sejarah (historiografi) yaitu, menyampaikan sintesa dalam bentuk kisah sejarah. Dalam kajian pustaka penelitian ini menggunakan konsep dan teori sejarah, konsep desa dan syarat terbentuknya desa, konsep pemerintahan desa, dan konsep perkembangan desa, serta penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Asal usul pemberian nama Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat di ambil berdasarkan hasil kesepakatan dari seluruh lapisan masyarakat, dan juga diilhami dari sebuah peristiwa sejarah pada zaman dulu. 2) Latar belakang terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat merupakan keinginan masyarakat setempat untuk membentuk desa tersendiri. Hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik dalam bidang pemerintahan terutama dalam pelayanan pengurusan administrasi, yang memperkasai terbentuknya Desa Madampi yakni para tokoh adat dan para tokoh masyarakat. 3) Proses terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat merupakan keinginan masyarakat untuk memimpin daerahnya sendiri, yang diprakarsai oleh masyarakat yang tergabung dalam organisasi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), sekarang disebut Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), mengadakan suatu musyawarah untuk membahas bahwa Dusun Madampi layak untuk melakukan satu pemekaran wilayah. 4) Perkembangan Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat (1999-2017) yaitu dapat dilihat dari beberapa bidang seperti: a) Perkembangan bidang politik, b) Perkembangan pelayanan umum, c) perkembangan ekonomi, d) Perkembangan bidang pendidikan, dan e) Perkembangan sarana dan prasarana. Kata Kunci: Asal usul, latar belakang, proses, perkembangan Desa Madapi ABSTRACT: The main problems in this study are: 1) What is the origin of giving the name of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency? 2) What is the background of the formation of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency? 3) What is the process for the formation of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency? 4) How is the development of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency (1999-2017)? The research method uses historical research methods with the following steps: 1) Collection of sources (heuristics), namely the activities of researchers to obtain data, 2) Criticism of sources (verification), namely to determine the authenticity and authenticity of the data collected , 3) Writing history (historiography) that is, conveying synthesis in the form of historical stories. In the literature review, this research uses historical concepts and theories, village concepts and conditions for village formation, village governance concepts, and village development concepts, as well as research relevant to the title of this research. This study shows that: 1) The origin of giving the name of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency was taken based on the agreement of all levels of society, and was also inspired by a historical event in the past. 2) The background of the formation of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency is the desire of the local community to form their own village. This was done because to get better services in the field of government, especially in administrative management services, which strengthened the formation of Madampi Village, namely traditional leaders and community leaders. 3) The process of the formation of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency was the desire of the community to lead their own area, initiated by the people who were members of the Village Community Resilience Institute (LKMD), now called the Community Empowerment Institute (LPM), held a meeting to discuss that Madampi Hamlet is eligible to undertake a regional division. 4) Development of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency (1999-2017), which can be seen from several fields such as: a) Development of the political field, b) Development of public services, c) economic development, d) Development of education, and e) Development facilities and infrastructure. Keywords: Origins, background, process, development of Madapi Village
RITUAL DALAM TRADISI PERTANIAN (GALU) PADA MASYARAKAT DESA BONE TONDO KECAMATAN BONE KABUPATEN MUNA (1979-2017) Harnita, Harnita; Anwar, Anwar; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.13180

Abstract

ABSTRAK: Tujuan utama dalam penelitian ini mengetahui  latar belakang pelaksanaan kegiatan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna, mendeskripsikan ritual-ritual apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna, mendeskripsikan proses kegiatan ritual dalam Tradisi Pertanian pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna dan mendeskripsikan perubahan yang terjadi saat ini dalam proses Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin yang terdiri atas: (1) Heuristik (pengmpulan sumber), (2) Kritik sumber (verifikasi), (3) Historiografi (penulisan sejarah).Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Latar belakang pelaksanaan ritual dalam tradisi pertanian pada masyarakat Desa Bone Tondo adalah dalam bercocok tanam (degalu) masyarakat Desa Bone Tondo memiliki keyakinan bahwa hutan di Muna banyak dihuni oleh makhluk ghaib yang berpotensi mengganggu kehidupan masyarakat. Maka secara intensif masyarakat melakukan hubungan komunikasi dengan melalui upacara yang tradisional yang dimana harus dilakukan sebelum bercocok tanam. Dengan maksud mendapatkan keselamatan dalam kegiatan perladangan terhindar dari marabahaya serta hasil panen yang melimpah. Ritual dilakukan karena adanya pantangan dan larangan yang apabila jika tidak dipatuhi akan menimbulkan dampak negatif. (2) Ritual-Ritual yang dilakukan dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo ritual pembukaan lahan kawasan hutan baru yaitu desolo. Ritual kaago-ago yang dilakukan saat lahan sudah bersih dan siap untuk ditanamkan, ritual dilakukan untuk memindahkan makhluk ghaib, permohonan dan sebagai rasa syukur. Ritual kasambuno wite (deghoti wite) dan ritual kafematai, (3) Proses pelaksanaan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo yaitu semua proses ritual dilakukan pada hari baik yang dipimpin oleh dukun (parika), menyiapkan alat dan bahan (sesajian) yang dibutuhkan tiap-tiap upacara ritual yang akan dilaksanakan. (4) Perubahan yang terjadi saat ini dalam proses pelaksanaan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada masyarakat Desa Bone Tondo, dapat dilihat pada ritual kaago-ago, dimana saat ini sabagian ritual tersebut tidak lagi dijalankan. Perubahan-perubahan lain adalah terkait dengan konsistensi ritual yang sebagian masih ada yang melakukan secara utuh namun ada juga yang hanya menjalankan 2 atau 3 ritual saja. Kata Kunci: latarbelakang, jenis, proses dan perubahan, galu ABSTRACT: The main objective in this study is to find out the background of the implementation of Ritual activities in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, Bone District of Muna District, describing the rituals performed in the implementation of ritual activities in the Agricultural Tradition (Galu) of the Village Community Bone Tondo, Bone District, Muna Regency, describes the process of ritual activities in the Agricultural Tradition of the Bone Tondo Village Community, Bone District Muna District and describes the changes that occur currently in the Ritual process in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, Bone District, Muna Regency. The method used in this study is the historical method according to Helius Sjamsuddin which consists of: (1) Heuristics (collection of sources), (2) Criticism of sources (verification), (3) Historiography (history writing). The results of the study show that: (1 ) The background of ritual implementation in the agricultural tradition of the Bone Tondo Village community is in farming (degalu). Bone Tondo Village community has the belief that the forests in Muna are inhabited by unseen creatures that have the potential to disrupt people's lives. So the community intensively communicates through traditional ceremonies which must be carried out before planting. With the intention of obtaining safety in farming activities to avoid danger and abundant harvests. The ritual is carried out because of restrictions and prohibitions which if not obeyed will cause a negative impact. (2) Rituals carried out in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community in the ritual of opening a new forest area, namely desolo. Kaago-ago rituals are carried out when the land is clean and ready to be planted, rituals are performed to remove supernatural beings, requests and as gratitude. Kasambuno wite rituals (deghoti wite) and kafematai rituals, (3) The process of implementing Rituals in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, namely all ritual processes carried out on a good day led by a shaman (parika), preparing tools and materials (offerings) ) required each ritual ceremony that will be carried out. (4) Changes that occur at this time in the process of carrying out the Ritual in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village community, can be seen in the kaago-ago ritual, where at present the ritual portion is no longer carried out. Other changes are related to the consistency of the ritual, some of which still do the whole, but there are also those who only carry out 2 or 3 rituals. Keywords: Background, type, process and change, galu
SEJARAH BENTENG LIPU OGENA DI KELURAHAN TAKIMPO KECAMATAN PASARWAJO KABUPATEN BUTON (ABAD XVI-XX) Salwiarni, Salwiarni; Jamiludin, Jamiludin
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.13182

Abstract

ABSTRAK: Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apa yang melatar belakangi pembangunan benteng Lipu Ogena? (2)  Bagaimana struktur fisik benteng Lipu Ogena? (3) Bagaimana fungsi benteng Lipu Ogena bagi masyarakat Takimpo pada masa lampau dan masa kini? (4) Apa saja peninggalan sejarah yang terdapat didalam benteng Lipu Ogena? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Heuristik (Pengumpulan Sumber), yang dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara dan studi dokumen, (2) Kritik, yang dilakukan melalui kritik eksternal dan kritik internal, (3) Historiografi, yang dilakukan secara sistematis melalui tahap interpretasi, eksplanasi, dan ekspose. Dalam tinjauan pustaka penulis menggunakan konsep kebudayaan, konsep benteng, fungsi benteng dan konsep peninggalan sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang pembangunan benteng Lipu Ogena adalah sangat erat kaitannya dengan strategi pertahanan dan keamanan guna melindungi masyarakat yang bermukim di tempat itu dari segala ancaman musuh. Dalam menghadapi situasi yang demikian sulit, maka penguasa di Lipu Ogena mendirikan benteng Lipu Ogena. (2) Struktur fisik benteng Lipu Ogena merupakan benteng pertahanan yang strategis dengan posisinya yang berada di puncak bukit. Benteng Lipu Ogena berbentuk persegi empat dan memiliki luas 100 x 130 meter persegi, struktur fisik dengan berdinding batu gunung. Namun dataran benteng tidak rata sehingga ketinggian susunan batunya berbeda-beda. Susunan batu tertingginya 5 meter sedangkan susunan batu terendah 2 meter. (3) Fungsi benteng Lipu Ogena pada masyarakat Takimpo pada masa lampau adalah sebagai pusat pertahanan dan keamanan, sebagai tempat pemukiman, pusat pemerintahan dan budaya sedangkan pada masa kini fungsi benteng Lipu Ogena sebagai situs sejarah sekaligus sebagai tempat wisata. (4) Peninggalan sejarah yang terdapat didalam benteng Lipu Ogena yaitu berupa koburu (kuburan), masigi (masjid), lawa (pintu masuk), galampa (rumah adat), parang, tombak, perisai  dan batu yang dahulu digunakan sebagai tempat pelantikan parabela. Kata kunci: Struktur, fungsi, peninggalan, benteng ogena ABSTRACT: The problems raised in this study are as follows: (1) What is behind the construction of the Lipu Ogena fort? (2) What is the physical structure of the Lipu Ogena fort? (3) What is the function of the Lipu Ogena fortress for the people of Takimpo in the past and present? (4) What are the historical relics contained in the Lipu Ogena fortress? The method used in this study is the historical method according to Helius Sjamsuddin with the following steps: (1) Heuristics (Collection of Sources), which are carried out by observation, interview and document study techniques, (2) Criticism, which is carried out through external criticism and internal criticism, (3) Historiography, which is carried out systematically through the stages of interpretation, explanation, and exposure. In literature review, the writer uses the concept of culture, the concept of a fort, the function of the fort and the concept of historical heritage. The results of this study indicate that: (1) The background of the construction of the Lipu Ogena fort is very closely related to the defense and security strategy to protect the people who live in that place from all enemy threats. In dealing with such a difficult situation, the authorities at Lipu Ogena established the Lipu Ogena fortress. (2) The physical structure of the Lipu Ogena fort is a strategic fortress with its position on the hilltop. Lipu Ogena Fortress is rectangular and has an area of 100 x 130 square meters, physical structure with stone walled mountains. But the fort plain is not flat so the height of the stone arrangement varies. The highest stone arrangement is 5 meters while the lowest stone structure is 2 meters. (3) The function of the Lipu Ogena fortress in the Takimpo community in the past was as a center of defense and security, as a place of settlement, a center of government and culture while at present the function of the Lipu Ogena fortress as a historical site as well as a tourist site. (4) Historical relics contained in the Lipu Ogena fortress are in the form of koburu (graves), masigi (mosque), lawa (entrance), galampa (traditional house), machetes, spears, shields and stones that were used as places for parabela inauguration. Keywords: Structure, function, heritage, ogena fort
SEJARAH BUDAYA MASYARAKAT BUGIS DI KELURAHAN BOEPINANG KECAMATAN POLEANG KABUPATEN BOMBANA Wawan, Andi; Aswati M, Asmati M
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.13183

Abstract

ABSTRAK: Tujuan utama penelitian ini adalah: (1) Untuk menjelaskan bentuk-bentuk kebudayaan masyarakat suku Bugis di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana, (2) Untuk menjelaskan perkembangan kebudayaan masyarakat suku Bugis di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana, dan (3) Untuk menjelaskan strategi masyarakat suku Bugis dalam mempertahankan kebudayaan di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana. Penelitian menggunakan pendekatan strukturis, dengan menggunakan sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber visiual. Metode penelitaian menggunakan metode sejarah yang terdiri dari 1) pengumpulan sumber (Heuristik), 2) kritik sumber eksternal dan internal, 3) penulisan (historiografi). Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Budaya masyarakat suku Bugis di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana adalah: mappalili, mappedendang, macceratasi, aqiqah, mabbarasani, mappaci, ammateang, marraga, maggasing, mallogo, majjeka, (2) Perkembangan budaya masyarakat suku Bugis di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana makin menurun akibat perkembangan teknologi. (3) Strategi masyarakat suku bugis dalam mempertahankan kebudayaan di Kelurahan Boepinang Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana yakni dengan memberikan pemahaman tentang esensi nilai kearifan lokal, melaksanakan kegiatan budaya secara terus menerus dan berkesinambungan, menumbuhkan rasa percaya diri dan bangga pada masyarakat Boepinang tentang budaya dan adat istiadat bugis, membentuk lembaga adat Bugis di Poleang, memasukan kegiatan Budaya Bugis dalam kurikulum sekolah (Muatan Lokal). Kata Kunci: Sejarah, Budaya, Masyarakat Bugis  ABSTRACT: The main objectives of this study are: (1) To explain the cultural forms of the Bugis tribe in Boepinang Village, Poleang District, Bombana Regency, (2) To explain the cultural development of the Bugis tribe community in Boepinang Village, Poleang District, Bombana Regency, and (3) To explain the strategy of the Bugis people in maintaining culture in the Boepinang Village, Poleang District, Bombana Regency. Research uses a structuralist approach, using written sources, oral sources, and visionual sources. The research method uses the historical method which consists of 1) collection of sources (Heuristics), 2) criticism of external and internal sources, 3) writing (historiography). The results of this study are as follows: (1) The culture of the Bugis tribe community in Boepinang Village, Poleang District Bombana Regency are: mappalili, mappedendang, maceration, aqiqah, mabbarasani, mappaci, ammateang, marraga, maggasing, mallogo, majjeka, (2) cultural development Bugis tribe community in Boepinang Sub-District, Poleang District, Bombana Regency is decreasing due to technological developments. (3) The strategy of the Bugis tribe community in maintaining culture in Boepinang Village, Poleang District, Bombana Regency by providing an understanding of the essence of local wisdom values, carrying out cultural activities continuously and continuously, fostering self-confidence and pride in the Boepinang community about culture and customs. bugis, forming a traditional Bugis institution in Poleang, including Bugis Culture activities in the school curriculum (Local Content). Keywords: History, Culture, Bugis Society

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol 7, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 7, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 6, No 4 (2021): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 6, No 3 (2021): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 5, No 4 (2020): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 5, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 4 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 4 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 3 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 2, No 3 (2017): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 2, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 4 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO More Issue